Anda di halaman 1dari 5

Bab 1

Dasar-dasar Logika

1.1 Kalimat Deklaratif


Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-argumen) dan hubungan yang ada di
antara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memberikan aturan-aturan sehingga orang
dapat menentukan apakah suatu kalimat bernilai benar. Kalimat yang dipelajari dalam logika
bersifat umum, baik dengan bahasa sehari-hari maupun bukti matematika yang didasarkan atas
hipotesis-hipotesis. Oleh karena itu, aturan-aturan yang berlaku di dalamnya haruslah bersifat
umum dan tidak tergantung pada kalimat atau disiplin ilmu tertentu. Ilmu logika lebih mengarah
pada bentuk kalimat (sintaks) dibandingkan arti kalimat itu sendiri (semantik). Suatu Kalimat
Deklaratif (Proposisi) adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya.
1.2 Penghubung Kalimat

Sering kali, beberapa kalimat perlu digabungkan menjadi satu kalimat yang lebih panjang.
Misalnya pada kalimat "4 adalah bilangan genap dan 3 adalah bilangan ganjil" yang merupakan
gabungan dari 2 buah kalimat, yakni "4 adalah bilangan genap" dan "3 adalah bilangan ganjil".

1.3 Tautologi dan Kontradiksi

Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (T), tidak peduli bagaimanapun
nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Sebaliknya, Kontradiksi adalah suatu
bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (F), tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran
masing-masng kalimat penyusunnya. Dalam tabel kebenaran, suatu Tautologi selalu bernilai T
pada semua barisnya, dan Kontradiksi selalu bernilai F pada semua baris. Apabila suatu kalimat
Tautologi diturunkan lewat hukum-hukum yang ada, maka pada akhirnya akan dihasilkan T.
Sebaliknya, Kontradiksi akan selalu menghasilkan F.

1.4 Konvers, Invers, dan Kontraposisi

Misal diketahui implikasi p ⇒q

Konversnya adalah q ⇒ p

Inversnya adalah ¬ p ⇒ ¬ q
Kontraposisinya adalah ¬ q ⇒¬ p

Suatu hal yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen
dengan kontraposisinya. Akan tetapi, tidak demikian dengan Invers dan Konvers. Suatu
implikasi tidak selalu ekuivalen denagn invers ataupun konversnya.

1.5 Inferensi Logika

Logika selalu berhubungan dengan pernyataan-pernyataan yang ditentukan nilai kebenarannya.


Sering kali diinginkan untuk menentu kan benar tidaknya kesimpulan berdasarkan sejumlah
kalimat yang diketahui nilai kebenarannya. Dalam subbab ini akan dipelajari teknik teknik
penurunan dengan contoh-contoh dalam dunia nyata.

1.5.1 Argumen Valid dan Invalid’

Argumen adalah rangkaian kalimat. Semua kalimat tersebut, kecuali yang terakhir,
disebut Hipotesis (atau asumsi/premise). Kalimat terakhir disebut Kesimpulan.

Suatu Argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang disubstitusikan
ke dalam hipotesis, jika semua hipotesis tersebut benar, kesimpulan juga benar.
Sebaliknya, meskipun semua hipotesis benar, tetapi ada kesimpulan yang salah, maka
argumen tersebut dikatakan Invalid.

Jika suatu argumen dan semua hipotesisnya bernilai benar, maka kebenaran nilai konklusi
dikatakan sebagai "diinferensikan (diturunkan) dari kebenaran hipotesis." Untuk
mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tentukan hipotesis dan kesimpulan kalimat.


2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesis dan
kesimpulan.
3. Carilah baris kritis, yaitu baris di mana semua hipotesis bernilai benar.
4. Dalam baris kritis tersebut, jika semua nilai kesimpulan benar, maka argumen itu
valid. Jika di antara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai kesimpulan yang
salah, maka argumen tersebut adalah invalid.
1.5.2 Metode-metode Inferensi

Dalam subbab ini dipelajari beberapa metode-metode inferensi, yaitu teknik untuk
menurunkan kesimpulan berdasarkan hipotesis yang ada, tanpa harus menggunakan tabel
kebenaran.

1.5.2.1 Modus Ponens

Secara simbolis, Mudus Ponens dapat dinyatakan sebagai berikut:

p⇒q
p
∴q

1.5.2.2 Modus Tollens

Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Ponens, hanya saja hipotesis kedua dan
kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesis pertama Modus Ponens. Kevalidan
hipotesis diperoleh mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan
kontraposisinya.

Secara simbolis, bentuk inferensi modus tollens adalah sebagai berikut:

p⇒ q
¬q
∴¬ p

1.5.2.3 Penambahan Disjungtif

Inferensi Penambahan Disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat
digeneralisasikan dengan penghubung "∨". Alasannya adalah karena penghubung "∨"
benilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar. Bentuk simbolis metode
Inferensi Penambahan Disjungtif adalah berikut:

p
a.
∴ p ∨q
q
b.
∴ p ∨q
1.5.2.4 Penyederhanaan Konjungtif

Inferensi Penyederhanaan Konjungtif merupakan kebalikan dari inferensi Penambahan


Disjungtif. Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan penghubung "∧", maka kalimat
tersebut dapat diambil salah satunya secara khusus. Penyempitan kalimat itu merupakan
kebalikan dari Penambahan Disjungtif yang merupakan perluasan suatu kalimat.

Bentuk simbolis metode Inferensi Penyederhanaan Konjungtif adalah sebagai berikut:

p∧q
a.
∴p
p∧q
b.
∴q
1.5.2.5 Silogisme Disjuntif

Prinsip dasar Silogisme Disjungtif adalah kenyataan bahwa apabila kita diperhadapkan
pada satu di ani ra 2 pilihan yang ditawarkan (A atau B), sedangkan kita tidak memilih A,
maka satu-satunya pilihan yang mungkin adalah memilih B.

Secara simbolis, bentuk metode infere si Silogisme Disjungtif adalah sebagai berikut:

p∨q
a. ¬p
∴q
p∨q
b. ¬q
∴p
1.5.2.6 Silogisme Hipotesis

Prinsip inferensi Silogisme Hipotes adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi
p ⇒q maupun q ⇒ r bernilai benar, maka implikasi p ⇒ r bernilai benar pula.

Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Hipotesis adalah sebagai berikut:

p⇒q
q⇒r
∴ p⇒r

1.5.2.7 Dilema (Pembagian dala Beberapa Kasus


Kadang-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan dengan peng hubung "∨", masing-
masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama. Berdasarkan hal itu, suatu
kesimpulan dapat diambil.

Secara simbolis, bentuk metode inferensi Dilema adalah sebagai berikut:

p∨ q
p⇒r
q⇒r
∴r

1.5.2.8 Konjungsi

Inferensi Konjungsi sebenamya sudah dibahas pada subbab awal Jika ada 2 kalimat yang
masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut dengan menggunakan
penghubung "∧" (Konjung si) juga bernilai benar.

Berikut inferensi dengan konjungsi adalah sebagai berikut:

p
q
∴ p ∧q

Anda mungkin juga menyukai