Sistem yang digunakan untuk membuktikan sah tidaknya suatu penalaran yang
khusus penalaran majemuk adalah nilai dari pernyataan itu sendiri. Pernyataan
sebagai dasar penalaran mempunyai dua kemungkinan nilainya, yaitu benar atau
salah. Tidak ada kemungkinan ketiga dan juga tidak ada dua nilai tersebut dalam
satu pernyataan tunggal.
Contoh:
Indah sedang berada di Bandung
Kemungkinannya adalah
1) Benar bahwa Indah ada di Bandung atau
2) Salah bahwa Indah ada di Bandung
Tidak mungkin Indah ada dan sekaligus tidak ada di Bandung
Nilai benar atau salah tersebut yang disebut nilai kebenaran
Benar bahwa hal tersebut sesuai, atau benar bahwa hal tersebut tidak sesuai.
Untuk mempermudah mengecek nilai kebenaran akan suatu pernyataan kita dapat
menggunakan Tabel Nilai Kebenaran.
Contoh:
Pernyataan 1: Indah adalah mahasiswa semester 5 (p)
Pernyataan 2: Indah adalah mahasiswa pintar (q)
Pernyataan 3: Indah mendapat beasiswa (r)
Pernyataan majemuk: Indah adalah mahasiswa semester 5, pintar, dan
mendapat beasiswa.
C. Nilai Negasi
Pengingkaran atau negasi dari suatu pernyataan, jika pernyataan semula
dinilai benar, maka pernyataan sebagai ingkarannya dinilai salah.
Pernyataan (p) maka ingkarannya adalah (~p).
Contoh:
Pernyataan 1: Indah adalah mahasiswa semester 5 (p)
Negasi Pernyataan 1: Indah bukan mahasiswa semester 5 (~p)
Pernyataan majemuk: Indah mahasiswa semester 5 atau bukan semester 5.
2. Penalaran Hipotesis
Merupakan proposisi majemuk yang terhubung secara hipotetis atau hubungan
ketergantungan p (anteseden) dan q (konsekuen), yang dibedakan antara
proposisi ekuivalen, proposisi implikatif, dan proposisi problematik, tidak
semuanya dapat dirumuskan secara tepat dalam bentuk tabel kebenaran.
Diantara tiga macam bentuk hipotetis, yang dapat dirumuskan secara pasti
hanya proposisi ekuivalen saja atau biasa disebut ekuivalen atau bikondisional
atau biimplikasi dan proposisi implikatif yang disebut implikasi.
Puri Kurniasih, M. Hum.
A. Nilai Ekuivalen
Jika p maka q dan jika q maka p, disimbolkan p ⟺ q
B. Nilai Implikasi
Jika p maka q, tapi q belum tentu p, disimbolkan p⟹q
C. Penyimpulan Langsung
Penalaran dalam bentuk penyimpulan langsung dengan satu pangkal pikIr
dan kesimpulan disebut dengan istilah eduksi, ada tiga macam
penyimpulan: konversi, inversi, dan kontraposisi.
1. Konversi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menukar kedudukan dua bagian
sebagai anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut konvers.
2. Inversi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menegasikan kedua bagian sebagai
anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut invers.
3. Kotraposisi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menukar kedudukan anteseden dan
konsekuen serta menegasikannya dan kesimpulannya disebut
kontrapositif.
1. Penyimpulan Ekuivalen
Konversi (Konv) : (p⟺q) ⟺ (q⟺p)
Inversi (Inv) : (p⟺q) ⟺ (~p⟺~q)
Kontraposisi (Kont) : (p⟺q) ⟺ (~q⟺~p)
2. Penyimpulan Implikasi
Kontrapositif dari implikasi adalah tepat, tapi konvers dan invers dari
implikasi tidak tepat. Dapat dinyatakan dalam suatu kaidah, yaitu
kontraposisi (Kont) atau transposisi (Trans).
Transposisi (Trans) : (p⟹q) ⟺ (~q⟹~p)
1. Tautologi
Suatu penalaran mesti benar karena bentuk logikanya apapun nilai yang
diberikan pada tiap bagiannya.
2. Kontradiksi
Suatu penalaran mesti salah karena bentuk logikanya apapun nilai yang
diberikan pada tiap bagiannya.
3. Kontingensi
Suatu penalaran dapat benar dan dapat juga salah karena bentuk
logikanya apapun nilai yang diberikan pada tiap bagiannya.
A. Penalaran Disjungsi
1. Disjungsi Eksklusif
Sebuah pernyataan tidak mungkin kedua komponennya bernilai benar,
keduanya saling menyisihkan.
Disimbolkan: (p ⊻ q)
2. Disjungsi Inklusif
Sebuah pernyataan tidak mungkin kedua komponennya bernilai salah,
hanya mengenai apa yang dibicarakan, bukan di luar itu.
Disimbolkan: (p ˅ q)
3. Disjungsi Alternatif
Sebuah pernyataan benar jika kedua komponen berbeda nilai, tidak bisa
sama nilainya; sama sama benar atau sama sama salah.
Disimbolkan: (p ⩣ q)
B. Penalaran Konjungsi
Pernyataan konjungsi ini, dua bagiannya merupakan kesatuan sebutan yang
diungkapkan sebagai penyertaan, yang satu disertai yang lain. Ungkapan
penyertaan berupa kesatuan sebutan secara umum dinyatakan dengan kata
“dan”, dimana pernyataannya dinilai benar jika kedua bagiannya bernilai
benar. Pengingkaran salah satu unsur berarti pengingkaran konjungsi dan
kebenaran konjungsi berarti kebenaran tiap unsurnya, disimbolkan (p ∧ q).
Puri Kurniasih, M. Hum.
Sumber Referensi:
Noor Muhsin Bakri dan Sonjoruri Budiani Trisakti. Logika. Ed.2. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2016, hal. 8.3-8.56.