Anda di halaman 1dari 2

TEORI-TEORI KEBENARAN

Amin Khoirul Abidin

A. Pendahuluan
Apa itu kebenaran? Bagaimana suatu pernyataan dikatakan benar? Syarat-syarat apa
yang menyebabkan suatu pernyataan dikatakan benar? Kata “kebenaran” dapat digunakan
sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak. Jika subyek hendak menuturkan
kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi adalah makna yang dikandung
dalam suatu pernyataan. Dan jika subyek menyatakan kebenaran, proposisi yang diuji itu
pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik dan nilai. Karena kebenaran tidak bisa
lepas dari kualitas, sifat, hubungan dan nilai itu sendiri. Dengan adanya berbagai macam
katagori sebagaimana tersebut di atas, maka tidak salah jika pada saatnya nanti setiap
subyek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengetahuan yang
berbeda satu dengan lainnya. Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan teori
kebenaran, yaitu; Pertama, kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Kedua,
kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik bagaimana cara atau dengan alat apa
yang digunakan seseorang dalam membangun pengetahuannya. Ketiga, nilai kebenaran
pengetahuan yang dikaitkan atas ketergantungan antara subyek dan obyek mana yang
dominan dalam membangun pengetahuan itu. (Abdul Chalik, Filsafat Ilmu Kajian
Pendekatan Keislaman, hlm. 47-49)

B. Definisi Kebenaran
Dalam ilmu pengetahuan, kebenaran adalah tujuan yang ingin dicapai. Dalam KBBI
kebenaran didefinisikan sebagai keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan
keadaan (hal) yang sesungguhnya (KBBI Online). Sedangkan Kebenaran ilmiah adalah
suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya sesuai dengan norma-norma
keilmuan. Menurut Michael William, setidaknya ada lima model kebenaran ilmiah
(Waston, Filsafat Ilmu dan Logika, hlm. 69), yaitu:
Tabel Jenis Kebenaran
JENIS KEBENARAN ASAS KEBENARAN
Teori Koherensi/konsistensi Akal/rasio
Teori Korespondensi Fakta empiris
Teori Pragmatisme Manfaat
Teori Performatif Otoritas
Teori Proporsi atau Konsensus Kesepakatan bersama

1. Teori Koherensi/Konsistensi
❖ a thought, belief, or statement is true if and only if it appropriately belongs to a
coherent set of propositions.
❖ Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan terdahulu yang dianggap benar.
❖ Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dan pernyataan lainnya
yang sudah lebih dahulu diketahui dan diakui kebenarannya.
❖ Apabila pernyataan “semua manusia pasti mati” adalah suatu kebenaran, maka
pernyataan yang menyatakan bahwa “ si Fulan adalah manusia dan si Fulan pasti
mati” adalah benar, karena pernyataan kedua memiliki konsistensi dengan
pernyataan pertama.
❖ Suatu kepercayaan adalah benar bukan karena bersesuaian dengan fakta,
melainkan karena ia bersesuaian atau berselarasan dengan binaan pengetahuan
yang kita miliki.

2. Teori korespondensi
1. truth is a relation of correspondence between the contents of our thoughts and
reality, or between our judgements and facts (Pascal Egel, Truth: Central Problem
of Philosophy).
❖ Kebenaran itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (observasi
dan verifikasi)
❖ Kebenaran itu berupa kesesuian (korespondensi) antara apa yang dimaksud oleh
suatu pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan faktanya.
❖ Menurut teori korespondensi suatu pernyataan dianggap benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut, atau obyek yang menjadi topik pernyataan benar
adanya. Contoh, kota Sabang terletak di ujung barat Indonesia. Pernyataan
tersebut benar karena demikian adanya. Pernyataan itu salah jika dikatakan kota
Sabang terletak di ujung selatan Indonesia.

3. Teori pragmatis
❖ the truth of a belief in terms of its utility or of its beneficial consequences for action
❖ Ukuran kebenaran adalah apabila pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis.
❖ Sesuatu itu benar kalau mengakibatkan akibat positif. Mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.
❖ Benar tidaknya sesuatu tergantung pada asas manfaat.

4. Kebenaran Performatif
❖ Kebenaran diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu
❖ Otoritas bisa pemerintah, pemimpin organisasi, agama, adat, masyarakat dan
sebagainya.
❖ Tujuan kebenaran ini untuk menciptakan kehidupan sosial yang aman, rukun,
stabil, dsb.

5. Kebenaran Proporsi atau Konsensus


❖ Suatu dinyatakan benar jika berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu
dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.

Bahan Bacaan
2. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer,
3. Waston, Filsafat Ilmu dan Logika,
4. Abdul Chalik, Filsafat Ilmu Kajian Pendekatan Keislaman
5. Pascal Egel, Truth: Central Problem of Philosophy,

Anda mungkin juga menyukai