Penalaran Umum
Pendalaman Logika
Jika->Maka
Jika hujan, maka basah
1. P=>Q
P
Q benar
2. P=>Q
Q
P salah
3. P=>Q
nP
nQ->salah
4. P=>Q
nQ
nP->benar
untuk diingat
Logika deduksi-> keadaan yang sebenernya tidak berlaku.
Negasi
Ingkaran atau negasi adalah pernyataan baru yang merupakan lawan dari pernyataan semula. Jika
pernyataan semula bernilai benar, maka pernyataan barunya bernilai salah. Sebaliknya, jika
pernyataan semula bernilai salah, maka pernyataan barunya bernilai benar. Perhatikan permisalan
berikut.
Jika pernyataan (p) bernilai benar (B), maka ingkarannya (~p) bernilai salah (S).
Jika pernyataan (p) bernilai salah (S), maka ingkarannya (~p) bernilai benar (B).
Pernyataan Majemuk
Dalam bahasan penalaran umum berikutnya, Quipper Blog akan menjabarkan tentang pernyataan
majemuk, nih. Pernyataan majemuk adalah kalimat yang dibentuk oleh dua pernyataan atau lebih.
Ciri pernyataan majemuk adalah terdapatnya kata hubung seperti ‘dan’, ‘atau’, ‘jika … maka’, ’jika
dan hanya jika …’, ‘meskipun’, dan ‘tetapi’.
Saat belajar tentang pernyataan majemuk, kamu akan dikenalkan dengan istilah disjungsi,
konjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Adapun perbedaan keempatnya adalah sebagai berikut.
1. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang dihubungkan oleh kata hubung ‘atau’. Secara
matematis, disjungsi ditulis sebagai p v q yang berarti ‘p atau q’.
Jika kamu masih bingung menentukan kebenaran dari disjungsi, simak tabel berikut.
2. Konjungsi
Konjungsi adalah kalimat majemuk yang dihubungkan oleh tanda hubung ‘dan’. Secara matematis,
dilambangkan sebagai p ˄ q. Untuk lebih jelasnya, simak contoh berikut.
Konjungsi akan bernilai benar jika dua pernyataan (p dan q) bernilai benar (B). Jika salah satu
pernyataan salah, nilai kebenaran konjungsi juga akan salah (S). Untuk ingkaran konjungsi,
memenuhi persamaan ~(p ˄ q) ≡ ~p v ~q. Berikut contohnya.
Implikasi adalah pernyataan majemuk sebab akibat yang dihubungkan oleh ‘jika…, maka…’ atau
jika p, maka q. secara matematis, dilambangkan p => q.
Dalam hal ini, p disebut sebagai anteseden (penyebab), sedangkan q disebut konsekuen (akibat).
Implikasi akan bernilai benar jika:
Bagaimana dengan ingkaran dari p => q? Ingkaran p => q ekuivalen dengan p ˄ ~q. Untuk lebih
jelasnya, simak contoh berikut.
Untuk tabel kebenarannya, bisa kamu lihat di bawah ini.
4. Biimplikasi
Biimplikasi merupakan pernyataan majemuk (kalimat terbuka) yang dihubungkan dengan kata
hubung ‘jika dan hanya jika …’. Secara matematis dilambangkan sebagai p ⬄ q. Untuk lebih
jelasnya, simak contoh soal berikut.
Untuk tabel kebenaran biimplikasi bisa kamu lihat di bawah ini.
Quipperian, dalam materi penalaran umu, ada juga lho, yang namanya kuantor universal dan
eksistensial. Kira-kira, apa sih perbedaan antara kuantor universal dan eksistensial?
1. Kuantor Universal
Kuantor universal biasa disebut kuantor umum adalah bentuk ungkapan yang menyatakan
keseluruhan dan biasanya ditulis dengan kata ‘semua’ atau ‘setiap’. Kedua kata merupakan
kuantor universal karena menunjukkan bahwa semua anggota memiliki keadaan yang sama.
Secara matematis, dilambangkan sebagai ‘∀’. Perhatikan contoh berikut.
“Semua gajah memiliki belalai”
Jika predikatnya kamu simbolkan sebagai B, maka penulisannya menjadi G(x) ⇒ B(x).
Eitss, kamu harus paham bahwa kalimat tersebut bukan kalimat kuantor universal karena belum
memuat kata ‘semua’. Agar menjadi kalimat kuantor universal, kamu perlu menambahkan
lambang kuantornya (∀), sehingga menjadi (∀x)(G(x)) ⇒ B(x).
Setelah kamu tambah tanda kuantor universal, kalimatnya menjadi “untuk semua x, jika x adalah
gajah maka x memiliki belalai.”
2. Kuantor Eksistensial
Jika kuantor universal ditandai dengan kata ‘semua’, maka kuantor eksistensial ditandai dengan
kata ‘beberapa’ atau ‘ada’. Itulah mengapa kuantor eksistensial menunjukkan sesuatu yang
bersifat khusus atau beberapa anggota yang memiliki keadaan berbeda dengan lainnya. Secara
matematis, disimbolkan sebagai ‘∃’.
Penulisan logika predikat untuk pernyataan di atas adalah “ada x yang adalah orang dan x rajin
beribadah” (∃x)(Orang(x)) ∧ rajin beribadah atau menjadi (∃x)(O(x)) ∧ I(x).
Penarikan Kesimpulan
Kamu bisa melakukan penarikan kesimpulan dengan tiga metode, yaitu silogisme, modus ponens,
dan modus tolens.
1. Silogisme
Silogisme merupakan penarikan kesimpulan dari dua pernyataan implikasi. Aturan silogisme
adalah sebagai berikut.
Jika p => q benar dan q => r benar maka p => r benar, atau nyatakan dalam bentuk premis.
Premis 1: p => q
Premis 2: q => r
Kesimpulan: p => r
2. Modus Ponens
Premis 1: p => q
Premis 2: p
Kesimpulan: q
3. Modus Tolens
Premis 1: p => q
Premis 2: ~q
Kesimpulan: ~p
Sudah paham kan dengan pembahasan di atas? Agar kamu tambah semangat belajar tentang
penalaran umum ini, yuk kerjakan contoh soal di bawah ini.
Contoh Soal
Jika bahan kaus yang digunakan adalah katun maka penjualan kaus meningkat.
Jawaban: C
- Memahami Bacaan
1. Simpulan
Contoh:
Salah satu jenis cokelat adalah compound chocolate. Cokelat ini memiliki rasa manis dan harganya
juga cukup murah. Selain itu, proses pembuatannya juga termasuk mudah. Jadi, tak heran kalau
compound chocolate termasuk cokelat yang sering dan banyak dikonsumsi.
Perhatikan kalimat terakhir paragraf di atas. Kalimat tersebut diawali dengan kata “jadi” yang
merupakan kata kunci dalam menentukan simpulan paragraf.
Simpulan paragraf di atas adalah Compound chocolate termasuk cokelat yang sering dan banyak
dikonsumsi.
2. Menggabungkan antara kalimat utama dan kalimat simpulan yang biasanya berada di akhir
paragraf
Contoh:
Acara tahun baru selalu dirayakan dengan meriah. Acara tahun baru tersebut biasanya
diselenggarakan di lapangan terbuka dengan menggelar konser dan menyalakan kembang api.
Banyak orang-orang yang datang ke lapangan untuk merayakan tahun baru bersama. Namun,
kemeriahan tahun baru tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran para pengunjung untuk
menjaga kebersihan lapangan. Akibatnya banyak sampah yang tertinggal setelah perayaan tahun
baru tersebut.
Kalimat utama paragraf di atas terletak di kalimat pertama, yakni “Acara tahun baru selalu
dirayakan dengan meriah”. Sementara itu, kalimat simpulan berada di akhir paragraf, yakni
“Akibatnya banyak sampah yang tertinggal setelah perayaan tahun baru tersebut”. Kalimat
simpulan dapat dibentuk dari penggabungan dua kalimat tersebut.
Simpulan Paragraf di atas adalah Kemeriahan acara tahun baru mengakibatkan lingkungan kotor
karena banyak sampah yang tertinggal.
3. Mencari sebab-akibat atau akibat-sebab dalam sebuah paragraf
Contoh:
Penggunaan plastik yang semakin marak menjadi masalah lingkungan yang tidak kunjung usai.
Plastik adalah bahan anorganik yang tidak ramah lingkungan. Hal ini disebabkan sifat plastik yang
tidak mudah hancur dan terurai oleh tanah. Butuh waktu beratus-ratus tahun hingga plastik terurai
dalam tanah.
Contoh:
Pencemaran akan semakin berbahaya jika sudah ada di dalam tubuh kita, seperti di dalam darah
atau rambut. Jika terus menerus terkumpul di tubuh, maka proses pertumbuhan dan
perkembangan kita akan terganggu. Selain itu, pembentukan tulang, perkembangan otak, dan
saraf pun akan mengalami gangguan.
Ide pokok paragraf di atas adalah “Dampak pencemaran yang masuk ke dalam tubuh. Nah, dari
ide pokok tersebut, bisa dibuat pertanyaan: Apa dampak pencemaran yang masuk ke dalam
tubuh?
Jadi, kita dapat memperoleh kalimat simpulan dengan menjawab soal di atas, yakni Dampak
pencemaran yang masuk ke dalam tubuh adalah terganggunya pertumbuhan, perkembangan,
pembentukan tulang, perkembangan otak, dan saraf.
2. Gagasan Utama
1. Terdapat di bagian paragraf :
- di awal / paragraf deduktif
- di akhir / paragraf obyektif
2. Ada kalimat penjelas : itu, tersebut, hal itu
3. kalimat yang paling luas cakupannya
4. kalimat yang dijelaskan oleh kalimat kalimat penjelas
3. Informasi Teks
Cara untuk dapat mendapatkan informasi yang penting pada sebuah teks bacaaan adalah dengan :
- Melakukan pembacaan teks yang dilakukan secara sekilas
- Tingkatkan fokus yang dimiliki ada saat membaca dengan cara melakukan penyesuain
terhada bacaan yang dimiliki terhadap sebuah pertanyaan terhadap teks yang dimana
sedang ingin dibaca
- Menuliskan sebuah jawaban terhadap berbagia macam bentuk pertanyaan pada saat
membaca sebagai sebuah tahapan untuk
- Menuliskan berbagai macma bentuk hal yang akan dapat diketahui pada saat menuliskan
teks
- Mencari berabgai macam bentuk hal yang akan dituliskan ke dalam sebuah bentuk teks,
urutan dan juga berbagai macam bentuk dari informasi penting yang ada
- Mencari sebuah pemikiran tehradap apa yang telah diketahui
- Melakukan pencatatan tehradap berbagiai informasi yang penting
- Menandai berabgai mac bentuk teks dengan menggunakan spidol penanda
- Memahami pola
1. Barisan Bilangan
Pada tipe soal ini tebak dan cari pola yang sesuai dengan hubungan antar angka
2. Aritmetika
Tipe soal matematika di TPS seringnya gak perlu diitung repot-repot pake coretan, tapi
dipikir dikit aja udah bisa ketemu jawabannya. Jadi, kalo ketemu soal, jangan gatel buru-
buru ngitung, tapi berhenti dulu sebentar buat mikir. Gue kasih contoh:
Contoh (1)
Untuk memotong sepotong kayu menjadi 2 bagian sama panjang, Pak Jono memerlukan waktu
1 menit. Berapa menit yang dibutuhkan Pak Jono untuk membelah sepotong kayu menjadi 20
bagian sama panjang?
Contoh (2)
3. Pola Gambar
Untuk soal pola barisan gambar, biasanya yang ditanya adalah pola kelanjutan dari gambar yang
sebelumnya. Jadi pola berulang gitu. Contoh:
Kita harus memilih gambar yang tepat untuk kotak bertanda tanya. Pilihannya harus sesuai
dengan pola kelanjutan dari 3 kotak sebelumnya. Buat soal ini jawabannya yang (B) ya.
Gampang. Lingkarannya nambah 1 terus dan buletan hitam selang-seling dari dalem ke
luar. Atau pernah juga keluar soal yang jenisnya pola berubah. Contoh:
4. Logika matematika
(1) Ada premis: “Jika aku minum susu, maka aku sehat”
Kalo kesimpulannya: “Jika aku tidak minum susu, maka aku tidak sehat”, BENAR atau SALAH?
(2) Ada premis: “Ada bebek yang berwarna hitam”
Kalo kesimpulannya: “Ada bebek yang berwarna putih”, BENAR atau SALAH?
Udah dicoba? Apa jawabannya?
Nah, jawaban keduanya adalah: SALAH. Kenapa? Kalo lo masih bingung, lo bisa mantepin dulu
konsep dasarnya di sini:
5. Sebab Akibat
ah, tipe soal ini muncul pertama kali di SBMPTN 2016, langsung pada heboh deh sama tipe soal
baru sepanjang sejarah SBMPTN/UTBK ini. Pada tipe soal TPS Sebab Akibat, kita dikasih 2
premis, dan disuruh menentukan hubungan sebab-akibat antara kedua premis tersebut.
Gue pribadi juga kurang suka dengan tipe soal Sebab-Akibat ini. Kenapa?
Kita ambil contoh aja deh ya.
Untuk tau hubungan sebab-akibat dari kedua premis di atas, sebenernya kita perlu dukungan
data dengan penelitian, yang informasinya berada di luar soal itu sendiri. Ga bisa seenak
jidat nebak hubungannya pake perasaan aja. Kita harus tau:
Apakah benar ada korelasi antara jumlah siswa yang mengikuti bimbel dengan siswa
menyediakan lebih banyak waktu untuk belajar?
Apakah korelasi antar keduanya merupakan korelasi positif atau negatif?
Mungkin gak keduanya disebabkan oleh hal lain?
dll.
- Pernyataan sesuai isi teks, grafik, table, kemungkinan, judul, kekoherensian dan kekohesifan
-
Mengidentifikasi isi grafik, tabel, bagan, denah
Kunci Jawaban: C
Pembahasan:
Grafik adalah lukisan dengan gambar/garis untuk mengetahui naik turunnya suatu keadaan. Isi
suatu grafik dapat diketahui hubungan data (angka) yang ada pada titik koordinasinya.
Hubungan angka itu bisa naik dan menurun. Menurut grafik tersebut, setiap jenis
ekstrakurikuler di SMP Permata didominasi siswa perempuan.
TIPS : Perhatikan gambar secara teliti, jika dicari hitungannya cari dengan teliti
Sebuah paragraf harus memiliki kesatuan. Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan jika
semua kalimat pendukung hanya mendukung satu gagasan tunggal. Jika ada kalimat pendukung
yang tidak berkaitan dengan topik, maka kalimat itu disebut kalimat sumbang dan paragraf
tidak memiliki kesatuan.
Paragraf harus memiliki satu gagasan pengait di dalam kalimat topiknya. Jika tidak, paragraf
akan kehilangan fokus.
Kalimat pendukung harus mendukung atau menjelaskan gagasan pengait dengan memberikan
contoh, detail, langkah-langkah, atau definisi. Jika tidak, paragraf tidak akan membahas satu
gagasan tunggal.
Kalimat penyimpul harus menyatakan kembali gagasan di dalam kalimat topik. Jika tidak,
gagasan pokok akan tidak jelas.
Kalimat topik
Kalimat Pendukung
Kalimat Penyimpul
Ardiansyah memang salah seorang teman yang sangat menyenangkan yang aku kenal.
Semua kalimat di atas berisi tentang uraian bagaimana sangat menyenangkannya Ardiansyah.
Apabila ada satu kalimat yang, misalnya, menjelaskan bagaimana wajah Ardiansyah terlihat
atau hobi Ardiansyah, maka kalimat itu tidak mendukung kesatuan dalam paragraf. Tentu saja,
kalimat seperti itu tidak menjelaskan bagaimana Ardiansyah sangat menyenangkan.
Penulis biasanya menggunakan waktu, ruang, dan urutan hal-hal yang penting untuk
menyajikan informasi pendukung dalam sebuah paragraf yang koherensi. Ketidakkoherensian
terjadi apabila kalimat-kalimat pendukung kemunculannya tidak teratur sehingga menghapus
adanya kesan ruang, waktu, dan urutan hal-hal penting itu.
Pengorganisasiaan lewat Waktu
Setiap hari aku melakukan aktivitas rutin pagi hari yang biasanya aku lakukan. Aku bangun pagi-
pagi sekali untuk salat subuh berjamaah di masjid. Lalu, aku jogging mengelilingi perumahanku.
Setelah itu, aku menyiram tanaman hias yang aku tanam di halaman rumahku. Selesai
menyiram tanaman, aku mandi sekitar 15-25 menit. Sehabis mandi, aku sarapan yang biasanya
sudah disiapkan ibuku. Barulah ketika waktu menunjukkan pukul 06.15, aku berangkat ke
kantor dengan sepeda motorku. Demikianlah, aktivitas harian yang tidak bisa aku lewatkan di
setiap pagi.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari
sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya
terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang
kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof.
Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia.
Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran
Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang
Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung
terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas,
pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk
ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke
tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen. (Sumber:
wikipedia.com)
Mengerdilkan daun jauh lebih sulit dari pada mengerdilkan batangnya. Sebab itu, tidah heran
jikasering dijumpai bonsai dengan ukuran kerdil, tetapi ukuran daunnya masih agak besar
dibandingkan dengan ukuran pohonnya. Salah satu cara mengecilkan daun bonsai adalah
dengan menggunduli semua daunnya (total prunning). Kemudian, dikurangi pemberian airnya
semaksimal mungkin asal tidak layu.Pada akhirnya nanti daun baru yang tumbuh akan lebih
kecil. Selama daun masih mengalami pertumbuhan (berwarna hijau muda) selama itu pula
penyiraman dikurangi. Apabila daun sudah dewasa (berwarna hijau tua) dan tidak mengalami
pertumbuhan lagi , penyiraman dapat dilakukan normal kembali.
(Sumber: http://ficusbenyamina.blogspot.com)
Alat Kekohesifan
Alat kekohesifan merupakan kata-kata atau frasa yang berfungsi merangkaikan kalimat-kalimat
sehingga terbentuklah kesatuan dan koherensi pada paragraf tersebut. Alat kekohesifan dapat
berupa kata hubung (konjungsi), kata ganti (pronomina) baik kata ganti orang maupun kata
ganti penunjuk, dan pengulangan kata atau frasa.
Alat kekohesifan yang pertama adalah kata hubung. Kata hubung (konjungsi) yang dipakai
sebagai alat kekohesifan adalah kata hubung antarkalimat, seperti namun, akan tetapi, oleh
karena itu, jadi, lalu, kemudian, bahkan,dan dengan demikian. Kata hubung-kata hubung
tersebut diletakkan di awal kalimat berikutnya dan diikuti tanda baca koma (,).
Contoh:
Warna-warna pada lukisan itu sangat cerah. Namun, tidak banyak pencinta lukisan yang
memahami mengapa warna-warna itu dibuat cerah.
Pada contoh di atas, salah satu alat kekohesifannya adalah kata hubung namun.
Alat kekohesifan yang kedua adalah kata ganti (pronomina). Ada dua jenis kata ganti yang
berhubungan dengan paragraf, yaitu kata ganti orang dan kata ganti penunjuk. Contoh kata
ganti orang adalah ia, dia, -nya, dan mereka, sedangkan kata ganti penunjuk
adalah ini, itu, begini, dan begitu.
Contoh:
Mamat akan pergi ke Pasar Baru. Ia ingin membeli sepatu. Sepatunya yang lama sudah rusak.
Sepatu itu sudah lepas jahitannya.
Pada contoh di atas kekohesifan ditandai dengan kata ia, bentuk -nya, dan itu. Kata ia pada
kalimat kedua merujuk pada Mamat. Bentuk –nya pada kalimat ketiga pun merujuk pada
Mamat. Lalu, kata itu dalam sepatu itu merujuk pada sepatunya, yaitu sepatunya.
Alat kekohesifan ketiga adalah pengulangan kata atau frasa pada kalimat berikutnya. Namun,
biasanya pengulangan itu disertai dengan penambahan kata ganti penunjuk. Sering juga
ditemukan bahwa pengulangan itu bukan pengulangan langsung, melainkan pengulangan
dengan pengubahan.
Contoh:
Pak Amat sangat rajin. Hampir setiap hari, Pak Amat pergi ke sawah.Petani yang dikenal ramah
itu bekerja dengan sepenuh hatinya.
Pada contoh di atas, frasa Pak Amat diulangi pada kalimat kedua. Pun, pada kalimat ketiga ada
pengulangan lagi pada frasa Pak Amat, tetapi kali ini dengan pengubahan, yaitu mengubah Pak
Amat menjadi petani yang dikenal ramah itu.
- Ilustrasi
Pemakaian dan penulisan tanda baca memang terkesan sepele, namun jika tidak tepat, makna dari
sebuah kalimat bisa berubah. Karena hal tersebutlah, penting mengetahui berbagai penulisan dan
pemakaian tanda baca-tanda baca yang ada dalam bahasa Indonesia, seperti di bawah ini.
Tanda Titik (.)
Tanda baca yang satu ini hampir selalu bisa dijumpai dalam sebuah kalimat. Menjadi penanda akhir
dari rangkaian kata, tanda titik lazim diletakkan di akhir sebuah kalimat. Namun, ada juga beberapa
penulisan dan pemakaian tanda baca titik (.) lainnya yang harus kamu pahami.
Dipakai untuk mengakhiri singkatan yang belum resmi. Sebagai contoh, tanda ini ditaruh
setelah yang merupakan singkatan yang terhormat, hlm. yang merupakan singkatan
dari halaman, ataupun a.n. yang merupakan singkatan dari atas nama.
Tanda titik (.) tidak dipakai pada judul ataupun keterangan pengirim maupun tujuan pada
surat.
Dipakai untuk membatasi singkatan pada gelar sarjana dengan bidang yang diambilnya,
contohnya S.Pd yang merupakan sarjana pendidikan, S.E yang merupakan sarjana ekonomi,
maupun S.Hum yang merupakan singkatan dari sarjana humaniora.
Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan ataupun tabel.
Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang satu dengan yang
lain.
Contoh: Knight, John. 2001. Wanita Ciptaan Ajaib. Bandung: Indonesia Publishing House.
Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun kelipatannya dan
dipakai pada pembatas jam dan menit dalam hitungan waktu.
Contoh: Saat ini, jumlah penduduk Jakarta hampir menembus 11.000.000 jiwa.
Tanda Tanya (?)
Tidak terlalu sulit memakai dan meletakkan tanda baca yang satu ini dalam kalimat. Berfungsi
sebagai penunjuk kalimat tanya, tanda tanya kerap menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir
kalimat. Hanya saja, jika (.) lebih mengarah pada kalimat pernyataan, tanda tanya (?) cenderung
mengarah pada kalimat yang bersifat pertanyaan.
Menjadi pemerinci dalam sebuah kalimat yang memiliki subjek, objek, maupun keterangan
yang lebih dari dua. Pemakaiannya selalu berada di akhir kata yang dirincikan. Khusus pada
kata terakhir, pastikan (,) berada sebelum dan maupun atau yang menjadi kata hubung.
Contoh: Ibu membeli ayam, telur, sayuran, dan bumbu dapur di pasar.
Menjadi pemisah antara anak kalimat yang letaknya berada mendahului induk kalimat.
Contoh: Karena hujan lebat dan tidak membawa payung, Rina menjadi telat pulang ke rumah.
Menjadi pemisah antara petikan kalimat langsung dengan kalimat utama. Jika petikannya
berada belakang pengujar, tanda koma (,) diletakkan sebelum petikan langsung. Namun, jika
petikan kalimat langsungnya mendahului pengujar, tanda koma (,) diletakkan di akhir petikan,
sebelum tanda kutip (“).
Contoh:
1. Melihat Andy tiba di rumah dengan kondisi basah kuyub, ibu lantas berkata, “Kamu pasti tidak
bawa payung.”
2. “Kamu pasti tidak bawa payung,” kata ibu saat melihat Andy tiba di rumah dengan kondisi
basah kuyub.
Menjadi pemisah antara nama dengan gelar.
Contoh: Akhirnya, ia berhasil menjadi sarjana dan kini ia bergelar Ayuningtias, S.E.
Menjadi pemisah nama pengarang yang dibalik pada daftar pustaka.
Contoh: Christian, Diego. 2016. Kepada Gema. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Menjadi pembatas antara satu keterangan dengan keterangan lain yang ada di catatan kaki.
Contoh: Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Rakyat,
150), hlm. 20.
Mengapit keterangan tambahan di dalam kalimat.
Contoh: Pria yang hampir berusia 80 tahun tersebut, Pak Kusnan, rutin berjalan pagi keliling
kompleks tiap harinya.
Tanda Titik Dua (:)
Meskipun jarang ditemui pada kalimat sehari-hari, kenyataannya tanda baca yang satu ini masih
penting digunakan dalam beberapa tipe tulisan, seperti berikut ini.
Seperti fungsi tanda koma (,); tanda baca yang satu ini juga dipakai sebagai pengapit
keterangan tambahan dalam sebuah kalimat.
Menjadi pengganti kata sampai atau hingga dalam keterangan waktu.
Contoh: Acara perpisahan pada malam itu berlangsung pukul 20.00—23.00.
Tanda Petik (‘…’)
Ada dua pemakaian tanda petik yang penting dalam kalimat di bahasa Indonesia, seperti berikut
ini.
Dipakai mengapit istilah yang maknanya bersifat konotatif atau tidak sebenarnya.
Dipakai untuk mengapit makna kata yang memang dicantumkan dalam kalimat.
Tanda Kutip (“…”)
Tanda baca yang satu ini sebenarnya adalah penggunaan ganda dari tanda petik. Hanya saja,
fungsinya jauh berbeda dari tanda petik. Beberapa pemakaian tanda kutip (“…”) yang tepat kalimat
di bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Dipakai untuk mengapit judul rubrik, judul makalah, bab buku, atau judul karangan lain yang
berlum diterbitkan.
Contoh: Skripsinya berjudul “Analisis Perbandingan Dongeng-dongeng Nusantara dengan Cerita
Rakyat dari Negara Lain”.
Dipakai sebagai pengapit kalimat langsung.
Contoh: Pak RT menyampaikan, “Mulai bulan depan, besar iuran kebersihan akan ditingkatkan
menjadi dua kali lipat daripada semulai.”
Tanda Garis Miring (/)
Sering dianggap sebagai tanda baca yang kurang formal, sebenarnya garis miring (/) punya peran
penting dalam persuratan, yaitu menjadi pembatas dalam nomor surat. Selain itu, pada dasarnya
fungsi tanda baca ini adalah menggantikan kata tiap.
Kalimat efektif merupakan kalimat yang berfungsi untuk mewakili gagasan penulisan atau gagasan
pembicara dan bisa diterima oleh pembaca. Kalimat ini memuat makna khusus penulis dan
sifatnya yang harus disampaikan, jelas, padat dan singkat.
Sedangkan kalimat tidak efektif merupakan kalimat yang tak terdapat sifat – sifat tertentu pada
kalimatnya. Tidak terdapat aturan seperti dengan kalimat efektif.
Kalimat Efektif:
Saya adalah mahasiswa universitas Diponegoro. Saya kos di daerah Tembalang. Untuk berangkat
kuliah, saya menggunakan transportasi umum, yaitu Trans semarang. Selain saya, banyak
mahasiswa Universitas Diponegoro yang tinggal di Tembalang menggunakan fasilitas Trans
Semarang sebagai sarana transportasi.
Kalimat Tidak Efektif:
Saya ini adalah mahasiswa dari Universitas diponegoro, kebetulan saya ngekos rumah di daerah
Tembalang. Jadi untuk berangkat kuliah saya biasanya menggunakan transportasi umum seperti
trans Semarang. Selain saya, banyak pula para mahasiswa Universitas Diponegoro yang juga
memakai Trans Semarang sebagai salah satu sarana transportasi setiap hari.
- Reading comprehession
A. Isi Teks
Dari sekian teks/bacaan yang selama ini disajikan untuk UAN, seluruh teks tetap
mempergunakan vocabulary yang setara dengan kemampuan siswa dan teks tersebut
biasanya berisi bahasan yang berupa:
1. masalah sosial kemanusiaan dan kependudukan
2. masalah geografi/alam
3. masalah dunia perekonomian dan bisnis
4. masalah teknologi komunikasi dan komputer
C. Bentuk Teks
1. Berbentuk wacana biasa
Berupa teks biasanya terdiri dari dua paragraph pendek, yang kemudian diikuti dengan
sejumlah pertanyaan: 4-5 pertanyaan.
2. Melengkapi wacana (wacana lisan)
Teks berupa paragraf pendek biasanya terdiri dari 5 sampai 7 kalimat. Selanjutnya, sebagai
kosa kata di dalam teks tersebut dihilangkan untuk dilengkapi dengan memilih beberapa
options yang telah disediakan.
Biasanya berupa kelompok kata (phrase) yang sedikit lebih panjang, dan lebih bersifat
elaboratis (menguraikan, memberi sedikit penjelasan).
Biasanya berupa clause (anak kalimat) pendek, yang di dalamnya sudah terdapat subjek dan
predikat.
3. Pertanyaaan : conclusion
Conclusion = kesimpulan atas penjabaran ide utama yang dibicarakan di dalam teks.
5. Pertanyaan : reference
Reference = rujukan
Pertanyaan semacam ini mengacu pada maksud salah satu atau sebagian kata yang terdapat
di dalam teks, atau mengacu pada makna suatu ekspresi tertentu. Untuk dapat menjawab
dengan benar, lihatlah beberapa kalimat yang mendahuluinya.
7. Pertanyaan = exception
Exception = perkecualian
Memilih salah satu statement yang salah diantara yang benar.