Anda di halaman 1dari 12

KEBENARAN

Oleh:
Prof. Dr. Herowati Poesoko, S.H., M.H.
MAKNA KEBENARAN
a. Kebenaran moral adalah kajian etika yang menunjukkan
hubungan antara yang dinyatakan dengan apa yang
dirasakan.
b. Kebenaran logis, adalah bahasan epistemologi, logika,
dan psikologis, yang menunjukkan hubungan antara
pernyataan dengan realitas objektif.
c. Kebenaran metafisik, adalah berkaitan dengan yang
ada (alam, manusia, Tuhan) sejauh berhadapan dengan
akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada
akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran,
dan akal budi yang menyatakan kebenaran tersebut.
SUSUNAN TINGKATAN KEBENARAN
a. Kebenaran indra, adalah tingkatan yang paling sederhana
dan pertama;
b. Kebenaran ilmiah, adalah berbagai pengalaman yang
didasarkan selain melalui indra, yang kemudian diolah
dengan kemampuan rasio;
c. Kebenaran filosofis, rasio dan pikir murni, adalah
perenungan yang mendalam tentang kebenaran yang
diolah hingga nilai kebenaran itu semakin tinggi;
d. Kebenaran religius, adalah kebenaran mutlak yang
bersumber dari Tuhan yang dihayati oleh penganutnya
dan didasarkan pada iman dan kepercayaan.
PENGGOLONGAN KEBENARAN
1. Atas dasar sumber atau asal dari kebenaran pengetahuan, dapat
bersumber antara lain dari : fakta empiris (kebenaran empiris),
wahtu atau kitab suci (kebenaran wahyu), fiksi atau fantasi
(kebenaran fiksi)
2. Atas dasar cara atau sarana yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, antara lain: indra, akal budi, intuisi, iman.
3. Atas dasar bidang atau lingkup kehidupan, membuat pengetahuan
diusahakan dan dikembangkan secara berbeda, antara lain:
pengetahuan agama, pengetahuan moral, pengetahuan seni,
pengetahuan budaya, dll.
4. Atas dasar tinfkat pengetahuan yang diharapkan dan diperolehnya,
yaitu pengetahuan biasa sehari-hari memiliki kebenaran yang
sifatnya subjektif, amat terikat pada subyek yang mengenal.
JENIS-JENIS KEBENARAN
1. Kebenaran Metafisik
Memiliki sifat abstrak dan tidak bisa diuji kebenarannya baik itu melalui justifikasi,
verifikasi maupun falsifikasi. Kebenaran metafisik dapat dikatakan sebagai kebenaran
yang paling mendasar dan puncak dari seluruh kebenaran. Kebenaran metafisik
merupakan kebenaran yang bersifat universal, ia selalu berhubungan secara langsung
dengan rasio untuk dipahami dan dimengerti.
2. Kebenaran Etik
Dilandaskan pada suatu standar moralitas tertentu mengenai perilaku yang “pantas atau
tidka pantas”, “baik atau tidak baik”, “baik atau buruk” untuk dilakukan. Kebenaran etik
dapat saja bersifat universal namun bisa juga bersifat partikular yang sangat relatif. Sifat
universal yang dimaksud seperti kebaikan, kejujuran, kepatuhan, kelembutan dan
kesopanan.
3. Kebenaran Logik
Melandaskan prinsip kebenaran yang berdasar pada nilai kelogisan. Dalam arti sesuatu
dianggap benar manakala secara logis atau matematis konsisten dan koheren dengan apa
yang telah diakui sebagai sesuatu yang benar. Kebenaran diukur melalui ketercapaian
atas syarat-syarat dari keseluruhan sistem analisis dalam mengambil suatu konklusi.
4. Kebenaran empiris
Penekanan utama kebenaran empiris berada pada fakta atau kenyataan yang dapat
diindra, dapat dibuktikan melalui prinsip kerja sains.
SIFAT KEBENARAN
• Kebenaran memiliki beberap sifat, yaitu deskriptif, instrumental,
substantif atau ontologis dan eksistensial.
1) Kebenaran dapat bersifat deskriptif. Kebenaran dalam pernyataan,
proposisi atau keyakinan, bersifat pasti. Misal: Bumi itu bulat.
Kebenaran berfungsi sebagai kata sifat.
2) Kebenaran dapat bersifat instrumental, yang terdapat dalam suatu
keyakinan yang menjadi pembimbing bagi pemikiran dan tindakan
untuk meraih kesuksesan. Misal: Kebenaran bersifat kata
keterangan.
3) Kebenaran bersifat substantif atau ontologis, didasarkan pada
kenyataan. Misal: Tuhan adalah kebenaran. Kebenaran berfungsi
sebagai kata benda.
4) Kebenaran bersifat eksistensial, artinya kebenaran berdasarkan pada
salah satu jalan hidup atau komitmen puncak. Misal: seseorang
hidup lebih baik daripada sekedar mengetahui kebenaran. Jadi
kebenaran berfungsi sebagai kata kerja.
TEORI-TEORI KEBENARAN

1. Teori Korespondensi
Kebenaran merupakan kesesuaian antara data dan statemen dengan
fakta atau realita, sebagai ilustrasi.
Contoh:
Pernyataan bahwa A adalah putra B, dinyatakan benar apabila B benar-
benar punya anak yang bernama A.
2. Teori Koherensi
Kebenaran ditegakkan atas hubungan keputusan baru dengan
keputusan-keputusan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya
terlebih dahulu. Suatu proposisi dinyatakan benar apabila ia
berhubungan dengan kebenaran yang telah ada dalam pengalaman kita,
teori ini merupakan teori hubungan semantik, teori kecocokan atau
konsistensi .
Contoh:
A adalah murid B, dikatakan benar apabila telah ada putusan kebenaran
bahwa B mempunyai seorang murid dan A adalah salah seorang murid B
3. Teori Pragmatis
Dalam teori ini sebuah proposisi dinyatakan sebagai suatu
kebenaran apabila ia berlaku, berfaedah dan memuaskn
kebenaran dibuktikan dengan kegunaannya, hasilnya dan
akibatnya.
Contoh:
Agama itu benar bukan karena Tuhan itu ada dan disembah
oleh penganut agama, tetapi agama itu mempunyai dampak
positif bagi masyarakat.
4. Teori Kebenaran Berdasarkan Arti
Proposisi itu ditinjau dar segi atau maknanya, teori ini
mempunyai tugas untuk kesahan dari proposisi dalam
referensinya.
5. Teori kebenaran sintaksis
Penganut teori kebenaran sintaksis dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa
yang melekatnya. Dengan demikian suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila
pengetahuan itu mengikuti aturan-aturan sintaksis yang baku, atau dengan kata lain
apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang diisyaratkan
maka proposisi itu mempunyai arti.
Misalnya:
Suatu kalimat standar harus ada subyek dan predikat. Jika kalimat tidak ada
subyeknya maka kalimat itu dinyatakan tidak baku atau bukan kalimat.
6. Teori Kebenaran Logik
Pada dasarnya teori kebenaran ini hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal
ini mengakibatkan suatu pemborosan. Karena pada dasarnya apa yang hendak
dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama, masing-masing saling
melengkapinya.
Dengan demikian sesungguhnya setiap setiap proposisi mempunyai isi yang sama
memberikan informasi yang sama dan semua orang sepakat. Maka apabila kita
membuktikannya lagi hal yang demikian itu hanya merupakan bentuk-bentuk logis
yang berlebihan.
Misalnya:
Suatu lingkaran adalah bulat, ini telah memebrikan kejelasan dalam pernyataan itu
sendiri, tidak perlu diterangkan lagi karena pada dasarnya lingkaran adalah suatu
garis yang sama jaraknya dari titik yang sama, sehingga berupa garis yang bulat.
7. Teori Positivisme
Kebenaran ialah logis ada bukti empirisnya, yang
terukur, artinya segala sesuatu harus tampak dan
terwujud serta dapat terukur. Dalam positivisme
kebenaran diperoleh dengan mengajukan logikanya,
mengajukan bukti empirisnya, dan harus terukur
dengan menggunakan suatu metode ilmiah.
8. Teori Konsensus
Sebuah teori ilmiah dianggap benar sejauh ia
mendapat dukungan atau terdapat kesepakatan
(konsensus) dalam masyarakat ilmiah terhadap
kebenaran teori tersebut.
9. Teori Kesahihan Semantik
Teori ini menekankan arti dan makna suatu
proposisi. Menurut teori ini arti dan makna
sesungguhnya mengacu pada referensi atau
realitas dan bisa juga diartikan definitif dengan
menunjuk ciri khas yang ada. Teori kebenaran
semantik menyatakan bahwa proposisi itu
mempunyai nilai kebenaran bila proposisi itu
memiliki arti. Analog dengan logika induktif.
10. Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Proposisi itu akan benar bila memiliki fungsi dan
peran secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
11. Teori Kesahihan Logika yang Berlebihan
Teori ini hendak menunjukkan bahwa proposisi
logis yang memiliki term berbeda, tetapi berisi
informasi sama, dan tidak perlu dibuktikan lagi atau
sudah menjadi bentuk logik yang berlebihan.
Misalnya:
Siklus adalah lingkaran atau lingkaran adalah
bulatan, dsb.
Proposisi lingkaran itu bulat tak perlu dibuktikan
lagi, karena lingkaran adalah sesuatu yang terdiri
dari rangkaian titik yang jaraknya sama dari satu
titik tertentu, sehingga berupa garis yang bulat.

Anda mungkin juga menyukai