Anda di halaman 1dari 33

PENARIKAN

KESIMPULAN
Disusun oleh
Tim Dosen Matematika
TAUTOLOGI, EKIVALEN DAN KONTRADIKSI

1. Tautologi
Perhatikan bahwa beberapa pernyataan selalu bernilai benar. Contoh
pernyataan: “Junus masih bujang atau Junus bukan bujang” akan selalu bernilai
benar tidak bergantung pada apakah junus benar-benar masih bujang atau bukan
bujang.
Jika p : junus masih bujang, dan ~p : junus bukan bujang, maka pernyataan
diatas berbentuk p ∨ ~p. (coba periksa nilai kebenarannya dengan menggunakan
tabel kebenaran). Setiap pernyataan yang bernilai benar, untuk setiap nilai
kebenaran komponen-komponennya, disebut tautologi.
2. Ekivalen
Perhatikan kalimat: “Guru pahlawan bangsa” dan “tidak benar bahwa guru
bukan pahlawan bangsa”. Kedua kalimat ini akan mempunyai nilai kebenaran
yang sama, tidak perduli bagaimana nilai kebenaran dari pernyataan semula.

Definisi :
Dua buah pernyataan dikatakan ekivalen (berekivalensi logis) jika kedua
pernyataan itu mempunyai nilai kebenaran yang sama.

23
Pernyataan p ekivalen dengan pernyataan q dapat ditulis sebagai p  q.
Berdasarkan definisi diatas, sifat-sifat pernyataan-pernyataan yang ekivalen
(berekivalensi logis) adalah:
1. p  p
2. jika p  q maka q  p
3. jika p  q dan q  r maka p  r

Sifat pertama berarti bahwa setiap pernyataan selalu mempunyai nilai


kebenaran yang sama dengan dirinya sendiri. Sifat kedua berarti bahwa jika
suatu pernyataan mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan suatu
pernyataan yang lain, maka tentu berlaku sebaliknya. Sedangkan sifat ketiga
berarti bahwa jika pernyataan pertama mempunyai nilai kebenaran yang sama
dengan pernyataan kedua dan pernyataan kedua mempunyai nilai kebenaran
yang sama dengan pernyataan ketiga maka nilai kebenaran pernyataan
pertama adalah sama dengan nilai kebenaran pernyataan ketiga.
Jika pernyataan tertentu p ekivalen dengan pernyataan q, maka
pernyataan p dan q dapat saling ditukar dalam pembuktian. Ingat pada
pernyataan “segi tiga sama sisi” yang ekivalen dengan “segi tiga yang
sudutnya sama besar”. Dalam pembuktian pada geometri sering kali kita
menggunakan kedua pernyataan itu dengan maksud yang sama.

3. Kontradiksi
Sekarang perhatikan kalimat : “Pratiwi seorang mahasiswa dan bukan
mahasiswa”. Pernyataan ini selalu bernilai salah, tidak tergantung pada nilai
kebenaran dari “Pratiwi seorang mahasiswa” maupun “Pratiwi bukan
mahasiswa”.
Jika r : Pratiwi mahasiswa maka ~ r : Pratiwi bukan mahasiswa maka
pernyataan di atas berbentuk r ∧ ~ r (Coba periksa nilai kebenarannya
dengan menggunakan tabel kebenaran).
Setiap pernyataan yang selalu bernilai salah, untuk setiap nilai
kebenaran dari komponen-komponen disebut kontradiksi. Karena
kontradiksi selalu bernilai salah, maka kontradiksi merupakan ingkaran dari
tautologi dan sebaliknya.
2
4
Contoh bentuk Ekuivalensi

𝑝 → 𝑞 ≡ −𝑞 → −𝑝
𝑝 → 𝑞 ≡ −𝑝 ∨ 𝑞
PENARIKAN KESIMPULAN
Istilah
1. Premis
2. Konklusi
3. Argumen

Pola
1. Modus Ponens
2. Modus Tollens
3. Silogisme
• Pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menarik
suatu kesimpulan disebut premis, sehingga suatu premis
dapat berupa aksioma, hipotesa, definisi atau pernyataan
yang sudah dibuktikan sebelumnya.

• Sedang yang dimaksud dengan argumen adalah kumpulan


kalimat yang terdiri atas satu atau lebih premis yang
mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu)
konklusi. Konklusi ini selayaknya (supposed to) diturunkan
dari premis-premis.

• Konklusi sebaiknya diturunkan dari premis-premis, kalau


premis yang digunakan benar, maka konklusi akan bernilai
benar.
Contoh: Tunjukan dengan table kebenaran !
Premis 1 : p  q
Premis 2 : p

Konklusi : q
Jawab :
{(p  q)  p}  q benar
p q p  q (p  q)  p {(p  q) p}  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
2. Pola Penarikan Kesimpulan

a. Modus Ponens.
Premis 1 :pq
Premis 2 : p
Konklusi : q

Dibaca : Jika diketahui p  q benar


dan p benar , maka
disimpulkan q benar
Contoh

Premis 1 : Jika 2 + 3 = 5, maka 5 > 4


Premis 2 : 2 + 3 = 5
Konklusi : 5 > 4
b. Moduls Tollens

Premis 1 :pq
Premis 2 : q

Konklusi : p

Dibaca : Jika diketahui p  q benar dan


q benar , maka disimpulkan
p benar
Contoh

Premis 1 : Jika hari hujan, maka cuaca


dingin
Premis 2 : Cuaca tidak dingin

Konklusi : Hari tidak hujan


3. Prinsip Silogisma.

Premis 1 : p  q
Premis 2 : q  r

Konklusi : p  r

Dibaca: Jika diketahui p  q benar dan


q  r benar, maka disimpulkan
p  r benar
Contoh:

Premis 1 : Jika Maher seorang siswa SMK maka


Maher melaksanakan PSG
Premis 2 : Jika Maher melaksanakan PSG
maka Maher belajar di industri minimal 3 bulan

Konklusi : Jika Maher seorang siswa SMK maka


Maher belajar di industri minimal 3 bulan
Simplikasi (Simp)
• Premis 1 :pq
• Premis 2 :rq
• Premis 3 : p r
• Konklusi :q

Perhatikan contoh berikut !


1. Jika Fauzia datang, Fathnan pun ikut
2. Jika Attaya datang, Fathnan pun ikut
3. Fauzia dan Attaya datang
Jadi, Fathnan ikut datang
Silogisma Disjungtif (DS)
Premis 1 : p  q
Premis 2 : ~ p
Konklusi : q

Contoh :
Premis 1 : Pengalaman ini berbahaya atau membosankan
Premis 2 : Pengalaman ini tidak berbahaya
Konklusi : Pengalaman ini membosankan
Dilema Konstruktif (CD)

Premis 1 : (p  q)  (r  s)
Premis 2 :p r
Konklusi :q s

Dilema konstruktif ini merupakan kombinasi dua argumen modus ponen.

Contoh 1:
• Jika hari hujan, aku akan tinggal di rumah; tetapi jika kawan datang,
aku pergi berbelanja.
• Hari ini hujan atau kawan datang.
• Aku akan tinggal di rumah atau pergi berbelanja.

Contoh 2 :

Jika purnama telah menghilang, malam menjadi gelap gulita.


Jika malam semakin larut, angin bertiup semakin dingin.
Purnama telah menghiang atau malam semakin larut.
Jadi, malam menjadi gelap gulita atau angin bertiupsemakin dingin.
Dilema Destruktif (DD)
Premis 1 : (p  q)  (r  s)
Premis 2 : ~ q  ~ s
Konklusi : ~ p  ~ r

Dilema destruktif ini merupakan kombinasi dari dua argumen


modus tolens

Contoh :
• Jika aku memberikan pengakuan, aku akan digantung;
dan jika aku tutup mulut, aku akan ditembak mati.
• Aku tidak akan ditembak mati atau digantung.
• Jadi, aku tidak akan memberikan pengakuan, atau tidak
akan tutup mulut.
KUANTOR
1. Kuantor Umum (Kuantor Universal)
Simbol  yang dibaca “untuk semua” atau “untuk setiap” disebut
kuantor umum. Jika p(x) adalah fungsi proposisi pada suatu
himpunan A (himpunan A adalah semesta pembicaraannya) maka
(x  A) p(x) atau x, p(x) atau x p(x) adalah suatu pernyataan
yang dapat dibaca sebagai “Untuk setiap x elemen A, p(x) merupakan
pernyataan “Untuk semua x, berlaku p(x)”.
Contoh :
1. p(x) = x tidak kekal
p(manusia) = Manusia tidak kekal
maka x, p(x) = x  {manusia}, p(x) = semua manusia tidak
kekal (Benar)
Perhatikan bahwa p(x) merupakan kalimat terbuka (tidak
mempunyai nilai kebenaran). Tetapi x p(x) merupakan
pernyataan (mempunyai nilai benar atau salah tetapi tidak
kedua-duanya).

2. x r(x) = x (x + 3 > 1) pada A = {bilangan asli} bernilai benar.


3. x q(x) = x (x + 3 < 1) pada A = {bilangan asli} bernilai salah.
2. Kuantor Khusus (Kuantor Eksistensial)
Simbol  dibaca “ada” atau “untuk beberapa” atau “untuk paling sedikit
satu” disebut kuantor khusus. Jika p(x) adalah fungsi pernyataan pada
himpunana tertentu A (himpunana A adalah semesta pembicaraan) maka (x 
A) p(x) atau x! p(x) atau x p(x) adalah suatu pernyataan yang dibaca “Ada x
elemen A, sedemikian hingga p(x) merupakan pernyataan” atau “Untuk beberapa
x, p(x)”. ada yang menggunakan simbol ! Untuk menyatakan “Ada hanya satu”.

Contoh :
p(x) = x adalah wanita
p(perwira ABRI) = Perwira ABRI adalah wanita
x p(x) = x! p(x) = x  {perwira ABRI},
p(x) = ada perwira ABRI adalah wanita (Benar)

x p(x) = x (x + 1 < 5) pada A = {bilangan asli}


maka pernyataan itu bernilai salah.

x r(x) = x (3 + x > 1) pada A = {bilangan asli}


maka pernyataan itu bernilai salah.
26
3. Negasi Suatu Pernyatan yang Mengandung Kuantor
Negasi dari “Semua manusia tidak kekal” adalah “Tidak benar
bahwa semua manusia tidak kekal” atau “Beberapa manusia
kekal”.
Jika p(x) adalah manusia tidak kekal atau x tidak kekal, maka
“Semua manusia adalah tidak kekal” atau x p(x) bernilai benar,
dan “Beberapa manusia kekal” atau x ~ p(x) bernilai salah.
Pernyataan di atas dapat dituliskan dengan simbol:
~ [x p(x)]  x ~ p(x)

Jadi negasi dari suatu pernyataan yang mengandung kuantor


universal adalah ekivalen dengan pernyataan yang mengandung
kuantor eksistensial (fungsi pernyataan yang dinegasikan) dan
sebalinya :
~ [x p(x)]  x ~ p(x)
26
Biimplikasi
p↔q

p↔q
Latihan 4
5. Mana yang merupakan modus Ponens, Tollens atau
Silogisma :
a. Premis 1: Jika Ibu pergi maka adik menangis
Premis 2:Adik tidak menangis
Konklusi: Ibu tidak pergi

b. Premis 1: Jika jamu adalah obat maka jamu


dapat menyembuhkan penyakit
Premis 2: jamu adalah obat
Konklusi: jamu dapat menyembuhkan penyakit
c. Premis 1: Jika Aldi seorang programer IT maka
Aldi memahami flowchart
Premis 2: Jika Aldi memahami flowchart maka
Aldi mampu mengoperasikan komputer
Konklusi: Jika Aldi seorang programer IT maka
Aldi mampu mengoperasikan komputer
Latihan 5
Premis 1: Jika beberapa masyarakat resah maka
harga BBM naik
Premis 2: Jika Harga BBM naik maka harga bahan pokok naik
Premis 3: Harga bahan pokok tidak naik

Konklusi: ......?

Konklusi: Semua Masyarakat Tidak Resah


Latihan 6 (penarikan kesimpulan)
1. P1 : Jika hari ini hujan, maka tanah
menjadi basah
P2 : Jika tanah menjadi basah, maka
tanah menjadi licin
P3 : Hari ini hujan
Apa kesimpulanya ? Tanah menjadi licin
Latihan 6 (lanjutan)
2. Jika Paryo rajin bekerja, maka ia mendapat
reputasi kerja yang baik, jika Paryo memiliki
reputasi kerja yang baik, maka karirnya akan
meningkat dengan cepat, ternyata karir Paryo tidak
meningkat, apa kesimpulanya ?

Paryo tidak Rajin Bekerja


SOAL TAMBAHAN
TUGAS
1. Buatlah penarikan kesimpulan yang menggunakan
modus ponen, modus tolens, dan silogisme di dunia
kefarmasian (masing-masing 1 contoh).
2. Buatlah 1 contoh penarikan kesimpulan yang
menggunakan pernyataan berkuantor di dunia
kefarmasian.
3. Diketahui pernyataan:
p : apoteker ramah
q : apotek ramai
r : pemilik apotek untung banyak
tentukan pernyataan majemuk sesuai dengan aturan
berikut:
𝑝 ∧ 𝑞; 𝑝 ∨ 𝑞; 𝑝 ⇒ 𝑞; 𝑝 ⟺ 𝑟; −𝑝; −𝑞; − 𝑝 ⇒ 𝑟 ; −(𝑝 ∧ 𝑟)

Anda mungkin juga menyukai