Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ira Fadiatul Rahmania Teori Akuntansi

Npm : 5190111088

PENALARAN ( REASONING )

A. Pengertian Penalaran

Penalaran merupakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip berpikir logis yang menjadi basis
dalam diskusi ilmiah. Penalaran juga merupakan suatu ciri sikap (attitude) ilmiah yang sangat
menuntut kesungguhan (commitment) dalam menemukan kebenaran ilmiah.' Sikap ilmiah
membentengi sikap untuk memecahkan masalah secara serampangan, subjektif, pragmatik, dan
emosional.

Penalaran melibatkan inferensi (inference) yaitu proses penurunan konsekuensi logis dan
melibatkan pula proses penarikan simpulan/konklusi(conclusion) dari serangkaian pernyataan
atau asersi. Proses penurunan simpulan sebagai suatu konsekuensi logis dapat bersifat deduktif
maupun induktif. Penalaran mempunyai peran penting dalam pengembangan, penciptaan,
pengevaluasian, dan pengujian suatu teori atau hipotesis.

B. Unsur dan Struktur Penalaran

Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu: asersi (assertion),
keyakinan (belief), dan argumen (argument).

Asersi adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu (misalnya
teori) adalah benar. Asersi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu sebagai elemen
pembentuk (ingredient) argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran (berupa
simpulan). Artinya, keyakinan yang dihasilkan dinyatakan dalam bentuk asersi pula. Dengan
demikian, asersi merupakan unsur penting dalam penalaran karena asersi menjadi komponen
argumen (sebagai masukan penalaran) dan merupakan cara untuk merepresentasi atau
mengungkapkan keyakinan (sebagai keluaran penalaran).

Keyakinan adalah tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima bahwa suatu pernyataan
atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau sosial) adalah benar.
Keyakinan merupakan unsur penting penalaran keyakinan menjadi objek atau sasaran penalaran
dan karena keyakinan karena menentukan posisi (paham) dan sikap seseorang terhadap suatu
masalah yang menjadi topik bahasan.

Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau
penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Bila dihubungkan dengan
argumen, keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang dilekatkan pada suatu pernyataan
konklusi atas dasar pemahaman dan penilaian suatu argumen sebagai bukti yang masuk akal.
C. Asersi

Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas. Pada umumnya asersi
dinyatakan dalam bentuk kalimat. Berikut ini adalah contoh beberapa asersi (beberapa adalah
asersi dalam akuntansi):

• Manusia adalah makhluk sosial.

• Semua binatang menyusui mempunyai paru-paru.

Asersi yang memuat pengkuantifikasi semua dan tidak ada merupakan asersi universal
sedangkan yang memuat penguantifikasi beberapa merupakan asersi spesifik. Asersi spesifik
dapat disusun dengan pengkuantifikasi sedikit, banyak, sebagian besar, atau bilangan tertentu.

Jenis asersi (pernyataan) ada tiga yaitu :

1) Asumsi : adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan atau
menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau asersi yang orang bersedia
untuk menerima sebagai benar untuk keperluan diskusi atau debat.

2) Hipotesis : adalah asersi yang kebenaranya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini bahwa
asersi tersebut dapat diuji kebenarannya.

3) Pernyataan fakta : adalah asersi yang bukti tentang kebenarannnya diyakini sangat atau kuat
bahkan tidak dapat dibantah. Contoh semua orang akan meninggal dan satu hari sama dengan
24 jam.

D. Fungsi Asersi

Dalam argumen, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premise) dan konklusi (conclusion).
Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Artinya, kalau konklusi
diturunkan dari serangkaian premis yang salah satu merupakan pernyataan fakta dan yang lain
asumsi, konklusi tidak dapat dipandang sebagai pernyataan fakta. Dengan kata lain, keyakinan
terhadap konklusi dibatasi oleh keyakinan terhadap premis.

E. Keyakinan

Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa asersi tersebut
benar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keyakinan merupakan produk, hasil, atau tujuan
suatu penalaran. Berbagai faktor mempengaruhi tingkat keyakinan seseorang atas suatu asersi.
Karakteristik (sifat) asersi menentukan mudah-tidaknya keyakinan seseorang dapat diubah
melalui penalaran. Berikut properitas keyakinan yang perlu didasari dalam berargumen:

1) Keadabenaran atau plausibilitas suatu asersi bergantung pada apa yang diketahui tentang isi
asersi atau pengetahuan yang mendasari (the underlying knowledge) dan pada sumber asersi
(the source).
2) Bukan pendapat. Pendapat atau opini adalah asersi yang tidak dapat ditentukan benar atau
salah karena berkaitan dengan kesukaan (preferensi) atau selera. Berbeda dengan keyakinan,
plausibilitas pendapat tidak dapat ditentukan. Artinya apa yang benar bagi seseorang dapat
salah bagi yang lain. Walaupun dalam kenyataan kedua konsep tersebut tidak dibedakan secara
tegas, penalaran logis yang dibahas disini ditujukan pada keyakinan daripada pendapat.

3) Bertingkat. Tingkat keyakinan ditentukan oleh kuantitas dan kualitas bukti untuk mendukung
asersi. Orang yang objektif dan berpikir logis tentunya akan bersedia untuk mengubah tingkat
keyakinannya manakala bukti baru mengenai plausibilitas suatu asersi diperoleh.

4) Berbias. Keyakinan dipengaruhi oleh preferensi, keinginan, dan kepentingan pribadi yang
karena suatu hal dipertahankan.

5) Bermuatan nilai. Nilai keyakinan adalah tingkat penting-tidaknya suatu keyakinan perlu
dipegang atau dipertahankan seseorang.

6) Berkekuatan. Kekuatan keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang dilekatkan seseorang


pada kebenaran suatu asersi.

7) Veridikal. Veridikalitas ( veridicality ) Adalah tingkat kesesuaian keyakinan dengaan realitas.

8) Berketertempaan. Ketertempaan (malleability) atau kelentukan keyakinan berkaitan dengan


mudah-tidaknya keyakinan tersebut diubah dengan adanya informasi yang relevan. Berbeda
dengan veridikalitas, ketertempaan tidak memasalahkan apakah suatu asersi sesuai atau tidak
dengan realitas tetapi lebih memasalahkan apakah keyakinan terhadap suatu asersi dapat
diubah oleh bukti.

F. Argumen

Dalam arti positif, argumen dapat disamakan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau
mengajukan bukti rasional tentang suatu asersi. Asersi dapat berfungsi sebagai premis atau
konklusi (atau asersi kunci) yang merupakan komponen argumen. Berikut ini adalah beberapa
contoh argumen (beberapa merupakan argumen dalam akuntansi):

• Merokok adalah penyebab kanker karena kebanyakan penderita kanker adalah perokok.

• Jika suatu binatang menyusui, maka binatang tersebut mempunyai paru-paru karena semua
binatang menyusui mempunyai paru-paru.

G. Jenis Argumen

Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk mengklasifikasi argumen. Misalnya
argumen dibedakan menjadi argumen langsung dan taklangsung,formal dan informal, serta
meragukan dan meyakinkan.
Ada beberapa jenis argumen yaitu :

1. Argumen Deduktif

Argumen deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum
yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi). Argumen
deduktif juga disebut argumen logis (logical argument) sebagai pasangan argumen ada
benarnya (plausible argument). Salah satu bentuk penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang disebut silogisma. Silogisma terdiri atas tiga komponen yaitu premis major,
premis minor, dan konklusi.

2. Argumen Induktif

Argumen induktif lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya (plausible argument). Dalam
argumen ada benarnya (plausible) konklusi merupakan generalisasi dari premis sehingga
tujuan argumen adalah untuk meyakinkan bahwa probabilitas atau kebolehjadian (likehood)
kebenaran konklusi cukup tinggi atau sebaliknya, ketakbenaran konklusi cukup rendah
kebolehjadiannya (unlikely).

3. Argumen dengan Analogi

Argumen nondeduktif atau Argumen dengan analogi adalah penalaran yang menurunkan
konklusi atas dasar kesamaan atau kemiripan (likeness) karakteristik, pola, fungsi, atau
hubungan unsur (sistem) suatu objek yang disebutkan dalam suatu asersi.

4. Argumen Sebab-Akibat

Argumen sebab akibat atau argumen penyebaban bertujuan untuk meyakinkan bahwa
suatu gejala timbul karena gejala lain atau perubahan suatu variabel diakibatkan oleh
perubahan variabel tertentu. Keyakinan tentang adanya penyebaban dapat dicapai kalau
tiga kriteria penyebaban dipenuhi yaitu : adanya kovariasi, adanya urutan kejadian, dan
tiadanya faktor lain selain faktor sebab yang diamati.

H. Penalaran Induktif dalam Akuntansi

Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan
umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu. Pernyataan-
pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotesis yang diajukan dan diuji dalam suatu
penelitian empiris. Hipotesis merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi. Bila
bukti empiris konsisten dengan (mendukung) generalisasi tersebut maka generalisasi tersebut
menjadi teori yang valid dan mempunyai daya prediksi yang tinggi. Secara statistis, generalisasi
berarti menyimpulkan karakteristik populasi atas dasar karakteristik sampel melalui pengujian
statistis.
I. Kecohan (Fallacy)

Kecohan atau salah nalar adalah argumen yang dapat membujuk meskipun penalarannya
mengandung cacat. Kecohan dapat terjadi akibat strategem atau akibat salah logika.

J. Stratagem

Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan
cara selain mengajukan argumen yang valid atau masuk akal (reasonable argument). Cara-cara
ini dapat berupa persuasi taklangsung, membidik orangnya, menyampingkan masalah pokok,
misrepresentasi, imbauan cacah, imbauan autoritas, imbauan tradisi, dilema semu, dan imbauan
emosi. Pada umumnya strategem digunakan dengan niat semata-mata untuk memenangkan
posisi dan bukan untuk mencari solusi yang terbaik. Argumen yang valid tidak selalu dapat
membujuk sehiingga strategem sering digunakan tanpa melibatkan salah nalar.

K. Salah Nalar (Reasoning Fallacy)

Salah nalar adalah kesalahan konklusi akibat tidak diterapkannya kaidah-kaidah penalaran yang
valid. Beberapa bentuk salah nalar adalah menegaskan konsekuen, menyangkal anteseden,
pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian
dengan penyebaban, pengambilan konklusi pasangan.

L. Aspek Manusia Dalam Penalaran

Aspek manusia sangat berperan dalam argumen khususnya apabila suatu kepentingan pribadi
atau kelompok terlibat dalam suatu perdebatan. Orang cenderung bersedia menerima
penjelasan sederhana atau penjelasan yang pertama kali didengar. Sebagai manusia, orang tidak
sealalu dapat mengakui keslahan sindroma tes klinis dan mentalitas Djoko Tingkir dapat
menghalangi terjadinya argumen yang sehat. Bila keputusan terlanjur diambil padahal
keputusan tersebut mengandung kesalahan, orang cenderung melakukan rasionalisasi bukan
lagi argumen untuk mendukung keputusan. Karena tradisi atau kepentingan, orang sering
bersikap persisten terhadap keyakinan yang terbukti salah.

Sampai tingkat tertentu persistensi mempunyai justifikasi yang dipertanggung jelaskan. Namun, bila
sikap persisten menghalangi atau menutup diri untuk mempertimbangkan argumen-argumen baru yang
kuat dan lebih mengarah untuk meninggalkan keyakinan atau paradigma yang tidak valid lagi, sikap
persisten menjadi tidak layak lagi.

Anda mungkin juga menyukai