Anda di halaman 1dari 9

LOGIKA MATEMATIKA

Pengertian Logika Matematika


Logika
Sebuah aturan berpikir yang sistematis atau runtut.
Berpikir menggunakan logika berati berpikir secara runtut berdasarkan aturan
yang berlaku.

Logika Matematika
Aturan berpikirnya didasarkan aturan yang berlaku di matematika.

Manfaat belajar logika matematika


Agar bisa menarik kesimpulan yang benar dari kejadian-kejadian yang ada.

Kalimat dan jenis-jenisnya berdasarkan kejelasan nilai kebenaranya


Kalimat
Rangkaian kata yang paling tidak terdiri dari subjek dan predikat.
*Kalimat disimbolkan dengan huruf kecil*
Contoh:
a: Presiden pertama Republic Indonesia adalah bapak Ir. Soekarno.
b: 2 + 5 = 9

Di logika matematika kalimat yang digunakan itu haruslah punya nilai


kebenaran dan berdasarkan kejelasan nilai kebenaranya, kalimat dibagi jadi dua
1. Kalimat Tertutup
Kalimat tertutup = pernyataan = proposisi
Kalimat tertutup adalah kalimat yang udah jelas nilai kebenarannya, bisa
bernilai benar atau salah.
Contoh:
a: Presiden pertama Republik Indonesia adalah Bapak Ir. Soekarno

👆Bernilai Benar
b: 2 + 5 = 9
👆Bernilai Salah

c: 2 < 3

👆Bernilai Benar

d: 6 × 3 > 20

👆Bernilai Salah
2. Kalimat Terbuka
Kalimat yang belum bisa ditentukan nilai kebenarannya.
Ciri kalimat terbuka:
 Memiliki variabel atau pengubah
Contoh:
a: 2x = 4

b: Pulau b disebut pulai Dewani

👆Terdapat variabel pulau (b) sehingga belum bisa kita tentukan nilai
kebenarannya.
Note:
Suatu kalimat terbuka bisa diubah menjadi suatu kalimat tertutup bernilai
benar jika, pengubah / variabel dalam kalimat itu diganti dengan suatu nilai.
Untuk mengubah kalimat terbuka tersebut menjadi kalimat tertutup bernilai
benar, maka harus dicari penyelesaiannya.
Contoh:
a: x + 3 = 2
Penyelesaian:
x+3=2
(-1) + 3 = 2
2=2

👆Benar
⬇️
Kalimat Tertutup

Pernyataan Tunggal
Pernyataan tunggal adalah pernyataan yang bisa berdiri sendiri, sehingga tidak
dibutuhkan tanda hubung. Secara matematis, pernyataan bisa dinyatakan
sebagai p atau q. Contoh pernyataan tunggal “Ayah pergi ke kantor (p)”, “Ibu
masak rendang (q)”, “Adik berangkat sekolah (r)”, dan sebagainya.
Ingkaran (⌝ ⁓)
Ingkaran atau Negasi adalah operasi dalam matematika yang membuat nilai
kebenaran suatu kalimat berbalik (lawan).

Contoh:
a: Presiden pertama Republik Indonesia adalah Bapak Ir. Soekarno

👆Bernilai Benar
~a: Tidak benar bahwa Presiden pertama Republik Indonesia adalah Bapak Ir.
Soekarno

👆Bernilai Salah
Atau
~a:Presiden pertama Republik Indonesia bukan Bapak Ir.
Soekarno

👆Bernilai Salah
b: 2 + 5 = 9 salah
~b: 2 + 5 ≠ 9 benar
Note:
Negasi hanya mengubah pernyataan bernilai benar jadi salah atau
sebaliknya. Tidak perlu dicari hasilnya, hanya perlu mengubah kalimatnya
dengan mencari lawannya.
Negasi ➡️ Kebalikan atau lawan
a: 2 × 2 = 4 ~a: 2 × 2 ≠ 4
b: 2 × 2 > 4 ~b: 2 × 2 ≤ 4
c: 2 × 2 < 4 ~c: 2 × 2 ≥ 4

~(~ p) ≡ p
Contoh:
p: Dua merupakan bilangan genap.
~p: Dua bukan merupakan bilangan genap.
~(~p): Tidak benar bahwa dua bukan merupakan bilangan genap.
p: Dua merupakan bilangan genap.
Setara dengan
~(~p): Tidak benar bahwa dua bukan merupakan bilangan genap.

Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk adalah gabungan dari beberapa pernyataan
tunggal melalui tanda hubung. Contoh pernyataan majemuk adalah “Jika
ayah ke kantor, ibu masak rendang”, “Adik bermain sepak bola dan
kasti”, dan sebagainya. Pernyataan majemuk dibagi menjadi empat
jenis, yaitu konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Apa
perbedaan antara keempatnya?

Konjungsi (∧)
Konjungsi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung “dan”.
Sehingga, notasi “p ∧ q” dibaca “p dan q”. Berikut adalah tabel nilai
kebenaran konjungsi.

Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa konjungsi hanya akan benar
jika kedua pernyataan (p dan q) benar.
Contoh konjungsi:
p: 3 adalah bilangan prima (pernyataan bernilai benar)
q: 3 adalah bilangan ganjil (pernyataan bernilai benar)
p ∧ q: 3 adalah bilangan prima dan ganjil (pernyataan bernilai benar)

Disjungsi (∨)
Disjungsi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung “atau”.
Sehingga notasi “p ∨ q” dibaca “p atau q”. Berikut adalah tabel nilai
kebenaran disjungsi.

Jika kita lihat pada tabel kebenaran, disjungsi hanya salah jika kedua
pernyataan (p dan q) salah.

Contoh disjungsi:

p: Paus adalah mamalia (pernyataan bernilai benar)


q: Paus adalah herbivora (pernyataan bernilai salah)
p ∨ q: Paus adalah mamalia atau herbivora (pernyataan bernilai benar)

Implikasi (⇒)
Implikasi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung “jika…
maka…” Sehingga notasi dari “p ⇒ q” dibaca “Jika p, maka q”. Adapun
tabel nilai kebenaran dari implikasi yaitu sebagai berikut.

Dari tabel terlihat bahwa implikasi hanya bernilai salah jika anteseden (p)
benar, dan konsekuen (q) salah.
Contoh implikasi:
p: Andi belajar dengan aplikasi ruangguru. (pernyataan bernilai benar)
q: Andi dapat belajar di mana saja. (pernyataan bernilai benar)
p ⇒ q: Jika Andi belajar dengan aplikasi ruangguru, maka Andi dapat
belajar dari mana saja (pernyataan bernilai benar)

Biimplikasi (⇔)
Biimplikasi adalah pernyataan majemuk dengan kata hubung “… jika dan
hanya jika”. Sehingga, notasi dari “p ⇔ q” akan dibaca “p jika dan hanya
jika q”. Adapun tabel nilai kebenaran dari biimplikasi yaitu
sebagai berikut.

Dari tabel kebenaran tersebut, dapat kita amati bahwa biimplikasi akan
bernilai benar jika sebab dan akibatnya (pernyataan p dan q) bernilai
sama. Baik itu sama-sama benar, atau sama-sama salah.
Contoh biimplikasi:
p: 30 x 2 = 60 (pernyataan bernilai benar)
q: 60 adalah bilangan ganjil (pernyataan bernilai salah)
p ⇔ q: 30 x 2 = 60 jika dan hanya jika 60 adalah bilangan ganjil
(pernyataan bernilai salah).

Kalimat Berkuantor
Kuantor dari kata kuantitas yang artinya jumlah. Dan kalimat berkuantor
adalah kalimat dengan kata jumlah.
Jenis kalimat berkuantor
1. Kuantor Universal (∀)
All: Menyeluruh, semua
a: Semua kucing memiliki gigi taring.
b: Seluruh rakyat Indonesia makan nasi.
c: Untuk setiap bilangan genap habis dibagi dua.
2. Kuantor Eksistensial (∃)
Exist: Ada
p: Ada kucing berwarna kuning.
q: Terdapat bilangan prima genap.
r: Beberapa penduduk Indonesia termasuk usia produktif.
s: Paling sedikit satu bilangan genap yang merupakan
bilangan prima.

Negasi kalimat berkuantor


p: Semua kucing memiliki gigi taring.
~p: Ada kucing yang tidak memiliki gigi taring.
Note:
Negasi dari “semua…” dapat dinyatakan “ada…tidak”
Negasi dari “ada…” dapat dinyatakan “semua…tidak”

Penarikan Kesimpulan
1. Modus ponens
Modus ponens adalah suatu argumentasi yang sah dengan
penarikan kesimpulan didasarkan premis berbentuk p ⇒ q dan
p yang menghasilkan konklusi q.
Maksudnya, jika pernyataan p benar dan pernyataan p ⇒ q juga
benar, maka pernyataan q sebagai konklusi adalah benar.
Dengan demikian, maka rumus modus ponens adalah: [(p ⇒ q)
∧ p] ⇒ q atau p ∧ (p ⇒ q) ⇒ q.
Contoh modus ponens 1)
Premis 1: Jika listrik mati maka lampu tidak menyala
Premis 2: Listrik mati
Konklusi: Lampu tidak menyala.

2. Modus tollens
Modus tollens adalah suatu argumentasi dengan penarikan
kesimpulan didasarkan premis berbentuk p ⇒ q dan ~q yang
menghasilkan konklusi ~p.
Maksudnya, jika p terjadi maka q terjadi, dan ternyata q tidak
terjadi, maka disimpulkan p tidak terjadi.
Dengan demikian, maka rumus modus tollens adalah: [(p ⇒ q)
∧ ~q] ⇒ ~p.
Contoh modus tollens 1)
Premis 1: Jika Doni bekerja maka Doni mendapat gaji
Premis 2: Doni tidak mendapat gaji
Konklusi: Doni tidak bekerja.

3. Silogisme
Silogisme adalah penarikan kesimpulan dari dua pernyataan
atau premis majemuk, yaitu p ⇒ q dan q ⇒ r yang
menghasilkan konklusi p ⇒ r.
Dengan demikian, maka rumus prinsip silogisme adalah: [(p ⇒
q) ∧ (q ⇒ r)] ⇒ (p ⇒ r).
Contoh silogisme 1)
Premis 1: Jika harga BBM naik maka biaya transportasi umum
naik
Premis 2: Jika biaya transportasi umum naik maka harga-harga
naik
Konklusi: Jika harga BBM naik maka harga-harga naik.

Anda mungkin juga menyukai