B. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum/tidak dapat
ditentukan nilai kebenarannya. Dalam matematika, kalimat
terbuka bisa berbentuk persamaan (kalimat terbuka yang
menggunakan tanda “=”) atau berbentuk pertidaksamaan
(kalimat terbuka yang menggunakan tanda “≠”, “<”, “>”, “≤”,
atau “≥”)
C. Pernyataan Majemuk
Pernyataan yang dihubungkan dengan kata hubung tersebut
dinamakan dengan pernyataan majemuk. Pernyataan majemuk
adalah pernyataan yang terdiri atas beberapa pernyataan tunggal.
Simbol-simbol logika yang digunakan dalam pernyataan
majemuk disajikan dalam Tabel 1.1 berikut.
1) Negasi
Negasi suatu pernyataan adalah pernyataan yang bernilai
salah jika pernyataan semula
benar, dan sebaliknya. Negasi pernyataan p disimbolkan
sebagai: ̅ atau .
2) Konjungsi
Konjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan kata
penghubung “dan”, “tetapi”, “meskipun”, atau
“walaupun”. Dua pernyataan p dan q yang dinyatakan
dalam bentuk p ∧ q disebut konjungsi dan dibaca “p dan
q”.
3) Disjungsi
Disjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan kata
penghubung “atau”. Dua pernyataan p dan q yang
dinyatakan dalam bentuk p ∨ q disebut disjungsi dan
dibaca “p atau q”. Disjungsi yang mempunyai nilai
kebenaran tersebut disebut disjungsi inklusif. Disjungsi
seperti ini yang umum digunakan dalam
pernyataan matematis.
4) Implikasi
Implikasi merupakan pernyataan yang dibuat dari 2
pernyataan tunggal p dan q yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat “jika p maka q”. Implikasi dilambangkan
dengan p ⇒ q. Pada implikasi p ⇒ q, pernyataan p
dinamakan pendahulu/syarat cukup/hipotesis/anteseden,
sedangkan q dinamakan pengikut/syarat perlu/konklusi/
konsekuen.
5) Biimplikasi
Biimplikasi merupakan pernyataan yang dibuat dari 2
pernyataan tunggal p dan q yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat “p jika dan hanya jika q”. Biimplikasi
dilambangkan dengan p ⇔ q. Biimplikasi sebenarnya
merupakan pernyataan majemuk kombinasi antara
implikasi dan konjungsi. Jika kita memiliki implikasi
p⇒q bernilai benar dan q ⇒ p juga bernilai benar maka
dapat dibentuk biimplikasi p ⇔ q yang juga bernilai
benar.
2. KB 2. Tautologi dan Kontradiksi Istilah dan konsep
tersebut merupakan
A. Kuantor pengetahuan dasar
1) Kuantor Universal yang harus
Kata-kata yang biasa digunakan dalam kuantor universal dipahami agar dapat
adalah “semua”, “setiap”, “untuk semua” atau “untuk menyelesaikan
permasalahan yang
setiap”. Kuantor universal dilambangkan dengan ∀
berkaitan dengan
2) Kuantor Eksistensial tautologi dan
Pernyataan matematika yang dilengkapi dengan kata- kontradiksi
kata “terdapat”, “ada”, “sekurang-kurangnya satu”, atau
“beberapa” merupakan pernyataan berkuantor
eksistensial. Kuantor eksistensial dilambangkan dengan
∃.
3) Negasi Pernyataan Kuantor
Dua buah pernyataan (proposisi) dikatakan ekivalen
(berekivalensi logis) jika kedua pernyataan itu memiliki
nilai kebenaran yang sama.
B. Tautologi
Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar untuk
setiap substitusi pernyataan tunggalnya dinamakan
tautologi. Dengan kata lain, tautologi merupakan
pernyataan yang selalu bernilai benar dalam kondisi
apapun. Tautologi digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan atau pembuktian matematis
C. Kontradiksi
Jika tautologi adalah pernyataan yang selalu bernilai
benar, maka sebaliknya kontradiksi adalah pernyataan
yang selalu bernilai salah untuk setiap substitusi
nilai kebenaran pernyataan tunggalnya.
3. KB 3. Aljabar Proposisi dan Argumen Istilah dan konsep
tersebut merupakan
A. Aljabar Proposisi pengetahuan dasar
Setiap proposisi yang saling ekivalen dapat yang harus
dipertukarkan atau diganti antarasatu dengan yang dipahami agar dapat
lainnya. Hal ini dikarenakan setiap proposisi yang menyelesaikan
permasalahan yang
ekivalen memiliki nilai kebenaran yang sama. Daftar
berkaitan dengan
aturan penggantian untuk keperluan deduksi. aljabar proposisi
1) Hukum Idempoten dan argumen
•p∨p≡p
•p∧p≡p
2) Hukum Asosiatif
• (p ∨ q) ∨ r ≡ p ∨ (q ∨ r)
• (p ∧ q) ∧ r ≡ p ∧ (q ∧ r)
3) Hukum Komutatif
•p∨q≡q∨p
•q∧p≡q∧p
4) Hukum Distributif
• p ∨ (q ∧ r) ≡ (p ∨ q) ∧ (p ∨ r)
• p ∧ (q ∨ r) ≡ (p ∧ q) ∨ (p ∧ r)
5) Hukum Identitas
•p∨F≡p
•p∧T≡p
6) Hukum null/ Dominasi
•p∧F≡F
•p∨T≡T
7) Hukum Komplemen (Negasi)
•p∨∼p≡T
•p∧∼p≡F
•∼T≡F
•∼F≡T
8) Hukum Involusi (Negasi Ganda)
∼ (∼p) ≡ p
9) Hukum Penyerapan (Absorpsi)
• p ∨ (p ∧ q) ≡ p
• p ∧ (p ∨ q) ≡ p
10) Hukum Transposisi
p ⇒ q ≡ ∼ p ⇒∼ q
11) Hukum Implikasi
p⇒q≡∼p∨q
12) Hukum Ekivalensi
• p ⟺ q ≡ (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p)
• p ⟺ q ≡ (p ∧ q) ∨ (∼q ∧ ∼ p)
13) Hukum Eksportasi
(p ∧ q) ⇒ r ≡ p ⇒ (q ⇒ r)
14) Hukum De Morgan
• ∼ (p ∨ q) ≡∼ p ∧ ∼ q
• ∼ (p ∧ q) ≡ ∼ p ∨ ∼ q
Beberapa hukum tersebut mirip dengan hukum-hukum
aljabar pada sistem bilangan riil sehingga sering disebut
sebagai hukum aljabar proposisi
B. Argumen dan Inferensi
Logika berkenaan dengan penalaran yang dinyatakan
dengan pernyataan verbal. Suatu diskusi atau pembuktian
yang bersifat matematik atau tidak terdiri atas
pernyataan-pernyataan yang saling berelasi. Biasanya
dimulai dengan pernyataan-pernyataan tertentu yang
diterima kebenarannya dan kemudian berargumentasi
untuk sampai pada konklusi (kesimpulan) yang ingin
dibuktikan. Pernyataan-pernyataan yang digunakan
untuk menarik kesimpulan disebut premis. Jadi suatu
premis dapat berupa aksioma, hipotesa, definisi, atau
pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan argumen adalah
kumpulan kalimat yang terdiri atas satu atau lebih premis
yang mengandung bukti- bukti (evidence) dan suatu
(satu) konklusi. Konklusi ini selayaknya diturunkan dari
premis-premis. Proses atau cara untuk menarik atau
menurunkan kesimpulan dalam suatu argumen dari
beberapa proposisi (premis) disebut inferensi.
C. Metode Inferensi
1) Modus Ponen (Penalaran Langsung)
Bentuk argumen pada modus ponen dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis 1 : p ⟹ q
Premis 2 : p
Kesimpulan : q
2) Modus Tolen (Penalaran Tak Langsung)
Bentuk argumen pada modus tolen dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis 1 : p ⟹ q
Premis 2 : ∼ p
Kesimpulan : ∼ q
3) Silogisme Hipotesis
Bentuk argumen pada silogisme hipotesis dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis 1 : p ⟹ q
Premis 2 : q ⟹ r
Kesimpulan : p ⟹ r
4) Silogisme Disjungtif
Bentuk argumen pada silogisme disjungtif dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis 1 : p ∨ q
Premis 2 : ∼ q
Kesimpulan : p
5) Simplifikasi (Penyederhanaan Konjungtif)
Bentuk argumen pada simplifikasi dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis : p ∧ q
Kesimpulan : p
Atau
Premis : p ∧ q
Kesimpulan : q
6) Penambahan Disjungtif
Bentuk argumen pada penambahan disjungtif
dapat disimbolkan dalam
bentuk:
Premis : p
Kesimpulan : p ∨ q
7) Konjungsi
Bentuk argumen pada simplifikasi dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis 1 : p
Premis 2 : q
Kesimpulan : p ∧ q
8) Dilema (Pembagian Kasus)
Bentuk argumen pada dilema dapat disimbolkan
dalam bentuk:
Premis 1 : p ∨ q
Premis 2 : p ⟹ r
Premis 3 : q ⟹ r
Kesimpulan : r
9) Dilema Konstruktif
Bentuk argumen pada dilema konstruktif dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis 1 : (p ⟹ q) ∧ (r ⟹ s)
Premis 2 : p ∨ r
Kesimpulan : q ∨ s
10) Dilema Destruktif
Bentuk argumen pada dilema destruktif dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis 1 : (p ⟹ q) ∧ (r ⟹ s)
Premis 2 : ∼q ∨∼ s
Kesimpulan : ∼ p ∨∼ r
4. KB 4. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak Langsung Istilah dan konsep
tersebut merupakan
A. Aturan Bukti Bersyarat pengetahuan dasar
Langkah-langkah pembuktian Aturan Bukti Bersyarat yang harus
yaitu sebagai berikut. dipahami agar dapat
a) Menulis premis-premis yang diketahui. menyelesaikan
permasalahan yang
b) Menarik anteseden dari konklusi menjadi premis
berkaitan dengan
baru (premis tambahan) dan konsekuennya aturan bukti
merupakan konklusi dari argument (konklusi baru). bersyarat dan bukti
c) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum tak langsung
penggantian untuk menemukan konlusi sesuai
dengan konklusi baru.
B. Bukti Tak Langsung
Untuk melakukan pembuktian argumen dengan bukti tak
langsung, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis baru
(premis tambahan).
c) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan
hukum penggantian ditunjukkan adanya kontradiksi
d) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal
menggunakan prinsip Adisi dan Silogisme Disjungtif
a. Hukum Idempoten
• ∨ ≡
• ∧ ≡
b. Hukum Asosiatif
•( ∨ 𝑞)∨ 𝑟 ≡ ∨ (𝑞 ∨ 𝑟)
• ( ∧ 𝑞)∧ 𝑟 ≡ ∧ (𝑞 ∧ 𝑟)
c. Hukum Komutatif
• ∨ 𝑞 ≡𝑞 ∨
• ∧𝑞≡𝑞∧
d. Hukum Distributif
• ∨ (𝑞 ∧ 𝑟)≡ ( ∨ 𝑞)∧
( ∨ 𝑟)
• ∧ (𝑞 ∨ 𝑟)≡ ( ∧ 𝑞)∨
( ∧ 𝑟)
e. Hukum Identitas
• ∨𝐹≡
• ∧𝑇≡
f. Hukum null/
Dominasi
• ∧𝐹≡𝐹
• ∨𝑇≡𝑇
g. Hukum
Komplemen
(Negasi)
• ∨ ∼ ≡𝑇
• ∧ ∼ ≡𝐹
• ∼𝑇 ≡ 𝐹
• ∼𝐹≡𝑇
h. Hukum Involusi
(Negasi Ganda)
∼(∼ )≡
i. Hukum
Penyerapan
(Absorpsi)
• ∨( ∧𝑞)≡
• ∧( ∨𝑞)≡
j. Hukum
Transposisi
⇒𝑞 ≡ ∼𝑞⇒∼
k. Hukum Implikasi
⇒𝑞 ≡ ∼ ∨𝑞
2. Argumen dan
inferensi
Suatu diskusi atau
pembuktian yang
bersifat matematik
atau tidak terdiri atas
pernyataan-
pernyataan yang
saling berelasi.
Biasanya dimulai
dengan pernyataan-
pernyataan tertentu
yang diterima
kebenarannya dan
kemudian
berargumentasi
untuk sampai pada
konklusi
(kesimpulan) yang
ingin dibuktikan.
Pernyataan-
pernyataan yang
digunakan untuk
menarik kesimpulan
disebut premis. Jadi
suatu premis dapat
berupa aksioma,
hipotesa, definisi,
atau pernyataan yang
sudah dibuktikan
sebelumnya.
Sedangkan yang
dimaksud dengan
argumen adalah
kumpulan kalimat
yang terdiri atas satu
atau lebih premis
yang mengandung
bukti- bukti
(evidence) dan suatu
(satu) konklusi.
Konklusi ini
selayaknya
diturunkan dari
premis-premis.
Proses atau cara
untuk menarik atau
menurunkan
kesimpulan dalam
suatu argumen dari
beberapa proposisi
(premis) disebut
inferensi.
Suatu argumen
adalah valid apabila
kesimpulan dapat
diturunkan secara
logis dari premis-
premis atau dengan
kata lain apabila
kesimpulan
merupakan implikasi
secara tautologi dari
premis-premis yang
dikonjungsikan.
Sedangkan untuk
membuktikan
validitas argumen
atau menunjukkan
bahwa inferensi
yang digunakan
untuk mendapatkan
kesimpulan adalah
inferensi yang dapat
diterima.
1. Aturan Bukti
Bersyarat (ABB)
2. Bukti Tak
langsung
Untuk melakukan
pembuktian argumen
dengan bukti tak
langsung, langkah-
langkahnya adalah
sebagai berikut.
1) Menulis premis-
premis yang
diketahui.
2) Menarik ingkaran
dari konklusi
menjadi premis baru
(premis tambahan).
3) Dengan
menggunakan aturan
penyirnpulan dan
hukum penggantian
ditunjukkan adanya
kontradiksi.
4)Setelah ditemukan
kontradiksi kita
tinggal
menggunakan
prinsip Adisi dan
Silogisme Disjungtif
a. Hukum Idempoten
• ∨ ≡
• ∧ ≡
b. Hukum Asosiatif
•( ∨ 𝑞)∨ 𝑟 ≡ ∨ (𝑞 ∨ 𝑟)
• ( ∧ 𝑞)∧ 𝑟 ≡ ∧ (𝑞 ∧ 𝑟)
c. Hukum Komutatif
• ∨ 𝑞 ≡𝑞 ∨
• ∧𝑞≡𝑞∧
d. Hukum Distributif
• ∨ (𝑞 ∧ 𝑟)≡ ( ∨ 𝑞)∧
( ∨ 𝑟)
• ∧ (𝑞 ∨ 𝑟)≡ ( ∧ 𝑞)∨
( ∧ 𝑟)
e. Hukum Identitas
• ∨𝐹≡
• ∧𝑇≡
f. Hukum null/
Dominasi
• ∧𝐹≡𝐹
• ∨𝑇≡𝑇
g. Hukum
Komplemen
(Negasi)
• ∨ ∼ ≡𝑇
• ∧ ∼ ≡𝐹
• ∼𝑇 ≡ 𝐹
• ∼𝐹≡𝑇
h. Hukum Involusi
(Negasi Ganda)
∼(∼ )≡
i. Hukum
Penyerapan
(Absorpsi)
• ∨( ∧𝑞)≡
• ∧( ∨𝑞)≡
j. Hukum
Transposisi
⇒𝑞 ≡ ∼𝑞⇒∼
k. Hukum Implikasi
⇒𝑞 ≡ ∼ ∨𝑞
3. Argumen dan
inferensi
Suatu diskusi atau
pembuktian yang
bersifat matematik
atau tidak terdiri atas
pernyataan-
pernyataan yang
saling berelasi.
Biasanya dimulai
dengan pernyataan-
pernyataan tertentu
yang diterima
kebenarannya dan
kemudian
berargumentasi
untuk sampai pada
konklusi
(kesimpulan) yang
ingin dibuktikan.
Pernyataan-
pernyataan yang
digunakan untuk
menarik kesimpulan
disebut premis. Jadi
suatu premis dapat
berupa aksioma,
hipotesa, definisi,
atau pernyataan yang
sudah dibuktikan
sebelumnya.
Sedangkan yang
dimaksud dengan
argumen adalah
kumpulan kalimat
yang terdiri atas satu
atau lebih premis
yang mengandung
bukti- bukti
(evidence) dan suatu
(satu) konklusi.
Konklusi ini
selayaknya
diturunkan dari
premis-premis.
Proses atau cara
untuk menarik atau
menurunkan
kesimpulan dalam
suatu argumen dari
beberapa proposisi
(premis) disebut
inferensi.
Suatu argumen
adalah valid apabila
kesimpulan dapat
diturunkan secara
logis dari premis-
premis atau dengan
kata lain apabila
kesimpulan
merupakan implikasi
secara tautologi dari
premis-premis yang
dikonjungsikan.
Sedangkan untuk
membuktikan
validitas argumen
atau menunjukkan
bahwa inferensi
yang digunakan
untuk mendapatkan
kesimpulan adalah
inferensi yang dapat
diterima.
1. Aturan Bukti
Bersyarat (ABB)
2. Bukti Tak
langsung
Untuk melakukan
pembuktian argumen
dengan bukti tak
langsung, langkah-
langkahnya adalah
sebagai berikut.
1) Menulis premis-
premis yang
diketahui.
2) Menarik ingkaran
dari konklusi
menjadi premis baru
(premis tambahan).
3) Dengan
menggunakan aturan
penyirnpulan dan
hukum penggantian
ditunjukkan adanya
kontradiksi.
4)Setelah ditemukan
kontradiksi kita
tinggal
menggunakan
prinsip Adisi dan
Silogisme Disjungtif