Disusun oleh:
Dosen Pembimbing:
Fathurrahman Azhari, Prof. Dr., MHI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam
mengkaji hukum Islam adalah Ilmu Ushul Fiqh, yaitu ilmu yang
mempelajari kaidah-kaidah yang dijadikan pedoman dalam menetapkan
hukum-hukum syari'at yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui
dalil-dalil yang rinci. Melalui kaidah-kaidah Ushul Fiqh akan diketahui
nash-nash syara' dan hukum-hukum yang ditunjukkannya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari dalalah?
2. Bagaimana macam-macam dari dalalah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dalalah.
2. Untuk mengetahui macam-macam dari dalalah menurut ulama
Hanafiyah.
1
M. Ulil Abshor, “Metode Istinbath Hukum Dalam Pandangan Ulama Hanafiah,” CONTEMPLATE:
Jurnal Ilmiah Studi Keislaman 3, no. 02 (15 Desember 2022): 18.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dalalah
Dalalah berasal dari kata دالل ةadalah bentuk mashdar (kata Dasar)
dari kata د- yang berarti ―menunjukkan‖ dan kata dalalah sendiri
berarti petunjuk atau penunjukkan dalalah. Sedangkan dalalah menurut
istilah adalah penunjukkan suatu lafadz nash kepada pengertian yang
dapat dipahami, sehingga dengan pengertian tersebut kita dapat
mengambil kesimpulan hukum dari sesuatu dalil nash. Tegasnya, dalalah
lafadz itu ialah makna atau pengertian yang ditunjukkan oleh suatu lafadz
nash dan atas dasar pengertian tersebut kita dapat mengetahui ketentuan
hukum yang dikandung oleh sesuatu dalil nash. Nash al-Qur‘an dan as-
Sunnah adalah merupakan kumpulan lafadz-lafadz yang dalam ushul fiqh
disebut pula dengan dalil dan setiap dalil memiliki dalalah atau dilalah
tersendiri.2 Yang dimaksud dengan dalil di sini, sebagaimana dijelaskan
oleh Abdul Wahab Khalaf adalah sebagai berikut:3
ل ل
ل ل
Artinya : ―Segala sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk dengan
menggunakan pemikiran yang benar untuk menetapkan (menemukan)
hukum syara‘ yang bersifat amali, baik sifatnya qoth‘iy maupun
zhanniy.‖
2
Kasja Eki Waluyo, “Kajian Dalalah dalam Ushul Fiqh,” t.t.
3
Achmad Ashrofi dan Muhammad Sholihin Aziz, “Lafadz dari Aspek Dilalahnya dan Mafhum
Mukhalafah,” t.t.
hukum syara‘ atas dasar pertimbangan yang benar dan tepat. Sementara
itu, yang dimaksud dengan dalalah, seperti dijelaskan oleh Dr.Wahbah
Zuhaili dalam kitab ushulnya Dalalah adalah :4
Atas dasar ini dapat disimpulkan bahwa dalil adalah yang memberi
petunjuk dan dalalah ialah sesuatu yang ditunjukkan. Menyangkut
dalalah lafadz nash ini di kalangan ulama ushul memang terdapat
perbedaan. Kalangan ulama Hanafiyah membagi cara penunjukkan
dalalah lafal nash itu kepada empat macam, yaitu: Ibaratun Nash,
Isyaratun Nash, Dalalatun Nash, dan Iqtidhaun Nash.
B. Macam-Macam Dalalah
1. Ibaratun Nash
4
Melia Meilina, Khairul Ikhsan, dan Siti Nur Hayati, “Macam-Macam Dalalah,” t.t.
Menurut Dr. Wahbah Zuhaili, bahwa ayat ini arti asalnya adalah
menjelaskan perbedaan antara jual-beli dan riba. Kemudian ayat ini
diartikan pula bahwa jual-beli itu boleh dan riba itu haram. Kedua
pengertian ini dipahami atau diperoleh dari petunjuk susunan lafal
yang terdapat dalam ayat. Hanya makna yang pertama adalah yang
asal, karena ayat ini turun untuk menyangkal penyataan bahwa jual
beli sama dengan riba.5
Ibaratun Nash adalah jenis dalalah yang terjadi ketika suatu kata
atau frasa dalam nash (teks al-Quran atau hadits) memiliki lebih dari
satu arti atau makna. Dalam hal ini, makna yang dimaksud bisa
merujuk pada makna yang sebenarnya atau makna yang berlawanan
dengan makna yang sebenarnya. Sebagai contoh, kata "ayat" dalam al-
Quran bisa merujuk pada ayat-ayat al-Quran itu sendiri atau bisa juga
merujuk pada tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta.
5
Kasja Eki Waluyo, “Kajian Dalalah dalam Ushul Fiqh,” Jurnal Pendidikan Islam Rabbani 2, no. 1
(20 April 2018): 492, https://journal.unsika.ac.id/index.php/rabbani/article/view/1747.
6
Abshor, “Metode Istinbath Hukum Dalam Pandangan Ulama Hanafiah,” 22.
Selain itu, terdapat pula beberapa jenis dalalah yang terkait
dengan Ibaratun Nash, yaitu:
a. Al-Mukhtalaf Fih, dalalah yang terjadi ketika suatu ayat atau hadits
memiliki lebih dari satu makna yang saling bertentangan.
b. Al-Mushtarik Fih, dalalah yang terjadi ketika suatu ayat atau hadits
memiliki lebih dari satu makna yang saling melengkapi.
c. Al-Mujmal, dalalah yang terjadi ketika suatu ayat atau hadits memiliki
makna yang kabur dan tidak jelas secara spesifik.
2. Isyaratun Nash
Isyaratun nash adalah jenis dalalah yang terjadi ketika suatu kata
atau frasa dalam nash mengisyaratkan pada suatu makna atau hukum
yang lebih umum atau lebih khusus dari makna atau hukum yang
secara eksplisit dinyatakan dalam nash tersebut. Dalam hal ini, makna
atau hukum yang dimaksud tidak secara langsung disebutkan dalam
nash, namun dapat dipahami melalui isyarat atau petunjuk yang ada di
dalamnya. Isyaratun nash adalah ketidakjelasan arti suatu kata atau
7
Muhammad, Syamsul. (2015). Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Muhammad Abdul Halim, Kamus Ushul Fiqh (Jakarta: Prenadamedia Group, 2007), hlm. 116-
117.
frasa dalam nash yang disebabkan oleh kata tersebut tidak secara jelas
menjelaskan apa yang dimaksud. Dalam hal ini, makna yang
dimaksud harus dipahami dari konteks atau indikasi lain yang terdapat
dalam nash. Contoh dari isyaratun nash adalah penggunaan kata "dia"
dalam sebuah kalimat. Untuk memahami siapa yang dimaksud dengan
kata "dia", kita harus melihat konteks atau indikasi lain dalam nash.
3. Dalalatun Nash
8
Fathoni, M. A. (2019, Oktober 22). Pengertian Dhalalah, Macam-Macam Dhalalah, dan Cara
Menghindarinya. Tafhimuna. https://tafhimuna.com/2019/10/22/pengertian-dhalalah-macam-
macam-dhalalah-dan-cara-menghindarinya/
Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Al-Mughni, juz 10, hal. 346-352.
9
Abshor, “Metode Istinbath Hukum Dalam Pandangan Ulama Hanafiah,” 25.
kebahasaan dan tidak memerlukan Ijtihad dengan mengerahkan segala
kemampuan daya nalar.
4. Iqthidhaun Nash
ث َعلَ ْي ُك ُن ْال َو ْيحَةُ ًَالذَّ ُم ًَلَحْ ُن ْال ِخ ْن ِزي ِْر ًَ َها ٓ ا ُ ِى َّل ِلغَي ِْر ه
ّٰللاِ ِبو ْ ُح ِ ّر َه
10
Waluyo, “Kajian Dalalah dalam Ushul Fiqh,” 20 April 2018, 494–95.
11
Waluyo, 495.
Pengertian ayat ini belum jelas, oleh karena itu diperlukan
penjelasan dengan menambah unsur kata dari luar teks. Sehingga
untuk kasus dalam ayat ini maksudnya ―diharamkan memakan atau
memanfaatkan darah dan daging babi. Sebab keharaman tanpa
hubungan dengan perbuatan manusia tidak ada manfaatnya. Dalalah
iqtidhadun nash ialah yang mengandung suatu pengertian dalam suatu
hal yang tidak disebutkan lafadznya untuk ketepatan artinya
diperlukan suatu ungkapan (lafadz).
ًََسْـَٔ ِل ْالقَ ْريَةَ الَّحِ ْي ُكنَّا فِ ْي َيا ًَ ْال ِعي َْر الَّحِ ْٓي ا َ ْقبَ ْلنَا فِ ْي َي ۗا ًَاِنَّا لَصٰ ِذقُ ٌْى
12
Abshor, “Metode Istinbath Hukum Dalam Pandangan Ulama Hanafiah,” 26–27.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalalah adalah suatu petunjuk yang menunjukkan kepada yang
dimaksudkan. Pada dasarnya kajian dalalah (petunjuk) dalam Ilmu
Ushul Fiqh adalah kajian teks yang bersumber dari al-Qur‘an dan
Hadits. Kajian ini dimaksudkan untuk menemukan maksud yang
sebenarnya dari teks, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
2. Penunjukkan lafadz menurut Ulama Hanafiah terbagi menjadi empat
macam, yaitu ibaratun nash, isyaratun nash, dalalatun nash, dan
iqtidhaun nash. Apabila dua yang pertama berusaha menemukan
maksud pembicara baik yang tersurat (ibarah) maupun yang tersirat
(isyarah) dari makna secara langsung, maka dua yang terakhir
berusaha menemukan tujuan syar‘i yang tidak tertulis dalam teks baik
melalui perluasan makna teks (dalalah nash) maupun penyisipan
(iqtidha).
3. Dalam pandangan ulama mazhab Hanafi, dari keempat macam cara
penunjukkan dalalah yang paling kuat adalah dalalah ibaratun nash,
kemudian menyusul isyaratun nash dan setelah itu baru dalalatun
nash dan yang terakhir adalah iqtidhaun nash.
DAFTAR PUSTAKA
Meilina, Melia, Khairul Ikhsan, dan Siti Nur Hayati. ―Macam-Macam Dalalah,‖
t.t.
Syamsul, Muhammad. "Ilmu Ushul Fiqh", Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2015.
Waluyo, Kasja Eki. ―Kajian Dalalah dalam Ushul Fiqh.‖ Jurnal Pendidikan Islam
Rabbani 2, no. 1 (20 April 2018).
https://journal.unsika.ac.id/index.php/rabbani/article/view/1747.