Anda di halaman 1dari 13

LOGIKA MATEMATIKA

MATA KULIAH KAPITA SELEKTA MATEMATIKA MENENGAH

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 2
RAIHANAH RAFIDAH (A1I120108)
JUMARNI (A1I120095)
YULI (A1I120119)
CALAN WIJAYA (A1I120086)
LA ODE NURUL RAHMID (A1I120097)
NYOMAN KRISTIANTI (A1I120105)
DIAN (A1I120087)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
A. MATERI
1. Pengertian Logika dan Pernyataan
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani 'logos' yang berarti
kata,ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan.
Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji
penurunan-penurunankesimpulan yang sahih (valid, correct) dan yang tidak
sahih (tidak valid, incorrect).
Pernyataan (argumen) adalah kalimat yang memiiki nilai benar atau
salah, tetapi tidak sekaligus benar atau salah.
2. Perakit atau Perangkai
a. Negasi
Negasi (ingkaran) adalah pernyataan tunggal yang menggunakan
perakit “tidak”. Jika p menunjukkan suatu pernyataan, maka negasi
yang dinotasikan "∼" memiliki tabel kebenaran sebagai berikut.

b. Konjungsi
Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan
perakit "dan". Jika p dan q menunjukkan suatu pernyataan, maka
konjugsi yang dinotasikan ∧memiliki tabel kebenaran sebagai berikut.

c. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan perakit
"atau". Jika p dan q menunjukkan suatu pernyataan, maka disjungsi
yang dinotasikan "∨" memiliki tabel kebenaran sebagai berikut.
d. Implikasi
Implikasi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan perakit
“jika…maka…”. Jika p dan q menunjukkan suatu pernyataan, maka
disjungsi yang dinotasikan "⇒" memiliki tabel kebenaran sebagai
berikut.

Dari suatu implikasi p ⇒q dapat dibentuk pernyataan majemuk:


q ⇒ p konvers p ⇒q
∼ p ⇒ ∼ q invers p ⇒q
∼ q ⇒ ∼ p invers p ⇒q
e. Biimplikasi
Biimplikasi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan perakit “…
jika dan hanya jika…”. Jika p dan q menunjukkan suatu pernyataan,
maka disjungsi yang dinotasikan "⇔" memiliki tabel kebenaran sebagai
berikut.

3. Pernyataan Berkuantor dan Negasinya


a. Kalimat terbuka, Pernyataan dan kuantor
Wheeler (1977:23) menyatakan: “Quantifiers are most useful in
rewriting assertions that cannot be classified as true or false … so that
they can be classified either as true or false.” yang dapat diterjemahkan
menjadi: “Kuantor sangat berguna dalam mengubah kalimat berita yang
tidak dapat dinyatakan bernilai benar atau salah … sedemikian
sehingga kalimat berita tersebut dapat dikategorikan sebagai kalimat
yang bernilai benar saja atau salah saja.”
Menurut jenisnya kuantor dibedakan menjadi 2, yaitu:
 Kuantor Universal (kuantor umum)
Kuantor jenis ini mempunyai lambang ∀ dan dibaca “untuk setiap”
atau “untuk semua”. Misalkan p(x) adalah suatu kalimat terbuka,
pernyataan ∀x. p(x) dibaca “untuk setiap x berlaku p(x)” atau “untuk
semua x berlaku p(x)”.
Contoh:
Jika p(x) adalah “x + 4 > 1” dengan x adalah peubah pada himpunan
bilangan bulat B maka (∀× ∈ B) p(x) adalah (∀× ∈ B) x + 4 > 1 dan
dibaca: “Untuk setiap bilangan bulat x berlaku x + 4 > 1.”
Pernyataan ini bernilai salah, karena jika x-nya diganti dengan
bilangan bulat –5 misalnya akan didapat pernyataan –5 + 4 > 1 yang
bernilai salah.
Negasi Pernyataan Berkuantor Universal
Misalkan S sebuah himpunan dan p(x) suatu kaliamat terbuka yang
mungkin berlaku benar atau tidak berlaku benar untuk anggota-
anggota x dalam S. Negasi dari x dalam S, p(x) adalah x dalam S
sedemikian hingga tidak p(x).
Secara umum negasi pernyataan kuantor universal dapat dinyatakan
sebagai berikut :

Pernyataan Negasi
x p(x) ̴ [x p(x)] ≡ x [ ̴ p(x)]

 Kuantor Eksistensial (kuantor khusus)


Kuantor jenis ini mempunyai lambang ∃ dan dibaca “beberapa”,
“terdapat”, atau “ada”. Jika dimisalkan p(x) adalah suatu kalimat
terbuka maka ∃x p(x) dibaca “untuk beberapa x berlaku p(x)” atau
“ada x sedemikian sehingga berlaku p(x)”.
Contoh:
“Terdapat bilangan asli x sedemikian sehingga x 2−5 x+ 6=0” atau
“Beberapa bilangan asli x memenuhi x 2−5 x+ 6=0.”
Dengan demikian, untuk menentukan nilai kebenaran suatu
pernyataan berkuantor eksistensial adalah cukup dengan
menunjukkan adanya satu anggota Himpunan Semesta yang
memenuhi. Karena dapat ditunjukkan bahwa untuk x = 2 atau x = 3
memenuhi persamaan x 2−5 x+ 6=0 sehingga dapat disimpulkan
bahwa pernyataan berkuantor eksistensial “Beberapa bilangan asli x
memenuhi x 2−5 x+ 6=0,” memiliki nilai benar.
Negasi Pernyataan Berkuantor Eksistensial
Misalkan S sebuah himpunan dan p(x) adalah suatu kalimat terbuka
yang mungkin benar atau tidak benar untuk anggota-anggota x dalam
S. Maka negasi dari x dalam S sedemikian sehingga berlaku p(x)
adalah x dalam S, tidak p(x).
Secara umum negasi pernyataan kuantor eksistensial dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Pernyataan Negasi
x p(x) ̴ (x p(x)) ≡ x ̴p(x)
b. Negasi pernyataan berkuantor lebih dari satu peubah
Ada empat variasi untuk pernyataan berkuantor dengan dua peubah
(Bunarso Tanuatmodjo, 1987:45–46) beserta artinya yaitu:
 ∀x ∀y p(x, y): “Untuk setiap x dan untuk setiap y berlaku p(x,y).”
 ∀x ∃y p(x, y): “Untuk setiap x, ada y sehingga berlaku p(x,y).”
 ∃x ∀y p(x, y): “Ada x sehingga untuk setiap y berlaku p(x,y).”
 ∃x ∃y p(x, y): “Ada x dan ada y sehingga berlaku p(x,y).”
Negasi dari kuantor yang memuat lebih dari satu peubah menggunakan
pola yang sama dengan negasi pernyataan berkuantor dengan satu
peubah, yaitu:
Pernyataan Negasi
∀x p(x) ~ (∀x p(x)) ≡∃x ~p(x)
∃x p(x) ~ (∃x p(x) ≡∀x ~p(x)

~ [ ∃x ∀y p(x, y) ] ≡ ~ [ ∃x {∀y p(x,y)}]


≡ ∀x ~[∀y p(x,y)]
≡ ∀x ∃y ~p(x,y).

~ [ ∃x ∀y (p(x) ⇒ q(y))] ≡ ∀x ∃y ~[p(x) ⇒ q(y)]


≡ ∀x ∃y (p(x) ∧ ~q(y)).

Contoh: (∀x ∈ A)(∃y ∈ A) x < y.


Dibaca “Untuk setiap bilangan asli x ada bilangan asli y sedemikian
sehingga x < y”. Untuk x = 10 misalnya dapat ditentukan y = 12 yang
memenuhi x < y. Begitu juga untuk nilai x lainnya, dapat ditentukan
nilai y yang memenuhi x < y. Dengan demikian, untuk setiap nilai x,
dapat ditentukan satu atau lebih nilai y yang memenuhi x < y. Karena
itu, pernyataan ini bernilai benar.

4. Tautologi, Kontradiksi, Ekuivalensi


a. Tautologi
Tautologi adalah pernyataan komposit yang selalu bernilai benar.
Contoh:
p = 2 + 2 = 4 atau ~p = 2 + 2 ≠ 4
Maka p ∨ ~p = 2 + 2 = 4 atau 2 + 2 ≠ 4 bernilai benar.

b. Kontradiksi
Kontradiksi adalah pernyataan komposit yang selalu bernilai salah.
Contoh:
p = 2 + 2 = 4 dan ~p = 2 + 2 ≠ 4
Maka p ∧ ~p = 2 + 2 = 4 dan 2 + 2 ≠ 4 bernilai salah.

c. Ekuivalensi
Dua buah pernyataan dikatakan ekuivalen jika kedua pernyataan
tersebut memiliki nilai kebenaran yang sama.
Pernyataan p dan q tersebut harus mengandung variabel yang sama,
setiap komponen p dan q memiliki nilai kebenaran yang sama.
Sehingga dua pernyataan yang ekuivalen logik merupakan suatu
bikonditional yang benar. Dengan kata lain p dan q ekuivalen jika dan
hanya jika bikonditional p ⇔ q merupakan suatu tautologi. Sehingga P
ekuivalen Q dinotasikan dengan “p ⇔ q” atau “p ≡ q”.
Teorema 1 : jika p, q dan r suatu pernyataan dan B, S masing-masing
menyatakan benar dan salah, maka berlaku:

Contoh:
Jika p adalah pernyataan "Saya sudah makan.", maka ~p adalah
pernyataan "Saya belum makan." atau "Tidak benar bahwa saya sudah
makan.", dan ~(~p) adalah pernyataan "Tidak benar bahwa saya belum
makan.". Jika p bernilai B, maka ~p bernilai S, dan ~(~p) akan bernilai
B. Dengan demikian jelaslah bahwa nilai kebenaran ~(~p) adalah sama
dengan nilai kebenaran p sendiri. Hal yang sama akan terjadi juga jika p
bernilai S. Hal ini akan mengakibatkan nilai kebenaran dari ~(~p) akan
bernilai S juga.

5. Penarikan Kesimpulan atau Argumen


Argumen terdiri dari dua bagian, yaitu bagian premis dan bagian
kesimpulan. Premis adalah pernyataan yang digunakan untuk mendapatkan
suatu konklusi. Contoh bagan suatu argumen adalah sebagai berikut:

Premis 1
Premis 2
.
Premis n
kesimpulan
Dikenal dua macam penarikan kesimpulan yang pertama adalah induksi
atau penalaran induktif dan yang kedua adalah deduksi atau penalaran
deduktif.
Contoh induksi atau penalaran induktif adalah:
Amri pada suatu saat mati.
Bani pada suatu saat mati.
Caca pada suatu saat mati.
Dudi pada suatu saat mati.
Endi pada suatu saat mati.
Fafa pada suatu saat mati.
Jadi, jika ia manusia maka ia akan mati.
Dapat juga dinyatakan dengan semua manusia akan mati.
Contoh deduksi atau penalaran deduktif adalah:
Semua manusia akan mati.
Amri manusia.
Jadi, Amri pada suatu saat akan mati.

Beberapa penarikan kesimpulan yang sahih atau valid yang akan dibahas
pada bagian ini diantaranya adalah modus ponen, modus tolen, dan
silogisme.

a. Modus ponen
Bentuk umum:
Contoh:
Jika suatu segitiga mempunyai 2 sisi yang sama panjang maka segitiga
itu sama kaki.
Pada segitiga ABC, AB = AC.
Jadi, segitiga ABC sama kaki.
b. Modus tolen
Bentuk umum:

Contoh:
Bilangan prima adalah bilangan yang faktornya adalah 1 dan dirinya
sendiri.
x mempunyai 3 faktor.
Jadi, x bukan bilangan prima.
c. Silogisme
Bentuk umum:

Contoh:
Jika x dan y adalah dua bilangan bulat berurutan maka yang satu genap
dan yang satunya lagi ganjil.
Jika salah satu bilangan genap dan yang satunya lagi ganjil maka
jumlah kedua bilangan itu ganjil.
Jadi, jika x dan y bilangan bulat berurutan maka jumlah kedua bilangan
itu ganjil.

6. Aksioma
a. Pengertian dan pernyataan pangkal
Dalam suatu struktur matematika disepakati terdapat “pernyataan
pangkal" atau biasa disebut ”aksioma" dan “pengertian atau unsur
pangkal" atau sering disebut “unsur primitif atau undefined term".
Aksioma diperlukan dalam suatu struktur matematika agar dapat
dihindarkan “berputar-putar dalam pembuktian" atau “circulus in
probando". Sedangkan unsur primitif dalam suatu struktur matematika
perlu untuk menghindarkan “berputar-putar dalam pendefinisian" atau
“circulus in definiendo".
Hal tersebut sekaligus menunjukkan bahwa kebenaran suatu pernyataan
dalam matematika sangat tergantung pada kebenaran pernyataan-
pernyataan dan unsur-unsur terdahulu yang telah diterima sebagai
benar/disepakati. Ini jelas menunjukkan bahwa dalam matematika
dianut kebenaran koherensi atau kebenaran konsistensi.
Contoh yang mudah diingat dan dipahami dapat diambil dari Geometri
Euclides, misalnya:
1. titik, garis dan bidang dipandang sebagai unsur primitif;
2. melalui dua buah titik ada tepat sebuah garis lurus yang dapat
dibuat, sebagai salah satu aksioma.
b. Pernyataan bukan pangkal
Pernyataan lain yang dapat diturunkan dari aksioma ataupun teorema
sebelumnya. Pada umumnya suatu teorema dapat dinyatakan sebagai
suatu implikasi (Jika…maka…).
Jadi, suatu teorema atau suatu sifat tertentu dapat saja diperoleh melalui
langkah-Iangkah induktif, baru kemudian dibuktikan kebenarannya
dengan cara deduktif. Sifat-sifat suatu barisan dapat saja "ditemukan"
secara coba-coba, baru kemudian dapat dibuktikan kebenarannya
dengan menggunakan induksi matematika. Demikian juga beberapa
sifat atau teorema dalam teori jaringan atau graph
Telah dikemukakan bahwa pada umumnya suatu teorema berupa suatu
implikasi. Namun ada juga yang berupa biimplikasi. Berbeda dengan
definisi, kalimatnya selalu harus diartikan sebagai suatu biimplikasi.
Dalam pembicaraan teorema, termasuk di dalamnya “lemma” dan
“corrolary”.
Contoh:
Perhatikan teorema berikut “Sudut-sudut alas suatu segitiga samakaki
sama besarnya”. Pemyataan tersebut dapat diubah menjadi: “Jika
sebuah segitga samakaki maka sudut-sudut alasnya sama”. Dengan
bentuk pernyataan “Jika…maka…” ini lebih mudah menentukan unsur-
unsur teorema tersebut, yaitu:
1. latar belakangnya adalah segitiga,
2. hipotesisnya adalah segitiga samakaki , dan
3. konlusinya adalah sudut-sudut alasnya sama.
Dari contoh di atas jelas bahwa hipotesis suatu teorema adalah bagian
yang dianggap diketahui. sedangkan konklusi suatu teorema adalah
bagian yang akan dibuktikan kebenarannya.

7. Bukti Langsung dan Bukti Tidak Langsung


Bukti (proof) adalah argumen dari suatu premis ke suatu kesimpulan yang
dapat meyakinkan orang lain agar dapat menerima kesimpulan baru
tersebut. Dikenal dua prosedur pembuktian, yaitu bukti langsung (direct
proof) dan bukti tak langsung (indirect proof).
a. Bukti langsung (direct proof)
Pembuktian langsung biasanya menggunakan sillogisma berbentuk p ⇒
q, q ⇒ r, r ⇒ s, … , y ⇒ z sehingga disimpulkan p ⇒ z seperti yang
harus dibuktikan.
Contoh:
Buktikan bahwa jika a + c = b + c, maka a = b
b. Bukti tidak langsung (indirect proof).
Menurut Cooney, Davis, dan Henderson (1975:313), pembuktian tak
langsung adalah strategi yang sangat hebat karena penalaran tersebut
dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran
hampir semua pernyataan. Borrowski dan Borwein (1989:289)
menyatakan bahwa : “Indirect proof is a common mathematical term
for reductio ad absurdum”. Bentuk reductio ad absordum ini dikenal
juga sebagai penalaran melalui kontradiksi.
Contoh :
Buktikan φ ⊂ A
Bukti:
Misalkan φ ⊄ A. Langkah ini memisalkan ingkaran atau negasi yang
akan dibuktikan, sehingga disebut pembuktian tak langsung. Pernyataan
φ ⊄ A, mengandung arti bahwa ada anggota himpunan kosong φ yang
tidak menjadi anggota himpunan A. Suatu keadaan yang tidak mungkin
terjadi, karena φ tidak mempunyai anggota. Dengan keadaan yang
kontradiksi ini, dapat disimpulkan bahwa pemisalan tadi bernilai salah.
Artinya pernyataan φ ⊄ A bernilai salah, yang benar adalah φ ⊂ A.

8. Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan pembuktian dengan penalaran deduktif
(deduksi) yaitu: “Jika P(n) merupakan pernyataan yang didefinisikan untuk
setiap bilangan asli n ≥ p. Jika dapat ditunjukkan P(p) bernilai besar, dan
dapat dibuktikan bahwa P(k + 1) bernilai benar jika P(k) bernilai benar,
maka P(n) adalah benar untuk semua n ≥ k. Secara skematis, langkah-
langkah pembuktian menggunakan induksi matematika adalah sebagai
berikut.

B. SOAL-SOAL DAN PENYELESAIANNYA


1.

Anda mungkin juga menyukai