133
kata lain adalah suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila
pengetahuan itu mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan yang
diketahuinya.
134
Menurut paham ini
“ …an idea (a term used loosely by these philosophers to cover any ‘opinion,
belief, statement, or what not’) is an instrument with a particular function. A
true ideas is one which fulfills its function, which works; a false ideas is one
does not”
Kattsoff menguraikan bahwa penganut pragmatism meletakkan ukuran
kebenaran dalam salah satu macam konsekuensi. Atau, proposisi itu dapat
membantu untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang memuaskan
terhadap pengalaman-pengalaman, pernyataan itu adalah benar.
Jadi menurut pandangan teori ini bahwa suatu proposisi bernilai benar bila
proposisi itu mempunyai konsekuensi praktis seperti yang terdapat sacara
inheren dalam pernyataan itu sendiri, karena setiap pernyataan selalu terikat
pada hal-hal yang berifat praktis, maka tiada kebenaran yang bersifat
mutlak. Hal itu karena dalam prakteknya apa yang benar dapat dikoreksi
oleh pengalaman berikutnya, atau dengan kata lain bahwa suatu pengertian
itu tak pernah benar melainkan hanya dapat menjadi benar kalau saja dapat
dimanfaatkan secara praktis.
135
Menurut Scheleleimarcher sebagaimana dikutip oleh Poespoprojo (1987),
pemahaman adalah suatu rekonstruksi, bertolak dari ekspresi yang selesai
diungkapkan menjurus kembali ke suasana kejiwaan dimana ekspresi
tersebut diungkapkan. Di sini terdapat dua momen yang saling terjalin dan
berinteraksi, yakni momen tata bahasa dan momen kejiwaan.
136
yaitu makna dari suatu pernyataan yang amat tergantung pada dan
berdasarkan pada nilai guna dan nilai praktis dari pemakai proposisi.
Akibat semantisnya adalah kepastian yang terletak pada subjek yang
menggunakan proposisi itu
137
memiliki evidensi, artinya bahwa objek pengetahuan itu sendiri telah
menunjukkan kejelasan dalam dirinya sendiri.
138