Anda di halaman 1dari 67

ANALISIS KADAR KAFEIN PADA KOPI BUBUK

DI KOTA BENGKULU MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi ( A.Md.Farm)

Oleh :
Een Tri Septi Cahyati

15081032

YAYASAN AL-FATAH
AKADEMI FARMASI
BENGKULU
2017/2018

1
2

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

Nama : Een Tri Septi Cahyati

NIM : 15081032

Program Studi : DIII Farmasi

Judul : Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Bubuk Di

Kota Bengkulu Menggunakan Spektrofotometri

UltraViolet

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini

merupakan hasil karya sendiri dan sepengetahuan penulis tidak berisikan materi

yang dipublikasikan atau ditulis orang lain atau dipergunakan untuk

menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi lain kecuali untuk bagian-bagian

tertentu yang dipakai sebagai acuan.

Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung

jawab penulis.

Bengkulu, Juli 2018

Yang membuat pernyataan

Een Tri Septi Cahyati


3

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL


ANALISIS KADAR KAFEIN PADA KOPI BUBUK DIKOTA BENGKULU
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI ULRAVIOLET

Oleh :
EEN TRI SEPTI CAHYATI
15081032

Karya Tulis Ilmiah Ini Di Pertahankan Di Hadapan Dewan Penguji Sebagai

Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Diploma (DIII) Farmasi

Di Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu

Pada Tanggal : 28 JULI 2018

Dewan Penguji :

Ketua Penguji Sekretaris

(Elly Mulyani, M.Farm.,Apt) (Herlina, S.Si)


NIK: 021989100202201601 NIDN: 0201058502

Penguji

(Nurfijrin Ramadhani, M.sc.,Apt)


NIDN : 0213409001
4

MOTTO

Memulai dengan penuh keyakinan

Menjalankan dengan penuh keikhlasan

Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.

Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa

Selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha

“wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi”

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya

itu adalah untuk dirinya sendiri. (QS. Al- Ankabut [29]:6)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila

engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk

urusan yang lain). Dan hanyalah kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah,6-8)

“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk

merubah dunia “

-Nelson Mandela-
5

Persembahan

Alhamdulillahirobbilalamin, saya ucapkan puji dan syukur kepada Allah

SWT yang telah memberikan nikmat kelancaran dan kemudahan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, walaupun banyak sekali proses yang

telah dilewati dalam proses penyelesaian Karya Tulisku ini.

 Ku persembahkan Karya Tulis Ilmiah ku ini terkhusus untuk kedua

orang Tua ku yang selalu mendukukung, mendampingi,

memberikan semangat dan selalu mendoakan ku tiada henti

sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan secara tepat waktu.

Terimakasih yang tiada tara yang dapat anakmu ucapakan untuk

kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dan aku sayangi yaitu

ayahanda Hosen, S.sos dan Ibunda Ratna Wilis . terimakasih telah

membesarkanku, menuntun segala langkahku dengan doa dan

impian, harapan , pengorbanan dan kasih sayang serta nasehat yang

tak pernah ada batasnya keluar dari mulut orang yang sangat

mencintai dan menyayangiku ini. Bapak, mamak untuk membalas

semua jasa-jasa kalian adek tidak akan mampu, sekarang adek


6

hanya bisa berdoa untuk kesehatan umur panjang bapak dan mamak

dan semoga allah selalu melindungi keluarga kita amiin ya rabb..

Adek mohon doa dan restu agar adek bisa menjadi seseorang

yang berguna dan sukses untuk kedepannya agar adek bisa

membahagiakan bapak dan mamak, karna apapun yang kalian

berikan pada adek sampai saat ini tidak akan pernah mungkin bisa

terbalas dengan apapapun. Adek sayang bapak dan mamak selalu

 Untuk kedua kakak kandungku ( Susnita Afrija Hendra, Amd.

Keb.,SKM ) dan ( Ns. Fahrul Agung Santosa S.Kep) dan kakak

iparku ( Brigpol. Yoin Pratama )yang telah membimbing dan

memberikan semangat tiada henti kepadaku. Serta untuk kedua

keponakkan ku ( Nayla Virgia Anggraini dan Arshaka Adha

Virendra) yang telah menjadi obat lelahku setiap pulang kuliah .

 Untuk kedua pembimbingku ibu Elly mulyani, M.Farm.,apt dan

Herlina, S.SI yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu

membimbing een untuk menyelesaikan KTI ini hingga selesai, een

memohon maaf karna beberapa bulan ini sudah merepotkan ibu karna

een telah menyita waktu dan tenaga ibu untuk membantu

menyelesaikan karya tulis een ini, tanpa kedua ibu pembimingku ini,

karya tulisku ini tidak akan berhasil seperti ini.


7

 Untuk sahabatku Leza Anesti, Febry Andika, Rizky Ananda, Neva

Elvanderi, Meliza Sulisti dan untuk teman seperjuangan trio Kopiku

Ario purwanto dan Dama puja erlangga dan team C1 terimakasih

banyak karna telah menemani een menyelesaikan karya tulis ini dan

telah mendengarkan keluh kesah een selama proses penyelesaian

karya tulis ini.

 Terimakasih juga untuk keluarga IBGS dan Putpar yang telah

menjadi bagian dalam hidup een, yang telah menjadi orang tua,

sahabat serta guru bagi een. Terimakasih untuk segala masukkan,

pelajaran serta motivasi nya selama ini.

 Untuk almamater tercintaku Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu

tempatku menimbah ilmu yang sangat berharga ini.

 Dan untuk seluruh pihak baik dosen beserta staf dan para satpam

terimakasih banyak telah memberikan ilmu selama 3 tahun ini

semoga ilmu ini dapat menjadi bekalku untuk menuju kesuksesan.


8

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah tentang “Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Bubuk Di Kota Bengkulu

Menggunakan Spektrofotometri UltraViolet”ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi Al-

Fatah Bengkulu.

Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, penulis sadar

banyak memiliki hambatan dan kesulitan,namun berkat bantuan dan dorongan

banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

a. Ibu Elly Mulyani, M.Farm.,Apt selaku pembimbing 1 yang selalu

meluangkan waktunya, yang sangat berperan penting dan aktif dalam

memberi masukkan, bimbingan, nasihat, semangat, motivasi, kepada

penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI).

b. Ibu Herlina, S.Si selaku pembimbing ll yang selalu memberikan masukan,

semangat, dorongan dan menyediakan waktu untuk bimbingan dengan

sabar kepada penulis.

c. Ibu Nurfijrin Ramadhani, M.Sc.,Apt selaku Penguji Karya Tulis Ilmiah

(KTI) yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah

dikampus Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu.


9

d. Ibu Dewi Winni Fauziah, M.Farm.,Apt selaku Pembimbing Akademik

saya yang telah membimbing dan memberikan saran setiap masalah saya.

e. Bapak Drs. Djoko Triyono, Apt.,MM selaku Ketua Yayasan Al-Fatah

Bengkulu.

f. Bapak Agung Giri Samudra, S.Farm., Msc.,Apt, selaku Direktur Akademi

Farmasi Al-Fatah Bengkulu.

g. Para dosen dan Staf Karyawan Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepda penulis.

h. Terimakasih untuk kedua orangtua ku beserta keluarga yang selalu

memberikan semangat, dukungan serta doa yang tiada henti.

i. Rekan-rekan seangktan di Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu

j. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari, sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum

seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan karya tulis ilmiah,

penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk

perbaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat

bermanfaat dan bisa memberikan sumbangsihbgi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, Juli 2018

Penulis
10

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
INTISARI ............................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah .................................................................. 3
1.3 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 4
1.5.1 Bagi akademik............................................................ 4
1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan ................................................ 4
1.5.3 Bagi Masyarakat ........................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ......................................................................... 5
2.1.1 Tinjauan Pustaka ........................................................ 5
2.1.2 Kopi ............................................................................ 6
2.1.3 Kafein ......................................................................... 13
2.1.4 Data Perkebunan Kopi di Bengkulu........................... 15
2.1.5 Proses ekstraksi ......................................................... 16
2.1.6 Spektrofotometri ....................................................... 16
2.2 Kerangka Konsep ............................................................... 18
11

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian............................................. 19
3.2 Alat dan Bahan .................................................................... 19
3.2.1 Alat ............................................................................. 19
3.2.2 Bahan .......................................................................... 19
3.3 Prosedur Kerja Penelitian .................................................... 19
3.3.1 Penyiapan Larutan Baku Standar ............................ 20
3.3.2 Penentuan Panjang Gelombang ............................... 20
3.3.3 Penentuan Kurva Kalibrasi ...................................... 20
3.3.4 Prefarasi Sampel ..................................................... 21
3.3.5 Penetepan Kadar Kafein ......................................... 21
3.4 Analisa Data ....................................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ...................................................................................... 22
4.1.1 Penentuan Panjang Gelombang .................................. 23
4.1.2Penentuan Kurva Kalibrasi .......................................... 23
4.1.3 Penetapan Kadar Kafein ............................................. 25
4.2 Pembahasan .......................................................................... 25
4.1.1 Penyiapan Sampel ...................................................... 25
4.1.2 Ekstraksi Sampel ........................................................ 25
4.1.3 Penetapan Kadar Kafein Dengan Spektrofotometri ... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 30
5.2 Saran ..................................................................................... 30
5.1.1Bagi Akademik ............................................................ 30
5.1.2 Bagi Penelitian Lanjutan ............................................ 30
5.1.3 Bagi Masyarakat ......................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 32
LAMPIRAN ............................................................................................... 34
12

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Absorbansi larutan standar kafein ................................................. 24
Tabel II. Absorbansi dan kadar kafein pada berbagai sampel ................... 25
Tabel III. Perhitungan teoritis kadar kafein dalam 4 kali sajian ................. 41
13

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur kimia kafein ................................................................. 13
Gambar 2. Kerangka konsep ...................................................................... 18
Gambar 3. Kurva spektrum serapan larutan kafein standar ........................ 22
Gambar 4. Data absorbansi dari kurva serapan maksimum ....................... 23
Gambar 5. Kurva kalibrasi larutan kafein .................................................. 24
Gambar 6. Kerangka konsep ....................................................................... 34
14

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur kerja penelitian ....................................................... 34
Lampiran 2. Perhitungan pembuatan larutan standar .................................. 35
Lampiran 3. Perhitungan kadar kafein pada sampel ................................... 37
Lampiran 4. Perhitungan secara teori kadar kafein dalam satu cangkir .... 40
Lampiran 5. Foto pengerjaan ..................................................................... 42
Lampiran 6. Hasil spektrofotometri ultraviolet ........................................... 43
Lampiran 7. Peralatan yang digunakan ...................................................... 44
Lampiran 8. Bahan yang digunakan ........................................................... 45
Lampiran 9. Kuesioner ............................................................................... 46
Lampiran 10. Hasil kuesioner ..................................................................... 50
15

INTISARI

Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji
kopi, daun teh, dan biji cokelat. Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari
proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Saat ini kopi merupakan
komoditas nomor dua paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi,
dengan tingkat produksi kopi dunia kurang lebih mencapai 7 juta ton per tahun.
Saat ini pula, kopi merupakan minuman terbesar kedua yang dikonsumsi orang di
seluruh dunia, setelah air. Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui
kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang diambil dibeberapa pusat penjualan
oleh-oleh di Kota Bengkulu.
Metode yang digunakan yaitu dengan spektrofotometri ultraviolet. Sampel
diekstrak dengan corong pisah menggunakan pelarut klorofrom, kemudian
dilakukan pengenceran bertingkat dengan konsentrasi yang telah ditentukan,
kemudian ukur serapan larutan sampel dengan menggunakan spektrofotometri.
Konsentrasi kafein ditentukan berdasarkan persamaan regresi dari kurva kalibrasi
standar.
Adapun hasil kadar kafein yang didapatkan dari keenam sampel hanya 2
yang memenuhi persyaratan dari SNI 01-7152-2006 antara 150mg/hari dan
50mg/sajian. Jika mengkonsumsi kafein melebihi dosis lazim hal tersebut akan
menyebabkan ketergantungan dan efek samping lainnya.
16

BAB l

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan

dan ekstraksi biji tanaman kopi. Saat ini kopi merupakan komoditas nomor

dua paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi, dengan tingkat

produksi kopi dunia kurang lebih mencapai 7 juta ton per tahun. Saat ini pula,

kopi merupakan minuman terbesar kedua yang dikonsumsi orang di seluruh

dunia, setelah air. Menurut International Coffee Organization tahun 2012,

Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar ketiga setelah Vietnam

dan Brazil.

Indonesia mempunyai 34 Provinsi, Bengkulu merupakanprovinsi yang

menempati posisi ke-5 daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia. Bengkulu

jugamerupakan penghasil robusta terbesar ketiga di pulau sumatera setelah

Sumatera selatan dan Lampung. Selain itu, Bengkulu merupakan sentra

produksi industri pengelolaan kopi yang menghasilkan kopi bubuk atau

produk kopi olahan lainnya. Produknya dalam bentuk kemasan sederhana

yang pada umumnya telah memperoleh izin dari Dinas Perindustrian sebagai

produk Rumah Tangga(BPS Provinsi Bengkulu, 2013).

Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji

koii, daun teh, dan biji cokelat (Coffeefag,2001). Kopi bubuk merupakan

salah satu kopi yang banyak menjadi pilihan masyarakat, karena rasanya yang
17

khas. Oleh karena itu, banyak warung kopi yang menjual kopi bubuk

buatanlokal (Maramis dkk, 2013). Untuk menjamin mutu dan keamanan kopi

bubuk yang beredar di pasaran, Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah

menetapkan standar batas maksimum untuk kadar kafein dalam kopi bubuk

berkisar 150 mg/hari dan 50 mg/sajian (SNI 01-7152-2006). Sehingga jika

ada kopi yang mengandung kadar kafein yang tinggi perlu dilakukan

dekafeinisasi, untuk menekan aktivitas kafein di dalam tubuh (Sofiana,2011).

Efek berlebihan (overdosis) mengkonsumsi kafein dapat menyebabkangugup,

gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang (Farmakologi UI,

2002).

Banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian

perbandingan kadar kafein pada kopi bubuk seperti titrimetri,

spektrofotometri, Gas chromatography (GC), NIRS, HPLC dan Spektroskopi

Massa. Dari beberapa metode tersebut, metode spektrofotometri merupakan

metode yang relatif cepat, murah, dan mudah pengerjaannya dalam

menentukan kadar kafein (Alpdogan,dkk., 2002).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap perbandingan penetapan kadar kafein pada kopi bubuk lokal yang

beredar di Kota Bengkulu dengan menggunakan metode Spektrofotometri

UltraViolet.
18

1.2. Batasan masalah

Penelitian penetapan kadar kafein pada kopi bubuk kemasan produksi

Bengkulu dengan menggunakan metode Spektrofotometri UltraViolet,

sampel yang digunakan sebanyak 6 sampel perwakilan kopi bubuk kemasan

produksi Bengkulu, dimana sampel diambil dipusat penjualan oleh-oleh khas

kota Bengkulu tepatnya di Anggut Atas..

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, permasalahan

yang ingin diteliti adalah :

a. Berapa kadar kafein pada sampel kopi kemasan produksi Bengkulu ?

b. Apakah kadar kafein dari sampel tersebut sudah masuk dalam (SNI 01-

7152-2006) yaitu berkisar 150mg/hari dan 50mg/sajian.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kadar kafein dalam tiap kopi bubuk kemasan produksi

Bengkulu.

2. Mengetahui kadar kafein pada sampel sudah sesuai dengan (SNI 01-

7152-2006) yaitu berkisar 150mg/hari dan 50mg/sajian atau belum.


19

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukkan yang

membangun bagi perkembangan akademi dan menjadi referensi untuk

kelanjutan penelitian bagi mahasiswa selanjutnya.

1.5.2. Bagi Peneliti Lanjutan

1. Sebagai referensi untuk meneliti dengan metode berbeda seperti

HPLC.

2. Sebagai referensi peneliti lain untuk meneliti perbandingan kadar

kafein pada kopi bubuk lokal yang lain selain yang ada di Kota

Bengkulu.

1.5.3. Bagi Masyarakat

1. Memberikan pengetahuan tentang kadar kafein pada kopi bubuk

kemasan di Kota Bengkulu.

2. Memberikan pengetahuan kadar kopi dari jenis yang diteliti agar bisa

membatasi penggunaan kopi.


20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Industri kopi

Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang

artinya buruh atau tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara

umum dan luas, yaitu Suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang

mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan

barang yang lebih tinggi kegunaannya untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Indonesia mempunyai

beberapa industri salah satunya adalah Industri kopi. Industri dalam negeri

sangat beragam, dimulai dari unit usaha berskala home industry hingga

industri kopi berskala multinasional. Produk-produk yang dihasilkan tidak

hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun

juga untuk mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukan bahwa

konsumsi kopi di dalam negeri merupakan pasar yang menarik bagi

kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang

sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi

di bidang industri kopi (Sukirno, 1995).


21

2.1.2 Kopi

Kata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, yang berarti kekuatan,

karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.

Istilah ini kemudian diadopsi oleh negara-negara lainnya melalui

perubahan lafal menjadi cafe (Perancis), caffe (Italia), kaffe (Jerman),

koffie (Belanda), coffee (Inggris) dan coffea (Latin). Kata ini kemudian

diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (Sofiana,2011).

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yangsudah

lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi.

Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan

26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu

daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh

masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah

asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar

Arab(Rahardjo,2012).

Di Indonesia kopi mulai dikenal pada tahun 1696 yang dibawa

oleh VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa

dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan

dipandang cukup menguntungkan oleh VOC sebagai komoditi

perdagangan maka VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar para

penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).


22

a. Jenis -Jenis Kopi

Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang

paling sering dibudidayakan hanya kopiarabika,robusta, dan liberika.

Pada umumnya, penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi

robusta.

Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini merupakan

keturunan dari berapa spesies kopi terutama Coffea canephora (Najiyati

dan Danarti, 2004).

Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah

dibudidayakan, yakni:

1. Kopi Arabika

Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di

kembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi jenis

arabika dapat tumbuh dengan baik didaerah yang memiliki ketinggian

diatas 1.000 – 2.100 meter di atas permukaan laut. Kopi ini memiliki

tingkat aroma dan rasa yang kuat (Panggabean E. , 2011).

2. Kopi Liberika

Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah

Liberika. Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang

memilki tingkat kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika

penyebarannya sangat cepat. Kopi ini memiliki kualitas yang lebih

buruk dari kopi Arabika, baik dari segi buah dan tingkat rendemennya

rendah.
23

3. Kopi Canephora (Robusta)

Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta

dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedangkan Canephora

adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai

barat sampai Uganda. Kopi ini dapat tumbuh di ketinggian yang lebih

rendah dari pada ketinggian penanaman kopi arabika, yaitu pada

ketinggian 400-800m di atas permukaan laut (Asosiasi Eksportir dan

Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2015). Kopi robusta memiliki

kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis

kopi Arabika dan Liberika.

4. Kopi Hibrida

Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan

antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari

kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah

tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridanya. Oleh

karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti stek

atau sambungan.

b. Proses Pengolahan Bubuk Kopi

Proses pengolahan bubuk kopi terdiri dari beberapa tahapan proses

yaitu sebagai berikut:

1. Penyangraian

Kunci dari proses produksi kopi bubukadalah penyangraian.

Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan cita rasa khas
24

kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara

alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon pembentuk

citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangrai ditentukan atas dasar

warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat sangrai. Makin

lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua

kehitaman (Mulato, 2002).

Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang

tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan

kimiawi yang signifikan. Proses ini sangat menentukan citarasa kopi.

Kehilangan berat kering pada tahap roasting ini terkait erat dengan

suhu penyangraian.

Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai

dibedakan atas 3 golongan yaitu ligh roast suhu yang

digunakan193°C sampai 199°C, medium roast suhu yang digunakan

204°C dan dark roast suhu yang digunakan 213°C sampai 221°C.

Light roast menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast

menghilangkan 5-8% dan dark roast menghilangkan 8-14% kadar air

(Varnam and Sutherland, 1994).

Penyangrai bisa berupa oven yang beroperasi secara batch atau

continous. Pemanasan dilakukan pada tekanan atmosfer dengan

media udara panas atau gas pembakaran. Pemanasan dapat juga

dilakukan dengan melakukan kontak dengan permukaan yang

dipanaskan, dan pada beberapa desain pemanas, hal ini merupakan


25

faktor penentu pada pemanasan. Desain paling umum yang dapat

disesuaikan baik untuk penyangraian secara batch maupun continous

yaitu berupa drum horizontal yang dapat berputar. Umumnya, biji

kopi dicurahkan sealiran dengan udara panas melalui drum ini,

kecuali pada beberapa roaster dimana dimungkinkan terjadi aliran

silang dengan udara panas. Udara yang digunakan langsung

dipanaskan menggunakan gas atau bahan bakar, dan pada desain baru

digunakan sistem udara daur ulang yang dapat menurunkan polusi di

atmosfer serta menekan biaya operasional.

Di dalam proses penyangraian sebagian kecil dari kafein akan

menguap dan terbentuk komponen-komponen lain yaitu aseton,

furfural, amonia, trimethilamin, asam formiat dan asam asetat. Kafein

di dalam kopi terdapat baik sebagai senyawa bebas maupun dalam

bentuk kombinasi dengan klorogenat sebagai senyawa kalium kafein

klorogenat. Biji kopi yang disangrai dapat langsung dikemas setelah

kopi dipisahkan dari outlet khusus. Pengemasan dilakukan dengan

kantong plastik khusus ataupun kantong kertas, dan dapat digunakan

langsung oleh konsumen (Ciptadi dan Nasution,1985).

2. Pendinginan Biji Sangrai

Proses pendinginan biji kopi yang telah disangrai sangat perlu

dilakukan. Ini untuk mencengah agar tidak terjadi pemanasan lanjutan

yang dapat mengubah warna, flavor, volume atau tingkat kematangan

biji yang diinginkan. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain


26

pemberian kipas, ataupun dengan menaruhnya kebidang datar

(Pangabean,2012).Setelah proses sangrai selesai, biji kopi harus

segera didinginkan di dalam bak pendingin. Pendinginan yang kurang

cepat dapat menyebabkan proses penyangraian berlanjut dan biji kopi

menjadi gosong (over roasted). Selama pendinginan biji kopi diaduk

secara manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain

itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang

terlepas dari biji kopi saat proses sangrai (Mulato, 2002).

3. Penghalusan/ Pengilingan Biji Kopi Sangrai

Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai

diperoleh butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi

bubuk mempunyai luas permukaan yang relatif besar dibandingkan

jika dalam keadaan utuh.Dengan demikian, senyawa pembentuk

citarasa dan senyawa penyegar, mudah larut dalam air seduhan. Salah

satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat

dimonitor dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami

mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti aldehida, furfural,

keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai

sifat mudah menguap. Makin lama dan makin tinggi suhu

penyangraian, jumlah ion H+bebas di dalam seduhan makin

berkurang secara signifikan. Biji kopi secara alami mengandung

cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas

kopi antara lain asam amino dan gula. Selama penyangraian beberapa
27

senyawa gula akan terkaramelisasi menimbulkan aroma khas.

Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti tanin

dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi

dengan asam amino membentuk senyawa melancidin yang

memberikan warna cokelat (Mulato, 2002).

c. Jenis-Jenis Kopi Berdasarkan Pengolahannya Terdiri Dari :

1. Kopi Bubuk

Pengolahan kopi bubuk hanya ada tiga tahapan yaitu:

penyangraian (roasting), penggilingan (grinding) dan pengemasan.

Penyangraian sangat menentukan warna dan cita rasa produk kopi

yang akan dikonsumsi sedangkan penggilingan yaitu menghaluskan

partikel kopi sehingga dihasilkan kopi coarse (bubuk kasar), medium

(bubuk sedang), fine (bubuk halus), very fine (bubuk amat halus).

Pilihan kasar halusnya bubuk kopi berkaitan dengan cara menyeduh

kopi yang digemari oleh masyarakat (Ridwansyah, 2002). Kopi

bubuk yang langsung diseduh dengan air panas akan meninggalkan

ampas di dasar cangkir. Kopi bubuk mempunyai kandungan kafein

kurang lebih sebesar 115 mg per 10 gram kopi (± 1-2 sendok makan)

dalam 150 ml air (Dollemore D. dan Mark Giuliucci, 2001).

2. Kopi Instan

Kopi instan dibuat dari ekstrak kopi dari proses penyangraian.

Kopi sangrai yang masih melalui tahapan: ekstraksi, drying

(pengeringan) dan pengemasan. Kopi yang telah digiling, diekstrak


28

dengan menggunakan tekanan tertentu dan alat pengekstrak.

Ekstraksi bertujuan untuk memisahkan kopi dari ampasnya. Proses

drying bertujuan untuk menambah daya larut kopi terhadap air,

sehingga kopi instan tidak meninggalkan endapan saat diseduh

dengan air (Ridwansyah, 2002). Kopi instan mempunyai kandungan

kafein kurang lebih sebesar 69-98 mg/sachet kopi dalam 150 ml air

(Dollemore D. dan Mark Giuliucci, 2001).

2.1.3 Kafein

Kopi mengandung kurang lebih 24 zat penting, salah satunya

adalah kafein (Tjay dan Rahardja, 2007).

a. Struktur kafein

Kafein mempunyai nama kimia 1,3,7- trimetil xantin atau 1,3,7-

trimetil 2,6, dioksi purin. Rumus molekulnya C8H10N4O2 dengan berat

molekul 194,19 dan mempunyai struktur seperti dalam gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia kafein (Depkes, 1995)

Rumus Molekul : C8H10N4O2


Berat Molekul : 194,19
Nama Kimia : Coffein
29

Kandungan : Tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari


101,0% C8H10N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum halus mengkilat
putih biasanya menggumpal, tidak berbau, rasa
pahit.
Jarak lebur : 235𝑜 – 237,5𝑂 C
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, mudah larut dalam
kloroform, sukar larut dalam eter. Kafein akan larut
dalam 50 bagian air, 6 bagian air suhu 80𝑜 C, 1.5
bagian air mendidih, 75 bagian alkohol, 25 bagian
alkohol suhu 60𝑂 C, 6 bagian kloroform dan 600
bagian eter. Berat molekul 194,19 g/mol (Fitri,
2008).
Kadar kafein paling besar adalah pada ketinggian 800 m dpl yaitu

559,35384 mg/gram sampel. Pada ketinggian 1200 menunjukan kadar

kafein paling rendah yaitu 185,194022 mg/gram. Hal ini disebabkan

karena proses fotosintesis tanaman terganggu ketika perbedaan pada

ketinggiannya (Artanti, 2016).

b. Manfaat kafein

Kafein memeliki manfaat sebagai stimulansi saraf pusat.

Berdasarkan efek farmakologis tersebut, batas aman konsumsi kafein tidak

lebih dari 300 mg atau setara dengan tiga cangkir kopi sehari (Bhara,

2005). Efek berlebihan (over dosis) mengkonsumsi kafein dapat

menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan

kejang (Arwangga, 2016). Menurut SNI 01-7152-2006 batas maksimum

kafein dalam makanan dan minuman adalah 150mg/hari dan 50 mg/sajian.


30

2.1.4 Data Perkebunan Kopi di Bengkulu

Provinsi bengkulu merupakan provinsi yang menempati posisi ke-

5 dari 34 provinsi sebagai daerah penghasil kopi terbesar di indonesia.

Propinsi Bengkulu terletak di sepanjang 530 kilometer garis Pantai Barat

Pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia

(PemKotBengkulu. 2017).

Bengkulu merupakan daerah segitiga emas penghasil robusta

terbesar ketiga di pulau sumatera setelah Sumatera selatan dan lampung.

Bengkulu mampu menghasilkan 88.861 ton kopi tiap tahun. Jenis kopi

petani di Bengkulu didominasi oleh jenis Kopi Robusta. Menurut data

Dinas Perkebunan setempat menyebutkan perkebunan kopi Robusta

Bengkulu luasnya mencapai 95.313 Ha, antara lain berlokasi di Bengkulu

Utara seluas 12.213 hektar, Kabupaten Muko-Muko 147 hektar, Rejang

Lebong 21.059 hektar, Kepahiang 24.017 hektar. Kemudian di Kabupaten

Lebong seluas 7.624 hektar, Bengkulu Selatan 3.082 hektar, Seluma

16.760 hektar, Kaur 7.985 hektar dan Kota Bengkulu seluas 21 hektar.

Dari data luas tanaman kopi Robusta Bengkulu, yang paling luas berada

di Kabupaten Kepahiang, yakni 24.017 hektar, disusul perkebunan kopi

di Rejang Lebong 21.059 hektar, dan Kabupaten Seluma seluas 16.760

hektar. Keseluruhan produksi Kopi Bengkulu tersebut mencapai 53.990

ton per tahun (BPS Provinsi Bengkulu, 2013).


31

2.1.5 Proses Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa

zat kimia menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ekstraksi dengan

pelarut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pelarut air dan

dengan pelarut organik. Untuk melakukan proses ekstraksi secara

sempurna, pemilihan pelarut harus selektif dan terbaik untuk bahan yang

akan diekstraksi, dan pelarut tersebut harus terpisah dengan cepat setelah

pengocokan. Pemilihan pelarut untuk ekstraksi dilakukan berdasarkan

kepolaran zat, untuk zat-zatyang polar hanya larut dalam pelarut polar dan

zat-zat non polar hanya larut dalam pelarut nonpolar. Bahan- bahan

organik tidak selalu larut dalam air, oleh karena itu dapat dipisahkan

menggunakan corong pemisah (Djamal, 2010).

2.1.6 Spektrofotometri UltraViolet

Spektrofotometri UltraViolet adalah pengukuran absorban pada

panjang gelombang tertentu dari intensitas sinar ultraviolet dan cahaya

tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet berada pada panjang

gelombang (200-400 nm), sedangkan sinar tampak panjang gelombang

(400-800nm) memiliki energi yang cukup untuk mengaktifasi elektron

pada kulit terluar ketingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometri

UltraViolet biasanya digunakan untuk menentukan kadar zat yang

mempunyai jenis kromofor, ikatan rangkap terkonjungasi, dan ausokom

dari senyawa organik serta mampu menganalisa senyawa organik secara

kuantitatif dengan menggunakan hukum lambert-Beert(Heriyanto,2015).


32

Kafein dapat ditetapkan kadarnya menggunakan metode spektrofotometri

karena memiliki gugus kromofor yang ditandai dengan rangkap

terkonjugasi sehingga kafein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode

ini. (Danasrayaningsih, 2007).

Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan interaksi antara radiasi

elektromagnetik dengan materi (atom, ion, atau molekul). Interaksi yang

menyebabkan adanya perpindahan energi dari sinar radiasi ke materi

disebut absorbs (Danasrayaningsih, 2007). Radiasi elektromagnetik berupa

sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan sumber energi yang

merambat dalam bentuk gelombang. (Gandjar dan Rohman, 2014).

Metode Spektrofotometer mudah digunakan, murah dan terandalkan

memberikan presisi yang baik untuk melakukan pengukuran kuantitatif

(Watson,2009)

Keuntungan menggunakan metode spektrofotometri adalah bahwa

metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat

yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana

angka yang tetbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam

bentuk angka digital ataupn grafik yang sudah diregresikan (Yahya S,

2013).
33

2.2. Kerangka Konsep


Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut :

Sampel
kopi bubuk

Ekstraksi Hasil
Perhitungan
kadar
Penetapan kadar kafein
dengan Spektrofotometri
UltraViolet Sesuai(SNI 01-7152-2006)
. yaitu berkisar 150mg/hari
dan 50mg/sajian.

YA TIDAK

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian


34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilkakukan pada bulan Juni – Juli di Laboratorium

Kimia Akademi Farmasi Al–Fatah Bengkulu yang bertempat di Jl. Indragiri

Gang 3 Serangkai Padang Harapan Kota Bengkulu.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat

alat spektrofotometri ultraviolet, timbangan analitik, erlenmeyer, spatel,

batang pengaduk, corong pisah, kertas saring, corong, gelas ukur, labu

ukur, beker gelas, tisu, sarung tangan, masker, pipet tetes.

3.2.2. Bahan

Kopi bubuk kemasan, Kafein sebagai baku pembanding, Aquadest,

kalsium karbonat (CaCO3), kloroform (CHCl3).

3.3. Prosedur Kerja

Populasi penelitian adalah kopi bubuk kemasan produksi lokal yang

beredar dibeberapa pusat oleh-oleh di kota Bengkulu, Sampel yang

digunakan sebanyak enam sampel perwakilan kopi bubuk kemasan produksi

Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental jadi teknik


35

pengambilan dan pengumpulan sampel menggunakan teknik Purposive

Sampling dengan beberapa kriteria. Adapun kriteria yang diambil yaitu

Gampang dicari , Terkenal, Sering dijumpai dipusat oleh-oleh Bengkulu,

Rendemen paling disukai.

3.3.1. Penyiapan Larutan Baku Standar

Sejumlah 20 mg standar kafein ditimbang seksama, dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan aquades lalu dicukupkan

sampai tanda batas dengan aquades dan dikocok homogen, sehingga

diperoleh larutan dengan konsentrasi 200 ppm, larutan ini disebut larutan

induk baku standar.

3.3.2. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (Fitri, 2008)

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan

dengan cara memipet 10 ml larutan induk baku standar ke dalam labu ukur

100 ml, lalu dilarutkan dengan aquades sampai tanda batas, sehingga

diperoleh larutan baku 20 ppm. Kemudian diukur serapannya pada panjang

gelombang antara 270-300 nm.

3.3.3. Penentuan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi dilakukan dengan membuat serangkaian larutan

baku standar dengan konsentrasi 10, 20, 30 40 dan 50 ppm. Dengan cara

dipipet masing-masing sejumlah 5, 10, 15, 20 dan 25 ml ke dalam labu

ukur 100 ml, lalu dilarutkan dengan aquades sampai tanda batas.

Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum

dan sebagai blangko digunakan aquades.


36

3.3.4. Preparasi Sampel (Alpdogan,dkk., 2002)

Sejumlah 2 gram sampel kopi dimasukkan ke dalam beker gelas

dan dilarutkan dengan aquades mendidih sebanyak 100 ml, disaring, lalu

filtrat ditambah 2 gram CaCO3, lalu dipanaskan sampai setengah

campuran, didinginkan, dan dimasukkan kedalam corong pisah, dan

diekstraksi dengan kloroform berturut–turut sebanyak 25 ml sebanyak

empat kali, lalu filtrat ditampung dalam erlenmeyer. Kemudian pelarut

kloroform diuapkan sehingga didapat ekstrak kafein. Ekstrak kafein yang

dihasilkan selanjutnya dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dan

dilarutkan dengan aquades sampai tanda batas. Kemudian dilakukan

pengenceran dengan cara dipipet 2 ml larutan tersebut ke dalam labu ukur

100 ml dan dilarutkan dengan aquades sampai tanda batas.

3.3.5. Penetapan Kadar Kafein (Fitri, 2008)

Larutan sampel akan diukur serapannya pada panjang gelombang

serapan maksimum, kemudian serapan dicatat. Konsentrasi kafein akan

ditentukan berdasarkan persamaan regresi dari kurva kalibrasi

standar.Kadar kafein dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut :
𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ( ) 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)𝑥 𝐹𝑝
𝐿
Kadar kafein (mg/g) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

3.4. Analisi Data

Semua data yang terkumpul disajikan dalam bentuk analisis data

secara kuantitatif dengan menggunakan spektofotometri ultraviolet dengan

menggunakan hukum persamaan regresi : Y = bx + a


37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Pengambilan Sampel

Sampel yang dipilih merupakan hasil pemilihan dari 37 populasi

kopi bubuk lokal yang ada di Kota Bengkulu, dari ke-37 kemasan kopi

tersebut hanya diambil 6 sampel saja, dengan kriteria gampang dicari,

terkenal, sering dijumpai dipusat oleh-oleh Kota Bengkulu, dan melalui

kuesioner.

4.1.2. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dari kafein

dilakukan denganmenggunakan larutan standar kafein pada konsentrasi 20

ppm dan diukur absorbansinyapada panjang gelombang antara 270-300 nm,

dan hasil pengukuran ini diperolehpanjang gelombang maksimum pada

273nm dengan nilai absorbansi 0,444 sepertiterlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kurva Spektrum Serapan Larutan Kafein Baku Standar


38

Gambar 4. Data absorbansi dari kurva serapan maksimum

4.1.3. Penentuan Kurva Kalibrasi

Penentuan kurva kalibrasi kafein baku standar dengan pelarut

aquades dilakukan pada konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm dan

diukur pada panjang gelombang maksimum 273 nm. Aquades digunakan

sebagai blangko karena untuk menyamakan seperti kondisi asli masyarakat

dalam minum kopi yaitu dengan menggunakan air, dan didapat hasil

seperti terlihat pada tabel I. Setelah diperoleh hasil pengukuran absorbansi

untuk larutan standar kafein maka absorbansi disetting terhadap

konsentrasi (ppm) larutan standar kafein untuk mendapatkan kurva

kalibrasi berupa garis linier dan didapat persamaan regresi seperti tabel 1.
39

Tabel I. Absorbansi larutan standar kafein berbagai


konsentrasi pada panjang gelombang 273 nm.

Konsentrasi Kafein (ppm) Absorbansi


0 0,000
10 0,374
20 0,435
30 0,679
40 0,877
50 1,071

1.2

y = 0,01836x + 0,1364
1
R² = 0,988

0.8
Absorbansi

0.6

0.4

0.2

0
0 10 20 30 40 50 60
konsentrasi

Gambar 5. Kurva kalibrasi larutan kafein baku standar.

Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi kafein baku standar seperti

dalam gambar 5 diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dan

serapan dengan koefisien korelasi (r) = 0,988 dan persamaan garis regresi

Y = 0,01836x + 0,1364
40

4.1.4. Penetapan Kadar Kafein pada Kopi Bubuk

Data hasil pengukuran absorbansi dan hasil perhitungan kadar

kafein pada 6 sampel kopi bubuk dapat dilihat pada tabel III.

Tabel ll. Absorbansi dan kadar kafein pada berbagai sampel kopi
bubuk

No. Sampel Absorbansi Konsentrasi Kadar Kafein pada


(Y) (X) (ppm) Kopi Bubuk dalam 1 gr*
mg % b/b
1. RJ 0,286 8,1481 20,37025 2,03

2. HM 0,264 6,9498 17,3745 1,73


3. KT 0,224 4,7712 11,928 1,19
4. SM 0,189 2,8649 7,16225 0,71
5 RS 0,277 7,6579 19,14475 1,91
6. IO 0,147 0,5773 1,44325 0,14

*perhitungan kadar terlampir

Tabel lll. Ketetapan SNI


No. Kode SNI Kadar
1. 01-7152-2006 150mg/hari dan 50mg/sajian

4.2. Pembahasan

4.2.1. Penyiapan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental jadi teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, sampel

yang digunakan sebanyak 6 sampel perwakilan kopi bubuk kemasan

produksi Bengkulu yang diambil dari pusat oleh-oleh Anggut Bengkulu.

4.2.2. Ekstraksi Sampel

Pemisahan kafein dari kopi bubuk dilakukan dengan metode

ekstraksi. Proses ekstraksi, pertama dilakukan dengan penyeduhan air

mendidih sebanyak 100 ml, karena menurut Wilson & Gisvold (1982)
41

dalam Fitri, 2008), kafein larut dalam 1,5 bagian air mendidih. Diharapkan

kafein yang terlarut dapat mencapai jumlah optimum. Hasilnya kemudian

dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring, ampas

kopi/pengotor dibuang dan hasil filtrat kemudian ditambahkan CaCO3,

penggunaan CaCO3 bertujuan untuk membantu mendigesti/mencerna

kafein dalam sampel kopi menjadi bentuk bebasnya, sehingga mendorong

kafein yang ada di dalam kopi dapat terekstraksi kedalam pelarut

nonpolar. Setelah itu filtrat dipekatkan dengan cara dipanaskan sampai

setengahnya dan didinginkan. Langkah selanjutnya dilakukan ekstraksi

dengan menggunakan 25 ml pelarut kloroform sebanyak empat kali

replikasi agar yakin bahwa kafein dalam sampel kopi telah terekstraksi

optimal dalam corong pisah, pemilihan pelarut kloroform karena kafein

mudah larut dalam kloroform (Depkes, 1995), dan menurut Wilson dan

Gisvold (1982) dalam Fitri, (2008), kafein larut dalam 6 bagian kloroform.

Menurut Djajanegara (2009) dinyatakan bahwa, kloroform dapat

melarutkan senyawa alkaloid. Kafein merupakan alkaloid, maka dengan

penambahan kloroform akan memudahkan pelarutan kafein. Untuk

ekstraksi kafein dapat juga digunakan pelarut benzen dan etil asetat,15

namun karena beberapa pertimbangan seperti harga, toksisitas, dan

kelarutan, maka kloroform lebih aman dan murah untuk digunakan, selain

karena memiliki titik didih yang rendah (Soraya, 2008).

Sebanyak 25 ml kloroform dimasukkan ke dalam corong pisah,

lalu digojok, dan terjadi dua lapisan, lapisan bawah yang merupakan
42

lapisan kloroform yang mengandung kafein dikeluarkan dan ditampung.

Setelah itu larutan kafein yang didapat diuapkan pelarutnya dengan cara

didiamkan diatas wadah yang berisi air mendidih, selama proses

penguapan air rendaman selalu dicek dan diganti jika air nya sudah tidak

panas lagi sampai kafein kering (klorofrom sudah menguap) di dalam

lemari asam. Setelah klorofom kering, kafein yang didapatkan ditimbang,

lalu kafein yang didapatkan dilarutkan dengan aquades hingga 100 ml

untuk digunakan pada penetapan kadar dengan metode spektrofotometri

ultraviolet. Larutan 100 ml tersebut, dilakukan pengenceran karena terlalu

pekat untuk diukur pada alat spektrofotometer ultraviolet, pengenceran

dilakukan dengan cara dipipet sebanyak 2 ml ke dalam labu ukur 100 ml,

lalu ditambahkan air sampai tanda batas, sehingga diperoleh faktor

pengenceran 50.

4.2.3. Penetapan Kadar Kafein dengan Spektrofotometri UltraViolet

Pada penelitian ini penetapan kadar kafein pada kopi bubuk

dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet,

karena kafein merupakan larutan yang tidak berwarna dan

spektrofotometri ultraviolet lah yang dapat membaca larutan yang tidak

berwarna dengan panjang gelombang 200-400nm. Spektrofotometri dapat

digunakan untuk menentukan jenis kromofrom, ikatan rangkap

terkonjugasi, dan ausokrom. Dilihat dari struktur kimianya kafein

mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi yakni benzen, dengan ciri

aromatis, siklik/persegi enam dan mudah menguap. Selain itu, pemilihan


43

metode spektofotometri ultraviolet dikarenakan metode ini merupakan

metode yang relatif cepat, murah, dan mudah pengerjaannya (Alpdogan,

dkk., 2002). Penetapan kadar kafein dengan menggunakan

spektrofotometri ultraviolet, terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang

gelombang absorbansi maksimum dari kafein, tujuannya untuk

mendapatkan panjang gelombang yang memberikan serapan terbesar yang

selanjutnya digunakan untuk penentuan kurva kalibrasi dan penetapan

kadar kafein pada sampel. Dari pengukuran didapat panjang gelombang

yang memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 273 nm,

hasil yang diperoleh berbeda dengan literatur yaitu 275 nm, hal ini

mungkin dapat terjadi karena pengaruh baku banding dan penggunaan alat

yang berbeda (Nersyanti, 2006).

Pada penentuan kurva kalibrasi, pengukuran absorbansi dilakukan

pada berbagai konsentrasi kafein, yaitu 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm data

absorbansi yang diperoleh dialurkan terhadap konsentrasi dan didapat

persamaan regresi Y = 0,01836x + 0,1364, dengan nilai r = 0,988, kriteria

penerimaan koefisien korelasi adalah r ≥ 0,95 (Shargel dan Andrew,

1988).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar kafein pada enam

merek kopi bubuk lokal dalam 1 gram berturut-turut mempunyai kadar

kafein 20,37025 mg, 17,3745 mg, 11,928 mg, 7,16225 mg, 19,14475 mg,

1,44325 mg. Jika dibuat dalam % (b/b) maka pada setiap 1 gram kopi
44

bubuk 6 sampel tersebut mengandung berturut-turut 2,03%, 1,73%, 1,19%,

0,71%, 1,91%, 0,14%, kadar kafein.

Perhitungan secara teori kadar kafein dalam satu cangkir kopi

Biasanya seseorang menkonsumsi kopi bubuk dalam satu kali penyajian

berkisar ±6 gram dalam satu cangkir, dan jika ditinjau dari Farmakope

Indonesia (1995) jika mengkonsumsi kopi 3-4 kali sehari, maka kopi

bubuk lokal yang telah diteliti mempunyai kadar kafein untuk hasil perhari

dan persajian berturut-turut 122,2215 mg/sajian dan 366,6645mg/hari,

104,247mg/sajian dan 312,741/hari, 71,568mg/sajian dan 214,704mg/hari,

42,9735mg/sajian dan 128,9205mg/hari, 114,8685mg/sajian dan

344,6055mg/hari, 8,6595mg/sajian dan 25,978mg/hari. Dari ke-enam

sampel kopi bubuk lokal, di antaranya hanya beberapa saja yang

memenuhi syarat SNI 01-7152-2006 antara 150mg/hari dan 50mg/sajian

yaitu pada sampel SM dan sampel IO, dengan kadar SM yakni

42,9735mg/sajian dan 128,9205mg/hari Dan kadar IO yakni 8,6595

mg/sajian dan 25,978mg/hari.

Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan informasi

kepada pembaca agar dapat membatasi pola konsumsi kopi perhari

maupun persajian. Karna jika melebihi batas ketentuan SNI yang telah

ditetapkan, kedepannya akan menyebabkan ketergantungan dan efek

farmakologi yg berdampak tidak baik seperti gugup, gelisah, tremor, mual,

kejang, insomnia, hipertensi dll (Farmakologi UI, 2002)


45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar kafein dalam hasil

perhari dan persajian berturut-turut 122,2215mg/sajian dan

366,6645mg/hari, 104,247mg/sajian dan 312,741/hari,

71,568mg/sajian dan 214,704mg/hari, 42,9735mg/sajian dan

128,9205mg/hari, 114,8685mg/sajian dan 344,6055mg/hari,

8,6595mg/sajian dan 25,978mg/hari. mg/sajian dan 25,978mg/hari.

2. Dari ke-enam sampel tersebut hanya 2 diantaranya yang memenuhi

syarat SNI 01-7152-2006 yakni 150mg/hari dan 50mg/sajian yaitu

pada sampel SM dan sampel IO, dengan kadar SM yakni

42,9735mg/sajian dan 128,9205mg/hari Dan kadar IO yakni 8,6595.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Akademik

Bagi akademik disarankan agar meningkatkan sumber informasi

seperti buku-buku terbaru yang terdapat diperpustakaan agar mahasiswa

dapat memperbanyak daftar acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini

.
46

5.2.2. Bagi Penelitian Lanjutan

Bagi peneliti selanjutnya disarankan jika ingin melakukan

penetapan kadar pada kafein dapat menggunakan metode yang lain, seperti

metode HPLC, Densito metri dan kromatografi gas.

5.2.3. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat disarankan untuk mengkonsumsi kopi

sewajarnya, tidak lebih dari 3-4x perhari karna dapat membuat

ketergantungan dan efek samping lainnya.


47

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1980.Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Anggara, A dan Sri Marini, 2011. Kopi Si Hitam Menguntungkan Budi Daya Dan
Pemasaran. Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka. hlm. 12-14

Alpdogan, G., Karabina, K., Sungur, S. 2002. Derivative Spectrofotometric


Determination of Caffeine In Some Beverages. Turkish Journal of
Chemistry,Vol. 26 : 295-302.2010

Asosiasi eksportir dan industri kopi indonesia[AEIKI] 2006. Coffea education.


Jakarta

Bhara, L. 2005. Nutrition in the prevention and trearment of desease. USA:


Academic Press.

Burnham, T.A 2001. Drug Fact and Comparison,St Louis: A Wolters Kluwers
Company,USA

Badan Pusat Statistika Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka.
jurnal kopi sumatera. Bengkulu

Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi


Institut Pertanian Bogor.

Coffefag. 2001. Frequently Asked Questions about Caffeine. Diakses 26 Maret


2013.

Danasrayaningaih, 2007.Penetapan Kadar Kafein Dalam Minuman Berenergi


Merk ―X‖ Dengan Metode Spektrofotometri Derivat Aplikasi Peak-To-
Peak, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan, Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia (Edisi IV).


Jakarta :Departemen Kesehatan RI.

Djamal, R. 2010. Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi. Padang :


Universitas Baiturrahmah.

Fathoni, Ahmad. 2015. Analisa Secara Kualitatif dan Kuantitatif kadar kafein
dalam Kopi Bubuk Lokal yang Beredar Di Kota Palembang Menggunakan
Spektrofotometer UC-Vis, Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti
Pertiwi: Palembang

Farmakologi UI. 2002. Farmakologi dan terapi edisi 4. Gaya Baru : Jakarta
48

Fitri, N. S. 2008. Pengaruh Berat dan Waktu Penyeduhan terhadap Kadar Kafein
dari Bubuk Teh. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Gandjar, S dan Rohman. 2014, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

International Coffee Organization.[ICO] 2012. All Exporting Countries Total


Production Crop Years. England : International Coffee Organization

Maramis, R. K., Citraningtyas, G., Wehantouw F. 2013. Analisis Kafein dalam


Kopi Bubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-
Vis.Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi,Vol.2, No.4 : 122-128.

Mulato, S. 2001. Pelarutan Kafein Biji Robusta dengan Kolom Tetap


menggunakanPelarut Air. Jakarta : Pelita Perkebunan.

Muslim, B. 2012. Pengembangan Komoditi Kopi Bengkulu :Bengkulu

Najiyati, S, dan Danarti, 2004. Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
Panen, Penebar Swadaya, Jakarta.

Pangabean, Edy. 2012. The Secret of Barista. PT Wahyumedia : Jakarta

Pemerintah Kota Bengkulu. 2017. Selayang Pandang: Geografis Bengkulu.


http://Bengkulukota.go.id. Diakses pada bulan September 2017

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya.Jakarta

Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Departemen Teknologi Pertanian. Fakultas


Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua, Jakarta :
PT. Karya Grafindo Persada. hlm. 54.

Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sofiana, N. 2011. 1001 Fakta Tentang Kopi. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

Tjay, T.H dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan, dan
efek-efek sampingnya (edisi IV). Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Varnam, H.A. dan Sutherland, J.P., 1994. Beverages (Technology, Chemestry and
Microbiology). London : Chapman and Hall.

Watson, D. 2009. Pharmaceutical Analysis A Textbook for pharmaceutical


chemists,79, Churcill livingstone, Ediburg.
49

L
A
M
P
I
R
A
N
50

LAMPIRAN 1.Prosedur Kerja Penelitian

Sampel kopi
bubuk

Penyeduhan dengan air saring


mendidih 100ml

(filtrat) + CaCo3

Ekstrak dengan pelarut uapkan


menggunakan corong pisah

Penetapan kadar kafein dengan


. spektrofotometri ultraviolet

Hasil
Perhitungan
sampel

SNI

Memenuhi standar Tidak memenuhi


SNI syarat SNI

Gambar 6. Kerangka Konsep Penelitian


51

LAMPIRAN 2. Perhitungan pembuatan larutanstandar dan kurva baku

1. Perhitungan larutan baku standar

Standar kafein 20mg, dilarutkan dalam labu ukur 100ml aquadest.

20 𝑚𝑔
= 0,2 x 1000 = 200 ppm (C1)
100 𝑚𝑙

2. Perhitungan larutan untuk penentuan kurva baku standar kafein

1) 0 ppm = V1.C1 = V2.C2

V1.200 = 100.0

V1 = 0/200 = 0 ml

2) 10 ppm = V1.C1 = V2.C2

V1.200 = 100.10

V1 = 1000/200 = 5 ml

3) 20 ppm = V1.C1 = V2.C2

V1.200 = 100 . 20

V1 = 2000/200 = 10 ml

4) 30 ppm = V1.C1 = V2.C2

V1.200 = 100.30

V1 = 3000/200 = 15 ml

5) 40 ppm = V1.C1 = V2.C2

V1.200 = 100.40

V1 = 4000/200 = 20 ml
52

6) 50 ppm = V1.C1 = V2.C2

V1.200 = 100.50

V1 = 5000/200 = 25 ml
53

LAMPIRAN 3. Perhitungan kadar kafein pada 6 sampel kopi bubuk

Persamaan regresi :

Y= bx + a

Dimana: Y = nilai absorbansi

X = konsentrasi

Diketahui : 0,01836x + 0,1364

1. SAMPEL RJ

Dik : Y = 0,286

0,286−0,1364 0,1496
Maka X = = 0,01836𝑥 = 8,1481ppm=8,1481 mg/L
0,01836𝑥

𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)

𝑚𝑔
8,1481 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 40,7405𝑚𝑔
𝐿
= = = 20,37025 mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟

20,37025 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 2, 037025% (b/b)
1000 𝑚𝑔

2. SAMPEL HM

Dik : Y = 0,264
0,264−0,1364 0,1276
Maka X = = 0,01836𝑥= 6,9498 ppm= 6,9498 mg/L
0,01836𝑥

𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)

𝑚𝑔
6,9498 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 34,749𝑚𝑔
𝐿
= = = 17,3745mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟

17,3745 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 1,7345% (b/b)
1000 𝑚𝑔
54

3. SAMPEL KT

Dik : Y = 0,224

0,224−0,1364 0,0876
Maka X = = = 4,7712 ppm= 4,7712 mg/L
0,01836𝑥 0,01836𝑥

𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)

𝑚𝑔
4,7712 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 23,856𝑚𝑔
𝐿
= = = 11,928mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟

11,928 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 1,1928% (b/b)
1000 𝑚𝑔

4. SAMPEL SM

Dik : Y = 0,189

0,189−0,1364 0,0526
Maka X = = 0,01836𝑥= 2,8649 ppm= 2,8649 mg/L
0,01836𝑥

𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)

𝑚𝑔
2,8649 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 14,3245𝑚𝑔
𝐿
= = = 7,16225mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟

7,16225 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 0,716225% (b/b)
1000 𝑚𝑔

5. SAMPEL RS

Dik : Y = 0,277
0,277−0,1364 0,1406
Maka X = = 0,01836𝑥= 7,6579 ppm= 7,6579 mg/L
0,01836𝑥

𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)
𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
55

𝑚𝑔
7,6579 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 38,2895𝑚𝑔
𝐿
= = = 19,14475mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟

19,14475𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 1,914475% (b/b)
1000 𝑚𝑔

6. SAMPEL IO

Dik : Y = 0,147
0,147−0,1364 0,0106
Maka X = = 0,01836𝑥= 0,5773 ppm= = 0,5773 mg/L
0,01836𝑥

𝑚𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 ( )
𝐿
Kadar (b/b) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑝
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)

𝑚𝑔
= 0,5773 𝑥 0,1 𝐿𝑥 50 2,8865𝑚𝑔
𝐿
= = = 1,44325mg/gr
2 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟

1,44325 𝑚𝑔
% Kafein dalam 1 gr kopi = x 100 % = 0,144325% (b/b)
1000 𝑚𝑔
56

LAMPIRAN 4. Perhitungan secara teori kadar kafein dalam satu cangkir


kopi .

Jika ditinjau dari Farmakope Indonesia (1995) dalam satu cangkir terdapat

kopi bubuk berkisar ±6 gram dalam satu kali sajian, maka jumlah konsumsi kopi

dalam satu hari adalah 3-4 kali sajian dan perhitungan dihitung sebanyak 3 kali

sajian.

Rumus : Kadar kafein dalam satu cangkir = kadar kafein (mg/gr) x 6 gr

1. Sampel RJ

Kadar kafein dalam satu cangkir = kadar kafein (mg/gr) x 6 gr

= 20,37025 mg/gr x 6 gr = 122,2215 mg

Kadar kafein dalam satu hari= 122,2215 mg x 3 = 366,6645 mg.

2. Sampel HM

Kadar kafein dalam satu cangkir = kadar kafein (mg/gr) x 6 gr

= 17,3745 mg/gr x 6 gr = 104,247 mg

Kadar kafein dalam satu hari = 104,247 mg x 3 = 312,741 mg.

3. Sampel KT

Kadar kafein dalam satu cangkir = kadar kafein (mg/gr) x 6 gr

= 11,928 mg/gr x 6 gr = 71,568 mg

Kadar kafein dalam satu hari = 71,568 mg x 3 = 214,704 mg.


57

4. Sampel SM

Kadar kafein dalam satu cangkir = kadar kafein (mg/gr) x 6 gr

= 7,16225 mg/gr x 6 gr = 42,9735 mg

Kadar kafein dalam satu hari = 42,9735 mg x 3 = 218,9205 mg.

5. Sampel RS

Kadar kafein dalam satu cangkir = kadar kafein (mg/gr) x 6 gr

= 19,14475 mg/gr x 6 gr = 114,8685 mg

Kadar kafein dalam satu hari = 114,8685 mg x 3 = 344,6055 mg.

6. Sampel IO

Kadar kafein dalam satu cangkir = kadar kafein (mg/gr) x 6 gr

= 1,44325 mg/gr x 6 gr = 8,6595 mg

Kadar kafein dalam satu hari = 8,6595 mg x 3 = 25,978 mg.

Dengan menggunakan perhitungan diatas maka diperoleh hasil seperti tabel 3.

Tabel lV. Perhitungan teoritis kadar kafein dalam 4 kali penyajian/hari.


Kadar kafein
No. Kode Sampel Kadar kafein dalam 1 kali dalam 4 kali
penyajian @ 6 gram kopi bubuk (mg) penyajian
(mg)/hari.
1. RJ 122,2215 mg 366,6645mg
2. HM 104,247 mg 312,741mg
3. KT 71,568 mg 214,704mg
4. SM 42,9735 mg 128,9205 mg
5. RS 114,8685 mg 344,6055 mg
6. IO 8,6595 mg 25,978 mg
58

LAMPIRAN 5. Foto pengerjaan

1. Larutan baku 2. larutan baku 20 3.Aquades dipanaskan 4.Aquades+Sampel


standar 200 ppm ppm u/ penentuan sampai mendidih
panjang gelombang

5. Penyaringan 6.Penambahan CaCO3 7. Pendidih ad 8. (+) klorofrom 25


setengah ml

9.Penggojogan 10. Tampung fase 11. Penguapan 12.Hasil Uapan


berturut 4x bawah dilemari asam

13. Sampel KT 14.Sampel IO 14.Sampel HM 14.Sampel RS


Perkamen = 0,289 Perkamen = 0,252 Perkamen = 0,289 Perkamen = 0,274
Perkamen+sampel= Perkamen+sampel= Perkamen+sampel= Perkamen+sampel=
0,779 jadi = 0,49 gr 1,521 jadi = 1,269 gr 1,331 jadi = 1,042 gr 1,735 jadi=1,461 gr

15. Sampel SM 16. Sampel RJ


Perkamen = 0,278 Perkamen = 0,274
Perkamen+sampel= Perkamen+sampel=
1,533 jadi = 1,255 gr 0,776 jadi = 0,502 gr
59

LAMPIRAN 6. Hasil spektrofotometri ultraviolet

1. Pengenceran sampel HM 2. Pengenceran sampel KT 4. Pengenceran sampel SM

5. Hasil sampel HM 5 . Hasil sampel KT 6. Hasil Sampel SM

7. Pengenceran sampel RS 8.Pengenceran sampel IO 9. Pengenceran sampel RJ

10. Hasil sampel RS 11. Hasil sampel IO 12. Hasil sampel RJ


60

LAMPIRAN 7. Peralatan yang digunakan

1. SPEKTROFOTOMETRI 2.TIMBANGAN 3. GELAS UKUR


UV-VIS ANALITIK

4. LABU UKUR 5. SPATEL DAN 6. .BEKER GELAS


BATANG PENGADUK

7.KERTAS SARING 8.CORONG PISAH 9. CORONG GELAS

10. HOTPLATE 11.PIPET VOLUME 12.CAWAN PENGUAP


61

LAMPIRAN 8. Bahan yang digunakan

1. KLOROFROM 2. KAFEIN 3. CaCo3

4. AQUADEST 5. SAMPEL KOPI

FOTO SAMPEL

1. SAMPEL KT 2. SAMPEL HM 3. SAMPEL SM

4. SAMPEL RS 5. SAMPEL RJ 6. SAMPEL IO


62

LAMPIRAN 9. Kuesioner
63
64
65
66

LAMPIRAN 10. Hasil kuesioner

No. Sampel Kopi Jumlah pemilih


1. Legend -
2. Cangkir AA 1
3. Aroma 1
4. Hainam 5
5. 621 -
6. Rejang 5
7. Kipas -
8. Sentosa -
9. Gading cempaka -
10. Irola rejang -
11. Sayoko -
12. Bukit kaba -
13. Petik merah -
14. Bintang baru -
15. Sintaro -
16. Eddu coffe 1
17. Van deroe -
18. Kagetto -
19. Warrior -
20. Rafflesia -
21. Jempol spesial -
22. Jenggot -
23. Cangkir rafflesia -
24. Kito bengkulu 4
25. Semorai 4
26. Dioba bengkulu -
27. Ngupei konakito 2
28. Montain -
29. Villco 2
30. Trabas -
31. Rafflesia coffe -
32. Bagus kepahyang -
33. Cap 3 harimau -
34. Bunga mawar -
35. Biji salak -
36. 1001 10
37. Ratu samban 5

Jadi sampel kopi yang diambil hanya perwakilan 6 terbanyak yaitu 1001,hainam,rejang,ratu

samban, semorai,kito.
67

Anda mungkin juga menyukai