Anda di halaman 1dari 13

Nama : Hoza Raju Pranata

NPM : 5190111027
Prodi : Akuntansi Sarjana
Kelas : Teori Akuntansi

BAB 11 Ekuitas
Pengertian
Dalam kerangka dasar Standart Akuntansi Keuangan (2002) misalnya Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas sebagai berikut :
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar
dua komponen penting yaitu modal setoran dn laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal
saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik.
Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya
Modal Setoran
Modal Yuridis
• Penerbitan saham baru
• Kapitalisasi laba ditahan
• Dividen saham
• Konversi obligasi atau saham istimewa terkonversi
• Stock subscriptions
Modal Setoran Lain
• Premium modal saham
• Penjualan saham treasuri
• Penyerapan deficit
• Deklarasi deviden likuidasi
• Restrukturisasi kapital
• Revaluasi aset

Modal Bentukan atau Laba Ditahan


• Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
• Dividen
• Rekapitalisasi
• Defisit
• Koreksi
• Perubahan akuntansi
Lain-lain
Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen modal setoran
lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas pemegang saham. Pos-pos ini
misalnya adalah untung penahanan belum terrealisasi lainnya, selisih revaluasi, dan hak pemegang saham
minoritas.
Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan
informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang
efesiensi dan kepengurusan manajemen.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham
tersebut minimal adalah :
1. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
2. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengambilan modal setoran kepada
pemegang saham.
3. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.
Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan
Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar
laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi
elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk mengukur seluiruh hak pemegang
saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.
Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar
yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat
ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan
adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah
rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan
hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan
untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor
oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal (par stock), modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang dikenal
dengan nama Modal Saham (kapital stock). Modal saham menunjuk jumlah rupiah perkalian antara
cacah saham beredar dengan nilai nominal per saham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara
yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang
disetor/dibayarkan melebihi modal yuridis tersebut.
Modal Setoran Lain
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah penyimpangan dari
penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan sebagao sumber laba ditahan.
Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai modal
setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis
atau telah berubah karena transaksi modal yang dibahas dibawah ini.
Perubahan Modal Setoran
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas antara
perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal . dalam hal kenaikan modal
setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal
sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen. Berbagai
sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoritisnya adalah :
1. Pemesanan saham
2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.
3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,
4. Dividen saham.

Hak Beli Saham


Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli sejumlah saham
(proporsional dengan pemilikan). Hal ini biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan pemilik
pemegang saham lama. Harga pasar hak beli saham adalah sebesar selisih harga pasar saham dengan
harga yang harus dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham. Selisih tersebut dapat
dikapitalisasi ke modal setoran lain-lain (paid-in kapital in excess of par or stated value).
Opsi Saham
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham atau derivatif-saham.
Disebut turunan karena harus ada sekuritas yang melandasi atau menjadi basis. Secara umum opsi
diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja diciptakan oleh
investor untuk dijual kepada investor lain. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call
memberi hak kepada pemegang untuk membeli sejumlah saham dengan harga tertentu setiap saat
sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Opsi put memberi hak kepada pemegang untuk
menjual sejumlah saham dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal
tertentu. Opsi dijual oleh penerbit dengan harga tertentu (disebut option premium atau price).
Pada umumnya harga pengambilan di bawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang
ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham
karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan
motivasi karyawan dengan menjadikan pemilik perusahaan dan untuk menambah penghasilan
karyawan. Terdapat masalah akuntansi yang berkaitan dengan opsi saham karyawan, yaitu : (1) apakah
manfaat yang didapat karyawan dari opsi saham merupakan kompensasi/imbalan tambahan; (2) kalau
merupakan kompensasi tambahan, bagaimana mengukur kompensasi tersebut; dan (3) kapan atau dalam
periode mana tambahan kompensasi tersebut dapat diakui sebagai biaya (gaji dan upah)
Opsi Saham Nonimbalan
Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan kompensasi karyawan
tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik perusahaan dan untuk membantu
perusahaan menambah dana. APB Opinion No. 25 (pasal 7) menentukan bahwa opsi saham dapat
dikategori sebagau nonimbalan/nonkompensasi jika keempat karakteristik program opsi saham berikut
dipenuhi:
1) Hampir seluruh karyawan penuh yang memenuhi kualifikasi jabatan terbatas boleh
berpartisipasi dalam program opsi saham
2) Karyawan mempunyai hak membeli saham dalam jumlah yang sama atau atas dasar persentase
tertentu dari gaji atau upah
3) Jangka waktu opsi tidak terlalu lama
4) Harga saham tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar saham atau harga yang
ditawarkan kepada pihak lain.
Opsi Saham Imbalan
Jika program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan, tentunya opsi saham
tersebut merupakan opsi saham imbalan. Tanggal pengukuran alternatif ini akan ditentukan berdasarkan
tanggal yang informasi berikut diketahui lebih dahulu (1) banyaknya saham yang dapat dibeli oleh
karyawan atau (2) harga pengambilan. Tidak berarti bahwa karyawan harus mengambil opsi pada
tanggal tersebut. Alasan pengukuran biaya pada saat opsi ditawarkan atau pada tanggal alternatif di atas
adalah : (a) pada tanggal tersebut kompensasi dapat diukur dengan cukup pasti baik bagi perusahaan
maupun karyawan; (b) harga pada tanggal tersebut dianggap merupakan harga kesepakatan bagi kedua
belah pihak sehingga jumlah rupiahnya objektif; (c) selisih harga pada tanggal tersebut dapat dianggap
sebagai kos untuk mencapai tujuan penerbitan opsi; dan (d) keputusan untuk mengambil opsi saham
ada ditangan karyawan sehingga perubahan harga saham bukan merupakan kos bagi perusahaan.
Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya
untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu (PSAK No. 41,
pasal 03). Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham dengan mengembalikan waran tersebut dan
membayar sejumlah uang kas tertentu. waran berbeda dengan hak beli saham dan opsi saham dalam
beberapa aspek yaitu:
1) Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham (call dan put) diterbitkan oleh
investor (baik individual maupun institusional)
2) Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat tahunan) daripada jangka waktu opsi hak
beli saham
3) Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan pemegang saham atau karyawan
perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi pembeli
4) Saham dijual dengan harga tertentu/tunai
5) Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat pengambilan opsi
biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran ditawarkan
6) Bila hak opsi tidak diambil, kos waran tidak dapat ditarik kembali oleh pemegang waran
7) Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang (obligasi).
Penurunan Modal Setoran
Modal setoran tidak akan berkurang kecuali ada pembayaran atau pembagian dividen yang dapat
dikategorikan sebagai dividen likuidasi atau penarikan kembali saham yang beredar secara permanen.
Semua transaksi yang berkaitan dengan oenarikan kembali saham atau likuidasi modal tidak ada
kaitannya dengan untung atau rugi. Dengan kata lain, untung atau rugi tidak timbul dari transaksi
penarikan kembali saham. Perlakuan atas saham yang ditarik kembali harus sejalan dengan sifatnya
sebagai ekuitas pemegang saham.
Saham Treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali saham untuk sementara
menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan kembali saham sebagai
saham treasuri adalah :
1) Saham tersebut akan diterbitkan kemabali kepada karyawan dalam program opsi saham dan
2) Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transksi penggabungan
usaha.
Mengenai hal ini, ada dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi
dan dua transaksi.
Konsep Satu Transaksi
Konsep ini disebut juga dengan metode kos karena jumlah rupiah total yang dibayarkan dianggap
seakan-akan merupakan kos pembelian saham treasuri. Disebut satut ransaksi karena pembelian saham
treasuri dan penjualannya kembali dianggap sebagai satu transaksi. Artinya, pembelian dan penjualan
dianggap sebagai kesatuan transksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan transaksi saham
treasuri tersebut.
Konsep Dua Transaksi
Dengan konsep ini, pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai likuidasi
ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri dianggap sebagai penerbitan
saham baru. Konsep ini disebut dengan penedekatan nominal karena harga penarikan atau penjualan,
dikompensasi ke modal setoran lain seluruhnya atau sebatas porsi modal setoran lain mula-mula dan
selisihnya dikompensasi ke laba ditahan.
Perubahan Laba Ditahan
Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan (jika ada pemisahan antara
transaksi modal dan transaksi operasi), yaitu : laba/rugi periodik dan pembagian dividen. Laba yang
dipindahkan dari akun laba-rugi adalah laba yang merupakan selisih seluruh elemen transaksi operasi
dalam arti luas yang disebut laba komprehensif. Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan
laba ditahan dalam suatu periode berubah selain karenan transaksi modal tetapi karena transaksi khusus,
yaitu :
1. Penyesuaian periode lalu,
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
3. Pengaruh perubahan akuntansi
4. Kuasi-reorganisasi
Penyesuaian Periode Lalu
Peneysuaian peruiode lalu (penyesuaian susulan) adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang
mempengaruhi operasi periode masa lalu (yang baru ditemukan atau baru dapat diakui dalam periode
sekarang) bukan sebagai pengurang atau penammbah perhitungan laba tahun sekarang (masuk dalam
statemen laba-rugi tahun sekarang/berjalan) tetapi sebagai penyesuaoan terhadap laba ditahan awal
periode sekarang. Suatu jumlah rupiah dapat diperlakukan sebagai penyesuaian periode lalu jika jumlah
rupiah tersebut :
a) Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung dengan kegiatan-
kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa lalu
b) Tidak timbul akibat peristiwa ekonomik yang terjadi setelah tanggal statemen keuangan periode
yang lalu. Artinya, peristiwa yang menimbulka jumlah rupiah telah terjadi di masa lalu, hanya
tidak pasti jumlahnya atau waktu mengikatnya bagi perusahaan
c) Sangat bergantung pada ketepatan pihak lain selain manajemen. Artinya, jumlah dan kepastian
mengikatnya tidak berada di bawah pengendalian atau keputusan manjamen
d) Tidak dapat ditaksi atau diantisipasi secara layak sebelum adanya ketepatan tersebut.
Koreksi Kesalahan
Dalam hal tertentu, kesalahan tidak segera diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu atau bahkan
beberapa perioda setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan.
Untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari kesalahan hitung, kesalahan
aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi, atau kekhilafan atau kekeliruan menggunakan fakta yang
tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan. APB membedakan antara kesalahan dengan
perubahan taksiran atau perubahan akuntansi. Perubahan taksiran atau akuntansi muncul dari adanya
informasi atau perkembangan baru yang berarti dari tilikan yang lebih baik atau pertimbangan yang
lebih mantap. Untuk disebut kesalahan, harus ada unsur kekhilafan atau salah pakai informasi.
Koreksi Sebagai Penyesuaian Laba Ditahan
Menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang pernah dilaporkan harus
dilakukan langsung terhadap akun laba ditahan untuk semua kasus kecuali untuk koreksi-koreksi yang
jumlahnya tidak terlalu besar (material) sehingga tidak mengganggu pelaporan laba normal. Ini berarti
koreksi tidak tampak dalam statemen laba-rugi.
Koreksi Sebagai Penyesuai Modal Setoran Lain
Paton dan Littleton (1970) menegaskan bahwa koreksi yang berkaitan dengan penggunaan aset dalam
perioda-perioda yang lalu dengan alasan apapun hendaknya dipisahkan dengan premium modal saham.
Premium modal saham merupakan komponen modal setoran dan kalau pemisahan antara modal setoran
dan modal operasi (laba) harus tetap dipertahankan maka tidaklah tepat untuk menggunakan modal
setoran untuk menyerap koreksi atas laba yang pernah dilaporkan kecuali kalau:
1. Laba bersih tahun berjalan dan lana ditahan telah habis.
2. Penyesuaian yang mempengaruhi modal setoran tersebut mendapat persetujuan pemegang
saham.
3. Laba ditahan yang diakumulasi setelah penyesuaian modal tersebut diberi tanggal. Artinya, laba
ditahan yang dilaporkan kemudian diperoleh dari operasi setelah penyesuaian tersebut
(perusahaan dianggap baru mulai atau (fresh start).
Koreksi Sebagai Komponen Statemen Laba-Rugi
Paton dan Littleton (1970) mendukung perlakuan ini dengan alasan bahwa statemen laba rugi kumulatif
yang didasarkan atas statemen terdahulu harus menunjukkan laba (atau rugi) konprehensif sepanjang
riwayat perusahaan sampai tanggal sekarang. Dengan demikian, kalau koreksi langsung dilakukan
dalam akun laba ditahan tanpa ada petunjuk atau penjelasan apapun dalam statemen laba rugi, beberapa
statemen laba rugi yang pernah diterbitkan tidak dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Perubahan Akuntansi
Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu:
1. Perubahan prinsip atau metoda akuntansi (change in accounting principle or method)
2. Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate)
3. Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)
Penyesuaian Retroaktif
Metoda ini mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu sebagai penyesuaian
perioda lalu. Ini berarti saldo awal akun laba diatahan perioda sekarang disesuaikan dengan pengaruh
kumulatif tersebut dan laporan-laporan perioda sebelumnya disusun kembali sesuai dengan perubahan
tersebut.
Penyesuaian Sekarang
Metoda ini mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba perioda yang lalu sebagai komponen
dalam menghitung laba perioda sekarang (perioda terjadinya perubahan). Perlakuan ini di dasar
beberapa gagasan. Pertama, semua pos yang yang mempengaruhi laba perusahaan harus dilaporkan
melalui statemen laba rugi. Kedua, pada umumnya perubahan akuntansi cukup sering terjadi sehingga
tidak praktis untuk selalu mengadakan revisi statemen keuangan perioda-perioda sebelumnya. Ketiga,
pengungkapan yang jelas dalam pelaporan laba perioda sekarang sudah cukup memadai untuk
mengungkapkan pengaruh perubahan tersebut sehingga kemungkinan pembaca laporan keuangan akan
melewatkan informasi perubahan dapat diatasi. Keempat, penyusunan kembali statemen keuangan
perioda lalu dapat menurunkan keyakinan publijk terhadap statemen keuangan dan dapat
membingungkan pemakai.
Penyesuaian Sekarang dan Prospektif
Metoda ini menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu ke perioda sekarang
dan beberapa perioda mendatang yang sesuai. Perlakuan ini dilandasi oleh argumen bahwa perubahan
akuntansi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindari dalam proses akuntansi yang bersifat
memenuhi kebutuhan yang berkembahang.
Aplikasi dalam Standar
Berikut ini adalah pedoman umum yang diberikan dalam APB No. 20 untuk memperlakukan berbagai
perubahan akuntansi.
Perubahan prinsip atau metoda akuntansi. Perubahan ini misalnya adalah pergantian metoda
depresiasi dari persentase nilai buku ke garis lurus atau sebaliknya. Perubahan dapat disebabkan oleh
terbitnya standar baru yang menetapkan penggunaan metoda tertentu atau menolak sama sekali metoda
tertentu.
Dalam hal ini, APB Opinion No.20 menganut penyesuaian sekarang memperlakukan perubahan metoda
akuntansi. Secara teknis, perlakukan tersebut dilaksanakan sebagai berikut:
a. Statemen keuangan bebrapa perioda sebelumnya perubahan disertakan dalam pelaporan seperti
apa adanya untuk tujuan perbandingan.
b. Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan awal perioda sekarang dilaporkan dalam
statemen laba rugi perioda sekaranng (terjadinya perubahan)
c. Pengaruh penggunaan metoda baru terhadap laba sebelum pos luar biasa dan terhadap laba
bersih (termasuk EPS) untuk perioda pergantian metoda perlu diungkapkan.
d. Laba sebelum pos-pos luar biasa dan laba bersih (termasuk EPS) yang dihitung secara pro forma
atas dasar metoda baru harus ditunjjukan dalam statemen laba rugi untuk perioda-perioda yang
disajikan seakan-akan prinsip baru telah diterapkan untuk perioda-perioda tersebut.
Ada beberapa perubahan yang kecualikan dari ketentuan umum di atas. Beberapa hal yang dikecualikan
tersebut adalah:
1. Perubahan dari MTKP ke metoda aliran kos yang lain.
2. Perubahan (misalnya dari kontreak selesai ke persentase penyelesaian sebaliknya).
3. Perubahan metoda akuntansi dari kos penuh ke upaya sukses yang digunakan dalam perusahaan
ekstraktif.
4. Perubahan akuntansi investasi jangkapanjang dari metode kas ke metoda aekuitas karena
perubahan pemilikan dari 20% ke bawah menjadi 20% atau lebih.
5. Setiap perubahan akuntansi sebelum perusahaan mempublik.
6. Setiap perubahan prinsip akuntansi yang dianjurkan untuk diperlukan secara retroaktif oleh
standar akuntansi yang baru diterbitkan.
Perubahan taksiran akuntansi. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat ditemukannya fakta baru
atau informasi baru atau akibta pengalaman tambahan yang diperoleh perusahaan bersangkutan dengan
taksiran tertentu.
APB Opinion No. 20 paragraf 31 menentukan bahwa perubahan estimasi diperlukan sebagai
penyesuaian sekarang dan prospektif yaitu pengaruh perubahan diakui (1) pada perioda perubahan kalau
perubahan hanya mempengaruhi perioda tersebut (2) pada perioda perubahan dan mendatang kalau
perubahan mempengaruhi kedua perioda tersebut. Juga ditetapkan bahwa perubahan estimasi
hendaknya tidak diperlakukan sebagai penyesuaian rekroaktif atau pelaporan pro forma untuk perioda
lalu.
Perubahan kesatuan/subjek pelaporan. Perubahan entitas pelaporan berarti perubahan organisasi
atau lingkup kesatuan usaha yang dilaporkan dalam statemen keuangan. APB membatasi perubahan
entitas pelaporan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Penyajian statemen keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai ganti statemen perusahaan
secara individual.
2. Perubahan grup perusahaan anak yang dimasukkan dalam statemen keuangan konsolidasian.
3. Perubahan grup perusahaan-perusahaan yang membentuk statemen keuangan gabungan.
Kuasi reorganisasi
Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang dilakukanj
dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo
defisit.
Proses kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut:
1. Aset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau nilai wajar pada saat
reorganisasi.
2. Modal setoran lain atau agio saham harus ditentukan jumlahnya sehingga cukup besar untuk
menutup defisit.
3. Saldo debit nlaba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit agio/premium modal
saham.
Pengaruh Defisit Terhadap Kreditor
Setiap defisit akan mengurangi batas perlindungan yang sebelumnya dinikmati oleh kreditor perseroan
dan tingkat pengurangan ini akan menjadi makin berpengaruh kalau defisit semakin besar. Kalau laba
ditahan jumlahnya cukup untuk menyerap rugi tertentu maka tidak akan timbul defisit ditinjau dari segi
neraca meskipun posisi kreditor menjadi kurang terjamin dibandingkan dengan posisi sebelumnya
terjadi rugi. Kalau rugi melebihi laba ditahan jaminan kreditor mula-mula yang berupa ekuitas
pemegang saham menjadi berkurang. Kalau sebagain ekuitas pemegang saham yang telah disishkan
sebagi agio saham cukup untuk menyerap sisa rugi, maka jaminan panyangga bagi kreditor akan
terpengaruh juga. Kalau modal sahamk yuridis harus dikurangi untuk membentuk agio yang cukup
untuk menyerap defisit makan jelaslah ada pengerutan elemen jaminan penyangga total mula-mula yang
menjadi dasar utama kepercayaan kreditor dalam menanamkan dananya.
Penyajian Modal Pemegang Saham
Dalam terjadi defisit urutan penyajian menggambarkan urutan penyerapan rugi sedangkan dalam
kondisi likuidasi urutan penyajian menggambarkan urutan perlindungan yuridis bagi para penyedia
dana dalam hal terjadi likuidasi.
Urutan Penyerapan Rugi
Urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pendapatan kotor. Pos ini menyerap semua biaya dan rugi dan debit/ beban yang berasal dari
transaksi nonpemilik.
2. Laba bersih. Hal ini akan terjadi pendapatan kotor tidak cukup untuk menutup semua kos
terhabiskan baik yang berasal dari konsumsi manfaat maupun hilangnya manfaat. Bila
digunakan pendekatan laba komprhensif, laba bersih akan menjadi laba konprehensif.
3. Laba ditahan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila laba bersih perioda berjalan tidak cukup
untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi luar biasa.
4. Premium modal saham. Bagian modal ini baru dapat menyerap rugi kalau laba ditahan dan
laba ditahan telah habis untuki menyangga suatu rugi. Dengan kata lain, modal saham harus
tetap dijaga keutuhannya sampai premium modal saham benar-benar telah habis.
5. Modal saham. Bila keutuhan modal yuridis telah terpengaruh secara substansial. Kebijakan
untuk melakukan kuasi-reorganisasi atau bahkan likuidasi perusahaan mungkin diperlukan
Urutan Menerima Distribusi Aset
1. Karyawan dan pemerintah. Pihak ini dapat dipandang sebagi kreditor yang diprioritaskan yaitu
karyawan dengan hak atas gaji dan pemerintah dengan hak atas pajak terhutang.
2. Kreditor berjaminan. Pihak ini adalah pemegang obligasi atau kreditor lain yang haknya
dijamin dengan hak sita atas aset tertentu.
3. Kreditor takberjaminan. Pihak ini terdiri atas pada kreditor yang tidak dijamin terrefleksi
dalam utang usaha atau utang wesel baik jangka panjang maupun jangka pendek.
4. Pemegang saham prioritas. Pihak ini dilindungi oleh laba ditahan sebagai penyangga modal
saham yuridis.
5. Pemegang saham biasa. Pihak ini merupakan pemegang hak atas sisa kekayaan yang berarti
bahwa pemegang saham biasa harus menanggung lebih dahulu rugi defisit.
Perincian Laba Ditahan
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dialporkan langsung ke laba
ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Terdapat pula kebiasaan bahwa laba
ditahan disajikan dengan merincinya atas dasar tujuan dengan cara yang disebut apropriasi dan
pembatasab.
Perincian atas Dasar Sumber
Dengan dasar ini laba ditangan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi normal attau
rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat saja pembedaan antara kedua nsumber laba ditahan
tersebut dipertajam. Namum, sebenarnya tidak cukup beralasan untuk memecah kembali jumlah rupiah
bersih laba periodik atas dasar klasifikasi sumber bilamana statemen laba rugi telah memuat semua
faktor yang menentukan laba bersih dan laba komprehensif ini telah ditansfer ke lana ditahan menjadi
bagian dari ekuitas pemegang saham. Jadi, nila perubahan akibat transaksi operasi dipisahkan secara
tegas dengan transaksi modal, statemen laba rugi telah merefleksi sumber laba ditahan shingga
perincian laba ditahan akan percuma.
Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan
Ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas dan cadangan umum.
Perincian semacam itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu.
Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat.
Penyertaan statemen laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan pelaporan daripada perincian resmi
dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya “cadangan ekspansi”.
Dalam rangka kebijakan deviden, perusahaan yang mempunyai rencana membagi deviden menyisihkan
laba ditahan menjadi “cadangan pembagian deviden” sebelum mengumumkan deviden. Meskipun
demikian, perlu dicatat bahwa dividen tersebut harus dibayar dengan kas. Penyisihan tersebut
sebenarnya tidak menjamin bahwa kas tersedia untuk keperluan tersebut.
Paton dan Littleton (1970) mengatakan bahwa penyisihan laba ditahan sebenarnya tidak bermakna.
Penyisihan akan bermakna bila di sisi aset benar benar sejumlah rupiah untuk tujuan penyisihan
tersebut. Bentuk lain penyisihan adalah untuk tujusn penyerapan kemungkinan rugi atau ketidakpastian
lainnya.
Laba Komprehensif
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan dipisahkan secara
tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan akibat transaksi operasi harus
dilaporkan melalui statemen laba – rugi.
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos pos mana saja yang disajikan melalui statement laba rugi dan
pos pos mana saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal ini ada dua pendekatan
yang dianut yaitu kinerja sekarang atau normal dan semua termasuk atau surplus bersih.
Laba Kinerja Sekarang
1. Laba harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk periode berjalan sehingga
laba harus bebas dari hal hal yang mengaburkan efisiensi.
2. Laba merupakan pengukur kinerja manajemen.
3. Laba harus dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antarprioda dna atar perusahaan
secara bermakna.
4. Karena fiksasi fungsional pembaca statemen laba – rugi yang hanya melihat angka akhir,
pemasukan pos pos luar biasa dalam statemen laba rugi dapat menyestkan pemakai.
Laba Semua – Termasuk
Yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui statemen laba rugi adalah semua pos akibat
transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas usaha yang memandang
statemen laba – rugi merupakan penggalan aliran operasi (pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang.
Untuk dapat memprediksi kemampuan melaba jangka panjang, statemen laba – rugi tidak dapat berdiri
sendiri tetapi harus disajikan sebagai rangkaian statemen laba – rugi sepanjang umur perusahaan.
Dengan demikian laporan laba – rugi periodik harus memuat pos pos yang tidak normal atau liar biasa.
Alasan Mendasar
Patton dan Littleton (1970) mengajukan argumen mendasar dalam mendukung pendekatan laba semua
tyermasuk yaitu konsep pemanfaatan aset. Konsep ini memandang bahwa manajemen mengelola aset
sebagai satu kesatuan.
Konsep pemanfaatan aset
Pemisahan laba menjadi normal dan tidak normal dalam dua statemen akan cenderung mengalihkan
pusat perhatian pemakai secara tidak semestinya ke laba normal dan dengan demikian secara tidak sadar
mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen secara keseluruhan.
Paton dan Littleton menegaskan bahwa pemecahan yang paling logis adalah membaca serangkaian
statemen laba-rugi komprehensif periode – periode sebelumnya.
Konsep aset kapital
Konsep ini membedakan fungsi aset lancar dan aset tetap. Dengan demikian perubahan aset tetap karena
penjualan atau penghentian berbeda dengan perubahan karena pemanfaatan aset untuk menciptakan
laba (melalui depresiasi) sehingga laba atau rugi pemberhentian aset harus dilaporkan terpisah sebagai
penyesuai laba ditahan.
Argumen yang diajukan oleh hendriksen dan van breda (1992) dan sumber lainnya yang mendukung
pendekatan laba semua termasuk dalam menyajikan statemen laba – rugi.
1. Secara teknis, penggunggungan laba tahunan selama umur perusahaan harus sama dengan laba
total perusahaan.
2. Pengeluaran pos pos nonpemilik dari perhitungan laba memberi kesempatan pada manajemen
untuk melakukan manipulasi atau manajemen laba.
3. Tidak selalu mudah untuk menentukan apakah suatu pos bersifat operasi atau non operasi,
reguler atau takreguler, normal atau taknormal.
4. Dengan memasukkan semua pos pos yang berasal dari transaksi nonpemilik dan dengan
pengungkapan yang layak, pemakai laporan mempunyai keleluasaan untuk mereklasifikasi dan
menentukan sendiri laba antara yang dianggap berpaut dan bermanfaat untuk pengambilan
keputusan.
5. Pengertian operasi perusahaan harus diinterpretasi dalam perspektif yang luas tidak terbatas
pada kegiatan produksi dan penjualan produk utama.
Penyajian Laba Komprehensif
Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya adalah
bagaimana menyajikan komponen-komponen pembentuk laba komprehensif dan bagaimana
penyajiannya dalam statement laba-rugi.
Komponen-Komponen Pembentuk Statement Laba-rugi
1) Seksi operasi utama (major operating activities section):
a) Penjualan atau pendapatan
b) Kos barang terjual
c) Biaya penjualan
d) Biaya administrative atau umum
2) Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section):
a) Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
b) Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
3) Pajak penghasilan (income taxes)
4) Operasi hentian/taklanjutkanan (discontinued operations)
5) Pos-pos luar biasa/ekstraordiner (extraordinary items)
6) Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi
7) Pengaruh kumulatif perubahan estimate/taksiran
8) Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya. termasuk pos-pos penerobos
Terdapat dua pendekatan penyusunan statement laba-rugi yaitu:
1. Pendekatan satu-statement (one statement approach)
untuk menyajikan komponen 1) sampai 8), menyajikan kedelapan komponen tersebut dalam satu
statement yang disebut statement laba-rugi dan laba-rugi komprehensif.
2. Pendekatan dua-statement
memisahkan pelaporan komponen 1) sampai 7) dalam statement laba-rugi (statement of income)
dan menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda bersih dalam statement laba-rugi
komprehensif.
Dengan pendekatan semua-termasuk, FASB memperluas cakupan laba yang meliputi pula apa yang
sebelumnya disebut pos-pos penerobos (bypassing items). Pos-pos penerobos adalah pos-pos yang
dilaporkan langsung dalam statement laba ditahan tanpa melalui statement laba-rugi.

Anda mungkin juga menyukai