Anda di halaman 1dari 7

Pengertian, Penjelasan tentang Konsep Logika Matematika Dan Contoh soal

LOGIKA MATEMATIKA

Logika matematika merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang


merupakan gabungan dari ilmu logika dan ilmu matematika. Logika berasal dari bahasa
yunani kuno yaitu λόγος (logos), logos dapat diartikan sebagai hasil pertimbangan akal
atau pikiran yang dinyatakan lewat kata atau bahasa. Sedangkan jika diartikan secara
sistematis, logika dapat dianalisis berdasarkan nilai-nilai kebenaran.

Logika matematika merupakan salah satu ilmu matematika yang banyak


diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contohnya dalam kepolisian, ilmu
ini digunakan untuk menganalisis kasus sedangakan dalam dunia komputer ilmu logika
matematika diterapkan sebagai media penarik kesimpulan.

Dalam logika matematika, terdapat beberapa tahap yang dibahas, antara


lain pernyataan, negasi , disjungsi , konjungsi , implikasi , biimplikasi,dua pernyataan yang
ekuivalen, kalimat berkuantor, serta penarikan kesimpulan. Simak untuk mengetahui
lebih jelas materi tentang logika matematika dibawah ini:

1. Pernyataan
Pernyataan yaitu kalimat yang mempunyi nilai benar atau salah, tetapi dengan
pernyataan keduanya (Benar-salah). Sebuah kalimat tidak dapat ditentukan sebagai
pernyataan apabila kita tidak bisa menentukan kebenaran atau kesalahan dan bersifat
relatif. Dalam logika matematika terdapat dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan
tertutup dan pernyataan terbuka.

Pernyataan tertutup adalah kalimat pernyataan yang sudah bisa dipastikan nilai
benar/salah nya.
pernyataan terbuka adalah kalimat pernyataan yang belum dapat dipastikan nilai
benar/salah nya.

Contoh :

 2 X 4 = 8 (Sudah pasti benar / Pernyataan tertutup)


 15 : 5 = 5 (Sudah pasti salah / Pernyataan tertutup)
 Rapikan tempat tidurmu!
Contoh nomor 1 bernilai benar, sedangkan contoh nomor 2 bernilai salah,
dan keduanya adalah pernyataan. Kalimat 3 di atas tidak mempunyai nilai benar
atau salah, sehingga bukan pernyataan.

2. Negasi atau Ingkaran


Negasi atau Ingkaran merupakan pernyataan yang isinya mengingkari
pernyataan atau berisi kalimat sangakalan, negasi biasanya dibentuk dengan cara
menambahkan kata “tidak benar bahwa” pada awal kalimatnya atau memberikan
simbol ” ~” pada awal pernyataannya . Ingkaran dari suatu pernyataan p disajikan
dengan lambang –p atau ~p, dan dibaca: ”tidak benar bahwa p”. Bila peryataan p
bernilai benar, maka ingkarannya bernilai salah dan sebaliknya.
Contoh Soal :
Misalkan pernyataan
p : Tembakau yang mengandung nikotin.
Ingkaran penyataan p
~ p : Tidak benar bahwa tembakau mengandung nikotin.
Dengan tabel kebenaran

3. Konjungsi
Konjungsi yaitu pernyataan majemuk yang dihubungkan dengan kata
hubung “dan” atau disimbolkan dengan “^”. Pernyataan konjungsi hanya memiliki nilai
benar jika kedua pernyataan di dalamnya bernilai benar. Jika salah satu pernyataan
bernilai salah, maka pernyataan konjungsi juga bernilai salah.

Perhatikan tabel kesimpulan :

Contoh :
Contoh Soal 1 :
Jika, p : Ima anak pandai
q : Ima anak cekatan
maka p ∧ q : Ima anak pandai dan cekatan
Pernyataan p ∧ q bernilai benar jika Ima benar-benar anak pandai dan benar-
benar anak cekatan
Contoh soal 2:
Jika, p : 12 habis dibagi 3 (benar)
q : 15 habis dibagi 2 (salah)
maka p ∧ q : 12 habis dibagi 3 dan 15 habis dibagi 2 (salah)

4. Disjungsi atau Alternasi


Pernyataan p dengan q dapat digabung dengan kata hubung logika “atau” (V)
sehingga membentuk pernyataan majemuk “p atau q” yang disebut disjungsi . Disjungsi
merupakan kebalikan dari konjungsi. Pernyataan disjungsi hanya akan bernilai salah
jika kedua pernyataan yang terdapat didalamnya bernilai salah. Jika salah satu
pernyataan bernilai benar, maka pernyataan disjungsi juga bernilai benar.
Perhatikan tabel dibawah ini.

Contoh:

1. p : 5 + 3 = 8 (benar)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
maka p v q : 5 + 3 = 8 atau 8 adalah bilangan genap (benar)
2. p : 5 + 3 v 8 (salah)
q : 8 bukan bilangan genap (salah)
maka p v q : 5 + 3 v 8 atau 8 bukan bilangan genap (salah)

Dalam kehidupan sehari-hari, kata “atau” dapat berarti salah satu atau kedua-
duanya, dapat pula berarti salah satu tetapi tidak kedua-duanya.
Berdasarkan pengertian di atas, dua buah pernyataan yang dihubungkan dengan
”atau” merupakan disjungsi dari kedua pernyataan semula. Dari pengertian kata “atau”
di atas maka muncul dua macam disjungsi yaitu sebagai berikut.
a) Disjungsi inklusif,
yaitu dua pernyataan yang bernilai benar apabila paling sedikit satu dari
keduanya bernilai benar yang diberi simbol “∨". Untuk disjungsi inklusif dua pernyataan
p atau q ditulis p ∨ q. sebagai contoh sekarang perhatikan pernyataan berikut ini, “Andi
seorang siswa yang pintar atau seorang atlit berbakat”. Pernyataan itu akan
menimbulkan penafsiran “Andi seorang siswa yang pintar, atau seorang atlit yang
berbakat, mungkin kedua-duanya”. Pernyataan dengan tafsiran seperti itu merupakan
contoh disjungsi inklusif.
Untuk contoh yang lain perhatian contoh berikut ini.
1) Persegi memiliki empat sisi atau empat sudut.
2) Adi membawa pensil atau bolpoin.
Tabel kebenaran disjungsi inklusif di berikan sebagai berikut.
b) Disjungsi eksklusif
Disjungsi eksklusif, yaitu dua pernyataan bernilai benar apabila hanya satu dari
dua pernyataan bernilai benar yang diberi simbol “⊻”. Disjungsi eksklusif dua
pernyataan p dan q ditulis p ⊻ q. Sekarang perhatikan pernyataan sebelumnya lagi,
“Andi seorang siswa yang pintar atau seorang atlit berbakat”. Pernyataan itu akan
menimbulkan penafsiran “Andi seorang siswa yang pintar, atau seorang atlit yang
berbakat, tetapi tidak kedua-duanya (dipilih salah satu)”. Pernyataan dengan tafsiran
seperti itu merupakan contoh disjungsi eksklusif. Untuk contoh yang lain perhatikan
contoh berikut ini.
1) Andika lahir di Bali atau di Surabaya
2) Dua garis pada satu bidang sejajar atau berpotongan.
Tabel kebenaran disjungsi ekslusif di berikan sebagai berikut.

Catatan : Jika dalam suatu soal tidak diberikan keterangan, maka disjungsi yang
dimaksud adalah disjungsi inklusif.

5. Implikasi
Implikasi yaitu pernyataan majemuk yang diawali dengan kata jika dan
dihubungkan dengan kata hubung “maka” yang disimbolkan dengan “=>”. Misal “p =>
q” dibaca “p maka q”.

Perhatikan tabel dibawah ini

Contoh :
a. p : 5 + 3 = 8 (benar)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
maka p => q : 5 + 3 = 8 atau 8 adalah bilangan genap (benar)
b. p : 5 + 3 8 (salah)
q : 8 bukan bilangan genap (salah)
maka p => q : 5 + 3 8 atau 8 bukan bilangan genap (salah)
6. Biimplikasi
Biimplikasi yaitu bentuk kompleks sari implikasi yang berarti “jika dan hanya jika” yang
disimbolkan dengan “<=>”. Misal p <=> q dibaca “p jika dan hanya jika q”. Biimplikasi
bernilai benar apabila anteseden dan konsekuen kedua-duanya bernilai benar atau
kedua-duanya bernilai salah. Jika tidak demikian maka biimplikasi bernilai salah.

Perhatikan tabel dibawah ini.

Contoh:
Jika:
p : Saya memakai mantel
q : saya merasa dingin
jadi, p ⇔ q = “Saya memakai mantel jika dan hanya jika saya merasa dingin”.
Pengertian kita adalah “Jika saya memakai mantel maka saya merasa dingin” dan
juga “Jika saya merasa dingin maka saya memakai mantel”. Terlihat bahwa jika saya
memakai mantel merupakan syarat perlu dan cukup bagi saya merasa dingin, dan saya
merasa dingin merupakan syarat perlu dan cukup bagi saya memakai mantel. Terlihat
bahwa kedua peristiwa itu terjadi serentak.

7. Konvers
Konvers merupakan kebalikan dari implikasi yaitu ditandai dengan pertukaran letak.
Misalkan “p => q” , maka koners nya adalah “q => p”.

8. Invers
Invers adalah lawan dari implikasi. Dalam invers, pernyataan yang terdapat pada
pernyataan majemuk merupakan negasi dari pernyataan pada implikasi. Misal p => q,
maka inversnya adalah ” ~p => ~q”
9. Kontraposisi
Sementara kontraposisi merupakan kebalikan daripada invers sama halnya dengan
konvers, hanya pernyataan majemuknya merupakan negasi atau ingkaran. Misalkan
invers “~p => ~q” . Maka kontraposisi nya adalah “~q => ~p”

10. Ingkaran dari pernyataan berkuantor


Pernyataan berkuantor memiliki negasi atau ingkaran. Negasi dari berkuantor
universal adalah kuantor eksistensial begitu juga sebaliknya.

Perhatikan contoh berikut.

 p : beberapa mahasiswa memiliki semangat belajar yang tinggi


 ~p : semua mahasiswa tidak memiliki semangat belajar yang tinggi

11. Penarikan Kesimpulan


Kesimpulan dapat dilakukan dari beberapa pernyataan yang diketahui nilai
kebenarnya yang disebut premis. Kemudian dengan menggunakan prinsip-prinsip yang
ada diperoleh pernyataan yang baru yang disebut kesimpulan/konklusi yang
diturunkan dari premis yang ada. Penarikan kesimpulan seperti itu sering disebut
dengan argumentasi. Suatu argumentasi dikatakan sah Jika premis-premisnya benar
maka konklusinya juga benar. Terdapat 3 metode dalam penarikan kesimpulan, yaitu
: Modus ponens, Modus Tolens, dan Silogisme.

Perhatikan Contoh Berikut.

 Modus ponens

premis 1 : p →q
premis 2 : p ( modus ponens)
__________________
Kesimpulan: q

Arti Modus Ponens adalah “jika diketahui p → q dan p, maka bisa ditarik kesimpulan q“.

sebagai contoh :

premis 1 : Jika paman datang ke desa adik akan merasa senang


premis 2 : Paman tidak datang
__________________
Kesimpulan: Adik tidak merasa senang

 Modus Tollens

premis 1 : p →q
premis 2 : ~q ( modus tollens)
__________________
Kesimpulan: ~p

Modus Tollens berarti “jika diketahu p → q dan ~q, maka bisa ditarik kesimpulan ~p“.

sebagai contoh :

premis 1 : Jika hari hujan, maka aku memakai payung


premis 2 : Aku memakai payung
___________________
Kesimpulan : Hari hujan

 Silogisme

premis 1 : p→q
premis 2 : q → r ( silogisme)
_________________
Kesimpulan: p →r

Silogisme berarti “jika diketahui p → q dan q→r, maka bisa ditarik kesimpulan p→r“.

sebagai contoh :

Premis 1 : Jika harga BBM naik, maka harga bahan pokok naik.
Premis 2 : Jika harga bahan pokok naik maka semua orang tidak senang.
__________________________________________________
Kesimpulan: Jika harga BBM naik, maka semua orang tidak senang.

Anda mungkin juga menyukai