Anda di halaman 1dari 34

LOGIKA MATEMATIKA

 View
 clicks

Posted November 19th, 2008 by alhidayat_syah

 Matematika

LOGIKA MATEMATIKA

1.1. ARTI DAN PERAN LOGIKA


Logika adalah ilmu yang mempelajari cara-cara yang meliputi kaidah dan aturan untuk membuat
penarikan kesimpulan yang beralasan dengan menggunkan yang logis.
Pernyataan dan kalimat terbuka serta ingkarannya adalah suatu rangkaian bunyi (bahasa) yang
tersusun secara baik dan bermakna utuh. Dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu :
a) Kalimat Deklaratif
Disebut juga (pernyataan / proposisi) adalah kalimat yang dapat ditentukan kebenarannya, yakni
dapat dinilai benar atau salah.
Contoh : Jakarta adalah ibukota Negara Indonesia (benar)
Pantai Sanur terletak di bandung (salah)
b) Kalimat NonDeklaratif (bukan pernyataan)
Adalah kalimat yang tidak dapat dipastikan kebenarannya.
Contoh : Temui Pamanmu?
1. Kalimat Terbuka
Adalah suatu kalimat yang nilai kebenarannya belum dapat dipastikan secara langsung (benar
atau salah).
Contoh : Tentukan nilai x agar x – 5 = 2
2. Kalimat tertutup (peryataan)
Adalah suatu kalimat nilai kebenarannya dapat dipastikan secara langsung (benar atau salah).
Notasi untuk suatu pernyataan ditulis dengan huruf kecil seperti p, q, r.
3. Kalimat Berkuator (Quantifier)
Suatu kalimat terbuka dapat diubah menjadi suatu pernyataan, yaitu dengan mengganti variable
dari suatu kalimat dengan suatu nilai tertentu (konstanta).
a) Kuantor universal
Misalkan p(x) adalah kalimat terbuka yang didefenisikan pada himpunan semesta S, maka
pernyataan :
“ untuk setiap x didalam S, maka p(x) benar “
b) Kuantor Eksistensial
Misalkan p(x) adalah suatu kalimat terbuka yang didefenisikan pada himpunan semesta S, maka
pernyataannya :
“ ada x didalam S sedemikian sehingga p(x) benar”
c) Ingkaran / negasi suatu pernyataan
Dari suatu pernyataan p, dapat dibuat pernyataan lain yang disebut ingkaran/negasi dari p, yaitu
dengan cara menuliskan kata :
“tidaklah benar bahwa………”
Simbol dari p adalah ~p.
Jika p benar maka ~p salah
Jika p salah maka ~p benar.
Dapat disusun tabel kebenaran :

P ~P ~(~P)
BSB
SBS

1.2. Konjugsi
Notasi :
Konjugsi dari pernyataan p dan q, dinyatakan dengan notasi : p q (dibaca: p dan q)
Contoh :
1. p = hari hujan
q = matahari bersinar
P q = Hari hujan sedangkan matahari bersinar
2. p = Roni nakal
q = Roni suka berbohong
P q = Roni nakal dan suka berbohong
Nilai kebenaran dari pernyataan majemuk p q selalu mengikuti ketentuan berikut ini.
Jika p benar dan q benar maka p q benar, dalam hal lain p q salah. Dengan perkataan lain
konjugsi dari dua pernyataan adalah benar jika masing-masing komponennya benar.
Dapat ditulis dengan bentuk tabel kebenaran.
P Q P?Q
BBB
BSS
SBS
SSS
Sifat-sifat Konjugsi :
1) p q q p
2) (p q) r p (q r)
3) p ~p S
4) p S S
5) p B p
1.3. Disjugsi
Notasi :
Disjugsi dari pernyataan p dan q dinyatakan dengan notasi : p q ( dibaca p atau q).
Perangkai “ ” bersifat penggabung atau disfungsi.
Contoh :
p = Segitiga ABC adalah siku-siku
q = Segitiga ABC adalah sama kaki
p q = Segitiga ABC adalah siku-siku atau sama kaki.
Nilai kebenaran dari pernyataan majemuk p q selalu mengikuti ketentuan berikut ini :
Jika p benar atau q benar atau kedua p dan q benar, maka p q benar, dalam hal lain p q salah.
Dengan perkataan lain disjungsi dari dua pernyataan adalah salah jika masing-masing
komponennya salah.
Ketentuan tersebut dapat ditulis dalam tabel kebenaran berikut ini :

PQPvQ
BBB
BSB
SBB
SSS

Sifat-sifat disjungsi
Untuk setiap p, q, dan r, selalu berlaku :
1) p q q p
2) (p q) r p (q r)
3) p ~p B
4) p B B
5) p S p
Pembuktian dari sifat-sifat ini dapat dilakukan dengan membuat tabel kebenaran.
P Q ~P P ? Q ~P V (P?Q)
BBSBB
BSSSS
SBBSB
SSBSB

Hubungan Konjungsi dan Disjungsi


Konjungsi dan disjungsi saling berhubungan, hubungan antara keduanya merupakan saling
negasi dan oleh De Morgan dituliskan dalam hokum De Morgan berikut ini :
1) Hukum De Morgan
a. ~(p q) ~p ~q
b. ~(p q) ~p ~q
2) Hukum Distributif
Hubungan Konjungsi dan Disjungsi sering dalam hukum distributive berikut ini :
Untuk setiap pernyataan p, q, dan r selalu berlaku :
a. p (q r) (p q) (p r)
b. p (q r) (p q) (p r)
1.4. Implikasi, Konvers, Invers, Kontraposisi, dan Ingkarannya
A. Implikasi atau Pernyataan Bersyarat
Notasi :
Implikasi “jika p maka q” sering dinotasikan dengan : p q.
Nilai kebenaran dari pernyataan majemuk p q selalu mengikuti ketentuan berikut ini :
Implikasi p q benar, kecuali jika p benar dan q salah. Dengan perkataan lain, suatu pernyataan
benar tidak dapat berimplikasi suatu pernyataan salah. Dapat pula ditulis dengan tabel :
P Q P?Q
BBB
BSS
SBB
SSB
Contoh :
Alas an (p) : Kuala Lumpur ibu kota Malaysia
Kesimpulan (q) : 2 x 2 = 5 (S)
p q : Jika kuala Lumpur Ibukota Malaysia maka 2 x2 = s (S)
B. Bimplikasi (Implikasi Dua arah)
Notasi :
Equivalensi p jika dan hanya jika q (p jhj q) sering dinotasikan dengan : p q
Nilai kebenaran dari pernyataan majemuk p q selalu mengikuti ketentuan berikut ini :
Jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama maka p q benar ; jika p dan q mempunyai
nilai kebenaran yang berbeda maka p q salah.
Dapat pula ditulis tabel kebenaran berikut :
P Q P?Q
BBB
BSS
SBS
SSB

Contoh :
p = Universitas Indonesia terletak diDepok (B)
q = 12 : 4 = 3 (B)
p q = Universita Indonesia terletak di Depok jhj 12 : 4 = 3 (B).
C. Konvers, Invers, dan Kontraposisi dari suatu Implikasi
Dari pernyataan p q dapat disusun pernyataan-pernyataan implikasi baru yang berbentuk :
a. q p di sebut Konvers
b. ~p ~p disebut Invers
c. ~q ~ disebut Kontraposisi
Equivalensi
Beberapa bentuk pernyataan majemuk mempunyai nilai kebenaran yang sama (equivalent)
diantaranya :
a. p q ~p q
q ~p
p q ~q ~p
b. q p ~q p
p ~q
q p ~p ~q
Dari uraian aljabar logika tersebut dapat disimpulkan bahwa :
i. Implikasi Kontraposisi
ii. Invers Konvers
Contoh :
Carilah ingkaran dari invers, konvers, dan kontraposisi untuk implikasi ‘ p q’
Jawab :
a) Ingkaran Invers (p q)
~ (~p ~q)
~p q
b) Ingkaran Konvers (p q)
~(q p)
q ~p
~p q
c) Ingkaran Kontraposisi (p q)
~(~q ~p)
~(q ~p)
~q p
p ~q
1.5. Penarikan Kesimpulan
Adalah suatu penarikan bahwa dari beberapa pernyataan benar yang diketahui (disebut premis),
melalui langkah-langkah logis dapat diturunkan, suatu pernyataan yang benar (disebut
kesimpulan atau konklusi).
Contoh :
Buatlah tabel kebenaran dari pernyataan majemuk dibawaki ini
a. p ~p
b. p ~p
P ~P P V ~P P ? ~P
BSBS
SBBS

A. Modus Ponens (Kaidah Pengasingan)


Modus Ponens adalah suatu argumentasi yang bentuknya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Premis 1 : p q
Premis 2 : p
Kontruksi : q
Bukti :
Modus Ponens diatas dapat ditulis sebagai equivalensi antar pernyataan majemuk berikut :
P Q P?Q ((P?Q)?P)?Q
BBBB
BSSB
SBSB
SSSB

B. Modus Tollens (Kaidah penolakan akibat)


Adalah argumentasi yang mempunyai bentuk :
Premis 1 : p q
Premis 2 : ~p
Kontruksi : ~p
C. Silogisme (kaidah penelusuran sebab)
Disebut juga sifat transitif dari implikasi. Silogisme adalah suatu argumentasi yang berbentuk :
Premis 1 : p q
Premis 2 : p r
Kontruksi : p r
Contoh :
1) Modus Ponens
Premis 1 : Jika anwar rajin belajar maka ia naik kelas
Premis 2 : Anwar rajin belajar
Konsklusi : Jadi, Anwar naik kelas
2) Modus Tollens
Premis 1 : jika PQRS belah ketupat maka PR tegak lurus QS
Premis 2 : PR tidak tegak lurus QS
Konklusi : PQRS bukan belah ketupat
1.6. Pembuktian Sifat Matematika (pengayaan)
A. Bukti Langsung
Contoh :
Buktikan bahwa untuk semua bilangan bulat, ganjil n maka bilangan bulat ganjil.
Bukti :
Missal, p = n bilangan bulat ganjil
q = bilangan bulat ganjil
harus dibuktikan = p q bernilai benar
dapat ditulis n = 2a + 1 dengan a bilangan bulat,
diperoleh : =
=
=
= bilangan ganjil (terbukti)
B. Bukti tidak Langsung
Pembuktian tidak langsung dikenal dalam dua macam, yaitu bukti tidak langsung dengan
kontraposisi dan bukti tidak langsung dengan kontradiksi.
Contoh :
Buktikan bahwa untuk setiap bilangan bulat n, jika bilangan ganjil maka n bilangan ganjil.
Jawab :
Misalkan p = bilangan bulat ganjil
q = n bilangan bulat ganjil
harus dibuktikan : p q bernilai benar
Bukti :
Misal n = 2k dengan k bilangan bulat, diperoleh
=
=
= Bilangan bulat genap (~p)
C. Induksi Matematika
• Tunjukkan kebenaran p(1) untuk n = 1
• Anggap untuk n = k, p (k) benar
• Berdasarkan p(k) benar, harus ditunjukkan bahwa p (k+1) benar (kesimpulan).
Contoh : Buktikan bahwa : 1 + 3 + 5 + 7 + …+(2n – 1) = , untuk setiap bilangan asli n.
Jawab :
Misalkan p(n) = = 1 + 3 + 5 + 7 + …+ (2n – 1)
i. Langkah dasar : p(1) = 1 p(1) = = 1
Jadi 1 = 1 ( benar)
ii. Langkah Induksi :
p(k) benar 1 + 3 + 5 + 7 +…+2k – 1 =
iii. Kesimpulan :
Jadi, 1 + 3 + 5 + 7 +…+(2n-1) = (terbukti).
SOAL DAN PEMBAHASAN
1. Grafik fungsi f(x) = - 2x – 8 melalui titik (-2, 0), apakah merupakan pernyataan bernilai benar?
Jawab :
Grafik fungsi f(x) = - 2x – 8 melalui titik (-2, 0)
(-2, 0) y = - 2x – 8
0 = - 2(-2) – 8
0=4+4–8
0 = 0 (bernilai benar)
2. Ingkaran dari pernyataan “Cos sama dengan ” adalah ….
Jawab :
Missal p : Cos sama dengan (bernilai salah)
Maka ~p : Cos tidak sama dengan .
3. Agar kalimat terbuka Sin bernilai benar, maka =…
Jawab :
Sin
Sin = Sin
Atau
Sin + Sin
4. Kalimat Ingkaran dari kalimat : :semua orang berdiri ketika tamu agung memasuki ruangan”
Jawab :
Missal p = Semua orang berdiri ketika tamu agung memasuki ruangan.
Maka ~p = Ada orang yang tidak berdiri ketika tamu agung mamasuki ruangan.
5. Jika p : Ita pintar
q : Rio rajin
maka pernyataan “Ita pintar dan Rio tidak rajin” dapat dinyatakan dengan..
Jawab :
p = Ita pintar
q = Rio rajin, berarti ~q : Rio tidak rajin dapat dinyatakan P ~q.
6. Konvers dari pernyataan “ Jika ia rajin maka ia pandai” adalah …
Jawab :
Missal p = ia rajin
q = ia pandai
p q = Jika ia rajin maka ia pandai
konvers dari p q adalah q p
q p : Jika ia pandai maka ia rajin.
7. Kontraposisi dari pernyataan ~p (pv~q)..
Jawab :
Kontraposisi dari p q adalah ~q ~p
Kontraposisi dari ~p (pv~q) adalah ~(pv~q) ~(~p)
(~p q) p
8. Invers dari pernyataan “Jika cuaca cerah maka matahari bersinar” adalah..
Jawab :
Missal p = Cuaca Cerah
q = Matahari bersinar
p q = Jika cuaca cerah maka matahari bersinar
invers dari p q adalah ~p ~q
~p ~q : Jika cuaca tidak cerah maka matahari tidak bersinar.
9. Pernyataan yang equivalent dengan pernyataan :”Jika ia berusaha, maka ia berhasil” adalah…
Jawab :
Missal p : Ia berusaha ~p : ia tidak berusaha
q : Ia berhasil
p q = ~p v q
~p v q : Ia tidak berusaha tetapi ia berhasil.
10. Tentukan pernyataan dari (p v ~q) p, dan (p ~q) p yang merupakan tautology>
Jawab :
P Q ~P ~Q (P V ~Q)?P (P ? ~Q)?P
BBSSBB
BSSBBB
SBBSSB
SSBBSB

#2. Ingkaran, Konjungsi, Disjungsi


Saudara mahasiswa, pada materi ini, saudara akan memperoleh materi mengenai operasi
dalam logika. Seharusnya ada empat operasi logika, namun untuk satu materi ini cukuplah dua
dulu untuk kemudian dapat saudara lanjutkan pada materi berikutnya.

Referensi

1. Chotim, M. 2007. Kalkulus 2 (Handout). Semarang: Unnes (Tidak diterbitkan)

Pada pernyataan dapat dilakukan operasi. Jika operasi itu dikenakan pada satu pernyataan,
maka operasinya disebut operasi uner, sedangkan bila dikenakan pada beberapa pernyataan
disebut operasi biner.

Bentuk dari operasi logika matematika sebagai berikut

Ingkaran/Negasi.

Operasi ini merupakan operasi uner yang dilambangkan dengan tanda "~" .atau "¬". Ingkaran
pernyataan p adalah ~p atau dibaca "tidak benar bahwa p" atau "non p" atau "negasi dari p".

Contoh (1)
p: Jakarta ibu kota negara R I.
~p: Tidak benar bahwa Jakarta ibu kota Negara RI.
~p: Jakarta bukan ibu kota negara R I.

Contoh (2)
q: 2 + 5 = 10.
~q: Tidak benar bahwa 2 + 5 = 10.
~q: 2 + 5 tidak sama dengan 10.

Contoh (3)
r: 2 > 5 .
~r: Tidak benar bahwa 2 > 5 .
~r: 2 < 5 .

Tabel Nilai kebenaran ingkaran:

atau

Catatan:
Jika pernyataan semula bernilai benar (B) maka ingkarannya bernilai salah (S) dan sebaliknya.

Konjungsi:

Operasi konjungsi merupakan operasi biner yang dilambangkan "∧" dan dibaca "dan". Dari
pernyataan p dan pernyataan q dapat disusun pernyataan "p ∧ q" dibaca "p dan q".

Tabel nilai kebenaran konjungsi sebagai berikut:


atau

Catatan:

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa konjungsi bernilai benar (B) jika kedua komponen
penyusunnya bernilai benar(B), jika tidak demikian maka konjungsi bernilai salah (S).
Operasi konjungsi sering juga ditunjukkan dengan hubungan seri pada rangkaian listrik seperti
gambar berikut:

Dari gambar rangkaian tampak bahwa arus hanya bisa terhubung jika saklar p maupun q
tertutup.

Contoh:
Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut:

1. Jakarta ibu kota RI dan Tugu Muda terletak di kota Semarang.


2. Gedung lawang sewu terletak di kota Semarang dan 6 + 4 = 11
3. (sin x = 1+ cos2x) dan jumlah sudut dalam segitiga 360.

Penyelesaian:
(1) Kalimat bernilai benar karena kedua pernyataan penyusunnya bernilai benar.
(2) Kalimat bernilai salah karena salah satu pernyataan penyusunnya bernilai salah.
(3) Kalimat bernilai salah karena salah kedua pernyataan penyusunnya bernilai salah.

Disjungsi.

Operasi konjungsi merupakan operasi binar yang dilambangkan "V" dan dibaca "atau". Dari
pernyataan p dan pernyataan q dapat disusun pernyataan" p V q" dibaca "p atau q".

Tabel nilai kebenaran disjungsi sebagai berikut:

atau

Catatan:
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa disjungsi bernilai salah (S) jika kedua komponen
penyusunnya bernilai salah (S), jika tidak demikian maka disjungsi bernilai benar (B).

Operasi konjungsi sering juga ditunjukkan dengan hubungan paralel pada rangkaian listrik
seperti gambar di bawah.
Dari gambar rangkaian tampak bahwa arus tidak bisa terhubung jika saklar p maupun q sama-
sama terbuka atau keduanya salah.

Contoh:
Tentukan nilai kebenaran pernyataan yang berikut:

1. Gus Dur adalah presiden RI yang ke 4 atau Megawati Wakil presiden RI yang ke4
2. 3 + 4 = 5 atau 5 bukan bilangan prima.

Penyelesaian:

1. Benar karena Gus Dur adalah presiden RI yang ke 4 bernilai benar.


2. Salah karena kedua komponennya bernilai salah.

Disjungsi dibedakan menjadi dua macam yaitu disjungsi inklusif dan disjungsi eksklusif.

Disjungsi inklusif
adalah jika p dan q merupakan dua buah per-nyataan maka "p ∨ q" bernilai benar (B) jika p dan
q keduanya bernilai benar, atau salah satu bernilai salah, sebaliknya "p ∨ q" bernilai salah (S)
jika keduanya bernilai salah.

Contoh:
p: Pak Budi orang kaya.
q: Pak Budi rajin bekerja.
p ∨ q: Pak Budi orang kaya atau rajin bekerja.

Di sini mempunyai dua pengertian:


(1) Pak Budi orang kaya saja atau rajin bekerja saja tetapi tidak keduanya.
(2) Pak Budi orang kaya saja atau rajin bekerja saja tetapi mungkin juga keduanya.

Tabel nilai kebenaran disjungsi inklusif sebagai berikut:


atau

Disjungsi eksklusif
adalah jika p dan q merupakan dua buah pernyataan maka "p ∨ q" bernilai benar (B) jika
salahsatu bernilai salah (S) atau salah satu bernilai (B), sebaliknya "p ∨ q" bernilai salah (S) jika
keduanya bernilai benar (B) atau keduanya bernilai salah (S).

Contoh :
p : Joni naik pesawat terbang.
q : Joni naik kapal laut.
p ∨ q : Joni naik pesawat terbang atau kapal laut.

Dalam contoh tersebut, Joni hanya naik pesawat terbang saja atau kapal laut saja, dan tidak
mungkin naik pesawat terbang dan sekaligus naik kapal laut.

Tabel nilai kebenaran disjungsi eksklusif sebagai berikut:


atau

Diposkan oleh ulya_4111409008 di 18:32

0 komentar:

Poskan Komentar

#3. Implikasi dan Biimplikasi


Materi ketiga adalah berkaitan dengn implikasi dan biimplikasi. Masih sederhna, merupakan
repetisi dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Rasanya tidak sampai setengah jam, materi ini
dikuasai dengan mudah. Permasalahan akan muncul pada saat saudara menentukan ingkaran
dari operasi logika tersebut.

Referensi

1. Chotim, M. 2007. Kalkulus 2 (Handout). Semarang: Unnes (Tidak diterbitkan)

Implikasi (kondisional)
adalah operasi penggabungan dua buah pernyataan yang menggunakan penghubung logika
"jika … , maka … " yang lambangnya " → ". atau " ⇒ ".
Implikasi dari pernyataan p dan q ditulis "p → q" atau "p ⇒ q" dan dibaca "jika p, maka q".

Pernyataan bersyarat p ⇒ q juga dapat dibaca " p hanya jika q " atau " p adalah syarat cukup
bagi q " atau " q adalah syarat perlu bagi p ".

Pada pernyataan p ⇒ q
p disebut hipotesa, anteseden, atau sebab
q disebut konklusi/konsekuen/akibat.

Tabel nilai kebenaran Implikasi sebagai berikut:

p q p⇒q
B B B
B S S
S B B
S S B

atau

q
P pq

1
1 1

0
1 0

1
0 1

0
0 1

Catatan :
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa implikasi p ⇒ q bernilai salah (S) jika anteseden
bernilai benar (B) dan konskuen bernilai salah (S), jika tidak demikian maka p ⇒ q bernilai
benar(B).

Contoh 1:
Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut yang disusun dari
p: Hari ini matahari bersinar terang (B)
q: Hari ini angin bertiup kencang (S).

1. Jika hari ini mata hari bersinar terang maka angin bertiup kencang.
2. Jika hari ini mata hari bersinar terang maka angin tidak bertiup kencang
3. Jika hari ini mata hari tidak bersinar terang maka angin bertiup kencang
4. Jika hari ini matahari tidak bersinar terang maka angin tidak bertiup kencang.

Jawab:

1. Pernyataan bernilai salah (S).


2. Pernyataan bernilai benar (B) .
3. Pernyataan bernilai benar (B)
4. Pernyataan bernilai benar (B).

Biimplikasi (bikondisional)
adalah pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung logika " … jika dan hanya jika … "
dan diberi lambang " ⇔ " atau " ↔ ".

Biimplikasi dari pernyataan p dan q ditulis " p ⇔ q " atau


"p ↔ q" dibaca "p jika dan hanya jika q " dan sering juga dibaca " p equivalen q " dimana p
adalah syarat perlu dan cukup bagi q.

Tabel nilai kebenaran biimplikasi sebagai beriku

1.

p q p⇔q
B B B
B S S
S B S
S S B

2. atau

p
q pq

1 1 1
1
0 0

0
1 0

0
0 1

3.

Dari tabel di atas dapat disebutkan bahwa p ⇔ q bernilai benar jika kedua komponen
penyusunnya memiliki nilai kebenaran yang sama (benar semua atau salah semua).
Contoh:

Tentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk yang disusun berdasarkan pernyataan:


p: 2 bilangan prima
q: 2 + 6 = 12

1. 2 bilangan prima jika dan hanya jika 2 + 6 = 12


2. 2 bilangan prima jika dan hanya jika 2 + 6 tidak sama dengan 12
3. 2 bukan bilangan prima jika dan hanya jika 2 + 6 = 12
4. 2 bukan bilangan prime jika dan hanya jika 2 + 6 tidak sama dengan 12

Penyelesaian:

5. Tulis p: 2 bilangan prima


q: 2 + 6 = 12.
Jelas nilai kebenaran p adalah B dan nilai kebenaran q adalah S.
Jadi nilai kebenaran p q adalah salah (S).
6. Kalimat bernilai benar (B)
7. Kalimat bernilai salah (S)
8. Kalimat bernilai benar (B)

Diposkan oleh ulya_4111409008 di 18:27

#6. Konvers, Invers, dan Kontraposisi


Assalamu’alaikum wr.wb.

Materi keeanam adalah teori tentang konvers, inver, dan kontraposisinya. Sekali lagi, materi ini
sudah pernah terdengar, namun ada baiknya jika kita mengulang kembali untuk lebih
memperdalam pemahaman kita. Selamat belajar.

Referensi:

1. Chotim, M. 2007. Kalkulus 2 (Handout). Semarang: Unnes (Tidak diterbitkan)

Dari pernyataan yang berupa implikasi p ⇒ q dapat dibuat pernyataan implikasi baru sbagai
brikut:
(a) Pernyataan q ⇒ p disebut Konvers dari p ⇒ q
(b) Pernyataan ~p ⇒ ~q disebut Invers dari p ⇒ q
(c) Pernyataan ~q ⇒ ~p disebut Kontraposisi dari p ⇒ q.

Untuk melihat hubungan nilai kebenaran antara implikasi, konvers, invers dan kontraposisi
perhatikanlah tabel kebenaran berikut :

Implikas
Konvers Invers Kontraposisi
i
p q
q ⇒ p ~p ⇒ ~q ~q ⇒ ~p
p⇒q
B B B B B B
B S S B B S
S B B S S B
S S B B B B
Dari tabel di atas ternyata:
Implikasi ekuivalen dengan kontraposisinya atau ditulis

p ⇒ q ≡ ~q ⇒ ~p

dengan kata lain jika implikasi bernilai benar maka kontraposi-sinya juga bernilai benar atau jika
implikasi bernilai salah maka kontraposisinya juga bernilai salah.

Konvers suatu implikasi ekuivalen dengan inversnya atau ditulis

q ⇒ p ≡ ~p ⇒ ~q .

Contoh:
Tentukanlah konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan:
(1) Jika harga bahan bakar minyak naik maka harga beras naik.
(2) Jika x > 6 maka x² ≥ 36

Penyelesaian:

Soal (1)
Konvers : Jika harga beras naik maka harga bahan bakar minyak naik.
Invers : Jika harga bahan bakar minyak tidak naik maka harga beras tidak naik.
Kontraposisi: Jika harga beras tidak naik maka harga bahan bakar minyak tidak naik.

Soal (2)
Tulis
p: jika x² &re; 36
q: x > 6.
Jadi ~p: x² < 36
~q: x ≤ 6.
Jadi konvers p ⇒ q ≡ q ⇒ p ≡ “jika x > 6 maka x² &re; 36”,

invers p ⇒ q ≡ ~p ⇒ ~q ≡ ”jika x² <>≤ 6”,

kontraposisi p ⇒ q ≡ ~q ⇒ ~p ≡ “jika x ≤ 6 maka x² < 36”.

Soal (3)
Jika (p ∧ q) ⇒ r
Jelas konvers (p ∧ q) ⇒ r ≡ r ⇒ (p ∧ q),
invers (p ∧ q) ⇒ r ≡ ~(p ∧ q) ⇒ r ≡ p( ∨ q) ⇒ r,
kontraposisi (p ∧ q) ⇒ r ≡ r ⇒ ~(p ∧ q) ≡ r ⇒ (~p ∨ q).

Tugas 4

(Soal nomor 1)
Tentukan invers, konves dan kontraposisi dari proposisi
berikut ini:

(a) (p ∧ q) ⇒ r
(b) p ⇒ (q ∧ r)
(c) ~p ⇒ (q ∧ ~r)
(d) (p ∨ ~q) ⇒ (q ∧ r)
(e) (~q ∧ ~r) ⇒ (~p ∨ q)
(f) (q ∨ ~r) ⇒ (p ∧ r)

(Soal nomor 2)
Tentukan invers, konvers, dan kontraposisi pernyataan:

(a) Jika hasil produksi melimpah maka harganya turun.


(b) Jika lapangan pekerjaan tidak banyak maka pengangguran meningkat.
(c) Jika ABCD bujur sangkar maka ABCD segi empat.
(d) Jika x > 10 maka x² > 100
(e) Jika x² – 16 = 0 , maka x = 4 atau x = – 4.
(f) Jika sin x = 90° – cos x, maka x merupakan sudut lancip.
(g) Jika tan x = -1, maka x = 135° dan x = 315°

TRIGONOMETRI KELAS X
ATURAN SINUS DAN KOSINUS
ATURAN SINUS DAN KOSINUS
A. ATURAN SINUS

Untuk menurunkan aturan sinus pada sebuah segitiga pandnglah segitiga ABC lancip pada
gambar dibawah, AP, BQ, CR masing-masing merupakan garis tinggi pada sisi a, b, dan c.

Pada∆ ACR
Pada∆ BCR
b
CR
SinA=
a
CR
SinB=
CR = b Sin A………..….(1)
CR = a Sin B…………...(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh :
B Sin A = a Sin B
SinB
b
SinA
a
=
……….…..….(3)
Pada∆ BAP
Pada∆ CAP
c
AP
SinB=
b
AP
SinC=
AP = c Sin B……..……..(4)
AP = b Sin C…………….(5)
Dari persamaan (4) dan (5) diperoleh
c Sin B = b Sin C
SinC
c
SinB
b
=
………..….…..……(6)
Akhirnya dari persamaan (3) dan (6) diperoleh

SinC
c
SinB
b
SinA
a
=
=
…………....(7)
pada persamaan (7) inilah yang dinamakan aturan sinus / dalil sinus.
Kesimpulan ;
1.

Dalam setiap segitiga perbandingan panjang sisi dengan sinus yang menghadap sisi
itu adalah sma untuk tiap sisi dan sudut yang terdapat pada segitiga tersebut.

2.
Pada setiap segitiga ABC, aturan sinus dapat dituliskan dengan
persamaan ;
SinC
c
SinB
b
SinA
a
=
=
contoh 1
jika diketahui
0
50
=
∠A
,
0
70
=
∠B
,
0
60
=
∠C

dan panjang sisi b = 6 cm.tentukan


2 unsur yang lain dalam satu ketelitian decimal?
Penyelesaian :
Diketahui : Segitiga ABC
0
50
=
∠A
,
0
70
=
∠B
,
0
60
=
∠C
, b = 6 cm
Ditanya : Dua unsure yang lain?
Jawab
:
Panjang sisi a
Panjang sisi c
SinB
b
SinA
a
=
SinC
c
SinB
b
=
a = SinB
b
x Sin A
c = SinB
b
x Sin C
=
0
0
50
70
6
xSin
Sin
=
0
0
60
70
6
xSin
Sin
=
766
,
0
9397
,
0
6
x
=
866
,
0
9397
,
0
6
x
a = 4.9 cm
c = 5,6 cm
jadi panjang sisi a = 4,9 cm dan panjang sisi c = 5,6 cm

Penggunaan aturan sinus.

Aturan sinus secara umum dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur pada sebuah
segitiga yang belum diketahui. Apabila unsur-unsur yang lainya telah diketahui. Unsur-unsur
yang diketahui dalam segitiga kemungkinan ialah :

1.
sisi, sudut, sudut disingkat dengan Ss, Sd, Sd
2.
sudut, sisi, sudut disingkat dengan Sd, Sd, Sd
3.
sisi, sisi, sudut disingkat Ss, Ss, Sd
untuk memahami penggunaan aturan sinus marilah kita simak beberapa contoh
berikut ini.
Contoh 2
Dari gambar dibawah unsure-unsur yang diketahui pada segitiga ABC ada dalam
unsure sisi, sudut, sudut (Ss, Sd, Sd).
Diketahui : Pada gambar disamping
Ditanya : Unsur-unsur yang
belum diketahui.
Jawab
:
a.∠C dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan :
∠C =
)
(
1800
B
A ∠
+


=
)
64
38
(
180
0
0
0
+

=
0
78
b. Panjang sisi a dan panjang sisi c ditentukan dengan aturan sinus :
Panjang sisi a
Panjang sisi c
SinB
b
SinA
a
=
SinC
c
SinB
b
=
a = SinB
b
x Sin A
c = SinB
b
x Sin C
=
0
0
38
64
6
xSin
Sin
=
0
0
78
64
6
xSin
Sin
=
6157
,
0
899
,
0
6
x
=
9781
,
0
8988
,
0
6
x
a = 3,4 cm
c = 5,4 cm
∴panjang sisi a = 3,4 cm dan panjang sisi c = 5,4 cm
B. ATURAN KOSINUS
Untuk menentukan aturan sinus pada sebuah segitiga, pandanglah segitiga ABC
lancip pada gambar dibawah CD=h adalah garis tinggi pada sisi c
Dengan menerapkan teorema Phytagoras pada∆ siku-siku BCD diperoleh :
2
2
2
)
(BD
h
a
+
=
…………………...(1)

pada∆ siku-siku ACD diperoleh :

h = b Sin A………………………...(2)

dan

AD = b Cos A, sehingga BD = AB – AD

= c – b Cos A………..…….(3)
Subtitusi persamaan (2) dan (3) kepersamaan (1), diperoleh :
2
2
2
)
(
)
(
bCosA
c
bSinA
a

+
==
A
Cos
b
bcCosA
c
A
Sin
b
2
2
2
2
2
2
+

+
=
bcCosA
c
A
Cos
Sin
b
2
)
(
2
2
2
2

+
+

1
)
(
2
2
=
+
A
Cos
Sin
bcCosA
c
b
a
2
2
2
2

+
=
……….………….(4)
a
b
Dengan mengggunakan∆ ABC pada gambar a dan b kita dapatkan hubungan

acCosB
c
a
b
2
2
2
2

+
=
…………..…….……(5)
abCosC
b
a
c
2
2
2

1 Diketahui segitiga ABC


0
47
=
∠A
,
0
65
=
∠B
dan panjang sisi b = 6 cm. tentukan
3 unsur yang lain dalam satu ketelitian decimal?
a.
C

b Panjang sisi a
c Panjang sisi c

2.Suatu hari andi dan bagus ingin mengukur tingginya suatu menara BTS, jarak andi dan bagus ialah 50 m. sudut
pandang Andi ke tower BTS 350 sedangkan Bagus sudut pandng ketower BTS 620 ? Berapakah tinggi Tower
BTS tersebut?

3 Dalam segitiga ABC diketahui panjang sisi a = 7 cm, b = 8 cm, dan sisi c = 9 cm.
hitunglah besar sudut
C
dan
B
A



,

?
4. Dalam Segitiga PGR diketahui panjang sisi r = 5 cm, q = 7 cm dan
0
52
=
∠P
.
Hitunglah: a.Panjang sisi a
b.Besar
B

c Besar
C

2

+
=

……………..………(6)

Persamaan (4), (5), dan (6) inilah yang dinamakan aturan kosinus / dalil kosinus

Kesimpulan :

Pada setiap segitiga ABC berlaku aturan kosinus yang dapat dinyatakan dengan
persamaan.
bcCosA
c
b
a
2
2
2
2

+
=
acCosB
c
a
b
2
2
2
2

+
=
abCosC
b
a
c
2
2
2
2

+
=
contoh 3.
Diketahui segitiga ABC dengan sisi b = 5, c = 6 dan
0
52
=
∠A
, hitunglah panjang
sisi a.
Penyelesaian :
Pada gambar dibawah unsure-unsur yang diketahui dalam segitiga ABC ada dalam
unsure sisi, sudut, sisi.
Diket
: b=5
c = 6 cm0
52
=
∠A
Ditanya
: Panjang Sisi a ?
Jawab :
Aturan cosinus pada segitiga ABC
bcCosA
c
b
a
2
2
2
2

+
=
=
2
2
2
52
.
6
.
5
.
2
(
6
5
Cos

+

= 25 + 36 – 60 . 0,6157
= 61 – 36,9
= 24,1

a=
1
,
24
a = 4,91
∴Panjang sisi a ialah 4,91 cm
Soal Latihan

Anda mungkin juga menyukai