LOGIKA
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu memahami pernyataan dalam matematika dan nilai kebenaran pernyataan
majemuk, pernyataan kuantifikasi dan mampu menggunakan prinsip logika matematika
dalam penarikan kesimpulan dan pemecahan masalah.
URAIAN MATERI
Untuk mempermudah pemahaman awal terkait materi logika matematika, berikut ditampilkan
bagan ringkasan materi.
1.1. Negasi/Ingkaran
Negasi/ingkaran dari suatu pernyataan adalah pernyataan lain yang diperoleh dengan
menambahkan kata ”tidak” atau menyisipkan kata ”bukan” pada pernyataan semula.
Ingkaran dari suatu pernyataan p disajikan dengan lambang atau –p atau ~p, dan
dibaca : ”tidak benar bahwa p”.
Bila pernyataan p bernilai benar, maka ingkarannya bernilai salah dan sebaliknya.
Tabel kebenaran dari negasi digambarkan sebagai berikut.
Tabel 1.1 Tabel Kebenaran Negasi
p ~p
B S
S B
Contoh 1.2.
Mataram merupakan suatu kota yang terletak di Pulau Lombok (benar)
Tidak benar bahwa Mataram merupakan suatu kota yang terletak di Pulau
Lombok (salah)
Danau Segara Anak terletak di Pulau Sumbawa (salah)
Danau Segara Anak tidak terletak di Pulau Sumbawa ( benar)
Uraian berikut berkenaan dengan proposisi majemuk, yang meliputi konjungsi, disjungsi,
implikasi, dan biimplikasi.
1.2. Konjungsi
Gabungan dua pernyataan tunggal yang menggunakan kata penghubung “dan”
sehingga terbentuk pernyataan majemuk disebut konjungsi. Kata hubung “dan”
dalam logika matematika dilambangkan dengan . Jika p dan q masing-masing
melambangkan pernyataan, maka konjungsi p dan q ditulis (dibaca “p dan
q”).
Contoh 1.3.
a. Indonesia adalah negara Republik dan merupakan negara maritim.
b. Sapi berkaki empat dan dapat terbang.
c. Sembilan adalah bilangan genap dan habis dibagi tiga.
1.3. Disjungsi
Disjungsi adalah gabungan dua proposisi tunggal yang menggunakan kata
penghubung logika “atau” sehingga membentuk dua proposisi majemuk. Kata
penghubung “atau” dalam logika matematika dilambangkan dengan . Jika p dan
q masing-masing melambangkan pernyataan, maka disjungsi p dan q ditulis
(dibaca “p atau q”).
Disjungsi dapat disusun dalam sebuah tabel kebenaran seperti pada tabel berikut.
Tabel 1.3 Tabel Kebenaran Disjungsi
p q
B B B
B S B
S B B
S S S
Kesimpulan : Disjungsi bernilai salah hanya jika kedua proposisi bernilai salah.
Contoh 1.4.
a. Tentukan nilai 𝑥 agar kalimat “Pulau lombok merupakan satu-satunya pulau di
NTB atau 𝑥+2=9” bernilai salah!
1.4. Implikasi
Gabungan dua proposisi tunggal p dan q sehingga membentuk proposisi majemuk
dengan menggunakan kata penghubung “jika..., maka...” disebut implikasi, ditulis
.
Dalam bahasa sehari-hari kita memakai implikasi dalam bermacam-macam arti,
misalnya:
Untuk menyatakan suatu syarat : “Jika kamu tidak membeli karcis, maka kamu
tidak akan diperbolehkan masuk”.
Untuk menyatakan suatu hubungan sebab akibat : “Jika kehujanan, maka Tono
pasti sakit”.
Untuk menyatakan suatu tanda : “Jika bel berbunyi, maka mahasiswa masuk ke
dalam ruang kuliah”.
Contoh 1.5.
a. Jika hari hujan, maka tanaman akan tumbuh subur.
b. Jika tekanan gas diperbesar, maka mobil melaju kencang.
c. Jika pohon-pohon di hutan ditebang maka akan terjadi banjir
Implikasi dapat disusun dalam sebuah tabel kebenaran seperti pada tabel berikut.
Tabel 1.4 Tabel Kebenaran Implikasi
p q
B B B
B S S
S B B
S S B
Contoh 1.6.
Tentukanlah konvers, invers, kontraposisi dan ingkaran dari pernyataan “Jika ABCD
persegi maka sisi-sisinya sama panjang“
Diketahui : p : ABCD persegi
q : sisi-sisinya sama panjang
Maka : Konvers :
Jika sisi-sisinya sama panjang maka ABCD persegi
Invers :
Jika ABCD bukan persegi maka sisi-sisinya tidak sama panjang
Kontraposisi :
Jika sisi-sisinya tidak sama panjang maka ABCD bukan persegi
Contoh 1.7
Pernyataan : semua mahasiswa menggunakan seragam hitam putih saat kuliah
Negasi : ada mahasiswa yang tidak menggunakan seragam hitam putih saat kuliah
Contoh 1.8
Pernyataan : beberapa mahasiswa terlambat masuk kelas saat hujan
Negasi : semua mahasiswa terlambat masuk kelas saat tidak hujan
3. Penarikan Kesimpulan
Berkaitan dengan penarikan kesimpulan, dikenal istilah premis, simpulan, dan argumen.
Premis adalah himpunan proposisi-proposisi yang berlaku, sedangkan simpulan adalah
proposisi yang dihasilkan dari premis. Proses menghasilkan simpulan melalui premis
disebut argumen.
Suatu argumen dikatakan sahih/valid apabila kebenaran semua premisnya
mengakibatkan kebenaran konklusi/simpulan.
Prinsip penarikan kesimpulan ada dua macam, yaitu prinsip modus ponens dan prinsip
modus tolens.
3.1 Prinsip Modus Ponens
Prinsip modus ponensdisebut juga prinsip penarikan kesimpulan langsung.
Bentuk umumnya sebagai berikut :
Diketahui : Premis 1 :
Premis 2 :
Simpulan : Berlaku
Contoh 1.9
Premis 1 : Jika Rini rajin belajar maka ia pandai
Premis 2 : Rini rajin belajar
Simpulan : Rini pandai
Dari kedua prinsip di atas dapat digabungkan dengan dalil lain, misalnya dalil rantai
(silogisme) dengan bentuk umumnya sebagai berikut :
Diketahui : Premis 1 :
Premis 2 :
Simpulan : Berlaku
Contoh 1.11
Premis 1 : Jika Tina rajin belajar maka ia dapat lulus kuliah dengan cepat
Premis 2 : Jika Tina lulus kuliah dengan cepat maka ia akan lekas mendapatkan
pekerjaan
Simpulan : Jika Tina rajin belajar maka ia akan lekas mendapatkan pekerjaan.
2. Premis 1 : Jika Rizky seorang mahasiswa keguruan maka Rizky melaksanakan PPL
Premis 2 : Jika Rizky melaksanakan PPL maka Rizky akan mengajar di sekolah
selama satu semester
Simpulannya adalah ...
4. Premis 1 : Jika Lara lulus ujian maka saya diajak berwisata ke pantai
Premis II : Saya tidak diajak berwisata ke pantai
Simpulannya adalah ...
6. Jika Nia rajin bekerja, maka ia mendapat reputasi kerja yang baik, jika Nia memiliki
reputasi kerja yang baik, maka karirnya akan meningkat dengan cepat, ternyata karir
Nia tidak meningkat, apakah simpulannya ?