Anda di halaman 1dari 26

Objek Material Logika: Arti Berpikir

• Objek formal adalah objek material dipandang


dari sudut tertentu.
• Objek material dari Logika adalah kegiatan
berpikir, yang dipelajari juga oleh
Epistemologi, Psikologi, dan Antropologi
Faktor-faktor yang akan memaksa manusia
untuk berpikir:

• Jika pernyataan atau pendiriannya dibantah


oleh orang lain (atau dirinya sendiri);
• Jika dalam lingkungannya terjadi perubahan
secara mendadak, atau terjadi peristiwa yang
tidak diharapkan;
• Jika ia ditanya;
• Dorongan rasa ingin tahu (curiosity,
nieuwsgierigheid).
Menguji Suatu Penalaran atau Suatu Jalan Pikiran

• Tujuan pemikiran manusia adalah mencapai


pengetahuan yang benar dan sedapat mungkin pasti.
• Tetapi dalam kenyataannya hasil pemikiran
(=kesimpulan) maupun alasan-alasan yang diajukan
belum tentu selalu benar
• Benar = Sesuai dengan kenyataan. Jadi, apabila yang
dipikirkan itu betul-betul demikian, cocok dengan
realitas.
• Salah = tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi. apabila
apa yang dipikirkan atau dikatakan itu tidak cocok
dengan realitas yang sebenarnya
• Kegiatan berpikir itu berwujud proses dalam akal budi
yang berupa gerakan dari satu pikiran ke pikiran yang
lain
• Pikiran adalah suatu unsur dalam proses rokhani
(proses berpikir) yang memerlukan sebuah kalimat
yang lengkap untuk dapat menyatakannya secara
penuh (utuh) dan bermakna.
• Dilihat dari sudut bentuk penampilannya, kalimat
adalah rangkaian kata-kata yang tersusun dengan cara­
cara tertentu.
• Sebuah perkataan mengungkapkan (merupakan
lambang dari) suatu gagasan (idea).
Menguji Suatu Pemikiran,

paling sedikit ada empat per­tanyaan yang mesti diajukan:


• Apa yang hendak ditegaskan, atau apa pokok pernyataan (state­ment)
yang diajukan? Ini selanjutnya kita sebut kesimpulan.
• Bagaimana hal itu: Atas dasar apa orang sampai pada kesimpulan
atau pertanyaan itu? Apa titik pangkalnya? Apa alasan-alasannya?
(Dengan istilah teknis disebut premis-premisnya).
• Bagaimana jalam pikiran yang mengaitkan alasan-alasan yang
diajukan dan kesimpulan yang ditarik? Bagaimana langkah­-
langkahnya? Apakah kesimpulan itu 'sah' (memang dapat ditarik dari
alasan-alasan itu?)
• Apakah kesimpulan atau penjelasan itu benar? Apakah pasti? Atau
hanya mungkin benar? Sangat mungkin tidak benar?
• Kegiatan berpikir = kegiatan menghubungkan
pikiran-pikiran itu diarahkan untuk
memunculkan sebuah kesimpulan.
• Proses dalam akal budi yang berupa kegiat­an
menghubungkan satu pikiran dengan pikiran
atau pikiran-pikiran lain untuk menarik sebuah
kesimpulan disebut penalaran (bahasa Inggris:
reasoning; bahasa Belanda: redenering)
Jalan pikiran itu mengenai pertalian atau hubungan antara titik
pangkal/alasan/premis-premis dan kesimpulan yang ditarik darinya. Jika
hubungan tersebut tepat dan logis, maka kesimpulan disebut 'sah' (valid).

• Perhatikanlah mengapa kesimpulan salah

Semua orang berambut gondrong itu penjahat.


Nah, para penjahat harus dihukum.
Jadi, semua orang yang berambut gondrong harus dihukum.

Jalan pikiran logis, tetapi kesimpulan salah, karena titik pangkal


salah: Berambut gondrong # (tidak sama dengan) penjahat.
Tetangga saya mempunyai mobil. Oleh karena itu, saya pun
harus mempunyai mobil.

Tidak cukup alasan : Kita sama dalam hal apa? Dalam hal apa
tidak sama?

  Semua sapi itu binatang. Semua kuda itu binatang. Jadi sapi
itu kuda.

Kalimat pertama dan kedua memang benar, tetapi


kesimpulannya salah karena jalan pikiran (kaitan antara
premis dan kesimpulan) keliru.
Hukum Berpikir (the Laws of Thought).

• Asas Identitas (Principle ofIdentity; Principium Identitatis)


yang dapat dirumuskan: A adalah A (A = A); setiap hal adalah
apa dia itu adanya; setiap hal adalah sama (identik) dengan
dirinya sendiri; setiap subjek adalah predikatnya sendiri.
• Asas Kontradiksi (Principle of Contradiction; Principium
Contradictionis) yang dapat dirumuskan: A adalah tidak sama
dengan bukan A (non-A) atau A adalah bukan non A (A tidak
sama dengan -A), dan dilambangkan dengan"A I -A ",
keputusan­keputusan yang saling berkontradiksi tidak dapat
dua-duanya benar, dan sebaliknya tidak dapat dua-duanya
salah.
• Asas Pengecualian Kemungkinan Ketiga (Principle of Exduded
Middle; Principium Exdusi Tertii) dapat dirumuskan: Setiap hal
adalah A atau bukan-A; keputusan­keputusan yang saling
berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah. Juga keputusan-
keputusan itu tidak dapat menerima kebenaran dari sebuah
kepu­tusan ketiga atau di antara keduanya; salah satu dari dua
keputusan tersebut harus benar, dan kebenaran yang satu
bersumber pada kesalahan yang lain.
• Asas Alasan yang Cukup (Principle of Sufficient Reason;
Principium Rationis Sufficientis) dapat dirumuskan: tiap
kejadian harus mempunyai alasan yang cukup.
• Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya dukung
dari premis­premisnya atau pembuktiannya (Do not go beyond
the evidence).
Premis dan Kesimpulan
• premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar untuk
menarik sebuah pernyataan yang disebut kesimpulan, atau
pernyataan yang digunakan untuk mendukung atau
membenarkan atau membuktikan kebe­naran sebuah pernyataan
lain yang disebut kesimpulan (sebuah pendirian atau pendapat).

• Kesimpulan adalah sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan


sebuah atau beberapa pernyataan yang disebut premis. Dengan
demikian, premis dan kesimpulan adalah pengertian-pengertian
korelatif, artinya pengertian-pengertian yang selalu berkaitan
satu dengan yang lainnya, dan masing-masing tidak dapat berdiri
sendiri, seperti misalnya pengertian-pengertian suami dan istri.
•  
Argumen/Argumentasi
• Kesatuan kumpulan pernyataan yang dinamakan
premis atau premis-premis dan kesimpulan yang
dihasilkan oleh kegiatan menalar itu dinamakan
argumen atau argumentasi.
• Jadi, argumen adalah sekelompok pernyataan yang di
dalamnya terdapat satu pernyataan yang dinamakan
kesimpulan yang diterima sebagai kesimpulan
berdasarkan pernyataan atau pernyataan-pernyataan
lainnya dari kelompok pernyataan itu yang dinamakan
premis atau premis-premis.
VALIDITAS DAN KEBENARAN
• Perkataan validitas berasal dari perkataan valid.
• Perkataan valid berasal dari perkataan "validus" (bahasa
Latin) yang berarti "kuat':
• Dalam kaitan dengan Logika, valid berarti "sah;"'absah
""kuat;' atau "sahih" :
• Perkataan "validitas" atau "keabsahan" atau "kesahihan"
dalam Logika digunakan dalam arti penentuan valid atau
tidaknya sebuah argumen.
• Yang dapat ditentukan validitasnya adalah hanya argumen.
• Suatu argumen dikatakan valid jika kesimpulannya berakar
dalam premis-premisnya, atau premis­premis meniscayakan
kesimpulan yang bersangkutan.
• Yang dimaksud dengan benar adalah
kesesuaian antara pernyataan dengan fakta.
Jadi, masalah kebenaran adalah masalah
fakta. Suatu pernyataan adalah benar,jika isi
pernyataan itu sesuai dengan fakta
• validitas suatu argumen tergantung pada
bentuk argumen, dan tidak ditentukan oleh isi
argumen yang bersangkutan. Isi dari suatu
argumen dinilai berdasarkan kebenaran, dan
yang dapat dinilai benar atau salah adalah
pernyataannya.
Empat Teori Kebenaran
• Teori Korespondensi yang menyatakan bahwa sebuah
pernyataan adalah be‘nar jika isinya sesuai dengan atau
mencerminkan kenyataannya sebagaimana adanya.
• Teori Koherensi yang menyatakan bahwa kebenaran adalah
kesesuaian antara sebuah pernyataan dengan pernyataan-
pernyataan lainnya yang sudah diteri­ma sebagai benar.
• Teori Pragmatik yang menyatakan bahwa yang benar adalah
yang efektif.
• Teori Intersubjektivitas yang menyatakan bahwa kebenaran
adalah kesesuaian atau konsensus yang dapat dicapai atau
diterima oleh orang, terutama di kalangan para pakar
sekeahlian.
Validitas dari suatu argumen tidak tergantung pada kebenaran dari
pernyataan ­pernyataan yang mewujudkan argumen tersebut

Perhatikan contoh-contoh
1. Tuhan adalah cinta.
Cinta adalah buta.
Jadi,Tuhan adalah buta.

2. Semua orang sopan adalah peramah.


Beberapa petenis adalah bukan orang sopan.
Jadi, beberapa petenis adalah bukan peramah.

3. Semua mantan Presiden adalah orang bertanggungjawab.


Sukarno adalah orang bertanggungjawab.
Jadi, Sukarno adalah mantan Presiden.

4. Revolusi Perancis terjadi sesudah Revolusi Rusia.


Revolusi Indonesia terjadi sesudah Revolusi Perancis.
Jadi, Revolusi Indonesia terjadi sesudah Revolusi Rusia.
• Pada contoh 1, argumennya tidak valid dan
kesimpulannya salah.
• Pada contoh 2, semua pernyataannya (premis-
premis dan kesimpulan) benar, tetapi
argumennya tidak valid.
• Contoh 3, adalah argumen yang tidak valid
dengan semua pernyataan yang benar.
• Pada contoh 4,argumennya valid dengan
kesimpulan yang benar, tetapi dengan satu
premis yang salah.
Dari contoh-contoh tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam kegiatan berpikir dapat terjadi diajukan argumen-
argumen:

a) Dengan kesimpulan yang benar, ditarik dari


premis-premis yang salah melalui argumen
yang valid.
b) Dengan premis-premis dan kesimpulan yang
benar, tetapi argumennya tidak valid.
c) Dengan premis-premis yang benar dengan
kesimpulan yang salah melalui argumen
yang tidak valid.
Masalah validitas argumen adalah
masalah bentuk logikal.

Artinya, yang menentukan valid atau tidaknya


sebuah argu­men adalah bentuk logikal dari
argumen yang bersangkutan, dan bukan isinya
atau kebenaran pernyataan-pernyataannya.
BENTUK DAN BENTUK LOGIKAL

• Perkataan bentuk (form) menunjuk pada pengertian


wujud (shape).
• Perkataan wujud adalah perkataan yang paling
umum dari bentuk.
• Pada dasarnya perkataan wujud menunjuk pada
hubungan tertentu antara sejumlah unsur.
• Perkataan wujud itu, dalam arti tadi, mencakup
pengertian yang luas, yaitu meliputi pengertian-
pengertian: pengaturan, ketertiban, tipe, norma,
pola, standar, dan sebagainya.
• Jalan pikiran manusia juga mempunyai bentuk. Jika
seseorang memikirkan sesuatu hal secara sungguh-sungguh,
maka pikirannya akan berlangsung dengan cara tertentu.
• Dalam berpikir, manusia akan menyatakan pikirannya ke
dalam bentuk bahasa, sebagai sarana untuk
mengekspresikan pikiran-pikirannya.
• Mengekspresikan pikiran ke dalam bahasa selalu terjadi
dalam bentuk kalimat-kalimat.
• Kalimat itu selalu tersusun atas sejumlah perkataan, tetapi
tidak setiap kelompok perkataan mewujudkan kalimat.
• Kalimat adalah sekelompok perkataan yang tersusun,
menurut cara tertentu.
• Ketentuan tentang cara menyusun kata-kata
untuk mewujudkan sebuah kalimat diatur
dalam tata bahasa. Cara tersu­sunnya kata-kata
yang mewujudkan kalimat itu dinamakan
sintaksis.
• Susunan kata­kata dengan cara tertentu
menurut aturan tata bahasa (sintaksis) adalah
aspek bentuk dari bahasa. Kata-kata yang
digunakan untuk mewujudkan kalimat adalah
aspek bahan atau material dari bahasa, yang
disebut vokabulari atau kosakata.
• Tugas dari Ilmu Tata Bahasa adalah untuk
mengeksplisitkan pengetahuan yang implisit itu dan
mensistematisasikannya sehingga secara rasional
menjadi lebih mudah untuk dipelajari dan diajarkan.
• Tugas dari Logika adalah untuk mengeksplisitkan asas-
asas dan aturan-aturan berpikir tepat . yang telah
diketahuinya secara implisit.
• Bentuk-bentuk jalan pikiran yang tepat berupa pola-pola
susunan rangkaian pernyataan-pernyataar yang disebut
bentuk logikal atau bentuk pikiran.
• Pengetahuan eksplisit ini akan membantu kita untuk
dapat lebih mudah mengendalikan kegiatan berpikir
sehingga dapat lebih efektif.
Jadi, dalam Logika, pengetahuan yang implisit tentang cara berpikir yang
tepat (sound reasoning) dieksplisitkan dengan jalan mempelajari bentuk-
bentuk logikal.

"Jika Jupe adalah artis dan semua artis adalah seksi, maka Jupe adalah seksi"

Pernyataan di atas adalah sebuah pernyataan majemuk yang terdiri atas tiga
buah pernyataan sederhana (tunggal) yang masing­masing dapat berdiri
sendiri.

Pernyataan majemuk tadi, yang merupakan contoh sebuah argumen


sederhana, dapat dijabarkan ke dalam pernyataan-pernyataan sederhana
yang mewujudkannya dan disusun (dari atas ke bawah) sebagai berikut:
• Jupe adalah artis.
• Semua artis adalah seksi.
• Jupe adalah seksi.
• Dalam contoh tadi, sebagai sebuah argumen, maka
pernyataan 1 dan 2 berkedudukan sebagai premis-premis, dan
pernyataan 3 berkedudukan sebagai kesimpulan.
• Jika sekarang semua perkataan dalam contoh-contoh
argumen itu kita ganti dengan lambang-lambang A, B, dan C
secara konsekuen dan konsisten, maka kita akan memperoleh
pola atau skema jalan pikiran sebagai berikut:
LAMBANG DAN LAMBANG LOGIKAL

• Bahasa yang dipakai berkomunikasi pada


hakikatnya adalah suatu sistem lambang
• bahasa mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu:
a) Fungsi ekspresif, yakni fungsi untuk menyatakan
perasaan. Ucapan yang bersifat ekspresif ini tidak
dapat dikualifikasi salah atau benar.
b) Fungsi informatif, yakni fungsi untuk
menyampaikan informasi.
c) Fungsi direktif, yakni fungsi untuk memerintah.

Anda mungkin juga menyukai