A. Proposisi ekuivalen, Terdapat kesamaan bentuk logika dengan proposisi universal afirmatif
ekuivalen yang telah diuraikan dalam proposisi kategori. Sehingga didefinisikan sebagai
berikut : Pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan ketergantungan kesetaraan antara
anteseden dan konsekuen.
"Jika terjadi anteseden maka terwujud konsekuen dan jika terjadi konsekuen pasti akan
terwujud juga anteseden jika p maka q dan jika q maka p."
B. Proposisi Impilikatif, Di mana bentuk logikanya sama dengan proposisi universal afirmatif
implikasi yang merupakan salah satu bentuk proposisi kategori. Proposisi implikatif sering
disebut dengan implikasi atau proposisi kondisional.
Didefinisikan sebagai berikut: pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan
ketergantungan persyaratan antara anteseden dan konsekuen.
Dengan adanya anteseden pasti terwujud konsekuen, namun konsekuen belum tentu
disebabkan adanya anteseden jika p maka q dan q belum tentu karena p.
Contohnya: jika si terdakwah sakit ingatan maka dia tidak boleh dihukum.
‘;
An : Jika si terdakwa sakit ingatan (p),
Ks : maka dia tidak boleh dihukum (q).
Dirumuskan sebagai:
P⇒q dibaca: jika p maka q
p syarat cukup untuk q
p maka q
q karena p.
Implikasi logika atau implikasi imperatif bentuk logikanya banyak digunakan untuk
merumuskan aturan-aturan hidup bersama supaya aturan itu mempunyai hubungan
persyaratan yang dapat dipertimbangkan oleh akal.
Kemungkinan hubungan antara p dan q maka, "bila komunis berkembang lagi di Indonesia,
mungkin keamanan negara terancam mungkin juga tidak terancam. Kamu negara Indonesia
terancam, mungkin karena komunis berkembang lagi di Indonesia mungkin juga bukan
karena komunis".
Dirumuskan:
Jika p mungkin menyebabkan q,
Si mungkin karena p.
Dalam disfungsi kedua pilihannya sama kedudukannya sehingga dapat dibalik dan tidak
mempengaruhi makna
Pilihan pertama (P1) biasa disimbolkan "p"
Pilihan kedua (P2) biasa disimbolkan "q".
Jika dianalisis berdasarkan hubungan pengetahuannya disjungsi dapat dibedakan atas empat
macam yaitu, disjungsi eksklusif, disjungsi inklusif, disjungsi alternatif, dan disjungsi kolektif.
Dari empat macam proporsi ini yang banyak digunakan dalam penalaran hanya dua disjungsi
eksklusif dan disjungsi inklusif. Sedangkan dua lainnya tidak digunakan terutama yang terakhir
karena semua pilihannya ada dan di luar pilihan maupun gabungannya juga ada. Oleh karenanya
disjungsi kolektif tidak banyak dibahas dan tidak digunakan dalam penalaran.
p x q (p ʌ q)
jiak dianalisis berdasarkan bentuk hubungna penyertanya proposisi konjungtif dapat di bedakaan
menjadi 2 macam, yaitu konjungsi disjungtif dan konjungsi prediktif. Rumusan simbolinya tetap
sama, karena keduanya tetap sebagai penyerta atau unsurnya.
4. Jelaskan kegunaan tabel nilai kebenaran.
Jawaban:
Tabel nilai kebenaran adalah tabel yang digunakan untuk membuktikan sah atau tidaknya suatu
penalaran menggunakan nilai kebenaran yang disusun dalam bentuk sebuah tabel untuk
memudahkan penyusunannya. Dengan menggunakan tabel nilai kebenaran dapat menentukan
suatu penalaran dimana hasil terakhirnya terdapat 3 kemungkinan. Penilaian dalam pernyataan ini
baik benar atau salah disebut dengan nilai kebenaran. Yang meliputi dua pengertian untuk
menunjukkan kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu pernyataan, benar atau salah. Nilai salah
juga termasuk nilai kebenaran karena yang dimaksud adalah kebenaran nilai salah bagi yang tidak
sesuai dengan hal yang dikandungnya. Benar disimbolkan dnegan nilai “1”, nilai salah “0” “T”
(true) dan “F” (false), atau “B” dan “S”.
q(1) (p q) = 0
p(0)
q(0) (p q) = 1
(p(1) q(1)) p benar q benar, (p(1) q(0)) p benar q salah, (p(0) q(1)) p salah q benar, (p(0) q(0))
p salah q salah, diikuti nilai ekuivalen 1, 0, 0, 1, yang disebut nilai logika ekuivalen.
Yang kemudian diungkap dalam bagan matriks:
Pq pq
11 1
10 0
01 0
00 1
Nilai ekuivalen menunjukkan bahwa ekuivalen dinilai besar jika kedua komponennya, yaitu
anteseden dan konsekuen sama nilainya.
Diagram ekuivalen merupaka diagram hipotesis yang luas pengertian sebagai anteseden dan
konsekuen adalah sama.
2. Nilai Implikasi, dirumuskan (p ⇒ q), jika p maka q tetapi q belum tentu p. Nilai implikasi
satu-satunya kesalahan adalah, jika anteseden diakui benar dan konsekuen salah.
11 1 konsekuen 0 (salah).
10 0
01 1
00 1
Pernyataan implikasi dinilai benar jika kedua komponennya (anteseden dan koonsekuen) benar
(baris pertama) atau anteseden bernilai salah (baris ketiga dan keempat). Diagram implikasi merupakan
diagram hipotesis yang antara anteseden dan konsekuen luas pengertian yang dikandungnya tidak sama,
yaitu luas pengertian anteseden berada dalam pengertian konsekuen.
Kemungkinan nilai yang benar adalah:
q x₁ : anggota p dan q
p x₁ x₂ : bukan anggota p tetapi q
x₂ x₃ : bukan anggota p dan bukan q.
x₃
contoh implikasi, missal: “barangsiapa malsu uang akan dituntut di muka hakim”, p= (malsu
uang), q = (dituntut di muka hakim).
3. Penyimpulan Langsung
Dalam bentuk penyimpulan langsung dengan satu pangkal pikir dan kesimpulan terdapat 3
macam penyimpulan, yaitu: konversi, inversi, dan kontraposisi. Ketiga penyimpulan tersebut
tidak semua dapat diterapkan dalam proposisi hipotesis secara tepat.
1) Penyimpulan ekuivalen, jika dikonversikan maka hal yang dimaksudkanny adalah sama
jika diinversikan atau dikontraposisikan maka hal yang dimaksudkannya berbalikan
namun tetap berhubungan secara logika yang saling menyimpulkan sehingga
dihubungkan secara ekuivalen.
Dirumuskan:
Konversi (Konv ) : (p q) (p q)
Inversi (Inv ) : (p q) (~p ~q)
Kontraposisi (Kont ) : (p q) (~p ~q)
Contoh:
Proposisi : “Jika menjadi rakyat Indonesia haruslah ber-Pancasila”.
Konvers : “Jika diharuskan ber-Pancasila maka berarti menjadi rakyat Indonesia”.
Invers : “Jika tidak menjadi rakyat Indonesia maka tidak diharuskan ber-
Pancasila”.
Kontraposisi : “Jika tidak diharuskan ber-Pancasila maka bukan menjadi rakyat
Indonesia”.
2) Penyimpulan Implikasi, jia dikontaposisikan mempunyai hubungan yang saling
menyimpulkan secara ekuivalen, tetapi jika dikonversikan atau diinversikan tidak dapat
saling menyimpulkan, dua kemungkinan logikanya bahkan bertentangan. Dirumuskan:
Transposisi (Trans) : (p ⇒ q) (~p ⇒ ~p)
Contohnya “ barang siapa malsu uang harus dituntut dimuka hakim”. Berarti “jika tidak
dituntut dimuka hakim maka tidka malsu uang”.
Jika p maka q dan jika q maka p, (p q) dan (q p) maka akan terwujud suatu
ekuivalen antara p dan q, yaitu (p q).
pq P⇒q q⇒p ~p ⇒ ~q ~q ⇒ ~p
11 1 1 010 010
10 0 1 011 100
01 1 0 100 011
00 1 1 111 111
Implks Konvs Inversi Kontraposisi
Dengan ketentuan:
Impilkais dinilai salah jika antesedennya benar dan konsekuennya salah (p = 1 dan q = 0),
dalam tabel impilikasi diketahui 1 0 1 1.
pq (p ⇒ q) (~q ⇒ ~p)
11 1 1 010
10 0 1 100
01 1 1 011
00 1 1 111
up 1 5 2 43
up: urutan penyelesaian.
Kaidah kontraposisi jelas semua nilai logikanya adalah benar, baik pernyataan
tunggalnya ada yang benar dan ada yang salah sehingga tautologi didefinisikan juga suatu
penalaran mesti benar semua karena bentuk logikanya apa pun nilai yang diberikan pada
tiap komponennya. Dalam tabel di atas angka-angka di bawah nilai logika menunjukkan
urutan penyelesaian (up). Urutan ke-5 menunjukkan penyelesaian terakhir dalam bentuk.
ekuivalen antara dua pernyataan sebagai premis (kolom ke-1) dan kontrapositif (kolom
ke-4, merupakan hasil hubungan implikasi antara kolom ke-2 dan ke-3) dalam penalaran
kontraposisi.
2. Kontradiksi
Dalam tautologi kemungkinan nilai logikanya adalah benar semua maka kebalikannya
adalah bernilai salah semua, apa pun nilai yang diberikan pada tiap komponennya.
Pernyataan majemuk dan juga penalaran yang nilai logikanya salah semua dinyatakan
kontradiksi, yang didefinisikan:
Suatu penalaran mesti salah karena bentuk logikanya apa pun nilai yang
diberikan pada tiap bagiannya.
Contohnya yang paling sederhana adalah mengingkari salah satu bagian dari suatu
kaidah, misal kaidah kontraposisi yang salah satu diantaranya premis atau
kontrapositifnya diingkari:
~(p ⇒ q) (~q ⇒ ~p)
11 0 1 0 0 1 0
10 1 0 0 1 0 0
01 0 1 0 0 1 1
00 0 1 0 1 1 1
up 2 1 6 3 54
Penalaran di atas adalah bentuk kontraposisi yang premisnya diingkari sehingga nilai
kebenarannya adalah kebalikan dari premisnya yaitu kebalikan dari implikasi, hasilnya
dalam tabel kolom nomor 2, yang dihubungkan dengan kolom nomor 5, dan hasilnya
adalah salah semua yaitu kolom nomor 6 sebagai hasil terakhir penalaran tersebut, yang
berbentuk kontradiksi. Jadi, kontradiksi kebalikan dari tautologi.
3. Kontingensi
Dalam pernyataan majemuk maupun bentuk penalaran, banyak didapati juga bentuk
penalaran pertengahan antara tautologi dan kontradiksi, yaitu karena bentuk logikanya
tidak mesti benar dan tidak mesti salah, yang disebut dengan kontingensi, tidak tentu
nilainya.
Kontingensi didefinisikan sebagai berikut:
Suatu penalaran dapat benar dapat juga salah karena bentuk logikanya apa pun
nilai yang diberikan pada tiap bagiannya.
Penalaran yang tidak tentu nilainya ini, sebagai contoh penalaran bentuk konversi dan
inversi pada pernyataan implikasi, misal:
Konversi : (p ⇒ q) (q ⇒ p)
Inversi : (p ⇒ q) (~p ⇒ ~q)
Kedua penalaran ini dapat benar dan dapat juga salah, belum tentu penalarannya. Yang
dibuktikan dalam tabel kebenaran.
pq (p ⇒ q) (q ⇒ p) (p ⇒ q) (~p ⇒ ~q)
11 1 1 1 1 1 0 1 0
10 0 0 1 0 0 0 1 1
01 1 0 0 1 0 1 0 0
00 1 1 1 1 1 1 1 1
up 1 3 1 4 8 5 7 6
Dalam tabel di atas, kolom 3 dan kolom 8 masing-masing nilainya adalah 1001. Dengan
demikian, tidak mesti benar dan tidak mesti salah, ada yang benar dan ada yang salah.
Jadi, penalaran yang berbentuk kontingensi ini sebagian tepat dan sebagian tidak tepat,
atau dengan kata lain dapat benar dapat juga salah.