Anda di halaman 1dari 5

Puri Kurniasih, M. Hum.

Sistem Nilai Kebenaran

Sistem yang digunakan untuk membuktikan sah tidaknya suatu penalaran yang
khusus penalaran majemuk adalah nilai dari pernyataan itu sendiri. Pernyataan
sebagai dasar penalaran mempunyai dua kemungkinan nilainya, yaitu benar atau
salah. Tidak ada kemungkinan ketiga dan juga tidak ada dua nilai tersebut dalam
satu pernyataan tunggal.

Contoh:
Indah sedang berada di Bandung
Kemungkinannya adalah
1) Benar bahwa Indah ada di Bandung atau
2) Salah bahwa Indah ada di Bandung
Tidak mungkin Indah ada dan sekaligus tidak ada di Bandung
Nilai benar atau salah tersebut yang disebut nilai kebenaran
Benar bahwa hal tersebut sesuai, atau benar bahwa hal tersebut tidak sesuai.

Untuk mempermudah mengecek nilai kebenaran akan suatu pernyataan kita dapat
menggunakan Tabel Nilai Kebenaran.

1. Tabel Nilai Kebenaran


Nilai kebenaran dapat direduksi menjadi sebuah simbol:
1 = nilai benar (T = true/nilai benar - B = nilai benar)
0 = nilai salah (F = false/nilai salah - S = nilai salah)

A. Nilai Dua Komponen


Pernyataan-pernyataan tunggal jika dirangkaikan menggunakan perangkai
logika akan menjadi proposisi majemuk atau disebut pernyataan majemuk.
Biasanya pernyataan-pernyataan tersebut disimbolkan “p” dan “q” contoh:

Pernyataan 1: Indah adalah mahasiswa semester 5 (p)


Pernyataan 2: Indah adalah mahasiswa pintar (q)
Pernyataan majemuk: Indah adalah mahasiswa semester 5 dan pintar (p dan
q)

Rumus: 22 = 4 kemungkinan pernyataan

Indah adalah mahasiswa semester 5 dan pintar


Indah bukan mahasiswa semester 5, tapi pintar
Indah adalah mahasiswa semester 5, tapi tidak pintar
Indah bukan mahasiswa semester 5 dan tidak pintar
Puri Kurniasih, M. Hum.

B. Nilai Beberapa Komponen


Merupakan pernyataan yang lebih dari dua pernyataan tunggal.

Contoh:
Pernyataan 1: Indah adalah mahasiswa semester 5 (p)
Pernyataan 2: Indah adalah mahasiswa pintar (q)
Pernyataan 3: Indah mendapat beasiswa (r)
Pernyataan majemuk: Indah adalah mahasiswa semester 5, pintar, dan
mendapat beasiswa.

Rumus 23 = 8 kemungkinan pernyataan

Indah adalah mahasiswa semester 5, pintar, dan mendapat beasiswa


Indah bukan mahasiswa semester 5, tapi pintar, dan tidak mendapat beasiswa
Indah adalah mahasiswa semester 5, tidak pintar, tapi mendapat beasiswa
Indah bukan mahasiswa semester 5 dan tidak pintar, tapi mendapat beasiswa
Indah adalah mahasiswa semester 5 dan pintar, tapi tidak mendapat beasiswa
Indah bukan mahasiswa semester 5, tapi pintar dan mendapat beasiswa
Indah adalah mahasiswa semester 5, tapi tidak pintar dan tidak mendapat
beasiswa
Indah bukan mahasiswa semester 5, tidak pintar, dan tidak mendapat
beasiswa

C. Nilai Negasi
Pengingkaran atau negasi dari suatu pernyataan, jika pernyataan semula
dinilai benar, maka pernyataan sebagai ingkarannya dinilai salah.
Pernyataan (p) maka ingkarannya adalah (~p).

Contoh:
Pernyataan 1: Indah adalah mahasiswa semester 5 (p)
Negasi Pernyataan 1: Indah bukan mahasiswa semester 5 (~p)
Pernyataan majemuk: Indah mahasiswa semester 5 atau bukan semester 5.

Rumus: p ≠ ~p atau ~(p = ~p) [dibaca: tidak mungkin p sekaligus bukan p]

2. Penalaran Hipotesis
Merupakan proposisi majemuk yang terhubung secara hipotetis atau hubungan
ketergantungan p (anteseden) dan q (konsekuen), yang dibedakan antara
proposisi ekuivalen, proposisi implikatif, dan proposisi problematik, tidak
semuanya dapat dirumuskan secara tepat dalam bentuk tabel kebenaran.

Diantara tiga macam bentuk hipotetis, yang dapat dirumuskan secara pasti
hanya proposisi ekuivalen saja atau biasa disebut ekuivalen atau bikondisional
atau biimplikasi dan proposisi implikatif yang disebut implikasi.
Puri Kurniasih, M. Hum.

Sementara proposisi prolematik tidak dapat dirumuskan dalam table kebenaran,


karena hubungannya bersifat kemungkinan. Sehingga, nilai kebenaran dapat
mungkin benar juga mungkin salah.

A. Nilai Ekuivalen
Jika p maka q dan jika q maka p, disimbolkan p ⟺ q

B. Nilai Implikasi
Jika p maka q, tapi q belum tentu p, disimbolkan p⟹q

C. Penyimpulan Langsung
Penalaran dalam bentuk penyimpulan langsung dengan satu pangkal pikIr
dan kesimpulan disebut dengan istilah eduksi, ada tiga macam
penyimpulan: konversi, inversi, dan kontraposisi.
1. Konversi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menukar kedudukan dua bagian
sebagai anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut konvers.
2. Inversi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menegasikan kedua bagian sebagai
anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut invers.
3. Kotraposisi
Penyimpulan hipotetis dengan cara menukar kedudukan anteseden dan
konsekuen serta menegasikannya dan kesimpulannya disebut
kontrapositif.

Tidak semua dapat diterapkan dalam proposisi hipotetis secara tepat.


Proposisi ekuivalen ketiga bentuk penyimpulan dapat diterapkan, tapi pada
proposisi implikasi hanya kontraposisi yang dapat diterapkan.

1. Penyimpulan Ekuivalen
Konversi (Konv) : (p⟺q) ⟺ (q⟺p)
Inversi (Inv) : (p⟺q) ⟺ (~p⟺~q)
Kontraposisi (Kont) : (p⟺q) ⟺ (~q⟺~p)

2. Penyimpulan Implikasi
Kontrapositif dari implikasi adalah tepat, tapi konvers dan invers dari
implikasi tidak tepat. Dapat dinyatakan dalam suatu kaidah, yaitu
kontraposisi (Kont) atau transposisi (Trans).
Transposisi (Trans) : (p⟹q) ⟺ (~q⟹~p)

D. Tautologi dan Kontradiksi


Suatu penyimpulan baik langsung maupun tidak langsung untuk penalaran
majemuk dapat dibuktikan ketepatannya dengan nilai kebenaran, di
samping juga diagram himpunan, yang dapat ditentukan menjadi tiga
macam, yaitu: tautologi, kontradiksi, dan kontingensi. Penyimpulan yang
tepat adalah berbentuk tautologi, kebalikannya adalah kontradiksi, jika ada
yang tepat dan ada yang tidak disebut kontingensi.
Puri Kurniasih, M. Hum.

1. Tautologi
Suatu penalaran mesti benar karena bentuk logikanya apapun nilai yang
diberikan pada tiap bagiannya.
2. Kontradiksi
Suatu penalaran mesti salah karena bentuk logikanya apapun nilai yang
diberikan pada tiap bagiannya.
3. Kontingensi
Suatu penalaran dapat benar dan dapat juga salah karena bentuk
logikanya apapun nilai yang diberikan pada tiap bagiannya.

3. Disjungsi dan Konjungsi


Merupakan dua pernyataan yang selalu berhubungan karena disjungsi
merupakan penjumlahan logika dan konjungsi merupakan perkalian logika,
keduanya banyak dibicarakan dalam pengolahan.

A. Penalaran Disjungsi
1. Disjungsi Eksklusif
Sebuah pernyataan tidak mungkin kedua komponennya bernilai benar,
keduanya saling menyisihkan.
Disimbolkan: (p ⊻ q)
2. Disjungsi Inklusif
Sebuah pernyataan tidak mungkin kedua komponennya bernilai salah,
hanya mengenai apa yang dibicarakan, bukan di luar itu.
Disimbolkan: (p ˅ q)
3. Disjungsi Alternatif
Sebuah pernyataan benar jika kedua komponen berbeda nilai, tidak bisa
sama nilainya; sama sama benar atau sama sama salah.
Disimbolkan: (p ⩣ q)

B. Penalaran Konjungsi
Pernyataan konjungsi ini, dua bagiannya merupakan kesatuan sebutan yang
diungkapkan sebagai penyertaan, yang satu disertai yang lain. Ungkapan
penyertaan berupa kesatuan sebutan secara umum dinyatakan dengan kata
“dan”, dimana pernyataannya dinilai benar jika kedua bagiannya bernilai
benar. Pengingkaran salah satu unsur berarti pengingkaran konjungsi dan
kebenaran konjungsi berarti kebenaran tiap unsurnya, disimbolkan (p ∧ q).
Puri Kurniasih, M. Hum.

Sumber Referensi:
Noor Muhsin Bakri dan Sonjoruri Budiani Trisakti. Logika. Ed.2. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2016, hal. 8.3-8.56.

JANGAN LUPA BACA MODUL 7: PROPOSISI MAJEMUK

Anda mungkin juga menyukai