Dasar-dasar Logika
Sering kali, beberapa kalimat perlu digabungkan menjadi satu kalimat yang lebih panjang.
Misalnya pada kalimat "4 adalah bilangan genap dan 3 adalah bilangan ganjil" yang merupakan
gabungan dari 2 buah kalimat, yakni "4 adalah bilangan genap" dan "3 adalah bilangan ganjil".
Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (T), tidak peduli bagaimanapun
nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Sebaliknya, Kontradiksi adalah suatu
bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (F), tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran
masing-masng kalimat penyusunnya. Dalam tabel kebenaran, suatu Tautologi selalu bernilai T
pada semua barisnya, dan Kontradiksi selalu bernilai F pada semua baris. Apabila suatu kalimat
Tautologi diturunkan lewat hukum-hukum yang ada, maka pada akhirnya akan dihasilkan T.
Sebaliknya, Kontradiksi akan selalu menghasilkan F.
Konversnya adalah q ⇒ p
Inversnya adalah ¬ p ⇒ ¬ q
Kontraposisinya adalah ¬ q ⇒¬ p
Suatu hal yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen
dengan kontraposisinya. Akan tetapi, tidak demikian dengan Invers dan Konvers. Suatu
implikasi tidak selalu ekuivalen denagn invers ataupun konversnya.
Argumen adalah rangkaian kalimat. Semua kalimat tersebut, kecuali yang terakhir,
disebut Hipotesis (atau asumsi/premise). Kalimat terakhir disebut Kesimpulan.
Suatu Argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang disubstitusikan
ke dalam hipotesis, jika semua hipotesis tersebut benar, kesimpulan juga benar.
Sebaliknya, meskipun semua hipotesis benar, tetapi ada kesimpulan yang salah, maka
argumen tersebut dikatakan Invalid.
Jika suatu argumen dan semua hipotesisnya bernilai benar, maka kebenaran nilai konklusi
dikatakan sebagai "diinferensikan (diturunkan) dari kebenaran hipotesis." Untuk
mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam subbab ini dipelajari beberapa metode-metode inferensi, yaitu teknik untuk
menurunkan kesimpulan berdasarkan hipotesis yang ada, tanpa harus menggunakan tabel
kebenaran.
p⇒q
p
∴q
Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Ponens, hanya saja hipotesis kedua dan
kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesis pertama Modus Ponens. Kevalidan
hipotesis diperoleh mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan
kontraposisinya.
p⇒ q
¬q
∴¬ p
Inferensi Penambahan Disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat
digeneralisasikan dengan penghubung "∨". Alasannya adalah karena penghubung "∨"
benilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar. Bentuk simbolis metode
Inferensi Penambahan Disjungtif adalah berikut:
p
a.
∴ p ∨q
q
b.
∴ p ∨q
1.5.2.4 Penyederhanaan Konjungtif
p∧q
a.
∴p
p∧q
b.
∴q
1.5.2.5 Silogisme Disjuntif
Prinsip dasar Silogisme Disjungtif adalah kenyataan bahwa apabila kita diperhadapkan
pada satu di ani ra 2 pilihan yang ditawarkan (A atau B), sedangkan kita tidak memilih A,
maka satu-satunya pilihan yang mungkin adalah memilih B.
Secara simbolis, bentuk metode infere si Silogisme Disjungtif adalah sebagai berikut:
p∨q
a. ¬p
∴q
p∨q
b. ¬q
∴p
1.5.2.6 Silogisme Hipotesis
Prinsip inferensi Silogisme Hipotes adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi
p ⇒q maupun q ⇒ r bernilai benar, maka implikasi p ⇒ r bernilai benar pula.
Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Hipotesis adalah sebagai berikut:
p⇒q
q⇒r
∴ p⇒r
p∨ q
p⇒r
q⇒r
∴r
1.5.2.8 Konjungsi
Inferensi Konjungsi sebenamya sudah dibahas pada subbab awal Jika ada 2 kalimat yang
masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut dengan menggunakan
penghubung "∧" (Konjung si) juga bernilai benar.
p
q
∴ p ∧q