Oleh :
Een Tri Septi Cahyati
15081032
YAYASAN AL-FATAH
AKADEMI FARMASI
BENGKULU
2017/2018
1
2
NIM : 15081032
UltraViolet
merupakan hasil karya sendiri dan sepengetahuan penulis tidak berisikan materi
jawab penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
EEN TRI SEPTI CAHYATI
15081032
Dewan Penguji :
Penguji
MOTTO
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
(QS. Al-Insyirah,6-8)
merubah dunia “
-Nelson Mandela-
5
Persembahan
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, walaupun banyak sekali proses yang
kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dan aku sayangi yaitu
tak pernah ada batasnya keluar dari mulut orang yang sangat
hanya bisa berdoa untuk kesehatan umur panjang bapak dan mamak
Adek mohon doa dan restu agar adek bisa menjadi seseorang
berikan pada adek sampai saat ini tidak akan pernah mungkin bisa
memohon maaf karna beberapa bulan ini sudah merepotkan ibu karna
menyelesaikan karya tulis een ini, tanpa kedua ibu pembimingku ini,
banyak karna telah menemani een menyelesaikan karya tulis ini dan
menjadi bagian dalam hidup een, yang telah menjadi orang tua,
Dan untuk seluruh pihak baik dosen beserta staf dan para satpam
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
Tulis Ilmiah tentang “Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Bubuk Di Kota Bengkulu
Fatah Bengkulu.
Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, penulis sadar
kepada :
saya yang telah membimbing dan memberikan saran setiap masalah saya.
Bengkulu.
g. Para dosen dan Staf Karyawan Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu yang
Ilmiah ini.
seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan karya tulis ilmiah,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk
perbaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
INTISARI ............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah .................................................................. 3
1.3 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 4
1.5.1 Bagi akademik............................................................ 4
1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan ................................................ 4
1.5.3 Bagi Masyarakat ........................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ......................................................................... 5
2.1.1 Tinjauan Pustaka ........................................................ 5
2.1.2 Kopi ............................................................................ 6
2.1.3 Kafein ......................................................................... 13
2.1.4 Data Perkebunan Kopi di Bengkulu........................... 15
2.1.5 Proses ekstraksi ......................................................... 16
2.1.6 Spektrofotometri ....................................................... 16
2.2 Kerangka Konsep ............................................................... 18
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Absorbansi larutan standar kafein ................................................. 24
Tabel II. Absorbansi dan kadar kafein pada berbagai sampel ................... 25
Tabel III. Perhitungan teoritis kadar kafein dalam 4 kali sajian ................. 41
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur kimia kafein ................................................................. 13
Gambar 2. Kerangka konsep ...................................................................... 18
Gambar 3. Kurva spektrum serapan larutan kafein standar ........................ 22
Gambar 4. Data absorbansi dari kurva serapan maksimum ....................... 23
Gambar 5. Kurva kalibrasi larutan kafein .................................................. 24
Gambar 6. Kerangka konsep ....................................................................... 34
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur kerja penelitian ....................................................... 34
Lampiran 2. Perhitungan pembuatan larutan standar .................................. 35
Lampiran 3. Perhitungan kadar kafein pada sampel ................................... 37
Lampiran 4. Perhitungan secara teori kadar kafein dalam satu cangkir .... 40
Lampiran 5. Foto pengerjaan ..................................................................... 42
Lampiran 6. Hasil spektrofotometri ultraviolet ........................................... 43
Lampiran 7. Peralatan yang digunakan ...................................................... 44
Lampiran 8. Bahan yang digunakan ........................................................... 45
Lampiran 9. Kuesioner ............................................................................... 46
Lampiran 10. Hasil kuesioner ..................................................................... 50
15
INTISARI
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji
kopi, daun teh, dan biji cokelat. Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari
proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Saat ini kopi merupakan
komoditas nomor dua paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi,
dengan tingkat produksi kopi dunia kurang lebih mencapai 7 juta ton per tahun.
Saat ini pula, kopi merupakan minuman terbesar kedua yang dikonsumsi orang di
seluruh dunia, setelah air. Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui
kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang diambil dibeberapa pusat penjualan
oleh-oleh di Kota Bengkulu.
Metode yang digunakan yaitu dengan spektrofotometri ultraviolet. Sampel
diekstrak dengan corong pisah menggunakan pelarut klorofrom, kemudian
dilakukan pengenceran bertingkat dengan konsentrasi yang telah ditentukan,
kemudian ukur serapan larutan sampel dengan menggunakan spektrofotometri.
Konsentrasi kafein ditentukan berdasarkan persamaan regresi dari kurva kalibrasi
standar.
Adapun hasil kadar kafein yang didapatkan dari keenam sampel hanya 2
yang memenuhi persyaratan dari SNI 01-7152-2006 antara 150mg/hari dan
50mg/sajian. Jika mengkonsumsi kafein melebihi dosis lazim hal tersebut akan
menyebabkan ketergantungan dan efek samping lainnya.
16
BAB l
PENDAHULUAN
dan ekstraksi biji tanaman kopi. Saat ini kopi merupakan komoditas nomor
produksi kopi dunia kurang lebih mencapai 7 juta ton per tahun. Saat ini pula,
dan Brazil.
yang pada umumnya telah memperoleh izin dari Dinas Perindustrian sebagai
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji
koii, daun teh, dan biji cokelat (Coffeefag,2001). Kopi bubuk merupakan
salah satu kopi yang banyak menjadi pilihan masyarakat, karena rasanya yang
17
khas. Oleh karena itu, banyak warung kopi yang menjual kopi bubuk
buatanlokal (Maramis dkk, 2013). Untuk menjamin mutu dan keamanan kopi
menetapkan standar batas maksimum untuk kadar kafein dalam kopi bubuk
ada kopi yang mengandung kadar kafein yang tinggi perlu dilakukan
2002).
terhadap perbandingan penetapan kadar kafein pada kopi bubuk lokal yang
UltraViolet.
18
b. Apakah kadar kafein dari sampel tersebut sudah masuk dalam (SNI 01-
Bengkulu.
2. Mengetahui kadar kafein pada sampel sudah sesuai dengan (SNI 01-
HPLC.
kafein pada kopi bubuk lokal yang lain selain yang ada di Kota
Bengkulu.
2. Memberikan pengetahuan kadar kopi dari jenis yang diteliti agar bisa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
artinya buruh atau tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara
umum dan luas, yaitu Suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang
mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan
beberapa industri salah satunya adalah Industri kopi. Industri dalam negeri
sangat beragam, dimulai dari unit usaha berskala home industry hingga
juga untuk mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukan bahwa
2.1.2 Kopi
Kata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, yang berarti kekuatan,
koffie (Belanda), coffee (Inggris) dan coffea (Latin). Kata ini kemudian
Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan
26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu
Arab(Rahardjo,2012).
robusta.
dibudidayakan, yakni:
1. Kopi Arabika
diatas 1.000 – 2.100 meter di atas permukaan laut. Kopi ini memiliki
2. Kopi Liberika
buruk dari kopi Arabika, baik dari segi buah dan tingkat rendemennya
rendah.
23
adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai
barat sampai Uganda. Kopi ini dapat tumbuh di ketinggian yang lebih
4. Kopi Hibrida
antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari
atau sambungan.
1. Penyangraian
Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan cita rasa khas
24
kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara
citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangrai ditentukan atas dasar
warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat sangrai. Makin
lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua
Kehilangan berat kering pada tahap roasting ini terkait erat dengan
suhu penyangraian.
204°C dan dark roast suhu yang digunakan 213°C sampai 221°C.
dipanaskan menggunakan gas atau bahan bakar, dan pada desain baru
secara manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain
itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang
citarasa dan senyawa penyegar, mudah larut dalam air seduhan. Salah
keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai
kopi antara lain asam amino dan gula. Selama penyangraian beberapa
27
Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti tanin
dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi
1. Kopi Bubuk
(bubuk sedang), fine (bubuk halus), very fine (bubuk amat halus).
kurang lebih sebesar 115 mg per 10 gram kopi (± 1-2 sendok makan)
2. Kopi Instan
kafein kurang lebih sebesar 69-98 mg/sachet kopi dalam 150 ml air
2.1.3 Kafein
a. Struktur kafein
b. Manfaat kafein
lebih dari 300 mg atau setara dengan tiga cangkir kopi sehari (Bhara,
(PemKotBengkulu. 2017).
Bengkulu mampu menghasilkan 88.861 ton kopi tiap tahun. Jenis kopi
16.760 hektar, Kaur 7.985 hektar dan Kota Bengkulu seluas 21 hektar.
Dari data luas tanaman kopi Robusta Bengkulu, yang paling luas berada
pelarut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pelarut air dan
sempurna, pemilihan pelarut harus selektif dan terbaik untuk bahan yang
akan diekstraksi, dan pelarut tersebut harus terpisah dengan cepat setelah
kepolaran zat, untuk zat-zatyang polar hanya larut dalam pelarut polar dan
zat-zat non polar hanya larut dalam pelarut nonpolar. Bahan- bahan
organik tidak selalu larut dalam air, oleh karena itu dapat dipisahkan
tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet berada pada panjang
(Watson,2009)
yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana
angka yang tetbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam
2013).
33
Sampel
kopi bubuk
Ekstraksi Hasil
Perhitungan
kadar
Penetapan kadar kafein
dengan Spektrofotometri
UltraViolet Sesuai(SNI 01-7152-2006)
. yaitu berkisar 150mg/hari
dan 50mg/sajian.
YA TIDAK
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1. Alat-alat
batang pengaduk, corong pisah, kertas saring, corong, gelas ukur, labu
3.2.2. Bahan
dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan aquades lalu dicukupkan
diperoleh larutan dengan konsentrasi 200 ppm, larutan ini disebut larutan
dengan cara memipet 10 ml larutan induk baku standar ke dalam labu ukur
100 ml, lalu dilarutkan dengan aquades sampai tanda batas, sehingga
baku standar dengan konsentrasi 10, 20, 30 40 dan 50 ppm. Dengan cara
ukur 100 ml, lalu dilarutkan dengan aquades sampai tanda batas.
dan dilarutkan dengan aquades mendidih sebanyak 100 ml, disaring, lalu
berikut :
𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ( ) 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)𝑥 𝐹𝑝
𝐿
Kadar kafein (mg/g) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
BAB IV
4.1. Hasil
kopi bubuk lokal yang ada di Kota Bengkulu, dari ke-37 kemasan kopi
kuesioner.
aquades dilakukan pada konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm dan
dalam minum kopi yaitu dengan menggunakan air, dan didapat hasil
kalibrasi berupa garis linier dan didapat persamaan regresi seperti tabel 1.
39
1.2
y = 0,01836x + 0,1364
1
R² = 0,988
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60
konsentrasi
serapan dengan koefisien korelasi (r) = 0,988 dan persamaan garis regresi
Y = 0,01836x + 0,1364
40
kafein pada 6 sampel kopi bubuk dapat dilihat pada tabel III.
Tabel ll. Absorbansi dan kadar kafein pada berbagai sampel kopi
bubuk
4.2. Pembahasan
mendidih sebanyak 100 ml, karena menurut Wilson & Gisvold (1982)
41
dalam Fitri, 2008), kafein larut dalam 1,5 bagian air mendidih. Diharapkan
replikasi agar yakin bahwa kafein dalam sampel kopi telah terekstraksi
mudah larut dalam kloroform (Depkes, 1995), dan menurut Wilson dan
Gisvold (1982) dalam Fitri, (2008), kafein larut dalam 6 bagian kloroform.
ekstraksi kafein dapat juga digunakan pelarut benzen dan etil asetat,15
kelarutan, maka kloroform lebih aman dan murah untuk digunakan, selain
lalu digojok, dan terjadi dua lapisan, lapisan bawah yang merupakan
42
Setelah itu larutan kafein yang didapat diuapkan pelarutnya dengan cara
penguapan air rendaman selalu dicek dan diganti jika air nya sudah tidak
dilakukan dengan cara dipipet sebanyak 2 ml ke dalam labu ukur 100 ml,
pengenceran 50.
hasil yang diperoleh berbeda dengan literatur yaitu 275 nm, hal ini
mungkin dapat terjadi karena pengaruh baku banding dan penggunaan alat
pada berbagai konsentrasi kafein, yaitu 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm data
1988).
kafein 20,37025 mg, 17,3745 mg, 11,928 mg, 7,16225 mg, 19,14475 mg,
1,44325 mg. Jika dibuat dalam % (b/b) maka pada setiap 1 gram kopi
44
berkisar ±6 gram dalam satu cangkir, dan jika ditinjau dari Farmakope
Indonesia (1995) jika mengkonsumsi kopi 3-4 kali sehari, maka kopi
bubuk lokal yang telah diteliti mempunyai kadar kafein untuk hasil perhari
maupun persajian. Karna jika melebihi batas ketentuan SNI yang telah
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
dapat memperbanyak daftar acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
.
46
penetapan kadar pada kafein dapat menggunakan metode yang lain, seperti
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, A dan Sri Marini, 2011. Kopi Si Hitam Menguntungkan Budi Daya Dan
Pemasaran. Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka. hlm. 12-14
Burnham, T.A 2001. Drug Fact and Comparison,St Louis: A Wolters Kluwers
Company,USA
Badan Pusat Statistika Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka.
jurnal kopi sumatera. Bengkulu
Fathoni, Ahmad. 2015. Analisa Secara Kualitatif dan Kuantitatif kadar kafein
dalam Kopi Bubuk Lokal yang Beredar Di Kota Palembang Menggunakan
Spektrofotometer UC-Vis, Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti
Pertiwi: Palembang
Farmakologi UI. 2002. Farmakologi dan terapi edisi 4. Gaya Baru : Jakarta
48
Fitri, N. S. 2008. Pengaruh Berat dan Waktu Penyeduhan terhadap Kadar Kafein
dari Bubuk Teh. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Gandjar, S dan Rohman. 2014, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Najiyati, S, dan Danarti, 2004. Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
Panen, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya.Jakarta
Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua, Jakarta :
PT. Karya Grafindo Persada. hlm. 54.
Sofiana, N. 2011. 1001 Fakta Tentang Kopi. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Tjay, T.H dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan, dan
efek-efek sampingnya (edisi IV). Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Varnam, H.A. dan Sutherland, J.P., 1994. Beverages (Technology, Chemestry and
Microbiology). London : Chapman and Hall.
L
A
M
P
I
R
A
N
50
Sampel kopi
bubuk
(filtrat) + CaCo3
Hasil
Perhitungan
sampel
SNI
20 𝑚𝑔
= 0,2 x 1000 = 200 ppm (C1)
100 𝑚𝑙
V1.200 = 100.0
V1 = 0/200 = 0 ml
V1.200 = 100.10
V1 = 1000/200 = 5 ml
V1.200 = 100 . 20
V1 = 2000/200 = 10 ml
V1.200 = 100.30
V1 = 3000/200 = 15 ml
V1.200 = 100.40
V1 = 4000/200 = 20 ml
52
V1.200 = 100.50
V1 = 5000/200 = 25 ml
53
Persamaan regresi :
Y= bx + a
X = konsentrasi
1. SAMPEL RJ
Dik : Y = 0,286
0,286−0,1364 0,1496
Maka X = = 0,01836𝑥 = 8,1481ppm=8,1481 mg/L
0,01836𝑥
𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)
𝑚𝑔
8,1481 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 40,7405𝑚𝑔
𝐿
= = = 20,37025 mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟
20,37025 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 2, 037025% (b/b)
1000 𝑚𝑔
2. SAMPEL HM
Dik : Y = 0,264
0,264−0,1364 0,1276
Maka X = = 0,01836𝑥= 6,9498 ppm= 6,9498 mg/L
0,01836𝑥
𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)
𝑚𝑔
6,9498 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 34,749𝑚𝑔
𝐿
= = = 17,3745mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟
17,3745 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 1,7345% (b/b)
1000 𝑚𝑔
54
3. SAMPEL KT
Dik : Y = 0,224
0,224−0,1364 0,0876
Maka X = = = 4,7712 ppm= 4,7712 mg/L
0,01836𝑥 0,01836𝑥
𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)
𝑚𝑔
4,7712 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 23,856𝑚𝑔
𝐿
= = = 11,928mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟
11,928 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 1,1928% (b/b)
1000 𝑚𝑔
4. SAMPEL SM
Dik : Y = 0,189
0,189−0,1364 0,0526
Maka X = = 0,01836𝑥= 2,8649 ppm= 2,8649 mg/L
0,01836𝑥
𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)
𝑚𝑔
2,8649 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 14,3245𝑚𝑔
𝐿
= = = 7,16225mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟
7,16225 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 0,716225% (b/b)
1000 𝑚𝑔
5. SAMPEL RS
Dik : Y = 0,277
0,277−0,1364 0,1406
Maka X = = 0,01836𝑥= 7,6579 ppm= 7,6579 mg/L
0,01836𝑥
𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)
𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
55
𝑚𝑔
7,6579 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 38,2895𝑚𝑔
𝐿
= = = 19,14475mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟
19,14475𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 1,914475% (b/b)
1000 𝑚𝑔
6. SAMPEL IO
Dik : Y = 0,147
0,147−0,1364 0,0106
Maka X = = 0,01836𝑥= 0,5773 ppm= = 0,5773 mg/L
0,01836𝑥
𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)
𝑚𝑔
= 0,5773 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 2,8865𝑚𝑔
𝐿
= = = 1,44325mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟
1,44325 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 0,144325% (b/b)
1000 𝑚𝑔
56
Jika ditinjau dari Farmakope Indonesia (1995) dalam satu cangkir terdapat
kopi bubuk berkisar ±6 gram dalam satu kali sajian, maka jumlah konsumsi kopi
dalam satu hari adalah 3-4 kali sajian dan perhitungan dihitung sebanyak 3 kali
sajian.
1. Sampel RJ
2. Sampel HM
3. Sampel KT
4. Sampel SM
5. Sampel RS
6. Sampel IO
FOTO SAMPEL
LAMPIRAN 9. Kuesioner
63
64
65
66
Jadi sampel kopi yang diambil hanya perwakilan 6 terbanyak yaitu 1001,hainam,rejang,ratu
samban, semorai,kito.
67