MAKALAH
Oleh :
AKBAR
742302022032
HIKMAL
742302022046
MUH RIFKY
742302022052
MUH. SYAHRIL
742302022053
MUHAMMAD AKSAR
742302022056
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kajian tentang Lafal Ditinjau dari Segi Terang dan Tidak Terang Maknanya
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari ibu Drs. Hamsidar, M.Hi.
selaku dosen pada mata kuliah Ushul Fiqh 2. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca tentang
kasih pada semua pihak yang membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diperlukan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ...........................................................................................................1
B. Lafal yang jelas maknanya (Zhahir, Nash, Mufassar dan Muhkam) ............3
A. Kesimpulan .................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara garis besar, dalam ilmu Ushul Fikih lafaz dari segi kejelasan
artinya terbagi kepada dua macam, yaitu lafaz yang terang artinya dan lafaz yang
tidak terang artinya. Dimaksud dengan lafaz yang terang artinya ini adalah yang
jelas penunjukannya terhadap makna yang dimaksud tanpa memerlukan
penjelasan dari luar. Jenis ini terbagi dalam 4 tingkatan, yaitu zhahir, nash,
mufassar dan muhkam . Sedangkan yang dimaksud lafaz yang tidak terang
artinya adalah yang belum jelas penunjukannya terhadap makna yang dimaksud
kecuali dengan penjelasan dari luar lafaz itu. Jenis ini pun terbagi dalam 4
tingkatan, yaitu, khafi, musykil, mujmal dan mutasyabih.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
penjelasan lain, sehingga taklif yang dikehendaki dalam lafal itu dapat
terhadap makna yang dimaksud, sehingga atas kejelasan itu beban hukum
lafaz dari segi kejelasan terhadap makna dalam empat bagian yaitu dari
yang jelasnya bersifat sederhana (zhahir), cukup jelas (nash), sangat jelas
membagi lafaz dari segi kejelasannya menjadi dua macam yaitu zhahir dan
macam, yaitu zhahir dan nash. Namun, Imam al-Syafi’i tidak membedakan
antara zhahir dengan nash. Baginya, lafaz zhahir dan lafaz nash ini adalah
dua nama (lafaz) untuk satu arti. Seperti dikemukakan oleh Abu Al-Hasan
2
(firman) yang dapat diketahui hukum yang dimaksud baik diketahuinya itu
selanjutnya, setelah Imam al-Syafi’i lafaz nash dan lafaz zhahir ini
yaitu:
1. Zhahir
secara langsung tanpa ada kesamaran. Atau dzahir adalah lafaz yang
Tetapi bukanlah makna itu yang dimaksud oleh syaqul kalam dan
lafadz itu sendiri masih dapat ditakwilkan di tafsiran dan dapat pula di
فَا ِْن خِ ْفت ُ ْم اَ اَّل تَ ْع ِدلُ ْوا فَ َواحِ دَة ً اَ ْو َما َملَكَتْ اَ ْي َمانُكُ ْۗ ْم ٰذلِكَ اَدْ ٰنٰٓى اَ اَّلىتَعُ ْولُ ْو ْۗا
3
Artinya. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya.
2. Nash
4
faktor lain. Nash juga harus diamalkan menurut makna yang
nash. Sebab makna yang dikehendaki oleh sighat lafadz dan oleh
mana yang dikehendaki oleh siyaqul kalam). Selama tidak ada dalil
3. Mufassar
dikehendaki oleh shigat lafadz itu sendiri dan siyaqul kalam, tetapi ia
kali (An-Nur.4)
5
4. Muhkam
Misalnya firman Allah Swt berikut yang sangat jelas dan tegas dan
lain. Dan apabila lafazhnya ‘amm, tidak bisa di-takhsis dengan makna
Rasullullah Saw.
Mutasyabih)
ditunjuki olehnya, bahkan ia perlu kepada perkara luaran. Sesuatu lafal itu
disebabkan sudut penerapan lafal itu pada sebahagian dari pada madlulnya.
6
Ulama’ Ushul telah membagi Lafadz yang tidak terang pada empat
1. Khafi
2. Musykil
definisi di atas, yaitu bahwa lafadz musykil itu dari segi sighatnya
7
3. Mujmal
karena lafadz itu sendiri tidak dapat di ketahui secara pasti artinya.
yang mengucapkan lafadz itu, dalam hal ini adalah Nabi Saw.
4. Mutasyabih
artinya dan tidak ada cara yang dapat digunakan untuk mencapai
artinya.
8
menyerahkan dan melimpahkannya kepada Allah sambil mengakui
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lafaz yang jelas maknanya (wadhih ad-dalalah) adalah suatu lafaz
3. Lafal yang jelas tidak jelas maknanya yaitu lafaz yang mana tidak
4. Ulama’ Ushul telah membagi Lafadz yang tidak terang pada empat
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11