Anda di halaman 1dari 42

PMM

BAB II
PERNYATAAN MAJEMUK DAN OPERASI PERNYATAAN
Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang dibentuk dari beberapa pernyataan
tunggal (disebut komponen) yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung logika
seperti dan, atau, jika..maka...., dan sebagainya. Dalam konsep-konsep matematika, kata
penghubung ditulis dengan lambang.
Suatu pernyataan umumnya dilambangkan dengan sebuah huruf kecil p, q, r, ... .
Pernyataan dapat memiliki nilai benar(B) atau salah(S) tetapi tidak ada yang memiliki nilai
keduanya. Begitupula untuk pernyataan majemuk hanya memiliki nilai benar atau salah.
Nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dapat ditentukan dari:
1. Nilai kebenaran dari masing-masing komponennya.
2. Kata hubung logika atau operasi pernyataan yang dipakai untuk merangkaikan
komponen-komponen itu.
Berikut akan diberikan pembahasan mengenai aturan-aturan dari operasi pernyataan
tersebut.

II.1 NEGASI

Negasi atau ingkaran dari suatu pernyataan adalah pernyataan yang menyangkal
pernyataan yang diberikan. Negasi suatu pernyataan dapat dibentuk dengan menambah
“tidak benar bahwa..” didepan pernyataan yang diingkar.
Negasi dari pernyataan p ditulis ~p atau p̅, dan dibaca : tidak benar bahwa p atau
bukan p.

Contoh 2.1
1. p := Merokok itu tidak sehat.
~p := Tidak benar bahwa merokok itu tidak sehat.
Atau dapat juga dinyatakan dengan “Merokok itu sehat”.
Sebaliknya,
p := Merokok itu sehat.
~p := Tidak benar merokok itu sehat
atau “ Merokok itu tidak sehat”
2. p := Pohon kelapa tinggi.
~p: = Pohon kelapa tidak tinggi.
3. p := 3 – 2 = 1.
~p := 3 – 2 ≠ 1.
Tabel 2.1. Tabel kebenaran dari negasi
p ~p
B S
S B

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


1
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa nilai kebenaran suatu pernyataan selalu berlawanan dengan
negasinya.

II.2 KONJUNGSI

Konjungsi adalah pernyataan majemuk dengan kata penghubung “dan” yang


dilambangkan dengan “”.

Contoh 2.2

1. p := Saya akan pergi ke tempat kursus hari Senin.


q := Saya akan pergi ke tempat kursus hari Rabu.
p  q := Saya akan pergi ke tempat kursus hari Senin dan Rabu.
2. p := Ayska anak yang cantik.
q := Ayska anak yang pintar.
p  q := Ayska anak yang cantik dan pintar.
3. p : hari ini panas
q : hari ini cerah
Nyatakan kalimat di bawah ini dengan simbol logika :
a. Hari ini tidak panas tetapi cerah
b. Hari ini tidak panas dan tidak cerah
c. Tidak benar bahwa hari ini panas dan cerah.
Penyelesaian:
a. Kata-kata “tetapi” rnempunyai arti yang sama dengan “dan” sehingga kalimat (a)
bisa dinyatakan sebagai : ~ p  q
b. ~p  ~q
c. Kalimat “hari ini panas dan cerah” dapat dinyatakan sebagai p  q, sehingga
kalimat (c) bisa dinyatakan sebagai ~(p  q)

Tabel 2.2. Tabel kebenaran dari konjungsi


P q pq
B B B
B S S
S B S
S S S

Konjungsi p  q bernilai benar jika setiap pernyataan tunggal bernilai benar, selain itu
bernilai salah. Jadi p  q bernilai benar hanya jika p dan q sama-sama bernilai benar.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


2
II.3 DISJUNGSI

Disjungsi adalah pernyataan majemuk dengan kata penghubung “atau” yang


dilambangkan dengan “”.

Contoh 2.3

1. p := Saya akan pergi ke tempat kursus hari Senin.


q := Saya akan pergi ke tempat kursus hari Rabu.
p  q := Saya akan pergi ke tempat kursus hari Senin atau Rabu.
2. p := Televisi adalah alat visual.
q := Televisi adalah alat audio.
p  q := Televisi adalah alat visual atau audio.

Ada 2 jenis pernyataan disjungsi p  q. Untuk lebih memperjelas perbedaan


keduanya, perhatikanlah 2 kalimat bawah ini :
a. Dalam perayaan itu, tamu boleh menyumbang uang atau barang.
b. Saya akan melihat pertandingan itu di TV atau di lapangan.
Dalam kalimat (a), keseluruhan kalimat tetap bernilai benar jika kedua
komponennya benar. Jadi, tamu diperbolehkan menyumbang uang sekaligus barang.
Sebaliknya, dalam kalimat (b), hanya salah satu di antara komponennya yang boleh
bernilai benar, tetapi tidak keduanya. Keseluruhan kalimat akan bernilai benar jika saya
melihat pertandingan itu di TV saja, atau di lapangan saja, tetapi tidak keduanya. Kata
penghubung “atau (or)” dalam kalimat (a) disebut Inclusive OR, sedangkan dalam (b)
disebut Exclusive OR.
Secara umum, yang dimaksud dengan penghubung "atau" adalah Inclusive OR
(kedua komponen boleh bernilai benar). Kalimat p  q bernilai salah jika baik p maupun q
bernilai salah. Jika salah satunya bernilai benar, maka p  q bernilai benar. Berikut akan
diberikan tabel kebenaran disjungsi secara lengkap..

Tabel 2.3. Tabel kebenaran dari disjungsi


P q pq
B B B
B S B
S B B
S S S

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


3
II.4 IMPLIKASI

Implikasi adalah pernyatan majemuk yang disusun dari dua pernyataan p dan q
dalam bentuk “ Jika p maka q”, dan dinotasikan dengan “p ⇒ q”. Pernyataan p atau
pernyataan sebelum tanda implikasi disebut anteseden, sedangkan q atau pernyataan
setelah tanda implikasi disebut konsekuen.
Perhatikan contoh berikut ini.
p := Sekarang hujan lebat.
q := Saya pergi memakai payung.
p ⇒ q := Jika sekarang hujan lebat maka saya pergi memakai payung.

Tabel kebenaran untuk implikasi adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4. Tabel kebenaran dari implikasi


P q p⇒q
B B B
B S S
S B B
S S B

Implikasi p ⇒ q bernilai benar jika antesedennya salah atau konsekuennya benar.

Contoh 2.4

Perhatikan implikasi berikut “ Jika Hika lulus, maka akan ayah belikan sepeda”.
Jika kemudian Hika lulus (anteseden benar) dan ayah membelikan sepeda (konsekuen
benar) maka janji terpenuhi (implikasi benar), sesuai dengan baris ke-1 Tabel 2.4.
Tetapi, jika kemudian Hika lulus (anteseden benar), sedangkan ayah tidak membelikan
sepeda (konsekuen salah) maka janji itu diingkari (implikasi salah), sesuai baris ke-2 Tabel
2.4.
Sedangkan jika kemudian Hika tidak lulus (anteseden salah), maka ayah terbebas dari
janjinya, sehingga dibelikan (konsekuen benar) ataupun tidak dibelikan sepeda (konsekuen
salah) maka tetap tidak ada janji yang dilanggar (implikasi benar), sesuai baris ke-3 dan
ke-4 dari Tabel 2.4. Jadi dalam bahasa sehari-hari tabel kebenaran implikasi juga berlaku.

Pertanyaan selanjutnya adalah dari mana atau apa motivasi didefinisikan tabel
kebenaran implikasi seperti itu? Yang harus diperhatikan disini adalah kita harus
membedakan antara implikasi dalam matematika (implikasi material) dengan implikasi
biasa (implikasi dalam bahasa sehari-hari).
Dalam bahasa sehari-hari jika orang mengatakan “ jika..maka..”, maka biasanya
ada hubungan antara anteseden dan konsekuen. Hubungan tersebut dapat berupa janji (Jika
kamu lulus maka akan saya belikan sepeda), suatu tanda (Jika bendera berkibar setengah
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
4
tiang maka ada seorang penting yang wafat), sebab-akibat (Jika anda makan terlalu banyak
maka perut anda akan sakit), ataupun konsekuen dapat diturunkan dari anteseden dengan
menggunakan hukum-hukum tertentu (Jika benda dari logam dipanaskan maka benda itu
akan mengembang) dan banyak lagi. Bermacam-macam konotasi tersebut dihindari dalam
matematika.
Dalam matematika, penggunaan implikasi harus ditertibkan agar tidak terjadi
beragam konotasi. Penertiban pertama adalah menghilangkan syarat bahwa harus ada
hubungan antara anteseden dan konsekuen (walaupun adanya suatu hubungan
diperbolehkan). Selanjutnya ditetapkan suatu implikasi memiliki arti atau tidak hanya
tergantung apakah kalimat komponennya memiliki arti atau tidak. Nilai logika suatu
implikasi hanya ditentukan oleh nilai logika kalimat komponennya. Misalkan dalam
matematika, kalimat “Jika matahari terbit dari barat maka Singkawang terletak di
Kalimantan Barat” merupakan kalimat yang mengandung arti, bahkan bernilai benar
karena antesedennya salah.
Hal ini berarti, apabila diketahui bahwa suatu implikasi bernilai benar, maka tidak
boleh disimpulkan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara anteseden dan konsekuen.
Dengan kata lain, jika suatu implikasi “p ⇒ q” bernilai benar, maka tidak dapat langsung
disimpulkan bahwa pernyataan “q” dapat diturunkan dari pernyataan “p”. Akan tetapi
sebaliknya :
Jika dari pernyataan “p” dengan langkah-langkah yang sah (valid) diturunkan
pernyatan “q” maka pernyataan “p ⇒ q” bernilai benar.
Dari sini terdapat dua kemungkinan :
1. Pernyataan “p” bernilai benar, maka dengan langkah-langkah yang valid pasti
didapatkan “q” yang benar juga (sesuai baris ke-1 pada tabel).
2. Pernyataan “p” bernilai salah, maka dengan langkah-langkah yang valid kadang-
kadang dapat diturunkan “q” yang bernilai salah, tetapi juga kadang-kadang dapat
diturunkan “q” yang bernilai benar (sesuai baris ke-3 dan ke-4 dari tabel). Hukum ini
sering disebut Ex falso sequitur quod libet (Bahwa dari sesuatu yang salah dapat
diturunkan apapun).
Dari uraian tersebut, maka didapatkan tabel kebenaran implikasi seperti pada Tabel 2.4.

Selanjutnya implikasi “p ⇒ q” dapat diucapkan dengan :


1. Jika p maka q, atau, q jika p.
2. p hanya jika q. Sebab jika tidak q (q salah) maka juga tidak p (sesuai baris ke-4)
3. p adalah syarat cukup untuk q. Sebab jika p terjadi (p benar) maka q pun terjadi
(sesuai baris ke-1)
4. q adalah syarat perlu untuk p. Terjadinya q memang mutlak diperlukan untuk
terjadinya p. Sebab jika tidak q maka juga tidak p.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


5
II.5 BIIMPLIKASI

Pernyataan “p ⇔ q” disebut biimplikasi (implikasi dua arah) dan dibaca “ p jika


dan hanya jika q”, disingkat “p jhj q”.
Berdasarkan definisi, nilai kebenaran suatu biimplikasi dapat ditentukan sebagai
berikut.
p ⇔ q dinyatakan benar, jika nilai kebenaran dari p dan q sama.
p ⇔ q dinyatakan salah, jika nilai kebenaran dari p dan q tidak sama.

Tabel 2.5. Tabel kebenaran dari biimplikasi


P q p⇔q
B B B
B S S
S B S
S S B

II.6 EKUIVALENSI DUA PERNYATAAN

Dua pernyataan disebut ekuivalen (secara logika) jika dan hanya jika keduanya
mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua sub nilai kebenaran masing-masing
komponennya.
Jika p dan q adalah pernyataan-pernyataan yang ekuivalen, maka dituliskan p  q
(atau p  q). Jika p  q maka q  p juga.

Contoh 2.5

Tentukan apakah pasangan pernyataan di bawah ini ekuivalen


a. ~(~ p) dengan p
b. ~ (p  q) dengan ~ p ~q
c. p  q dengan ~p  q

Penyelesaian:
Tabel kebenaran dapat digunakan untuk menyelidiki apakah dua kalimat ekuivalen.
a. Tabel 2.6 adalah tabel kebenaran untuk ~(~p) dan p

Tabel 2.6.
P ~p ~(~p)
B S B
S B S

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


6
Tampak bahwa untuk tiap-tiap baris, kolom p dan ~(~ p) mempunyai nilai kebenaran
yang sama (jika p bernilai B, ~(~p) bernilai B juga, dan jika p bernilai S, maka ~(~p)
bernilai S juga). Sehingga dapat disimpulkan ~(~p)  p

b. Tabel 2.7 adalah tabel kebenaran untuk ~(p  q) dan ~p  ~q

Tabel 2.7

p q ~p ~q pq ~(p  q) ~p  ~q
B B S S B S S
B S S B S B B
S B B S S B B
S S B B S B B

Tampak bahwa untuk tiap-tiap baris, kolom ~(p  q) dan ~p  ~q mempunyai nilai
kebenaran yang sama. Sehingga dapat disimpulkan ~(p  q)  ~p  ~q

c. Tabel 2.8 adalah tabel kebenaran untuk ekspresi p  q dengan ~p  q

Tabel 2.8
p Q ~p pq ~p  q
B B S B S
B S S S S
S B B B B
S S B B B

Karena untuk tiap-tiap baris, nilai kebenaran pada kolom p  q sama dengan ~p  q,
maka disimpulkan bahwa p  q  ~p  q

Teorema 2.1.

Dimisalkan p, q, dan r merupakan pernyataan, T dan F merupakan pernyataan bernilai


benar dan salah, maka berlaku hukum-hukum logika berikut ini: (coba buktikan dengan
tabel kebenaran)

1. Hukum Komutatif pqqp


pqqp
2. Hukum Asosiatif
(p  q)  r  p  (q  r)
(p  q)  r  p  (q  r)

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


7
3. Hukum Distributif
p  (q  r)  (p  q)  (p  r)
p  (q  r)  (p  q)  (p  r)

4. Hukum identitas
pTTpp
pFFpp
5. Hukum Ikatan
pTT
pFF
6. Hukum Negasi
p  ~p  T
p  ~p  F
7. Hukum Negasi Ganda
~(~p)  p
8. Hukum Idempoten
ppp
ppp
9. Hukum De Morgan
~(p  q)  ~p  ~q
~(p  q)  ~p  ~q
10. Hukum Absorbsi
p  (p  q)  p
p  (p  q)  p
11. (T  p)  p
(F  p)  T
(p  T)  p
(p  F)  ~p
12. (p  q)  (p  q)  (q  p)

Dengan hukum-hukum logika tersebut, pernyataan-pernyataan yang kompleks


dapat disederhanakan, seperti contoh berikut ini :

Contoh 2.6:
Sederhanakan bentuk ~(~p  q)  (p  q)
Penyelesaian :
~(~p  q)  (p  q)  (~(~p)  ~q)  (p  q) (Hukum De Morgan)
 (p  ~q)  (p  q)
 p  (~q  q) (Hukum distributif)
pF
p
Jadi ~(~p  q)  (p  q)  p
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
8
Dalam membuktikan ekuivalensi P  Q, ada 3 macam cara yang bisa dilakukan :
1. P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum yang ada), sehingga
akhirnya didapat Q.
2. Q diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum yang ada) sehingga
akhirnya didapat P.
3. P dan Q masing-masing diturunkan secara terpisah (dengan menagunakan hukum-
hukum yang ada) sehingga akhirnya sama-sama didapat R.
Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks yang diturunkan ke
bentuk yang lebih sederhana. Jadi, bila P lebih kompleks dari Q, maka aturan (1) yang
dilakukan. Sebaliknya. jika Q lebih kompleks dari P, maka aturan (2) yang digunakan.
Aturan (3) disunakan jika baik P maupun Q sama-sama cukup kompleks.

Contoh 2.7

Buktikan ekuivalensi kalimat-kalimat di bawah ini tanpa menggunakan tabel kebenaran.


a. ~(p~q)  (~p  ~q)  ~p
b. ~((~p  q)  (~p  ~q))  (p  q)  p
c. (p  (~(~p  q)))  (p  q)  p

Penyelesaian :

a. ~(p ~q)  (~p  ~q)  (~p  ~(~q)  (~p  ~q) (Hukum De Morgan)
 (~p  q)  (~p  ~q) (Hukum negasi ganda)
 ~p  (q  ~q) (Hukum distributif)
 ~p  T (Hukum negasi)
 ~p (Hukum identitas)
Terbukti bahwa (p (~(~pq))  (p  q)  p
b. ~((~p  q)  (~p  ~q))  (p  q)  ~(~p  q)  ~(~p  ~q)  (p  q)
 (p  ~q)  (p  q)  (p  q) (Hukum De Morgan)
 (p  (~q  q))  (p  q) (Hukum distributif)
 (p  F)  (p  q) (Hukum negasi)
 p  (p  q) (Hukum identitas)
p (Hukum absorbsi)
Terbukti bahwa ~((~p  q)  (~p  ~q))  (p  q)  p
c. (p  (~(~p  q)))  (p  q)  (p  (~(~p)  ~q))  (p  q) (Hukum de Morgan)
 (p  (p  ~q))  (p  q) (Hukum negasi ganda)
 ((p  p)  ~q)  (p  q) (Hukum asosiatif)
 (p  ~q)  (p  q) (Hukum idempoten)
 p  (~q  q) (Hukum distributif)
pT (Hukum negasi)
p (Hukum indentitas)
Terbukti (p  ((p  q)))  (p  q)  p

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


9
Untuk menunjukkan ekuivalensi 2 kalimat yang melibatkan penghubung  (implikasi)
dan  (biimplikasi), kita harus terlebih dahulu mengubah penghubung  dan  menjadi
penghubung ,  dan ~. Ekuivalensi yang ditunjukkan pada Contoh 2.5 (c), yaitu (p  q)
 (~p  q) mempermudah kita untuk menunjukkan ekuivalensi tersebut.

Contoh 2.8:

Ubahlah bentuk ~( p  q) sehingga hanya memuat penghubung ,  dan ~

Penyelesaian :

~( p  q)  ~(~p  q) (Transformasi dari  ke )


 ~(~p)  ~q (Hukum de Morgan)
 p  ~q
didapat ~(p  q)  p  ~q

Dari Contoh 2.5(c) dan 2.8 didapat relasi :

(p  q)  (~p  q)

~( p  q)  p  ~q

SOAL – SOAL LATIHAN BAB II.

1. Sederhanakan pernyataan – pernyataan majemuk berikut.


a. (x  0)  (x  10)
b. (x  6)  (x  4)
c. (x  1)  (x  0)
d. (y  4)  (y2  9)
2. Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan berikut
a. Jika segitiga mempunyai 4 sisi maka segiempat mempunyai 3 sisi.
b. Persegi merupakan belah ketupat atau jajaran genjang.
c. (x2  4) ⟹ (x  1,4)
d. ~ (( 5 adalah bilangan bulat) ⟹ ( 52  1))
e. (x  x2) ⟹ (x  1)
3. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut:
a. 34.159 adalah bilangan prima.
b. Bunga mawar berwarna merah dan bunga melati berwarna putih
c. Saya akan pergi tetapi saya tidak akan membayar.
d. Jika tidak ada sate maka saya akan memesan ikan bakar.
e. Kita akan memenangkan pertandingan pertama atau kedua.
f. Rina akan mengerjakan tugas jika dan hanya jika Rani mengerjakan tugas.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


10
4. Misalkan :
p : Nala sedang bermain di kolam

q : Nala ada di dalam rumah

r : Nala sedang mengerjakan PR

s : Nala sedang mendengarkan radio

Nyatakanlah kalimat-kalimat di bawah ini dengan simbol-simbol logika beserta


dengan penghubung-penghubungnya !

a. Nala sedang bermain di kolam atau dia ada di dalam rumah


b. Nala tidak bermain di kolam dan tidak sedang mengerjakan PR
c. Nala sedang bermain di kolam dan tidak sedang mengerjakan PR
d. Nala ada di dalam rumah sedang mengerjakan PR sambil mendengarkan radio,
dan ia tidak bermain di kolam
e. Jika Nala ada di dalam rumah dan tidak mengerjakan PR, ia pasti sedang bermain
di kolam sambil mendengarkan radio.
f. Nala sedang mendengarkan radio jika ia ada di dalam rumah

5. Diketahui p dan q bernilai benar dan r dan s bernilai salah, manakah dari pernyataan
berikut yang bernilai benar?
a. p  (r  s)
b. (~r ∧ ~s)  (p ⇒ q)
c. (p ∧ s) ⇒ r
d. (p ⇒ r) ⇒ s
e. p ⇒ (r ⇒ s)
6. Tanpa menggunakan tabel kebenaran buktikan bahwa pernyataan-pernyataan berikut
ekuivalen.
a. p  (q  r) dengan (p  q)  r
b. p  (q  r) dengan (p  ~q)  p
c. (q  p) dengan (~p  ~q)
d. ~(p  q) dengan (p  ~q)  (q  ~p)
e. (p  q)  (p  q)  (~p  ~q)
7. Dalam suatu pesta pernikahan, seorang tamu berkata : “Untung ada saya. Jika saya
tidak hadir maka pernikahan tidak sah”. Tamu itu menyatakan bahwa ucapannya
benar karena antesedennya salah (dia memang hadir). dari benarnya ucapan itu,
disimpulkan bahwa sahnya pernikahan adalah berkat hadirnya si tamu. Berilah
komentar.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


11
BAB III
KUANTIFIKASI

Dalam bab sebelumnya, telah diketahui bahwa suatu kalimat terbuka dapat menjadi
pernyataan dengan mengganti variabel dengan konstan. Cara lain untuk mengubah suatu
kalimat terbuka menjadi pernyataan adalah dengan menggunakan kuantor.

III.1 KUANTOR UNIVERSAL DAN KUANTOR EKSISTENSIAL


Sebelumnya telah disepakati bahwa suatu pernyataan umumnya dilambangkan
dengan sebuah huruf kecil p, q, r, ... . Sedangkan untuk kalimat terbuka, yaitu kalimat yang
memuat variabel, dilambangkan dengan p(x). Yaitu untuk menyatakan perlunya substitusi
suatu konstanta pada variabel x .
Misalkan p(x) : x habis dibagi 5
q(x) : x adalah mahasiswa matematika
Untuk merubah kalimat terbuka menjadi pernyataan, selain dengan substitusi konstanta,
cara lain adalah dengan menambahkan kuantor pada kalimat. Kuantor adalah kata-kata
seperti “beberapa”, “semua”, dan lain-lain yang menunjukkan berapa banyak elemen yang
dibutuhkan agar kalimat terbuka menjadi pernyataan benar.
Ada 2 macam kuantor untuk menyatakan jumlah objek yang terlibat, yaitu :
1. Kuantor Universal
Kuantor Universal dinotasikan dengan (x) dan dibaca “untuk setiap x” atau “semua
x” . Secara lengkap, jika ditulis (x)p(x) maka dibaca :
i) “Untuk setiap x berlaku x mempunyai sifat p” atau
ii)“Semua x mempunyai sifat p”
Kuantor Universal menunjukkan bahwa setiap objek dalam semestanya mempunyai sifat
pernyataan yang menyatakannya.
Contoh :
1. Dimisalkan M = Himpunan semua manusia
p(x) = “x dapat mati”
Semua manusia dapat mati, maka hal tersebut dinyatakan dengan
(x) xM, p(x) atau (xM) p(x)
2. Dimisalkan ℝ = Himpunan semua bilangan real
(xℝ) x2  x
dibaca : “untuk setiap x bilangan real berlaku x2 lebih besar atau sama dengan x”

(x) p(x) bernilai benar jika dan hanya jika p(x) benar untuk semua x dalam semesta S dan
bernilai salah apabila ada x  S yang menyebabkan p(x) salah.
Pada Contoh 2 jika diambil x = -2 maka x2 = -4, atau x2 ≤ x. Sehingga (xℝ) x2  x
bernilai salah.
Nilai x yang menyebabkan p(x) salah disebut Contoh Kontra (Counter Example).

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


12
2. Kuantor Eksistensial
Kuantor Eksistensial dinotasikan dengan (x) dan dibaca “Terdapat x…”,
“Beberapa x…”, “Ada x…”, “Paling sedikit ada satu x …”.
Secara lengkap, jika ditulis (x) q(x), dibaca :
i) “Terdapat suatu x sedemikian sehingga x mempunyai sifat q”
ii) “Ada sekurang-kurangnya satu x dengan sifat q”
iii) “Beberapa x mempunyai sifat q”
Kuantor Eksistensial menunjukkan bahwa di antara objek-objek dalam semestanya,
paling sedikit ada satu objek (atau lebih) yang memenuhi sifat pernyataan yang
menyatakannya.
(xS)q(x) bernilai benar jika dan hanya jika paling sedikit ada satu x dalam S yang
menyebabkan q(x) benar, dan bernilai salah jika untuk semua x  S, tidak ada yang
memenuhi sifat q atau q(x) bernilai salah.
Variabel x dalam p(x) disebut variabel bebas karena jika x berubah, maka nilai p(x)
pada umumnya juga berubah. Sebaliknya, variabel x dalam (x) p(x) merupakan variabel
terikat karena nilai (x) p(x) tidak lagi tergantung dari nilai x. Variabel x terikat oleh
Kuantor .

Contoh 3.1
Terjemahkan pernyataan di bawah ini dengan menggunakan kuantor atau 
a. Beberapa orang rajin beribadah.
b. Setiap bilangan adalah negatif atau mempunyai akar real.
c. Ada bilangan yang tidak reall.
d. Tidak semua mobil mempunyai karburator.

Penyelesaian :
a. Dimisalkan p(x) : “x rajin beribadah”, maka pernyataan (a) dapat ditulis (x) p(x).
b. Dimisalkan p(x) : “x adalah bilangan negatif”
q(x) : “x mempunyai akar riil”
maka pernyataan (b) dapat ditulis (x)(p(x)  q(x)).
c. Dimisalkan p(x) : “x adalah bilangan reall”, maka pernyataan (c) dapat ditulis sebagai (
 x) ~p(x).
d. Dimisalkan q(y) : “mobil y mempunyai karburator”, maka pernyataan (d) dapat ditulis
sebagai ~((  y) q(y)).

Contoh 3.2
1. Diberikan ℤ = Himpunan semua bilangan bulat.
a. Tunjukkan bahwa pernyataan (mℤ) m2 = m bernilai benar.
b. Tunjukkan bahwa pernyataan (mℤ) m2 = m bernilai salah.
2. Misalkan E adalah himpunan bilangan bulat antara 5 dan 10.
Tunjukkan bahwa pernyataan (mE) m2 = m bernilai salah dan
pernyataan (mE) m2 ≠ m bernilai benar.
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
13
Penyelesaian :
1. a. Pernyataan (xS) p(x) bernilai benar jika dapat ditunjukkan bahwa ada satu x (atau
lebih) didalam S yang memenuhi sifat p.
Untuk m = 1 ℤ, m2 = 12 = 1 = m. Karena ada m=1 yang memenuhi sifat m2 = m,
maka pernyataan (mℤ) m2 = m benar.
b. Pernyataan (xS) p(x) bernilai salah jika dapat ditunjukkan ada satu x (atau lebih)
di dalam S yang tidak memenuhi sifat p.
Untuk m = 2 ℤ, m2 = 22 = 4 ≠ m. Karena ada m = 2 yang tidak memenuhi sifat m2=
m, maka pernyataan (mℤ) m2 = m bernilai salah.
2. Untuk 5  m  10, 52 = 25  5 : 62 = 36  6 :… : 102 = 100  10
Berarti tidak ada satupun mE yang memenuhi relasi m2 = m.
Jadi, pernyataan (mE) m2 = m bernilai salah dan pernyataan (mE) m2 ≠ m benar.

Contoh 3.3
Nyatakan kalimat berkuantor di bawah ini dalam bahasa sehari-hari
a. (mℝ) x2  0
b. (mℝ) x2  -1
c. (mℝ) m2 = m

Penyelesaian :
Berikut ini diberikan beberapa cara untuk menyatakannya :
a. Semua bilangan real mempunyai nilai kuadrat positif.
Setiap bilangan real mempunyai nilai kuadrat positif.
Sembarang bilangan real mempunyai nilai kuadrat positif.
b. Semua bilangan real mempunyai nilai kuadrat yang tidak sama dengan -1
Tidak ada bilangan riil yang kuadratnya = -1
c. Ada bilangan real yang nilai kuadratnya sama dengan bilangan itu sendiri
Beberapa bilangan real nilainya sama dengan kuadratnya sendiri
Terdapat bilangan real yang kuadratnya sama dengan bilangan itu sendiri.

Contoh 3.4
Tentukan kebenaran kalimat di bawah ini.
a. (xℤ) x2 - 2  0
b. (xℤ) x2 – 10x + 21 = 0
c. (xℤ) x2 – 10x + 21 = 0
d. (xℤ) x2 – 3 = 0
Penyelesaian :
a. Jika x = 1 maka x2 – 2 = 12 – 2 = -1 < 0.
Jadi, tidak semua x memenuhi x2 - 2  0 sehingga pernyataan (a) bernilai salah.
b. x2 – 10x + 21 = 0
(x - 3)(x - 7) = 0
x1 = 3 ; x2 = 7
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
14
Jadi ada x yang memenuhi relasi x2 – 10x + 21 = 0 (yaitu 3 dan 7) sehingga pernyataan
(b) bernilai benar.
c. Meskipun ada x yang memenuhi x2 – 10x + 21 = 0 (yaitu 3 dan 7 seperti pada soal (b)),
tetapi tidak semua x bersifat demikian.
Sebagai contoh kontra jika x = 1, maka x2 – 10x + 21 = 12 -10(1) + 21 = 12  0. Jadi,
pernyataan (c) bernilai salah.
d. Persamaan x2 – 3 = 0 dipenuhi oleh x1 = - 3 dan x2 = 3 , tetapi nilai x1 dan x2 tersebut
bukanlah anggota semesta pembicaraaan. Jadi, tidak ada x yang memenuhi x2 – 3 = 0
sehingga pernyataan (d) bernilai salah.

III.2 HUBUNGAN ANTAR KUANTOR

Perhatikan pernyataan: “Semua penumpang dalam bis yang bertabrakan selamat”.


Sering kali orang berpikir bahwa negasi pernyataan tersebut adalah: “Semua penumpang
dalam bis yang bertabrakan tidak selamat” atau “Tidak ada penumpang yang selamat
dalam bis yang bertabrakan itu”. Padahal kenyataannya, pernyataan “Semua penumpang
dalam bis yang bertabrakan selamat” dianggap salah apabila ada paling sedikit satu saja
penumpang yang meninggal (tidak perlu semuanya meninggal). Jadi sebenarnya ingkaran
pernyataan tersebut adalah: “Ada/beberapa penumpang dalam bis yang bertabrakan itu
selamat”.
Sebaliknya, pernyataan “Ada penumpang yang selamat dalam kecelakaan bis itu”
dikatakan salah (diingkar) jika “Semua penumpang meninggal dalam kecelakaan bis itu”.
Secara umum, ingkaran pernyataan: “Semua x bersifat p(x)” adalah “Ada x yang
tidak bersifat p(x)”, dan ingkaran kalimat : “Ada x yang bersifat q(x)” adalah “Semua x
tidak bersifat q(x)”. Secara formal, ingkaran pernyataan berkuantor adalah sebagai berikut:

~((xS) p(x)  (xS) ~p(x)


~((xS) q(x)  (xS) ~q(x)

Contoh 3.5
Tulislah ingkaran pernyataan- pernyataan berikut ini :
a. Terdapat bilangan bulat x sedemikian hingga x2 = 9
b. Semua dinosaurus telah musnah.
c. Tidak ada ahli matematika yang malas.
d. Beberapa bilangan real adalah bilangan rasional.

Penyelesaian :
Untuk mempermudah penyelesaian, terlebih dahulu pernyataan ditulis ulang dengan
menggunakan kuantor, kemudian barulah dituliskan ingkarannya.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


15
a. Pernyataan mula-mula : (xℤ) x2 = 9
Ingkaran : (xℤ) x2  9
Dibaca : Kuadrat semua bilangan bulat tidak sama dengan 9.
b. Dimisalkan D = Himpunan semua dinosaurus
Pernyataan mula-mula : (xD) (x telah musnah)
Ingkaran : (xD) (x belum musnah)
Dibaca : Ada dinosaurus yang belum musnah.
c. Dimisalkan M = Himpunan semua ahli matematika
Pernyataan mula-mula dapat ditulis : “Semua ahli matematika tidak malas”
atau : (xM) (x tidak malas)
Ingkaran : (xM) (x malas)
Dibaca : Ada ahli matematika yang malas.
d. Kalimat mula-mula : (xℝ) x ∈ ℚ
Ingkaran : (xℝ) x  ℚ
Dibaca : Semua bilangan real bukan bilangan rasional.

III.3. PERNYATAAN BERKUANTOR GANDA

Pernyataan berkuantor yang dibahas pada Subbab 3.A dapat diperluas dengan
menambahkan beberapa kuantor pada satu pernyataan.
Pernyataan (x) (y) p(x,y), dapat juga ditulis dengan (x,y) p(x,y), dibaca “ada suatu
x dan suatu y sedemikian sehingga berlaku p(x,y)”. Dalam bahasa, pernyataan tersebut
mempunyai arti yang sama dengan “ada suatu y dan suatu x sedemikian sehingga berlaku
p(x,y)” sehingga

(x)(y) p(x,y)  (y) (x) p(x,y)

Begitu pula,
(x) (y) p(x,y)  (y) (x) p(x,y)
Dengan kata lain, kuantor-kuantor sejenis dapat ditukarkan tempatnya.
Sebaliknya, pernyataan
(x)(y) p(x,y) (i)
mempunyai arti yang berbeda dengan
(y)(x) p(x,y) (ii)
Sebagai ilustrasi, dimisalkan semestanya adalah himpunan semua bilangan bulat dan p(x,y)
diartikan x < y.
Pernyataan (i) dibaca “untuk setiap x terdapat y sedemikian sehingga x < y”. Hal ini berarti
tidak ada bilangan bulat terbesar, karena setiap diambil sebarang x bilangan bulat selalu
ada y yang lebih besar dari x.
Sedangkan pernyataan (ii) dibaca “terdapat y sedemikian sehingga untuk semua x berlaku
x < y”. Hal ini berarti ada bilangan bulat y yang selalu lebih besar dari sebarang bilangan
bulat x, dengan kata lain ada bilangan bulat terbesar, yaitu y.
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
16
Pernyataan (i) bernilai benar dan pernyataan (ii) bernilai salah sehingga (i) dan (ii) tidak
ekuivalen.
Sebaliknya, jika
(y)(x) p(x,y)
bernilai benar, artinya terdapat suatu y sdemikian sehingga untuk setiap x berlaku p(x,y),
maka pastilah untuk setiap x terdapat y sedemikian sehingga berlaku p(x,y). Sehingga
didapat
(y)(x) p(x,y)  (x)(y) p(x,y)

Secara umum, hubungan antara penempatan kuantor ganda adalah sebagai berikut:

(xS)(yS) p(x,y)  (yS)(xS) p(x,y)


(xS)(yS) p(x,y)  (yS)(xS) p(x,y)
(yS)(xS) p(x,y)  (xS)(yS) p(x,y)

Ingkaran pernyataan berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
ingkaran kalimat berkuantor tunggal.

~((xS)(yS) p(x,y))  (xS)(yS) ~p(x,y)


~((xS)(yS) q(x,y))  (xS)(yS) ~q(x,y)

Contoh 3.6
1. Nyatakan kalimat di bawah ini dengan menggunakan kuantor!
a. Ada bintang film yang disukai semua orang.
b. Untuk setiap bilangan real positif, terdapatlah bilangan real positif lain yang lebih
kecil darinya.
2. Diketahui M = Himpunan semua manusia dan p(x,y) : “y adalah ibu dari x”
Nyatakan arti simbol logika di bawah ini dalam bahasa sehari-hari dan tentukan nilai
kebenarannya.
a. (xM) (yM) p(x,y)
b. (xM) (yM) p(x,y)
3. Tentukan ingkaran kalimat berikut ini!
a. Semua bilangan bulat adalah bilangan genap.
b. Ada suatu masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh semua program komputer.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


17
Penyelesaian :
1. a. Dimisalkan A : Himpunan semua bintang film
M : Himpunan semua manusia
p(x,y) : y menyukai x.
maka pernyataan “Ada bintang film yang disukai semua orang” dapat dituliskan
sebagai (xA)(yM) p(x,y).
b. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan sebagai : “ Untuk setiap bilangan real positif x
terdapat bilangan real positif y sedemikian sehingga y < x”.
Sehingga dapat dituliskan : (xℝ) (xℝ) y < x.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa tidak ada bilangan real positif yang terkecil.
2. a. Untuk setiap manusia x, terdapat seorang y sedemikian sehingga y adalah ibu dari y.
Dengan kata lain : setiap orang mempunyai ibu.
b. Terdapat seorang y sedemikian sehingga untuk semua manusia x, y adalah ibu dari x.
Dengan kata lain : Ada seseorang yang merupakan ibu dari semua orang di dunia ini.
Jelas bahwa kedua pernyataan tersebut mempunyai arti yang berbeda. Nilai kebenaran
(a) adalah benar, sedangkan (b) salah.
3. a. Notasi : (nℤ) (kℤ) n = 2k
Ingkaran : (nℤ) (kℤ) n ≠ 2k
Dibaca : Ada bilangan bulat yang tidak genap.
b. Dimisalkan P : Himpunan semua masalah
C : Himpunan semua program komputer
p(x,y) : x dapat menyelesaikan y
Notasi : (xP) (yC) ~p(x, y)
Ingkaran : (xP) (yC) p(x, y)
Dibaca : Semua masalah dapat diselesaikan dengan program komputer.

SOAL-SOAL LATIHAN BAB III

1. Tuliskan pernyataan berkuantor di bawah ini dalam bahasa sehari-hari :


a. ( warna C) ( hewan A) A berwarna C.
b. ( buku b) ( orang p) p membaca b.
c. ( bilangan ganjil n ) ( bilangan bulat k) n = 2k + 1
d. ( bilangan real x) ( bilangan riil y) x + y = 0
2. Tuliskan pernyataan dalam bahasa sehari-hari di bawah ini dengan simbol logika :
a. Semua bayi mempunyai wajah yang berbeda.
b. Seseorang lebih tua dari orang yang lain.
c. Ada program yang memberikan jawaban yang benar terhadap semua pertanyaan.
d. Semua mahasiswa pandai
e. Beberapa mahasiswa pandai
f. Tidak ada orang yang hidup di bulan
g. Jika dosen tidak hadir maka semua mahasiswa bersuka ria.
h. Ada buruh yang tidak bekerja apabila mandor tidak hadir.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


18
i. Semua anak memiliki ayah.
j. Bagaimanapun cantiknya seorang gadis pasti ada gadis lain yang lebih cantik
darinya.
3. Tentukan ingkaran dari masing-masing soal pada (2) dan nyatakan dalam bahasa sehari-
hari.
4. Tulislah pernyataan matematika di bawah ini dalam simbol logika, kemudian tulislah
ingkarannya (semestanya adalah himpunan semua bilangan bulat)
a. Setiap bilangan genap sama dengan dua kali bilangan bulat lainnya.
b. Untuk setiap x, jika x bilangan genap maka x2 + x juga genap.
c. Terdapatlah x sedemikian sehingga x bilangan genap dan x bilangan prima.
d. Untuk setiap x, x2 + 3 > 5 atau x < 2.
e. Terdapatlah x yang memenuhi relasi x2 = 25 dan x > 0.
f. Tidak ada x sedemikian sehingga x bilangan prima dan (x + 6) bilangan prima.
g. Ada bilangan bulat diantara dua bilangan bulat lainnya.
h. Jika p adalah bilangan ganjil yang prima maka ada bilangan-bilangan bulat x dan y
sedemikian sehingga untuk suatu bilangan bulat m, 1 + x2 + y2 = mp dengan 0
<m<p
i. Ada 2 buah bilangan prima yang jumlahnya genap.
j. Jumlahan setiap bilangan prima adalah ganjil.
5. Tentukan nilai kebenaran dari setiap pernyataan pada soal (4)
6. Tentukan nilai kebenaran pernyataan di bawah ini (ucapkan terlebih dahulu untuk
memudahkannya).
a. (xℝ) (yℝ) x < y
b. (xℝ) (xℝ) x > y
c. (xℝ) (xℝ) x = y  y = x
d. (xℝ) (xℝ) x ≠ y  (zℝ) (x < z  z < y)  (y < z  z < x)
e. (yℝ) (xℝ) x + y = y + x = y
f. (xℝ) (yℝ) x + y = y + x = y
g. (zℝ) (xℝ) (yℝ) xy = z  x = z  y = z
h. (xℝ) (yℝ) (zℝ) xy = z
i. (xℝ) (yℝ) xy = z
j. (xℝ) (yℝ) x ≠ y  x < y  y < x

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


19
BAB IV
TEKNIK PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

IV.1 TAUTOLOGI DAN KONTRADIKSI

Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar, apapun nilai
kebenaran dari masing-masing komponennya. Contoh yang paling sederhana adalah
p  ~p
Sebaliknya, kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah,
apapun nilai kebenaran dari masing-masing komponennya. Contoh yang paling sederhana
adalah
p  ~p
Dalam tabel kebenaran, suatu Tautologi selalu bernilai B pada semua barisnya, dan
Kontradiksi selalu bernilai S pada semua baris. Kalau suatu kalimat Tautologi diturunkan
lewat hukum-hukum yang ada, maka pada akhirnya akan menghasilkan T. Sebaliknya,
Kontradiksi akan selalu menghasilkan F.

Contoh 4.1
Tunjukkan bahwa kalimat-kalimat dibawah ini adalah Tautologi dengan menggunakan
tabel kebenaran.
a. (p  q)  q
b. q  (p  q)
Penyelesaian :
a. Tabel kebenaran implikasi (p  q)  q tampak pada Tabel 4.1
Tabel 4.1.
p q (p  q) (p  q)  q
B B B B
B S S B
S B S B
S S S B
Karena semua baris pada kolom (p  q)  q bernilai B, maka (p  q)  q merupakan
Tautologi.
b. Tabel kebenaran implikasi q  (p  q) tampak pada Tabel 4.2
Tabel 4.2.
p q (pq) q  ( p q )
B B B B
B S B B
S B B B
S S S B
Karena semua baris pada kolom q  (p  q) bernilai B, maka q  (p  q) merupakan
Tautologi.
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
20
Teorema 4.1.
Dua pernyataan p dan q saling ekuivalen jika dan hanya jika pernyataan “p  q”
merupakan tautologi.
Bukti :
Diketahui p dan q saling ekuivalen, artinya p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama,
sehingga p  q akan selalu bernilai benar. Dengan kata lain, “p  q” merupakan
tautologi.
Sebaliknya, jika p  q selalu bernilai benar maka p dan q selalu mempunyai nilai
kebenaran yang sama. Dengan kata lain p dan q saling ekuivalen.

Contoh 4.2.
Tunjukkan bahwa (p  q)  (~q  ~p) merupakan suatu Tautologi.
Penyelesaian :
(p  q)  (~q  ~p)
 (p  q  ~q  ~p)  (~q  ~p  p  q) (definisi biimplikasi)
 (~p  q  q  ~p)  (q  ~p  ~p  q) (transformasi dari  ke )
 (~~p  q  q  ~p)  (~q  ~p  ~p  q) (transformasi dari  ke  )
 (p  ~q  q  ~p)  (~q  p  ~p  q) (hukum De Morgan)
 (p  ~q  q  ~p)  (p  ~q  q  ~p) (hukum komutatif)
 p  ~q  q  ~p (hukum idempoten)
 ~~p  q  q  ~p (hukum De Morgan )
 ~~p  q  ~p  q (hukum komutatif)
 T (hukum Ikatan)
Karena (p  q)  (~q  ~p) dapat diturunkan menjadi T, maka terbukti bahwa (p  q)
 (~q  ~p) merupakan suatu Tautologi.

IV.2 KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI


Definisi 4.1. Misalkan diketahui implikasi p  q
q  p disebut konvers dari p  q
~p  ~q disebut invers dari p  q
~q  ~p disebut kontraposisi dari p  q

Tabel 4.3. Tabel kebenaran dari implikasi, konvers, invers dan kontraposisi
p q ~p ~q p⇒q q⇒p ~p ⇒ ~q ~q ⇒ ~p
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


21
dari tabel terlihat bahwa implikasi ekuivalen dengan kontraposisinya dan invers ekuivalen
dengan konvers. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

(p  q)  (~q  ~p) dan (q  p)  (~p  ~q)

merupakan suatu Tautologi.

Contoh 4.3
Apakah Konvers, Invers, dan Kontraposisi kalimat di bawah ini ?
a. Jika A merupakan suatu bujursangkar, maka A merupakan suatu persegi panjang.
b. Jika n adalah bilangan prima > 2 maka n adalah bilangan ganjil.
c. Jika x bilangan bulat positif maka 2x bilangan bulat positif
Penyelesaian :
a. Konvers : Jika A merupakan persegi panjang maka A adalah suatu bujur sangkar
Invers : Jika A bukan bujursangkar, maka A bukan persegi panjang
Kontraposisi : Jika A bukan persegi panjang, maka A bukan bujursangkar
Diketahui implikasi bernilai benar, tampak bahwa konvers tidak selalu benar karena
persegi panjang belum tentu merupakan suatu bujursangkar. Demikian juga Invers.
Kalau A bukan bujursangkar, belum tentu A bukan persegi panjang. Sebaliknya,
kontraposisi selalu bernilai sama seperti implikasi mula-mula (dalam hal ini bernilai
benar).
b. Konvers : Jika n adalah bilangan ganjil, maka n adalah bilangan prima > 2.
Invers : Jika n bukan bilangan prima > 2, maka n bukan bilangan ganjil.
Kontraposisi : Jika n bukan bilangan ganjil, maka n bukan bilangan prima > 2.
c. Konvers : Jika 2x bilangan bulat positif maka x bilangan bulat positif.
Invers : Jika x bukan bilangan bulat positif maka 2x bukan bilangan bulat positif.
Kontraposisi : Jika 2x bukan bilangan bulat positif maka x bukan bilangan bulat positif

IV.3 PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

Hampir semua rumus dan hukum yang berlaku dalam matematika tidak tercipta
begitu saja. Rumus-rumus tersebut selalu dapat dibuktikan berdasarkan definisi-definisi
maupun rumus-rumus lain yang sudah pernah dibuktikan kebenarannya. Bahkan hukum-
hukum/rumus-rumus yang tampaknya sederhana seperti hukum komutatif a+b = b+a juga
dapat diturunkan pembuktiannya. Banyak rumus-rumus sederhana semacam itu yang
sering kita gunakan tanpa memikirkan pembuktiannya.
Dalam subbab ini diperkenalkan teknik-teknik pembuktian dalam matematika.
Beberapa contoh kasus yang dibuktikan cukup sederhana sehingga kebenarannya dapat
dilihat sepintas saja, sedangkan beberapa kasus yang lain cukup kompleks sehingga
memerlukan pemikiran ekstra. Tujuan dari contoh-contoh tersebut adalah untuk
memperkenalkan dan membiasakan diri dengan metode-metode pembuktian yang ada,
sehingga dapat membuktikan sendiri teorema-teorema yang lain.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


22
Ada banyak cara untuk membuktikan teorema, dan kadang-kadang suatu teorema
dapat dibuktikan dengan beberapa cara berbeda. Akan tetapi, secara umum ada 2 jenis
metode pembuktian, yaitu metode pembuktian langsung dan metode pembuktian tak
langsung.

A. Petunjuk Umum Dalam Pembuktian


Bagi orang yang terbiasa dengan pembuktian teorema, langkah-langkah, implikasi-
implikasi serta kesimpulan yang harus diambil bukanlah merupakan hal yang aneh dan
sukar. Akan tetapi, bagi orang yang belum terbiasa, langkah-langkah yang harus diambil
merupakan hal yang membingungkan. Bahkan sering kali kesulitan didapatkan pada
langkah pertama, yaitu pada waktu menentukan dari mana pembuktian harus dimulai.
Berikut ini diberikan beberapa petunjuk untuk melakukan langkah-langkah pembuktian
secara umum, beserta hal-hal yang sering kali menjadi jebakan.

Langkah-langkah untuk melakukan pembuktian adalah sebagai berikut :


1. Tulislah teorema yang akan dibuktikan.
Tuliskan mana yang diketahui (hipotesa) dan mana yang akan dibuktikan.
Menggunakan hal-hal yang akan dibuktikan dalam salah satu langkah pembuktian
merupakan kesalahan fatal.
Hal yang akan dibuktikan merupakan sesuatu yang belum dipastikan kebenarannya
sehingga tidak boleh dipakai.
Karena itu, pemisahan yang baik antara hal-hal yang diketahui dari teorema dengan
hal-hal yang harus dibuktikan akan membantu kita sehingga kita tidak melakukan
kesalahan tersebut.

2. Tandailah permulaan pembuktian dengan kata-kata “Bukti”.


Kata “Bukti” tersebut digunakan sebagai pemisah antara teorema dan pembuktian
yang dilakukan.

3. Buktikanlah secara lengkap dan menyeluruh.


Pembuktian yang dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang lengkap akan
membuat lebih mudah dibaca dan dimengerti sehingga tidak membingungkan apabila
kita menggunakannya (sebagian atau seluruhnya) lagi.
Beberapa keterangan pelengkap antara lain :

a. Tulislah variabel (dan tipenya) yang akan digunakan. Ini berguna untuk selalu
mengingat tipe variabel yang dipakai dalam langkah-langkah pembuktian
selanjutnya.
Contoh :
“Misalkan m dan n adalah bilangan bulat”
“Misalkan x adalah bilangan riil > 2”

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


23
b. Apabila di tengah-tengah pembuktian ada sifat suatu variabel yang akan digunakan,
tuliskanlah sifat tersebut dengan lengkap dan jelas.
Misalkan ingin dinyatakan bahwa n adalah bilangan genap. Ini berarti bahwa n
sama dengan dua kali suatu bilangan bulat. Untuk menyatakannya, tulislah :
“Karena n bilangan genap, maka n = 2*s untuk suatu bilangan bulat s”

c. Apabila menggunakan sifat-sifat tertentu seperti distributif, komutatif, dan lain-lain


dalam suatu persamaan, tuliskanlah itu disebelah kanannya.
Contoh :
….
m+n = ab + ac
= a (b+c) (Sifat distributif)
….

d. Jika di tengah-tengah pembuktian dijumpai suatu ekspresi (misal r+s) dan untuk
menyingkatnya, r+s tersebut (yang keduanya bilangan bulat) akan dinyatakan
sebagai k (variabel k belum ada sebelumnya). Di samping itu, akan dijelaskan juga
bahwa k merupakan bilang bulat juga, karena merupakan jumlahan dari 2 bilangan
bulat. Untuk melakukannya, tuliskanlah :
“Misalkan k = r+s
Karena r dan s adalah bilangan-bilangan bulat, maka k juga bilangan bulat”

4. Tandailah akhir pembuktian.


Gunanya adalah agar diketahui dengan jelas bahwa teorema sudah terbukti. Akhir
pembuktian sering ditandai dengan tanda #, , qed, dan lain-lain.
Bisa juga ditandai dengan kata-kata : “terbukti”, “terbukti bahwa …. (sebutkan
teoremanya)”.

Dalam membuktikan teorema, ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan tanda
disadari. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali berakibat fatal karena kesalahan yang
ada di tengah akan selalu terbawa hingga akhir pembuktian. Akibatnya, kesimpulan di
akhir pembuktian menjadi salah.

Beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam pembuktian suatu teorema adalah
sebagai berikut :
1. Mengambil kesimpulan berdasarkan satu/beberapa contoh.
Kadang-kadang suatu teorema terlalu abstrak sehingga sulit ditangkap logika. Untuk
itu kadang-kadang pemberian satu/beberapa contoh kasus akan menolong untuk
memahami teorema yang bersangkutan. Tetapi, merupakan suatu kesalahan apabila
menganggap bahwa pernyataan yang berlaku umum dapat dibuktikan dengan
menunjukkan bahwa pernyataan tersebut benar untuk beberapa kasus, karena ada
banyak pernyataan yang benar untuk beberapa kasus tertentu, tetapi salah untuk
kasus-kasus yang lain.
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
24
Contoh :
Misalkan akan dibuktikan bahwa jumlah 2 bilangan genap adalah bilangan genap.
Suatu pembuktian yang salah adalah sebagai berikut :
“Ambil m=6 dan n=4
m+n = 6+4 = 10. Jadi jumlah 2 bilangan genap adalah bilangan genap”

Dalam hal ini, bukti bahwa 6+4 adalah bilangan genap belumlah cukup untuk
menunjukkan bahwa jumlah dua bilangan genap adalah genap, karena ada banyak
bilangan-bilangan genap lain selain 6 dan 4.
Untuk membuktikan hal tersebut, yang harus dilakukan adalah mengambil sebarang
dua bilangan genap, m dan n, dan menunjukkan bahwa (m + n) juga bilangan genap.
Catatan : Pembuktian dengan contoh diperbolehkan jika digunakan untuk
membuktikan suatu teorema tidak berlaku (disebut Contoh Kontra)

2. Menggunakan simbol yang sama untuk menggambarkan 2 hal yang berbeda.


Suatu simbol tertentu yang menunjukkan beberapa hal yang berbeda dapat
mengakibatkan kesimpulan yang salah seperti pada contoh pembuktian berikut ini :
“Misal m dan n adalah bilangan ganjil. Menurut definisi bilangan ganjil, maka :
m = 2k +1 dan n=2k+1 untuk suatu bilangan bulat k”
Pembuktian ini salah (meskipun kesimpulan akhir benar) karena simbol k dalam
kedua ekspresi tersebut menyatakan 2 hal yang berbeda. Jika k menyatakan hal yang
sama, berarti m = 2k+1 = n. Hal ini jelas salah karena dalam pemisalan tidak
dikatakan bahwa m = n sehingga secara umum m ≠ n (m dan n sembarang).
Seharusnya dibuktikan :
“ … maka m = 2k1+1 dan n = 2k2+1 untuk ….”
Dalam hal ini, secara umum k1 ≠ k2

3. Melompat ke kesimpulan
Pembuktian harus dilakukan langkah demi langkah secara urut dan tidak melompat-
lompat. Pengurangan salah satu langkah tanpa alasan yang cukup akan menyebabkan
bukti kurang kuat (meskipun kadang-kadang tidak sepenuhnya salah). Sebagai
contoh, perhatikanlah “bukti” bahwa jumlah 2 bilangan genap adalah genap.
“Misalkan m dan n bilangan genap. Berdasarkan definisi bilangan genap, maka m =
2r dan n = 2s untuk suatu bilangan bulat r dan s. Jadi m+n = 2r+2s. Dengan
demikian maka m+n adalah bilangan genap”

Dalam pembuktian di atas, ada satu langkah yang terlewati yaitu berdasarkan
kenyataan m+n = 2r+2s maka disimpulkan bahwa m+n adalah bilangan genap. Ini
tidak jelas. Seharusnya perlu ditambahkan :
m+n = 2r+2s
= 2 (r+s) (sifat distributif)
Sehingga menurut definisi bilangan genap, maka m+n adalah bilangan genap.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


25
4. Mengasumsikan apa yang akan dibuktikan.
Hal ini termasuk juga menggunakan apa yang akan dibuktikan dalam salah satu
langkah pembuktian. Sesuatu yang akan dibuktikan belumlah terbukti kebenarannya.
Jadi, tidak boleh mengasumsikan sesuatu tentang hal-hal yang akan dibuktikan.
Sebagai contoh, akan “dibuktikan” bahwa jumlah 2 bilangan genap adalah bilangan
genap sebagai berikut :
“Misal m dan n adalah bilangan-bilangan genap. Jika m+n genap, maka
m+n = 2s untuk suatu bilangan bulat s ……..”

Kesalahan terletak pada pengasumsian bahwa m+n adalah genap, padahal hal itulah
yang akan dibuktikan sehingga tidak boleh dipakai/diasumsikan dalam langkah-
langkah pembuktian.

Dengan mengetahui dan memahami ke-4 kebiasaan yang salah di atas diharapkan
kesalahn-kesalahan tersebut dapat dihindari dan langkah pembuktian dapat dilakukan
secara benar.
Selanjutnya, seperti telah disebutkan sebelumnya, dalam matematika ada 2 jenis
metode pembuktian, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

B. Metode Pembuktian Langsung


Dalam metode pembuktian langsung, hal-hal yang diketahui tentang teorema
diturunkan secara langsung dengan teknik-teknik tertentu hingga dicapai kesimpulan yang
diinginkan. Ada banyak variasi yang menggunakan metode ini. Di bawah ini diberikan
beberapa contoh yang diselesaikan dengan menggunkan teknik-teknik yang berbeda-beda.

Contoh 4.4 (Metode Pengecekan Satu Persatu)


Buktikan bahwa untuk semua bilangan genap n antara 4 dan 30, n dapat dinyatakan
sebagai jumlahan 2 bilangan prima.
Penyelesaian :
Dengan pengecekan satu persatu, maka :
4 = 2+2 6 = 3+3 8 = 3+5 10 = 5+5 12 = 5+7
14 = 11+3 16 = 5+11 18 = 7+11 20 = 7+13 22 = 5+17
24 = 5+19 26 = 7+19 28 = 11+17 30 = 11+19

Terlihat bahwa semua bilangan genap n (4  n  30) dapat dinyatakan sebagai jumlahan 2
bilangan prima.

Dalam Contoh 4.4, semua bilangan dapat dicek satu persatu karena n berhingga.
Akan tetapi, secara umum metode pengecekan satu persatu seperti di atas tidak dapat
digunakan jika n tak berhingga banyak. Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa semua
bilangan genap  4 dapat dinyatakan sebagai jumlahan 2 bilangan prima, metode seperti di
atas tidak dapat dilakukan mengingat ada tak berhingga banyak bilangan genap  4 (Ingat
bahwa beberapa contoh saja tidak cukup dipakai bukti. Bukti harus dilakukan untuk semua
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
26
bilangan genap  4). Bahkan meskipun jumlah obyek yang harus dicek berhingga, metode
pembuktian dengan pengecekan seperti di atas tidaklah efisien karena terlalu lama.

Contoh 4.5 (Metode pengambilan secara acak)


Buktikan bahwa jumlah 2 bilangan genap adalah genap
Penyelesaian:
Pembuktian akan dilakukan secara umum, yaitu dengan mengambil sebarang 2
bilangan genap dan dibuktikan bahwa jumlah kedua bilangan tersebut adalah genap. Hal
ini berarti kita tidak boleh mengambil bilangan genap tertentu, misal 4 dan 10. Akan tetapi,
kita harus menggunakan 2 variabel untuk menyatakan bahwa pengambilan tersebut
dilakukan secara acak.
Bukti
Ambil sebarang 2 bilangan genap, misal m dan n.
Akan dibuktikan bahwa (m+n) juga bilangan genap.
Karena m dan n adalah bilangan-bilangan genap, maka m = 2r dan n = 2s untuk bilangan-
bilangan bulat r dan s, sehingga :
m+n = 2r + 2s
= 2 (r + s) (sifat distributif)
Dimisalkan k = r+s.
Karena r dan s adalah bilangan-bilangan bulat, maka k adalah bilangan bulat juga,
sehingga m+n = 2k untuk suatu bilangan bulat k. Menurut definisi bilangan genap, berarti
bahwa (m+n) merupakan bilangan genap. Terbukti bahwa jumlah 2 bilangan genap adalah
bilangan genap juga.

Contoh 4.6
Buktikan bahwa untuk semua bilangan bulat a,b, dan c berlakulah :
Jika a adalah faktor dari b dan b adalah faktor dari c, maka a adalah faktor dari c
Penyelesaian:
Diketahui : a adalah faktor dari b dan b adalah faktor dari c
Akan dibuktikan bahwa a adalah faktor dari c
Bukti
Misal a,b dan c adalah bilangan-bilangan bulat yang memenuhi sifat :
a adalah faktor dari b dan b adalah faktor dari c
a faktor dari b berarti b = k.a untuk suatu bilangan bulat k
b faktor dari c berarti c = n.b untuk suatu bilangan bulat n
Didapat :
c = n.b
= n.(k.a)
= (n.k).a (sifat asosiatif)
Dimisalkan p = n.k. karena n dan k masing-masing adalah bilangan bulat, maka p
merupakan bilangan bulat juga, sehingga :
c = p.a untuk suatu bilangan bulat p.
ini berarti bahwa a adalah faktor dari c, terbukti
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
27
Contoh 4.7 (Pembuktian Ekuivalensi)
Buktikan ekuivalensi di bawah ini :
Diketahui a dan b adalah bilangan-bilangan bulat.
a dan b mempunyai sisa yang sama jika dibagi dengan bilangan positif n jika dan hanya
jika (a-b) habis dibagi n.
Penyelesaian:
Pernyataan p  q ekuivalen dengan (p  q) dan (q  p), sehingga untuk membuktikan
ekuivalensi p  q, kita harus membuktikan benarnya implikasi p  q dan q  p.
Dalam Contoh 4.7, kita harus membuktikan 2 hal :
() Jika a dan b mempunyai sisa yang sama bila dibagi dengan bilangan positif n, maka
(a-b) habis dibagi n.
() Jika (a-b) habis dibagi n, maka a dan b mempunyai sisa yang sama bila dibagi
dengan bilangan positif n.
Bukti
() Diketahui a, b  ℤ yang mempunyai sisa sama (misal s) bila dibagi dengan n.
Artinya a = k.n + s dan b = j.n + s dengan 0  s < n; k, j  ℤ
Akan dibuktikan bahwa (a-b) habis dibagi n
a - b = (k.n + s) - (j.n + s)
= (k.n - j.n)
= (k - j) n
Karena k dan j masing-masing adalah bilangan bulat, maka (k – j) juga bilangan
bulat, sehingga a - b = (k - j) n untuk suatu bilangan bulat (k – j).
Ini berarti bahwa (a - b) habis dibagi n.
Terbukti jika a dan b mempunyai sisa yang sama bila dibagi n, maka (a - b) habis
dibagi n.
() Diketahui a, b  ℤ sedemikian hingga (a - b) habis dibagi n.
Akan dibuktikan bahwa a dan b mempunyai sisa yang sama bila dibagi dengan n
Dimisalkan s1 adalah sisa dari a dibagi n dan
s2 adalah sisa dari b dibagi n.
Jadi a = k.n + s1 dengan 0  s1 < n
b = j.n + s2 dengan 0  s2 < n
Akan ditunjukkan bahwa s1 = s2
Diketahui bahwa (a - b) habis dibagi n, berarti
a-b = p.n untuk suatu bilangan bulat p
a = b + p.n
= (j.n + s2) + p.n
= (j + p).n + s2
Dimisalkan r = j + p. Karena j dan p adalah bilangan-bilangan bulat, maka r
juga bilangan bulat sehingga :
a = r.n + s2 dengan 0  s2 < n
Akan tetapi, jika a dibagi dengan n, maka pastilah hasil dan sisanya
merupakan bilangan yang tunggal. Ini berarti s1 = s2 dan r = k.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


28
Terbukti bahwa jika (a-b) habis dibagi n, maka a dan b mempunyai sisa yang sama
bila dibagi n.
Dari () dan () terbukti a dan b mempunyai sisa yang sama jika dibagi dengan bilangan
positif n jika dan hanya jika (a-b) habis dibagi n.

C. Metode Pembuktian Tak Langsung


Dalam metode pembuktian tak langsung, fakta-fakta yang ada tidak digunakan secara
langsung untuk menuju pada kesimpulan. Sebaliknya, bukti dimulai dari hal-hal lain.
Dalam bab ini dijelaskan 2 macam bukti tak langsung yaitu dengan kontradiksi dan
kontraposisi.

i) Pembuktian Dengan Kontradiksi (Reductio ad Absordum)

Pembuktian dengan kontradiksi (Reductio ad Absurdum) dilakukan dengan cara


mengandaikan bahwa ingkaran kalimat yang akan dibuktikanlah yang bernilai benar. Jadi,
jika kebenaran p ingin dibuktikan, langkah yang dilakukan adalah dengan mengandaikan
bahwa ~p (negasi dari p) benar, kemudian berusaha menunjukkan bahwa pengandaian
tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi. Dengan demikian, disimpulkan bahwa
pengandaian (~p) salah atau p benar.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuktian dengan kontradiksi adalah


sebagai berikut :
1. Misalkan bahwa negasi dari pernyataan yang akan dibuktikan benar.
2. Dengan langkah-langkah yang benar, tunjukkanlah bahwa pada akhirnya
pemisalan tersebut akan sampai pada suatu kontradiksi.
3. Simpulkan bahwa pernyataan yang akan dibuktikan benar.

Contoh 4.8
Buktikan bahwa tidak ada bilangan bulat yang terbesar.

Bukti
Diandaikan negasi dari pernyataan tersebut benar. Jadi, diandaikan ada bilangan bulat yang
terbesar (sebutlah N).
Karena N terbesar, maka N  n untuk semua bilangan bulat n.
Ambil M = N+1. Karena N adalah bilangan bulat, maka M juga bilangan bulat. Di
samping itu, jelas bahwa N < M ( karena M = N+1).
Didapat :
N  n untuk semua bilangan bulat n (dari pengandaian)
N < M untuk bilangan bulat M (karena M = N+1)
Keduanya kontradiksi. Berarti pengandaian salah sehingga pernyataan mula-mula yang
benar.
Terbukti bahwa tidak ada bilangan bulat yang terbesar.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


29
Contoh 4.9
Buktikan pernyataan p  ((p  q)  q) merupakan tautologi

Bukti:
Jika p  ((p  q)  q) merupakan tautologi, maka pernyataan tersebut selalu bernilai
benar.
Diandaikan p  ((p  q)  q) bernilai salah, maka kemungkinannya adalah
p benar (*) dan (p  q)  q salah.
(p  q)  q salah maka p  q benar dan q salah.
Dari p  q benar dan q salah didapat p salah (**). Terjadilah kontradiksi antara (*) dan
(**), berarti pengandaian harus diingkar sehingga terbukti p  ((p  q)  q) merupakan
tautologi.

ii) Pembuktian Dengan Kontraposisi

Suatu pernyataan implikasi akan selalu ekuivalen (mempunyai nilai kebenaran


yang sama) dengan kontraposisinya. Dengan demikian, untuk membuktikan kebenaran
suatu pernyataan dapat pula dilakukan dengan membuktikan kebenaran kontraposisinya.

Contoh 4.10
Buktikan bahwa untuk bilangan-bilangan bulat m dan n :
Jika m+n  73, maka m  37 atau n  37.

Bukti
Jika p adalah pernyataan m+n  73,
q adalah pernyataan m  37,
r adalah pernyataan n  37
maka dalam simbol, kalimat di atas dapat dinyatakan sebagai : p  (q  r)
Kontraposisinya adalah ~(q  r)  ~p atau (~q ~r)  ~p
Dengan demikian, untuk membuktikan pernyataan mula-mula, cukup dibuktikan
kebenaran pernyataan
Jika m < 37 dan n < 37 maka m+n < 73
Ambil 2 bilangan bulat m dan n dengan m < 37 dan n < 37
m < 37 berarti m  36 dan n < 37 berarti n  36, sehingga
m + n  36 + 36
m + n  72
m + n  73
terbukti bahwa jika m < 37 dan n < 37 maka (m+n) < 73
Dengan terbuktinya kontraposisi, maka terbukti pula kebenaran pernyataan mula-mula
yaitu :
Jika m+n  73, maka m  37 atau n  37.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


30
iii. Memilih Metode Pembuktian
Dengan banyaknya cara untuk membuktikan suatu pernyataan, muncul suatu
pernyataan: “Metode manakah yang paling tepat/mudah dipakai untuk membuktikan suatu
pernyataan?“. Jawaban yang tepat atas pernyataan tersebut sangatlah sukar karena masing-
masing metode mempunyai ciri-ciri, kemampuan, keindahan, dan kekhususan tersendiri.
Ada kalanya suatu pernyataan dapat dibuktikan dengan beberapa metode yang berbeda
dengan sama baiknya. Akan tetapi, kadang-kadang hanya dapat diselesaikan dengan suatu
metode tertentu saja. Untuk membuktikan suatu pernyataan, diperlukan suatu “feeling”
matematika. Perasaan yang tajam tersebut dapat dicapai dengan melatih dan membiasakan
diri dalam membuktikan pernyataan-pernyataan. Semakin sering kita membuktikan,
semakin kuatlah perasaan matematika yang ada di dalam diri kita. Hal itu akan lebih
memudahkan kita dalam membuktikan hal-hal lain yang serupa.

SOAL-SOAL LATIHAN BAB IV


1. Tanpa mrnggunakan tabel, buktikan pernyataan-pernyataan berikut ini merupakan
tautologi
a. ~p  (p  q  q)
b. ((p  q)  r)  (~r  q)  ~p
c. ((p  q)  (r  s))  (p  r)  (q  s)
d. (p  q)  (~(q  r)  ~(r  p))
2. Telitilah mana di antara pernyataan-pernyataan ini di bawah ini yang merupakan
Tautologi dan Kontradiksi.
a. ( p  q   ~(~p   ~q  ~r ))  (~p  ~q )  (~p  ~r )
b. ( ~ p  ~q    ~p  ~q )  ~p
3. Tentukan konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan – pernyataan dari soal 1

Buktikan pernyataan-pernyataan berikut ini


4. Untuk setiap bilangan bulat n, jika n2 adalah bilangan genap, maka n adalah bilangan
genap.
5. Untuk setiap bilangan-bilangan bulat m dan n, jika m.n = 1 maka m = 1 dan n = 1.
6. Untuk setiap bilangan bulat a, jika (a-2) habis dibagi 3, maka (a2-1) habis dibagi 3
juga.
7. Untuk setiap bilangan bulat a, jika (a-1) mod 3  0 atau (a-2) mod 3  0, maka (a2-1)
mod 3  0.
(catatan : a mod b  c artinya a dibagi b sisa c, dibaca: a modulus b kongruen c)
8. Jika a mod 10 = 2 dan b mod 10 = 8, maka a+b habis dibagi 10.
9. Hasil kali 2 bilangan ganjil adalah bilangan ganjil
10. Jika a dan b adalah bilangan-bilangan ganjil, maka a+b adalah bilangan genap.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


31
BAB V
METODE-METODE INFERENSI DALAM
MATEMATIKA
Penarikan suatu kesimpulan adalah suatu proses menentukan suatu pernyataan
(disebut kesimpulan atau konklusi) dari beberapa pernyataan yang telah diketahui
kebenarannya (disebut premis) melalui langkah-langkah yang logis. Kumpulan premis-
premis yang telah diketahui kebenarannya(hipotesa) dan satu kesimpulan yang diturunkan
dari premis-premisnya disebut argumen.

Argumen merupakan suatu pernyataan, maka ia memiliki nilai benar atau salah.
Suatu Argumen dikatakan sah (valid) apabila untuk sebarang pernyataan yang
disubstitusikan kedalam hipotesa, jika semua premis tersebut benar, maka kesimpulan juga
benar. Sebaliknya, meskipun semua premis benar tetapi ada kesimpulan yang salah, maka
argumen tersebut dikatakan Invalid. Kalau suatu argumen dan semua premisnya bernilai
benar, maka kebenaran nilai kesimpulan dikatakan sebagai “diinferensikan(diturunkan)
dari kebenaran hipotesa”

Untuk mengecek apaka suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tentukan hipotesa dan kesimpulan kalimat.


2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua premis dan
kesimpulan.
3. Carilah baris kritis, yaitu baris dimana hipotesa bernilai benar.
4. Dalam baris kritis tersebut, jika semua nilai kesimpulan benar, maka argumen
itu valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai kesimpulan
yang salah, maka argumen tersebut adalah invalid.

Secara umum, hipotesa dan kesimpulan dapat digambarkan sebagai berikut :

Premis (1) P1
Premis (2) P2
Premis (3) P3 hipotesa

Premis (n) Pn
 q kesimpulan ( tanda  q dibaca “ jadi q” )

Jika tanpa menggunakan tabel, maka argumen dikatakan valid jika (P1  P2  P3  ..  Pn)
 q merupakan tautologi.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


32
Contoh 5.1

Tentukan apaka Argumen di bawah ini valid/invalid.

a. p  ( q  r )
~r

pq

b. p  ( q  ~r )
q(pr)

pr

Penyelesaian :

a. Ada 2 premis, masing-masing p  ( q  r ) dan ~r. Kesimpulannya adalah p  q.


Tabel kebenaran hipotesa dan kesimpulan tampak pada Tabel 5.1.
p q r qr p(qr) ~r p q
B B B B B S B
B B S B B B B
B S B B B S B
B S S S B B B
S B B B B S B
S B S B B B B
S S B S S S S
S S S S S B S

Baris kritis adalah Baris 2, 4 dan 6 (baris yang semua premisnya bernilai B). Pada
baris-baris tersebut, kesimpulannya juga bernilai B. Sehingga argumen tersebut valid.

atau tanpa tabel pembuktiannya adalah sebagai berikut.

Akan ditunjukkan ((p  (q  r))  ~r )  p  q merupakan suatu tautologi.


Diandaikan ((p  (q  r))  ~r )  p  q bernilai salah, maka
((p  (q  r))  ~r ) benar (i) dan p  q salah (ii)
dari (i) didapat ~ r benar, maka r salah (iii)
(p  (q  r) benar (iv)
dari (ii) didapat p  q salah, maka p salah dan q salah (v)
substitusikan (iii) dan (v) ke (iv) didapat (p  (q  r) bernilai salah, kontradiksi.
Terbukti ((p  (q  r))  ~r )  p  q tautologi atau argumen tersebut valid.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


33
b. Hipotesanya adalah p  (q  ~r) dan q  (p  r). Kesimpulannya adalah p  r.
Tabel kebenaran tampak pada Tabel 5.2

p q r ~r q  ~r pr p  (q  ~r) q  (p  r) pr


B B B S B B B B B
B B S B B S B S S
B S B S S B S B B
B S S B B S B B S
S B B S B S B S B
S B S B B S B S B
S S B S S S B B B
S S S B B S B B B

Baris kritis adalah baris ke 1, 4, 7, dan 8. Pada baris ke-4 (baris kritis) nilai
kesimpulannya adalah S. Sehingga argumen tersebut invalid.

A. Metode-Metode Inferensi

Dalam sub-bab ini dipelajari beberapa metode-metode inferensi, yaitu teknik untuk
menurunkan kesimpulan berdasarkan hipotesa yang ada, tanpa menggunakan tabel.
Beberapa metode inferensi untuk menentukan kevalidan adalah sebagai berikut :

1. Modus Ponens
Perhatikanlah implikasi p  q yang diasumsikan bernilai benar. Apabila selanjutnya
diketahui bahwa anteseden (p) benar, maka agar implikasi p  q benar, maka q juga harus
bernilai benar. Inferensi seperti itu disebut Modus Ponens.

Secara simbolik, Modus Ponens dapat dinyatakan sebagai berikut :


pq
p atau dapat ditulis dengan ((p  q)  p)  q
q

Contoh 5.2

Premis 1 : Jika digit terakhir suatu bilangan x adalah 0, maka x habis dibagi 10.
Premis 2 : Digit terakhir bilangan 100 adalah 0
 100 habis dibagi 10.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


34
2. Modus Tollens
Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Ponens, hanya saja hipotesa kedua
dan kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesa pertama modus ponens. Hal ini
mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya.

Secara simbolik, bentuk inferensi Modus Tollens adalah sebagai berikut :

pq
~q atau dapat ditulis dengan ((p  q)  ~q)  ~p
 ~p

Contoh 5.3

Jika Zeus seorang manusia, maka ia dapat mati


Zeus tidak dapat mati
 Zeus bukan seorang manusia

3. Penambahan Disjungtif
Inferensi Penambahan Disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu pernyataan dapat
digeneralisasikan dengan penghubung “”. Alasannya adalah karena penghubung “”
bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar.

Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut: “Monik suka jeruk” (bernilai benar).
Pernyataan tersebut tetap bernilai benar jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung
“”. Jadi pernyataan “Monik suka jeruk atau durian” juga tetap bernilai benar dan tidak
tergantung pada suka/tidaknya Monik akan durian.

Bentuk simbolis metode Inferensi Penambahan Disjungtif adalah sebagai berikut :


a. p
pq
b. q
pq

Contoh 5.4

Simon adalah siswa SMU ( Sekolah Menegah Umum )


 Simon adalah siswa sekolah menengah ( SMU atau SMP )

4. Penyederhanaan Konjungtif
Inferensi Penyederhanaan Konjungtif merupakan kebalikan dari Penambahan
Disjungtif. Jika beberapa pernyataan dihubungkan dengan penghubung “”, pernyataan
tersebut dapat diambil salah satunya secara khusus. Penyempitan pernyataan ini
merupakan kebalikan dari Penambahan Disjungtif yang merupakan perluasan suatu
pernyataan.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


35
Bentuk simbolis metode Inferensi Penyederhanaan Konjungtif adalah sebagai berikut :
a. p  q
p
b. p  q
q

Contoh 5.5

Lina menguasai bahasa Inggris dan Prancis.


 Lina menguasai bahasa Inggris.

Penghubung “dan” dalam hipotesa di atas berarti bahwa Lina menguasai bahasa
Inggris dan sekaligus bahasa Prancis, sehingga secara khusus dapat dikatakan bahwa Lina
menguasai bahasa Inggris.

5. Silogisme Disjungtif
Prinsip dasar Silogisme Disjungtif adalah kenyataan bahwa jika kita diperhadapkan
pada satu diantara 2 pilihan yang ditawarkan (A atau B), sedangkan kita tidak memilih A,
maka satu-satunya pilihan yang mungkin adalah memilih B.

Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Disjungtif adalah sebagai berikut :
a. p  q
~p
q
b. p  q
~q
p

Contoh 5.6

Kunci kamarku ada di sakuku atau tertinggal di rumah.


Kunci kamarku tidak ada di sakuku
 Kunci kamarku tertinggal di rumah

6. Silogisme Hipotesis
Prinsip inferensi Silogisme Hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika
implikasi p  q dan q  r keduanya bernilai benar, maka implikasi p  r bernilai benar
pula.

Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Hipotesis adalah sebagai berikut :
pq
qr
pr

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


36
Contoh 5.7

Jika 18486 habis dibagi 18, maka 18486 habis dibagi 9


Jka 18486 habis dibagi 9, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9
 Jika 18486 habis dibagi 18, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9.

7. Dilema (Pembagian Dalam Beberapa Kasus)


Kadang-kadang, dalam pernyataan yang dihubungkan dengan penghubung “”,
masing-masing pernyataan dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama. Berdasarkan hal
itu maka suatu kesimpulan dapat diambil.

Secara simbolis, bentuk metode inferensi Dilema adalah sebagai berikut :

pq
pr
qr
r

Contoh 5.8

Nanti malam ayah mengajak Adi nonton atau mengajak Adi makan di restoran.
Jika ayah mengajak Adi nonton, maka Adi akan senang.
Jika ayah mengajak Adi makan di restoran, maka Adi akan senang.
 Nanti malam Adi akan senang.

8. Konjungsi
Inferensi Konjungsi sebenarnya sudah dibahas pada Bab II. Jika ada 2 pernyataan
yang masing-masing benar, maka gabungan kedua pernyataan tersebut dengan
menggunakan penghubung “  ” ( Konjungsi ) juga bernilai benar.

Bentuk inferensi dengan Konjungsi adalah sebagai berikut :


p
q
pq

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


37
Tabel 5.3. Metode-metode Inferensi dalam Matematika
ATURAN BENTUK ARGUMEN SIMBOLISME LOGIKA
pq
Modus Ponen p ((p  q)  p)  q
 q
pq
Modus Tollen ~q ((p  q)  ~q)  ~p
 ~p
p q ppq
Penambahan Disjungtif
pq pq qpq
Penyederhanaan pq pq pqp
Konjungtif p q pqq
pq pq
((p  q)  ~p)  q
Silogisme Disjungtif ~p ~q
((p  q)  ~q)  p
q p
pq
Silogisme Hipotesis qr ((p  q)  (q  r))  p  r
pr
pq
pq
Dilema ((p  q)  (p  q)  (q  r))  r
qr
r
p
Konjungsi q (p  q)  (p  q)
pq

Contoh 5.9

Pada suatu hari, anda hendak pergi ke kampus dan baru sadar bahwa anda tidak memakai
kacamata. Setelah mengingat-ingat, ada beberapa fakta yang anda pastikan kebenarannya :
a. Jika kacamataku ada di meja dapur, maka aku pasti sudah melihatnya ketika sarapan
pagi.
b. Aku membaca koran diruang tamu atau aku membacanya didapur.
c. Jika aku membaca koran di ruang tamu, maka pastilah kacamata kuletakkan di meja
tamu.
d. Aku tidak melihat kacamataku pada waktu sarapan pagi.
e. Jika aku membaca buku di ranjang, maka kacamata kuletakkan di meja samping
ranjang.
f. Jika aku membaca koran di dapur, maka kacamataku ada di meja dapur.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, tentukan dimana letak kacamata tersebut !

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


38
Penyelesaian :

Untuk memudahkan pemahaman dan penggunaan hukum-hukum inferensi, maka


pernyataan-pernyataan tersebut lebih dulu dinyatakan dalam simbol-simbol logika.

Dimisalkan:
p : Kacamataku ada di meja dapur
q : Aku melihat kacamataku ketika sarapan pagi
r : Aku membaca koran di ruang tamu
s : Aku membaca koran di dapur
t : Kacamataku kuletakkan di meja tamu
u : Aku membaca buku di ranjang
w : Kacamataku kuletakkan di meja samping ranjang

Dengan simbol-simbol tersebut maka fakta-fakta di atas dapat ditulis sebagai berikut :
a. p  q
b. r  s
c. r  t
d. q
e. u  w
f. s  p
Inferensi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. p  q fakta (a)
~q fakta (d)
 ~p dengan Modus Tollen

2. s  p fakta (f)
~p kesimpulan dari (1)
 ~s dengan Modus Tollen

3. r  s fakta (b)
~s kesimpulan dari (2)
r dengan Silogisme Disjungtif

4. r  t fakta (c)
r kesimpulan dari (3)
t dengan Modus Ponen

Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu

Perhatikan bahwa untuk mencapai kesimpulan akhir, tidak semua fakta dipergunakan.
Dalam Contoh 5.9, fakta (e) tidak dipergunakan. Hal ini tidak menjadi masalah selama
penurunan dilakukan dengan menggunakan inferensi yang benar.

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


39
Contoh 5.10

Buktikan kevalidan Argumen di bawah ini


pq
(pq)r
r

Penyelesaian :
Dengan menggunakan prinsip-prinsip inferensi logika

1. p  q premis
p penyederhanaan konjungtif

2. p hasil dari (1)


pq penambahan disjungtif

3. (p  q)  r hipotesa
(p  q) hasil dari (2)

r Modus Ponen

Terbukti bahwa Argumen


pq
(pq)r
r
merupakan argumen yang valid

SOAL-SOAL LATIHAN BAB V

1. Gunakan prinsip inferensi untuk menurunkan ~s dari premis-premis :


(s  q)  p ; ~a ; p  a

2. Tentukan apakah argumen-argumen berikut valid atau tidak.


a. p  q
~p
 ~q
b. p  q
qr
 (p  q)  (q  r)
c. p  (q  ~r)
q  (q  r)
 pr
3. Perhatikan premis-premis di bawah ini :
a. Jika saya belajar atau jika saya jenius, maka saya akan lulus ujian Matematika.
b. Saya tidak diizinkan untuk mengambil mata kuliah Matematika Diskrit.
LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1
40
c. Jika saya lulus ujian Matematika, maka saya diizinkan untuk mengambil mata
kuliah Matematika Diskrit.
d. Saya tidak belajar
Misalkan :
b : Saya belajar
j : saya jenius
m : saya lulus ujian Matematika
s : Saya diizinkan mengambil mata kuliah Matematika Diskrit
Nyatakan kalimat-kalimat di atas dengan simbol-simbol logika !
Apakah saya belajar ?
4. Dalam sebuah pulau terpencil hanya hidup 2 jenis manusia. Jenis pertama adalah kaum
Kesatria yang selalu mengatakan kebenaran, dan jenis kedua adalah kaum Penjahat
yang selalu mengatakan kebohongan. Suatu hari, Anda mengunjungi pulau tersebut
dan berbicara dengan 2 orang penduduk pulau tersebut (X dan Y).
X berkata : Y adalah seorang kesatria
Y berkata : X dan saya mempunyai jenis yang berlawanan
Jenis apakah X dan Y ?

5. Ulangi Soal 3 jika X dan Y masing-masing berkata :


a. X : Kami berdua adalah Kesatria
Y : X adalah penjahat

b. X : Kami berdua adalah penjahat


Y tidak berbicara apapun

c. X : Y adalah penjahat
Y : X adalah penjahat

LOGIKA DAN KALKULUS/ MODUL 1


41

Anda mungkin juga menyukai