Npm : 5190111088
EKUITAS
Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Keuangan (2002), misalnya, Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) mendefiniskani ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
Ekuitas pemegang saham diklasifikasikan atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran
dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham (capital stock) sebagai modal
yuridis (legal capital) dan modal setoran tambahan (additional paid-in capital), dan komponen
lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal sumbangan).
Klasifikasi ekuitas pemegang saham menjadi modal setoran dan laba di tahan. Pembedaan antara
dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi administrasi keuangan, laba
ditahan merupakan indikator daya melaba fearning power) sehingga laba ditahan harus selalu
dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk
ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena modal setoran
merupakan dana dasar (basic fund) yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan
perlindungan bagi pihak lain.
Modal setoran dipisahkan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain (agio/premium) untuk
menunjukkan: Jumlah minimal yang harus disetor dan dipertahankan untuk menunjukkan
perlindungan bagi pihak nonpemegang saham khususnya kreditor.
Dalam hal saham bernilai nominal (par stock), modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang
dikenal dengan nama modal saham (capital stock). Modal saham menunjuk jumlah rupiah
perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal per saham. Jumlah ini merupakan
jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transaksi
pembelian saham jum- lah rupiah yang disetor/dibayarkan melebihi modal yuridis tersebut.
F. Perubahan Modal
Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan (to
subscribe) lebih dahulu saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada
saat pemesanan. Secara konseptual, ekuitas pemegang saham bersifat seperti kewajiban. Oleh
karena itu, jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila
kedua syarat berikut dipenuhi:
(1) Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim yuri- dis bagi perusahaan
terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan.
(2) Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam perioda yang cukup pasti dan tidak
terlalu lama.
Dalam hal tertentu, perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi
tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak pemegang obligasi dalam perioda
konversi tertentu.
Kalau hak tukar tersebut diambil (exercised), yang terjadi adalah perubahan status kewajiban
menjadi modal setoran. Masalah teoretisnya adalah menentukan jumlah rupiah yang dapat
dianggap sebagai modal setoran sehingga modal saham dan kelebihan di atas modal saham
(kalau ada) dapat ditentukan.
Dapat diubah statusnya menjadi saham biasa atas kehendak pemegang saham istimewa. Saham
ini memiliki dua pendekatan, yang pertama adalah nilai nominal saham prioritas plus porsi
premium/diskun ditransfer ke modal pemegang saham dan premium/diskun modal pemegang
saham biasa. Tidak ada untung atau rugi yang diakui pada saat konversi tersebut. Ini berarti
bahwa jumlah rupiah yang mula-mula diterima pada saat menerbitkan saham istimewa dianggap
sebagai modal setoran mula-mula untuk saham biasa. Pendekatan kedua yaitu Kalau ada selisih
antara harga pasar baik saham biasa maupun saham prioritas, selisih tersebut harus dikompen-
sasi ke atau dari laba ditahan. Pendekatan ini mengisyaratkan diterimanya kon- sep kesatuan
usaha karena laba ditahan dianggap sebagai ekuitas perusahaan yang terpisah atau independen.
Ini berarti harga pasar saham biasa yang diperhi- tungkan dianggap tidak merefleksi hak yang
melekat pada laba ditahan.
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham yang
mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba
ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan sa- ham (stock split). Pemecahan saham
adalah penurunan nominal (atau nilai nyataan/stated value) per saham dengan cara menukar tiap
satu saham yang bere- dar dengan dua atau lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya
merupa- kan pecahan dari nilai nominal saham semula.
e. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrant)
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli sejumlah
saham (proporsional dengan pemilikan). Hal ini biayasanya di- maksudkan untuk
mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Opsi saham merupakan instrumen yang
digolongkan sebagai sekuritas turunan saham atau derivatif saham. Waran adalah efek yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan
saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali saham untuk
sementara menjadi saham treasuri." Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan kembali
saham sebagai saham treasuri adalah:
(a) Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam pro- gram opsi saham.
Dengan penggunaan saham treasuri dalam program opsi saham, proporsi pemilikan saham yang
masih beredar tidak berkurang dibandingkan kalau digunakan saham baru.
(b) Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transaksi
penggabungan usaha (business combination).
Sebagai ketentuan umum, laba ditahan dalam suatu perioda hanya berubah karena laba atau rugi
operasi (dalam arti luas) dan pembagian dividen. Namun demikian, terdapat beberapa hal lain
yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam suatu perioda berubah selain karena transaksi
modal tetapi karena transaksi khusus yaitu:
Penyesuaian ini sering juga disebut dengan penyesuaian susulan (catch-up adjust- ment).
Penyesuaian perioda-lalu adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi
operasi perioda masa lalu (yang baru ditemukan atau baru dapat diakui dalam perioda sekarang)
bukan sebagai pengurang atau penambah perhitungan laba tahun sekarang (masuk dalam
statemen laba-rugi tahun sekarang/berjalan) tetapi sebagai penyesuai terhadap laba ditahan awal
perioda sekarang. Perlakuan semacam ini dimaksudkan untuk menjadikan laba ditahan awal
perioda sekarang menunjukkan saldo yang semestinya seandainya jumlah rupiah tersebut telah
diakui dalam perioda yang lalu.
Sistem akuntansi biasanya sudah dirancang dengan cukup cermat sehingga kesalahan dalam
pencatatan akan segera dapat dideteksi sehingga dapat segera dilakukan koreksi. Koreksi
kesalahan memiliki beberapa bagian yang pertama yaitu koreksi sebagai penyesuaian laba
ditahan, kedua koreksi sebagai penyesuai modal setoran lain, dan yang ketiga yaitu koreksi
sebagai komponen statemen laba-rugi.
Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu : 1.perubahan prinsip atau metode akuntansi,
2.prubahan taksiran akuntansi, dan ke 3.perubahan kesatuan pelaporan
J. LABA KOMPREHENSIF
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dandipisahkan
secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan akibattransaksi
operasi harus dilaporkan melalui statment laba-rugi (Suwardjono, 2010:557).Pos-pos operasi
dalam arti luas sebagai lawan pos-pos transaksi nonpemilik meliputi pos- pos operasi utama, pos-
pos tambahan, dan pos-pos yang sifatnya khusus atau luar biasa tetapi berasal dari transaksi
nonpemilik. Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yangdisajikan melalui
statment laba-rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statment labaditahan.
1 Laba Kinerja Sekarang
Pendekatan ini hanya memasukkan ke dalam statment laba-rugi pos-pos operasi yangdianggap
bertalian dengan tahun berjalan dan penggunaan asset (sumber ekonomik) untukmencapai tujuan
utama. Pendekatan ini meenekankan makna periode sekarang atau berjalan(current)dan
operasi(operating)dalam arti sempit (Suwardjono, 2010:558). Pendukung pendekatan ini
mengajukan beberapa argumen sebagai berikut:
Laba harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk periode berjalan
sehinggalaba harus bebas dari hal-hal yang mengaburkan efisiensi. Efisiensi, yang diukur
atas dasar kembalian atas aset (return on assets), merupakan angka penting untuk
memprediksikemampuan laba masa datang.
Laba merupakan pengukur kinerja manajemen. Oleh karenanya, laba haruslah angka yang
benar-benar merupakan hasil penggunaan sumber ekonomik yang ada dalam batas-batas
pengendalian manajemen. Faktor-faktor yang terjadi di luar kendali manajemen
harusdikeluarkan dari perhitungan laba. Ini berarti, laba yang harus disajikan dalam statment
laba-rugi adalah laba yang berasal dari operasi normal.
Laba harus dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antar perioda dan antar
perusahaan secara bermakna. Hal ini hanya dapat dilakukan kalau angka laba hanya berisi
pos- pos yang bersifat operasi dan rutin.
Karena fiksasi fungsional (functional fixation) pembaca statment laba-rugi yang hanya
melihatangka akhir, pemasukan pos-pos luar biasa dalam statment laba-rugi dapat
menyesatkan pemakai.
2 Laba Semua-Termasuk
Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi dalam arti luas dan
transaksi modal. Dengan kata lain, yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui
statment laba-rugi adalah semua pos akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi
olehkonsep dasar kontinuitas usaha yang memandang statment laba-rugi merupakan penggalan
aliran operasi (pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang. Untuk dapat memprediksi
kemampuan melaba jangka panjang, statment laba-rugi tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus
disajikan sebagai serangkaian statment laba-rugi sepanjang umur perusahaan.
3 Alasan Mendasar
Paton dan Littleton (1970) mengajukan argumen mendasar dalam mendukung pendekatan laba
semua-termasuk yaitu konsep pemanfaatan aset(asset utilization). Konsep ini memandang bahwa
manajemen mengelola aset sebagai satu kesatuan. Dari segi pemanfaatan, sebenarnya tidak dapat
dipisahkan antara aset keuangan dan aset tetap sehingga keduanya mempunyai pengaruh yang
sama terhadap laba. Lawan dari konsep pemanfaatan aset adalah konsep asetkapital (capital
asset). Konsep ini membedakan aset kapital (yang terdiri atas aset tetap fisis) danaset lainnya
sehingga pengaruh transaksi aset kapital (terutama yang luar biasa) terhadap labaharus berbeda
dengan transaksi aset lainnya. Berikut ini dibahas argumen Patton dan Littleton mengenai
pemanfaatan aset :a. Konsep Pemanfaatan Asset Statemen laba-rugi harus menyajikan secara
efektif semua akibat dari pemanfaatan aset yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen.