DAN PENGUKURAN
Disusun oleh :
Kristian Aristiyono
0103519013
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
LOGIKA MATEMATIKA
1. Pernyataan
Pada dasarnya, logika matematika adalah sebuah ilmu yang menggabungkan prinsip ilmu
logika dan pembuktian dalam matematika. Dalam logika matematika, kita belajar untuk
menentukan nilai dari suatu pernyataan, baik bernilai benar atau salah. Pernyataan adalah
kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus kedua-duanya
(benar dan salah). Pernyataan sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: pernyataan tertutup
dan pernyataan terbuka.
a. Pernyataan tertutup merupakan pernyataan yang nilai kebenarannya sudah pasti.
contoh :
6×5 = 30 ( pernyataan tertutup yang benar )
6+5=10 ( pernyataan tertutup yang salah )
gula putih rasanya manis ( pernyataan terbuka )
Jarak Jakarta bandung adalah dekat ( bukan pernyataan, karena dekat itu relatif )
b. Pernyataan terbuka atau kalimat terbuka adalah suatu pernyataan yang belum dapat
ditentukan nilai kebenarannya karena adanya suatu perubah atau variabel.
Contoh kalimat terbuka :
a. x adalah bilangan genap
b. 2x + 4 = 10
c. n adalah bilangan prima
d. x + y > 8
3. Pernyataan Kuantor
Pernyataan kuantor adalah bentuk logika matematika berupa pernyataan yang memiliki
kuantitas. Dalam pernyataan kuantor, pada umumnya terdapat kata semua, seluruh,
setiap, beberapa, ada, dan sebagian.
Kata-kata yang senilai dengan seluruh, semua, setiap, termasuk dalam kuantor universal
dan kata-kata yang senilai dengan sebagian, beberapa, ada termasuk dalam kuantor
eksistensial. Kuantor universal dan kuantor eksistensial saling beringkaran.
: semua orang adalah sarjana (Kuantor universal)
: sebagian orang adalah tidak sarjana (Kuantor eksistensial)
4. Pernyataan Majemuk
Dalam logika matematika, beberapa pernyataan dapat dibentuk menjadi satu pernyataan
dengan menggunakan kata penghubung logika seperti dan, atau, maka dan jika dan hanya
jika. Pernyataan gabungan tersebut disebut dengan pernyataan majemuk.
Dalam logika matematika, kata hubung tersebur masing-masing memiliki lambang dan
istilah sendiri.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sifat dari konjungsi adalah bernilai benar jika
kedua pernyataan penyusun dari peryataan majemuk keduanya bernilai benar.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sifat dari disjungsi adalah bernilai salah jika
kedua pernyataan penyusun dari peryataan majemuk keduanya bernilai salah.
Pernyataan biimplikasi dilambangkan dengan “” yang berarti “jika dan hanya jika”
disingkat “jhj” atau “jikka”. Biimplikasi “pq” ekuivalen dengan “jika p maka q dan jika
q maka p”, dinotasikan sebagai: (p q) (q p).
Misalkan p dan q adalah pernyataan. Suatu biimplikasi adalah suatu pernyataan majemuk
dengan bentuk p jika dan hanya jika q dilambangkan
dengan p q. Biimplikasi p dan q bernilai benar jika keduanya p dan q adalah benar
atau jika keduannya p dan q adalah salah; untuk kasus lainnya biimplikasi adalah salah.
Pada sifat biimplikasi, penyataan majemuk akan bernilai benar jika kedua pernyataan
penyusunnya bernilai sama, keduanya benar atau keduanya salah.
Contoh:
premis 1 : Jika ibu datang maka adik akan senang
premis 2 : Ibu datang
__________________
Kesimpulan: Adik senang
b. MODUS TOLLENS
premis 1 : p →q
premis 2 : ~q ( modus tollens)
__________________
Kesimpulan: ~p
Contoh:
premis 1 : Jika hari hujan, maka ibu memakai payung
premis 2 : Ibu tidak memakai payung
___________________
Kesimpulan : Hari tidak hujan
c. SILOGISME
premis 1 : p→q
premis 2 : q → r ( silogisme)
_________________
Kesimpulan: p →r
Contoh:
Premis 1 : Jika harga BBM naik, maka harga bahan pokok naik.
Premis 2 : Jika harga bahan pokok naik maka semua orang tidak senang.
__________________________________________________
Kesimpulan: Jika harga BBM naik, maka semua orang tidak senang.
PENGUKURAN
1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses memberikan bilangan kepada kualitas fisik panang,
kapasitas volume, luas, sudut, berat (massa) dan suhu (Kennedi dan Tipps, 1994).
Setiap unit yang digunakan untuk mengukur memiliki sifat yang sama sebagaimana
benda yang akan diukur misalnya tongkat meteran memiliki sifat panjang dan digunakan
untuk mengukur panjang, tinggi dan jarak.
Panjang gedung perpustakaan diukur dengan menggunakan satuan meter, tetapi satuan
ini tidak sesuai jika digunakan untuk mengukur kaki ayam. Oleh karena itu diperlukan
satuan ukuran panjang yang lain demikian juga dalam mengukur kita memerlukan
bilangan pecahan, yaitu bilangan pecahan biasa atau pecahan desimal
3. Sistem Pengukuran
Di dunia ini ada dua buah sistem pengukuran yang dipakai secara luas yaitu sistem
imperial/Inggris, yang asal muasalnya dari Inggris dan sistem internasional/metrik yang
asal muasalnya dari Perancis. Dalam Bahasa Perancis dinamai Système International
d’Unités, yang sekaligus menjadi sebutan resmi sistem internasional/metrik, yang juga
disingkat menjadi SI. Di seluruh dunia penggunaan sistem metrik ini sudah sangat meluas
kecuali di Amerika Serikat. Ya, Amerika Serikat kini adalah satu2nya negara di dunia yang
masyarakatnya secara luas masih menggunakan sistem imperial walaupun pemerintahan
federal kini juga sudah mengakui sistem metrik sebagai sistem pengukuran yang resmi
berdampingan dengan sistem imperial. Inggris sendiri sebagai negara tempat asal muasal
sistem imperial ini sejak tahun 1970an ketika mulai bergabung dengan Masyarakat Eropa
(kini menjadi Uni Eropa), masyarakatnya “dipaksa” untuk beralih ke sistem pengukuran
metrik, hasilnya kini masyarakat Inggris cukup sangat berfikiran metrik walaupun ada
masyarakat2 tradisionalis yang fanatik yang mencoba “melawan” secara pasif. Sedangkan
negara2 Anglo-Saxonlainnya seperti Australia, Selandia Baru dan juga Canada,
masyarakatnya hampir semuanya sudah berfikiran metrik!
Keindahan dari sistem metrik ini adalah antara satuan yang besar dengan satuan yang
kecil selalu berkelipatan 10, jadinya gampang diingat dan gampang mengkonversikannya.
Sedangkan sistem Inggris sangat tidak praktis, antara satuan yang besar dan yang kecil
tidak punya “pegangan yang pasti”. Misalnya 1 mil = 1760 yard.
Keuntungan Sistem Metrik
Keuntungan sistem metrik jika dibandingkan dengan sistem Inggris antara lain sebagai
berikut
Menggunakan sistem bilangan basis 10
Sederhana dan mudah digunakan
Hanya sedikit satuan yang sering digunakan, yaitu meter, gram dan liter, sehingga
mudah diingat orang
Sistem metrik telah digunakan secara lusa dibanyak negara, walaupun negara Amerika
serikat tidak menggunakan sistem ini.
5. Kesalahan Pengukuran
a. Salah Mutlak (SM)
Salah Mutlak adalah kesalahan terbesar yang terjadi terhadap hasil pengukuran dengan
menggunakan alat ukur tertentu.
Salah Mutlak = 1/2 x Satuan Ukur Terkecil
Contoh:
Sebuah benda diukur dengan penggaris yang ditera dalam sentimeter dan hasilnya 5
cm. Ini tidak berarti panjangnya 5 cm tepat,tetapi pengukuran ini tepat sampai
satu angka signifikan dengan satuan ukuran terkecil 1 cm. Jadi panjang sebenarnya
lebih dekat ke 5 cm daripada 4 cm atau ke 6 cm. Dengan kata lain panjang sebenarnya
terletak antara 4,5 cm dan 5,5 cm. Hal ini kesalahan yang masih diterima dan
pengukuran ini adalah 0,5 cm atau salah mutlaknya ialah 0,5 cm.
b. Salah Relatif
Salah Relatif yaitu salah mutlak dibanding hasil pengukuran. Besarnya kesalahan yang
sama kadang mempunyai tingkat kepentingan berbeda. Hal ini menyebabkan ukuran
yang satu dapat diterima sedangkan yang lain ditolak. Oleh karena itu memilih alat
ukuran yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhannya.
Kesalahan pengukuran yang dipengaruhi tingkat kepentingan tertentu disebut salah
relatif. Salah relatif dirumuskan sebagai berikut :
Salah Relatif = Salah Mutlak / Hasil Pengukuran
Kesalahan Relatif suatu pengukuran menunjukkan seberapa besar persentase kesalahan
(PK).
Persentase Kesalahan = Salah Relatif x 100%
Misalkan : Seorang bekerja membuat garis pinggir lapangan sepakbola, kesalahan
sebesar 1 cm sampai 5 cm adalah relatif tidak masalah. Akan tetapi, suatu kesalahan 1
cm saja yang diperbuat oleh seorang tukang kayu akan berakibat fatal. Demikian halnya
jika kita membuat kue dengan tepung 2 kg, yang dibubuhi esens terlalu banyak ½
cangkit, akibatnya kue itu tidak enak dimakan. Oleh karena itu, apabila kita memandang
suatu kesalahan, tentu kita membandingkan dengan pengukuran yang sebenarnya.
Karena itu kita menggunakan istilah salah relatif (nisbi).
c. Toleransi Pengukuran
Toleransi pengukuran yaitu batas-batas pengukuran yang masih dapat diterima.
Batas Atas (BA)= Hasil Pengukuran + Salah Mutlak
Batas Bawah (BB) = Hasil Pengukuran - Salah Mutlak