Anda di halaman 1dari 8

BAB VIII KESIMPULAN A.

Pengertian Kesimpulan atau Konklusi Kesimpulan atau conclusion (Inggris),


conclusion (Latin), seakar dengan kata concludere (menyimpulkan) yang berasal dari kata con
(dengan) dan claudere (menutup). Kesimpulan dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang ditarik
dari pernyataan-pernyataan yang lain. Pengertian lainnya adalah pernyataan yang merupakan
konsekuensi logis dari premis-premis pada sebuah argumen. Kesimpulan sering ditunjukkan oleh
kata-kata atau simbol-simbol seperti: karena itu, maka, oleh sebab itu, jadi,, akibatnya,
menyimpulkan, ini membuktikan bahwa, ini menunjukkan bahwa, atau oleh karenanya. 107 inferensi
(inference) adalah penalaran yang didasarkan pada pengetahuan yang telah dimiliki untuk
menghasilkan sebuah pemikiran berupa pengetahuan baru. Pengetahuan baru tersebut dinamakan
Kesimpulan (konsekuen, conclution). Untuk menghasilkan uah kesimpulan yang benar, yang harus
diperhatikan adalah Penyimpulan atau 107 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 456-457 Pengantar Logika |
151

kebenaran serta ketepatan premis-premis yang dibangun sebelumnya serta kelurusan penalaran itu
sendiri meniscayakan adanya hubungan logis antara premis dan kesimpulan. Penyimpulan langsung
ini merupakan proses menyimpulan suatu putusan baru (kesimpulan) dengan menggunakan subjek
dan predikat yang sama. yang Rumusan kesimpulan dapat dibedakan berdasarkan bahan atau
materi, kuantitas atau luas, kualitas, atau hubungan subjek dan predikatnya. Berdasarkan materinya,
sebuah kesimpulan dapat bersifat analitis atau sintetis, berdasarkan kuantitasnya dapat bersifat
universal, partikular, atau singular, berdasarkan kualitasnya dapat bersifat positif atau negatif, dan
berdasarkan hubungan antara subjek dan predikatnya dapat berbentuk simpulan kategoris,
hipotetis, atau disjungtif. Dalam setiap rumusan kesimpulan, terdapat empat unsur pokok. Keempat
unsur pokok tersebut adalah pangkal pikir, konsekuen, konsekuensia, dan validitas. Pangkal pikir
disebut juga dengan anteseden atau premis. Anteseden berarti pernyataan yang mendahului yang
dalam kerangka premis tertuang dalam premis mayor dan premis minor. Pangkal pikir adalah
pengetahuan yang digunakan sebagai dasar bagi terbentuknya pengetahuan yang lain. Konsekuen
adalah pengetahuan baru yang diperoleh dari anteseden. Dengan kalimat lain, konsekuen adalah
kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang mendahuluinya. Proses penarikan penyimpulan
Konsekuensia adalah hubungan antara premis dengan kesimpulan sebagai prasyarat proses
penyimpulan itu sendiri. Sebuah kesimpulan dinyatakan valid jika bentuknya lurus dan merupakan
konsekuensi logis atas dasar anteseden atau premisnya. Jika tidak demikian, yaitu tidak merupakan
konsekuensi dari premis atau antesedennya serta tidak ditemukan adanya hubungan di antara
premis dengan kesimpulan disebut atau penalaran. Pengantar Logika | 152

kesimpulan, maka kesimpulan dinilai tidak sah atau invalid. Dengan demikian, sebuah kesimpulan
yang baik akan menghasilkan kesimpulan yang benar, dan kesimpulan yang benar memiliki titik tolak
dan premis yang benar pula. Berdasarkan jumlah premis yang mendahuluinya, inferensi dibedakan
pada inferensi langsung (immediate inference) dan inferensi tidak langsung (mediate inference).
Inferensi langsung adalah inferensi yang kesimpulannya dibangun dari satu premis, sementara
inferensi tidak langsung adalah inferensi yang kesimpulannya dibangun dari dua atau lebih premis-
premis. B. Kesimpulan Langsung langsung dibedakan penalaran oposisi dengan penalaran eduksi.108
Kesimpulan pada bentuk 1. Penalaran Oposisi Oposisi adalah penyimpulan yang diambil dari
hubungan benar dan salah yang terdapat antara salah satu dari dua proposisi atau putusan yang
mempunyai subjek dan predikat yang sama, tetapi berbeda dalam kuantitas dan atau kualitasnya.
Kedudukan oposisi menempati posisi urgen dalam sistem penalaran sebab apabila dalam dua
putusan terdapat perlawanan, maka putusan oposisinya dapat ditarik kesimpulan mengenai
kebenaran atau kekeliruan putusan sebelumnya. Contoh dalam sebuah diskusi, peserta A
menyatakan: "sekarang ini kita tidak mungkin menemukan ada pejabat egara yang amanah".
Kemudian peserta B merespon dengan menyatakan: "saya sependapat dengan anda, memang benar
sekarang ini semua pejabat negara selalu korup". Kedua Sebagai perbandingan, untuk selanjutnya
lihat Mundiri, Logika...., 73-96. Pengantar Logika | 153

pernyataan yang tampak sama itu tidak disetujui peserta C, dan menyatakan: "Saya tidak
sependapat dengan anda berdua Tidak semua pejabat negara tidak amanah atau korup. Memang
kebanyakan demikian, tetapi tidak seluruhnya. Ada di antara mereka yang amanah sekalipun
jumlahnya hanya sedikit." Oposisi dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu kontraris
(berlawanan), (bertentangan), subkontraris, dan subalternation (bawahan). kontradiktoris a.
Kontradiktoris Kontradiktoris adalah perlawanan antara dua putusan, dengan subjek dan predikat
yang sama, satu putusan hanya menyangkal atau melawan (kontra) putusan atau pernyataan
(dictum) lain. Kontradiktoris disebut juga dengan pertentangan penuh, tanâqudh, yaitu
pertentangan antara kuantitas dan kualitasnya. Perlawanan ini terdapat dalam proposisi A - O dan E-
I. Perlawanan dalam bentuk kontradiktoris memiliki kekuatan untuk menjatuhkan sebuah
pernyataan universal "semua S = P" dengan menunjukkan kontradiksinya. Jika dikatakan hanya
sedikit di antara pejabat negara yang bersifat amanah, maka pernyataan bahwa seluruh pejabat
negara adalah korup merupakan pernyataan yang salah. Contoh lainnya: Proposisi: "Semua kegiatan
akademis di Perguruan Tinggi encerminkan karakteristik kepesantrenan", bertentangan dengan
proposisi: "Sebagian kegiatan akademis di Perguruan Tinggi ini tidak mencerminkan karakteristik
kepesantrenan". Contoh ini adalah bentuk perlawanan dalam proposisi A - O.

Proposisi: "Semua kegiatan akademis di Perguruan Tinggi ini tidak mencerminkan karakteristik
kepesantrenan" bertentangan dengan proposisi: "Sebagian kegiatan 4 akademis karakteristik
kepesantrenan". Contoh ini adalah bentuk perlawanan dalam proposisi E - 1 Perguruan Tinggi ini
mencerminkan b. Kontraris Kontraris adalah bentuk perlawanan yang terdapat di antara dua
putusan universal (A dan E), memiliki subjek dan predikat yang sama, tetapi kualitasnya berbeda.
Putusan- putusan yang berlawanan tersebut tidak mungkin keduanya sekaligus benar. Yang paling
mungkin adalah, jika yang satu benar maka yang lain pastilah salah. Sebaliknya, jika yang satu salah
maka yang lain pastilah benar. Kemungkinan ketiganya adalah keduanya dapat salah dan tidak
mungkin keduanya benar sebab kebenaran tidak dapat ditemukan dari pernyataan yang sejak awal
sudah kontra atau berlawanan. Perlawanan yang terjadi di antara proposisi A E ini, memiliki
interpretasi jika proposisi yang satu benar, proposisi yang lain pasti salah. Jika proposisi yang satu
salah, proposisi yang lain mungkin salah, mungkin juga benar. Dengan kalimat ain, dengan
karakternya yang kontra, kedua proposisi tersebut tidak mungkin sama-sama benar, yang mungkin
adalah sama- Sama salah. Jika dikatakan bahwa semua peserta mengikuti pelatihan kaderisasi
muballigh, maka menyatakan bahwa semua peserta tidak mengikuti pelatihan kaderisasi muballigh,
merupakan proposisi yang kontra. proposisi yang Contoh lainnya:

A :Semua santri sedang melaksanakan istighasah E Semua santri tidak sedang melaksanakan
istighasah. C. Subkontraris Subkontraris adalah perlawanan yang terdapat dalam dua putusan
partikular (I dan 0), memiliki subjek dan predikat yang subkontraris ini, jika salah satu putusan salah,
maka putusan lainnya benar. Tetapi jika yang satu benar, maka yang lain dapat benar dan juga dapat
salah. Di sini terdapat kemungkinan sama-sama benar. Karena kenungkinan putusan lainnya dapat
benar itulah maka perlawanan ini dinamakan subkontraris atau kurang perlawanan. Contoh: sama,
tetapi kualitasnya berbeda. Dari putusan I :Sebagian mahasiswa kelas ini lulus dalam ujian
komprehensif Sebagian mahasiswa kelas ini tidak lulus dalam ujian komprehensif O : d. Sub
Alternation Subalternation merupakan perlawanan di antara dua putusan yang mempunyai subjek
dan predikat yang sama, kualitasnya sama, tetapi luasnya berbeda. Perlawanan bentuk ini terdapat
antara putusan A-I dan E-O. Kedua putusan tersebut dapat salah, dapat benar, atau salah satunya
benar dan yang lainnya salah. Contoh: : Semua warga melaksanakan kerja bakti :Sebagian warga
melaksanakan kerja bakti : Semua warga tidak melaksanakan kerja bakti : Sebagian warga tidak
melaksanakan kerja bakti A E

2 Penalaran Eduksi Eduksi merupakan penyimpulan langsung dari suatu proposisi kepada kesimpulan
dengan pengolahan term yang sama, yaitu dengan cara memutarbalikkan (contra position),
keterangan putar (conversion), keterangan balik (inversion), an hubungan balik (obversion).
Penalaran eduksi ini secara sederhana ada 4 macam, yaitu kontraposisi, konversi, inversi, dan
obversi. a. Kontraposisi Kontraposisi merupakan penyimpulan langsung dengan cara memutar
kedudukan subjek menjadi predikat. Inferensi ini memiliki beberapa ketentuan sebagai berikut: 1)
Term subjek pada kesimpulan merupakan kontradiksi dari term predikat 2) Kualitas yang
dikandungnya berubah 3) Tidak ada term yang tersebar 4) Predikat kesimpulan merupakan subjek
kesimpulan yang diberikan. Melalui teknik inferensi kontraposisi, polanya adalah sebagai berikut: 1)
Inferensi A menjadi E. Contoh: Indonesia adalah negara yang yang Negara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, kontraposisinya: Negara yang tidak berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah bukan
negara Indonesia 2) Inferensi E menjadi I. Contoh: Semua ajaran Pancasila tidak bertentangan denga
ajaran agama, kontraposisinya: Pengantar Logika | 157

Sebagian yang tidak bertentangan dengan ajaran agama adalah adalah ajaran Pancasila 3) Inferensi
O menjadi I. Contoh: Sebagian Doktor bukan dosen, kontraposisinya: Sebagian dosen adalah Doktor
4) Inferensi I tidak ada kontraposisinya. Pola kontraposisinya dapat dilihat dari bagan berikut: Bagan
l: Kontraposisi Putusan asal Kontraposisi (A) Semua S adalah P (E) Tidak satupun S adalah P (I)
Beberapa S adalah P (O) Beberapa S adalah tidak P Semua bukan P adalah bukan S (E) Beberapa
bukan P adalah S (1) Nihil Beberapa bukan P adalah S (1) b. Konversi Konversi merupakan
penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat dari suatu proposisi
tanpa mengubah makna yang dikandungnya. Term yang berposisi sebagai subjek dalam premis
menjadi predikat dalam kesimpulan, demikian sebaliknya, term yang berposisi sebagai predikat
dalam premis menjadi subjek dalam kesimpulan. Premisnya disebut convertend dan kesimpulannya
disebut converse. Pengantar Logika 158

Sebagai pangkal pikir, proposisinya dapat dijabarkan pada proposisi A (universal afirmatif), I
(partikular afirmatif), E (universal negatif), dan pembalikan inferensi, terdapat empat hukum sebagai
berikut: Inferensi A hanya dapat dibalik menjadi inferensi I. Contoh: Setiap mahasiswa adalah
pelajar, dibalik menjadi: Beberapa pelajar adalah mahasiswa o (partikular negatif). Dalam Inferensi E
dapat dibalik menjadi proposisi E lagi. Contoh: Anak itu bukan hak milik, dibalik menjadi: Hak milik
itu bukan anak 3 Inferensi I dapat dibalik menjadi inferensi I lagi. Contoh: 1 Beberapa dari populasi
penelitian diwawancara, dibalik menjadi: Beberapa yang diwawancara adalah populasi penelitian 4.
Inferensi O tidak dapat dibalik karena akan mengubah makna yang dikandungnya. Contoh: Ada
manusia yang bukan guru, tidak dapat dibalik menjadi: Ada guru yang bukan manusia Pola
penukarannya dapat dilihat dari bagan berikut: Bagan lI: Konversi Converse Convertend (A) Semua S
adalah P (E) Semua S adalah bukan P () Beberapa S adalah P ) Beberapa S adalah bukan P Beberapa P
adalah S (I) Semua P adalah bukan S (E) Beberapa P adalah S (I) Pengantar Logika 159

c. Inversi Inversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menegaskan subjek dan predikat
pada suatu proposisi. Inversi ini ada 2 macam, inversi penuh (full inversion) dan inversi sebagian
(partial inversion). Inversi penuh menegasikan subjek dan predikat dari proposisi semula, sementara
inversi sebagian menegasikan subjek dan menetapkan predikat dari proposisi semula. Contoh:
Semua rakyat Indonesia menganut agama, inversi penuhnya: Sebagian yang bukan rakyat Indonesia
tidak menganut agama Semua rakyat Indonesia menganut agama, inversi sebagiannya: Sebagian
yang bukan rakyat Indonesia menganut agama Inversi memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: 1)
Subjek inversi adalah kontraposisi dari subjek invertendnya 2) Dalam inversi sebagian, predikat
inversi sama dengan predikat inversi intertendnya 3) Kuantitas intertend universal dan kuantitas
inversi partikular 4) Dalam inversi penuh, kuantitats inversi sama dengan kualitas intertendnya. d.
Obversi Obversi merupakan penyimpulan langsung dengan menarik kesimpulan yang predikatnya
kontradiksi dengan ternm predikat dari anteseden atau premis asal, dengan mengubain kualitas
anteseden atau premis asalnya. Secara sederhana, obversi berarti penyimpulan melalui proses
perubahan dengan

menyangkal lawan dari suatu proposisi afirmatif. Anteseden atau premis asalnya disebut obvertend
dan inferensinya disebut obverse. Melalui teknik ini, semua proposisi tradisional dapat diobversi.
mengecualikan tetapi keduanya sama-sama membagi habis term yang mencakup keduanya. Contoh,
term "agama samawi" dengan term "agama non-samawi" keduanya saling berkontradiksi sehingga
saling mengecualikan tetapi sama- sama membagi habis term "agama". Walhasil, term "agama
samawi" bukan merupakan kontradiksi dari term "agama Kontradiksi antar term predikatnya saling
ardhi". Untuk menghasilkan inferensi yang senilai antara obversi dan obvertandnya memiliki dua
prosedur: 1) Mengubah kualitas proposisi asalnya, jika kualitasnya afirmatif maka harus dijadikan
negatif, atau sebaliknya. 2) Menggantikan term predikat dengan komplemennya. Komplemen adalah
seluruh perangkat lain di luar perangkat yang diketahui, seperti komplemen S adalah non S. Jika
term predikat dari proposisi asal adalah P, maka P harus diganti dengan non P. kalau term
predikatnya adalah non P maka diganti dengan P. Penjelasan lebih lanjut dideskripsikan berdasarkan
contoh: 1) Proposisi A Semua guru memahami Ilmu Pendidikan, diganti: Tidak ada guru tidak
memahami Ilmu Pendidikan 2) Proposisi E Tidak ada orang tua jahat kepada anaknya Semua orang
tua tidak jahat kepada anaknya

3) Proposisi l Beberapa makanan mengandung protein Beberapa makanan tidak mengandung


protein Beberapa makanan bukan makanan tak mengandung protein 4) Proposisi O Beberapa
pengajar adalah bukan Magister Beberapa pengajar adalah Magister Untuk lebih memperjelas dapat
dilihat dari bagan berikut: Bagan IlII: Obversi Obvertend Obverse Semua S adalah bukan non P (E)
Semua S adalah non P (A) (A) Semua S adalah P (E) Semua S adalah bukan P (1) Beberapa S adalah P
(O)Beberapa S adalah bukan P Beberapa S adalah bukan non P (o) Beberapa S adalah non P (I)
Kesimpulan Tidak Langsung: Silogisme Silogisme, atau syllogism (Inggris), syllogismos (Yunani) yang
berarti penggabungan atau penalaran, berasal dari kata syn yang berarti dengan atau bersama dan
logizesthai yang C. berarti menggabungkan menyimpulkan dengan penalaran. Secara terminologis,
silogisme berarti cara berargumen deduktif absah mana pun yang mempunyai dua premis dan suatu
kesimpulan. Premis-premis demikian terkait

dengan kesimpulan yang terkandung dalam premis-premis kemudian disusul dengan konklusi.
Silogisme juga berarti suatu hentuk penalaran yang memungkinkan -dengan adanya dua alimat atau
proposisi- proposisi ketiga disimpulkan secara Bentuk silogisme dapat dilihat dari contoh niscaya
darinya. berikut: 109 Semua makhluk berakal adalah berbudaya Semua mahasiswa adalah makhluk
berakal Semua mahasiswa adalah berbudaya Sebuah proposisi selalu terdiri dari dua term. Karena
silogisme terdiri dari tiga proposisi, maka dalam silogisme terdapat enam term. Pada contoh di atas,
terlihat ada tiga term yang masing-masing muncul dua kali sehingga seluruhnya menjadi enam term.
Ketiga term tersebut adalah "makhluk berakal", "berbudaya", dan "mahasiswa". Pada proposisi
pertama, term "makhluk berakal" disebut dengan term "berbudaya". Pada proposisi kedua, term
"mahasiswa" disebut dengan term "makhluk berakal". Pada proposisi ketiga, term "mahasiswa"
disebut dengan term "berbudaya" Term yang hanya muncul di antara premis-premis disebut term
tengah (middle term, terminus medius) yang dilambangkan dengan huruf M. Term yang
berkedudukan sebagai predikat dinamakan term mayor (major term) yang dilambangkan dengan
huruf P. Term yang berkedudukan sebagai term subjek disebut term minor (minor term)
dilambangkan dengan huruf S. Premis yang memuat term mayor dinamakan premis mayor dan
premis yang memuat 109 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 999-1000 | 163

term minor dinamakan premis minor. silogisme formal terdiri dari enam unsur sebagai berikut:
Dengan demikian, Term Tengah yang hanya muncul dalam Term : 1. premis-premis, satu kali dalam
premis mayor dan satu kali dalam premis minor Term Mayor Predikat dari kesimpulan 2. : Subjek
dari kesimpulan Term Minor 3. Premis Mayor : Premis yang memuat term mayor Premis yang
memuat term minor Proposisi yang dimunculkan atas dasar premis-premis dan yang memuat term
minor dan term mayor 4. Premis Minor 5. 6. Kesimpulan Secara formal, sebuah silogisme
diungkapkan dengan urutan premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Berdasarkan unsur-
unsurnya, silogisme memiliki tiga prinsip dasar. Pertama, silogisme hanya terdiri dari tiga proposisi.
Kedua, setiap proposisi terrumus dalam salah satu bentuk proposisi A, E, I, dan O. Ketiga, setiap
silogisme hanya memuat tiga term. 111 Setiap silogisme terdiri dari tiga proposisi, yaitu proposisi
yang berkedudukan sebagai premis mayor, proposisi yang berkedudukan sebagai premis minor, dan
proposisi yang berkedudukan sebagai kesimpulan. Secara praktis, penalaran silogisme seringkali
tidak dinyatakan secara lengkap, baik tidak menyatakan salah satu premisnya atau tidak menyatakan
kesimpulannya. Contoh, di hadapan para mahasiswa, seorang 110 Lihat B. Arief Sidharta, Pengantar
Logika Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah (Bandung: Refika Aditama, 2012), 44 11
B. Arief Sidharta, Pengantar Logika.., 44 .. ...

mahasiswa senior berkata: "Semua peserta seminar ini harus melakukan registrasi terlebih dahulu.
Saya sendiri sudah nlakukan registrasi". Pada penalaran ini, premis minornya tidak dinyatakan secara
eksplisit, bahwa "saya adalah peserta seminar". Contoh lainnya, seorang pembeli baju berkata:
apantas saja baju ini bagus, harganya mahal". Pada inferensi tersebut, premis mayornya tidak
dinyatakan secara eksplisit, bahwa "semua baju bagus harganya mahal". Ada pula yang
kesimpulannya yang tidak dinyatakan secara eksplisit. Contoh, "Mahasiswa adalah the agent of
change, dan kita adalah mahasiswa". Kesimpulannya, "kita adalah the agent of change. Namun
secara teoretis, rumusan silogisme harus menyatakan ketiga proposisinya secara eksplisit. Setiap
proposisi dalam silogisme merupakan salah satu bentuk dari proposisi A, E, I, dan O, yaitu: A
(universal afirmatif) E (universal negatif) Semua buku logika sulit dipahami Semua buku logika tidak
sulit dipahami Sebagian buku logika sulit dipahami Sebagian buku logika tidak sulit dipahami. :
(partikular afirmatif) O (partikular negatif) tiga term. Setiap silogisme hanya Sebagaimana pada
contoh sebelumnya: memuat Semua makhluk berakal adalah berbudaya Semua mahasiswa adalah
makhluk berakal Semua mahasiswa adalah berbudaya etiga term tersebut adalah makhluk berakal,
berbudaya, dan mahasiswa. Silogisme yang memuat lebih dari tiga term akan melahirkan kesimpulan
yang tidak sah atau invalid. Contoh:

Semua kijang memakan rumput Sebagian mobil adalah kijang Sebagían mobil memakan rumput
Pada contoh di atas terdapat empat term sebab term kijang diartikan ganda (dua term), yaitu hewan
kijang dan mobil kijang. Dua term lainnya adalah "sebagian mobil, dan term "memakan rumput".
Validitas sebuah silogisme, di samping memenuhi ketiga prinsip dasar sebagaimana dijelaskan di
atas, sebuah argumen silogisme juga harus memenuhi aksioma dan dalil yang ditetapkan dalam
silogisme.2 Aksioma silogisme terdiri dari lima, yaitu: 1. Sekurang-kurangnya satu term tengah harus
didistribusi 2. Term yang dalam kesimpulan didistribusi, harus didistribusi juga di dalam premisnya 3.
Sekurang-kurangnya satu premis harus afirmatif 4. Jika salah satu premisnya negatif, maka
kesimpulannya juga harus negatif 5. Jika kedua premisnya afirmatif, maka kesimpulannya juga harus
afirmatif. Adapun dalil silogisme terdiri dari tiga, yaitu: 1. Sekurang-kurangnya satu premis harus
universal 2. Jika salah satu premisnya partikular, maka kesimpulannya juga partikular 3. Jika premis
mayornya partikular, maka premis minornya harus afirmatif. 12 B. Arief Sidharta, Pengantar
Logika...., 46.

Silogisme terdiri dari tiga macam, yaitu silogisme kategoris, silogisme hipotetik, dan silogisme
disjungtif."3 1. Silogisme Kategoris a. Pengertian Silogisme Kategoris Silogisme kategorik adalah
silogisme yang semua proposisinya merupakan proposisi kategorik, atau pernyataan tanpa syarat.
Untuk melahirkan sebuah kesimpulan, maka pangkal pikirnya harus merupakan proposisi universal.
Sementara term minornya harus merupakan bagian dari term mayor yang dinyatakan dalam pangkal
pikir atau dapat pula merupakan permasalahan yang lain. Contoh: Semua manusia tidak lepas dari
kesalahan Semua dokter adalah manusia Pangkal pikir di sini adalah proposisi pertama sebagai
pernyataan universal yang ditandai dengan kuantifier "semua". Term semua dinyatakan untuk
menegaskan komprehensifitas keberlakuan yang ditetapkan pada proposisi tersebut. Pangkal
khususnya terdapat pada proposisi kedua yang sekalipun dinyatakan dalam proposisi universal tetapi
ada di bawah aturan proposisi pertama, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa "semua dokter
tidak lepas dari kesalahan". b. Kaidah Silogisme Kategoris Dalam silogisme kategorik, terdapat
kaidah-kaidah yang harus diperhatikan. Kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai berikut: Sebagai
perbandingan, untuk selanjutnya lihat Mundiri, Logika, 99-137

1) Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulannya juga harus partikular. Contoh: Semua
guru yang baik menginginkan kesuksesan bagi muridnya Sebagian pengajar tidak
menginginkan kesuksesan bagi muridnya Sebagian pengajar bukan guru yang baik
(Kesimpulannya tidak boleh: semua pengajar bukan guru yang baik). 2) Apabila salah satu
premis negatif, kesimpulan harus negatif juga. Contoh: Semua ahli tasawuf tidak
membiarkan hatinya kotor Sebagian saintis adalah ahli tasawuf Sebagian saintis tidak
membiarkan hatinya kotor (Kesimpulannya tidak boleh: sebagian saintis membiarkan
hatinya kotor). Contoh lainnya: Semua mahasiswa merupakan pelajar Perguruan Tinggi
Sebagian orang bukan pelajar Perguruan Tinggi Sebagian orang bukan mahasiswa 3) Dari dua
premis yang sama-sama partikular tidak sah ditarik kesimpulan karena tidak menghasilkan
kebenaran yang pasti. Contoh: Beberapa pedagang tidak jujur dalam timbangan Banyak ibu
rumah tangga adalah pedagang Banyak ibu rumah tangga yang tidak jujur dalam timbangan

Contoh lain: Beberapa perempuan cantik sombong Beberapa karyawan adalah perempuan cantik
Beberapa karyawan adalah sombong A) Dari dua premis yang menghasilkan kesimpulan dan tidak
sah karena tidak ada hubungan logis di antara keduanya. Kesimpulan dapat diambil apabila sedikit-
nya salah satu premisnya positif. sama-sama negatif, tidak Contoh: Aliran kepercayaan bukan agama
Ajaran sempalan bukan agama . (tidak ada kesimpulan) 5) Paling tidak, salah satu dari term
penengah harus tertebar atau mencakup. Jika tidak demikian, maka menghasilkan kesimpulan yang
salah. Contoh: akan Semua mahasiswa berpikir kritis Orang ini berpikir kritis Orang ini mahasiswa
Silogisme ini tidak tertebar karena yang berpikir kritis tidak hanya mahasiswa. Dengan demikian,
orang yang berpikir kritis tersebut dapat saja seorang pengacara, politikus, pejabat, dan lain-lain.
Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya.
Apabila tidak, maka kesimpulan menjadi salah. Contoh:

Islam adalah agama Kristen bukan Islam Kristen bukan agama (agama" dalam konklusi merupakan
term negatif sementara pada premisnya positif) 7) Term penengah harus bermakna sama, baik
dalam premis mayor maupun dalam premis minor. Bila term penengah bermakna ganda, kesimpulan
menjadi lain. Contoh: Guru yang paling baik adalah pengalaman Pak Arif adalah guru yang paling
baik Pak Arif adalah pengalaman 8) Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subjek, term
predikat, dan term middle. Apabila terdiri dari sebuah term, tidak dapat diturunkan konklusi, begitu
pula bila terdiri dari dua atau lebih dari tiga term. Silogisme Hipotetis Pengertian Silogisme Hipotetis
2. a. Silogisme hipotetis merupakan bentuk penalaran yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik atau pernyataan bersyarat, premis minornya merupakan proposisi kategorik yang
mengingkari atau menetapkan term anteseden atau term konsekuen premis mayornya. Dengan
adanya syarat tersebut, pengakuan atau penolakan subjek terhadap predikat tidak bersifat mutlak
tetapi bergantung pada syarat. Pengakuan atau penolakan tersebut dinyatakan oleh premis
minornya. Sebagal contohnya dapat dilihat dari proposisi berikut: Apabila penceramahnya ustadz
Rahmat, masjid akan dipenuhi mustami'

Bentuk proposisi ini mengandung syarat. Apabila syaratnya terpenuhi maka proposisinya bersifat
afirmatif atau diakui benarnya. Namun apabila syaratnya tidak terpenuhi maka proposisinya bersifat
negatif. Maknanya dapat positif atau negatif bergantung pada pemenuhan syaratnya. Bahwa mesjid
kemudian dinyatakan penuh oleh penceramahnya ustadz Rahmat). Sebaliknya, mesjid tidak dipenuhi
mustami' (apabila penceramahnya bukan ustazd Rahmat). mustami' (apabila Struktur premis mayor
dalam silogisme ini terdiri dari anteseden dan konsekuen. Anteseden adalah bagian yang berisi
syarat, sementara konsekuen adalah bagian yang berisi akibat. Pada proposisi di atas, yaitu: "Apabila
penceramahnya ustadz Rahmat, masjid akan dipenuhi mustami', bagian kalimat "Apabila
penceramahnya ustadz anteseden, sementara bagian kalimat "masjid akan dipenuhi mustami'
merupakan konsekuen. merupakan Rahmat" Bentuk penyimpulan tidak langsung berkaitan dengan
realisasi antesendennya. Contoh: Apabila penceramahnya ustadz Rahmat, masjid akan dipenuhi
mustami Sekarang penceramahnya ustadz Rahmat Maka masjid dipenuhi mustami' Dengan kalimat
lain, proposisi hipotetik mengandung hubungan pangkal yang ketergantungan antara dua bagian,
yang pertama sebagai anteseden dan kedua sebagai konsekuen. Karena terdiri atas hubungan dua
bagian, proposisi hipotetik dikategorikan pada proposisi majemuk. Hubungan ketergantungan
proposisi hipotetik dapat berupa kesetaraan, persyaratan, atau kemungkinan.

Silogisme hipotetik memiliki empat tipe, yaitu: 1) Premis minor pada silogisme hipotetik mengakui
bagian anteseden. Contoh: Jika sedang bahagia, dia suka memberi banyak hadiah Sekarang dia
sedang bahagia Dia akan memberi banyak hadiah 2) Premis minor pada silogisme hipotetik
mengakui bagian konsekuen. Contoh: Jika ujian akan dilaksanakan, dosen memberi kisi-kisi materi
Sekarang dosen memberi kisi-kisi materi Ujian akan dilaksanakan 3) Premis minor pada silogisme
hipotetik mengingkari bagian anteseden. Contoh: Jika pemerintahan memiliki kepastian hukum,
negara akan aman Sekarang pemerintahan tidak memiliki kepastian hukum Negara tidak akan aman.
4) Premis minor pada silogisme hipotetik mengingkari bagian konsekuen. Contoh: Jika manusia
berpegang teguh pada al-Qur'an dan Sunnah, maka mereka akan selamat Mereka tidak akan selamat
Mereka tidak berpegang teguh pada al-Qur'an dan Sunnah

3. Silogisme disjungtif Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya berupa proposisi
disjungtif sedangkan premis minornya merupakan proposisi kategoris yang mengakui atau
mengingkari salah satu alternatif yang disebut premis mayor. Sebagaimana pada silogisme hipotetik,
penggunaan istilah premis mayor dan premis minor bersifat analog bukan senyatanya. Silogisme
disjungtif terdiri dari dua macam, yaitu silogisme disjungtif dalam arti sempit dan silogisme disjungtif
dalam arti luas. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, premis mayornya memiliki alternatif
kontradiktif. Contoh: Dia membawa banyak uang atau membawa sedikit uang Ternyata dia
membawa banyak uang Dia tidak membawa sedikit uang Adapun silogisme disjungtif dalam arti luas
premis mayornya memiliki alternatif yang bukan kontradiktif. Contoh: Dia mengaji di masjid atau di
rumah Ternyata tidak mengaji di masjid la mengaji di rumah Silogisme disjungtif, baik dalam
pengertian sempit maupun luas, memiliki dua kemungkinan berikut. Jika premis minornya
mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya mengakui alternatif yang lain. Jika salah satu
premisnya mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya mengingkari alternatif yang lain.
Silogisme disjungtif memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Silogisme disjungtif dalam arti sempit selalu menghasilkan konklusi yang benar jika prosedur
penyimpulannya valid. Contoh: Orang dapat menjadi jahat atau menjadi baik Dia menjadi jahat Dia
tidak menjadi baik b. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah sebagai
berikut: 1) Jika premis minornya mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah. Contoh: Dia
mengidap thypus atau demam berdarah Ternyata dia mengidap thypus Dia tidak mengidap demam
berdarah 2) Jika premis minornya mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah.
Contoh: Dia akan merenovasi rumah atau membeli rumah baru Ternyata dia tidak merenovasi
rumah Dia membeli rumah baru (Bisa saja dia belum merenovasi rumah, membatalkan merenovasi
rumah, atau berubah untuk pikiran menginvestasikan uangnya dengan membeli tanah).

Anda mungkin juga menyukai