Anda di halaman 1dari 15

Nama : Hoza Raju Pranata

NPM : 5190111027
Prodi : Akuntansi Sarjana
Kelas : Teori Akuntansi

BAB 9 Biaya
1. PENGERTIAN

Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan asset dan juga rugi
(loss). Pembahasan tersebut hanya menyebutkan bahwa bila kos tidak memenuhi difinisi asset
(dapat ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatan), kos tersebut dapat masuk sebagai
biaya atau rugi.

Kalau kewajiban merupakan bayangan cermin asset, definisi biaya oleh FASB di atas
merupakan lawan atau kebalikan dari definisi pendapatan. Pendapatan arahnya masuk
sedangakan biaya arahnya keluar kesatuan usaha. APB juga mendefinisi biaya sebagai
kebalikan pendapatan.
APB selanjutnya menjelaskan bahwa seperti pendapatan, biaya timbul hanya dalam
kaitannya dengan kegiatan penciptaan laba yang mengakibatkan perubahan ekuitas. IAI
(IASC) mendefinisi biaya dalam standar Akuntansi Keuangan

Dari berbagai sumber di atas dan sebagai lawan dari pendapatan, terdapat dua karakteristik
penting yang melekat pada makna biaya yaitu:

1) Aliran keluar atau penurunan asset (outflow of assets, gross decrases in assets, decreases in
economic benefitd, using up of assets, consumption of assets, use of economic services, expired
costs, applicable costs to current period).
2) Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus (ongoing major operations,
profit-directed activities, for the purpose of generating revenues, creation of revenues, earning
activities).

Selain dua karakteristik utama di atas, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai
konsekuensi, pendukung, atau penjelas. Karakteristik utama dan pendukung dibahas berikut
ini:

➢ Penurunan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurun asset atau menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Asset dalam hal
ini harus diartikan sebagai semua asset perusahaan sebagai satu kesatuan (bukan hanya asset
tertentu misalnya sediaan bahan baku). Pemakaian bahan baku untuk pembuatan produk tidak
dapat disebut sebagai biaya kalau produk tersebut belum terjual (keluar dari kesatuan usaha)
karena kalau produk belum terjual belum terjadi penurunan asset. Yang terjadi hanyalah
perubahan bentuk asset sebagai potensi jasa.

➢ Operasi Utama yang Menerus

Tidak semua penurunan atau konsumsi asset membentuk biaya. Agar menjadi biaya
konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Yang
dimaksud dengan kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang
direpresentasi dalam kegiatan memproduksi / mengirim barang atau menyerahkan/
melaksanakan jasa. Karena dianggap bahwa perusahaan ingin mendapatkan dan mengukur laba
dengan tepat, harus ada kaitan yang logis antara biaya dan pendapatan.

Jadi, sebagaimana berlaku untuk pendapatan, pengertian operasi menunjuk kegiatan


operasi yang merupakan elemen statemen aliran kas yaitu,
operasi (operating),investasi (investing), dan pendanaan (financing). Biaya adalah penurunan
asset yang berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.

➢ Kenaikan Kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi
juga dari kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencakupi
pula pos-pos yang timbulkan dalam penyesuaian akhir tahun.
Akan tetapi, tidak semua barang dan jasa dicatat sebagai asset tetapi langsung dimanfaatkan
menjadi biaya. Penggunaan frasa “pemanfaatan asset” dalam definisi FASB menjadi kurang
deskriptif. Karena dengan frasa tersebut seakan-akan yang namanya biaya hanyalah berasal
dari pemanfaatan asset dan tidak termasuk pemanfaatan potensi jasa yang tidak dicatat dahulu
sebagai asset.

➢ Penurunan Ekuitas
Definisi APB dan IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan asset akhirnya akan
mengubah ekuitas (can change owners’equity) atau menurunkan ekuitas (result in decrases in
equity). Pendefinisian ini sebenarnya menegaskan bahwa akuntansi menganut konsep kesatuan
usaha sehingga ekuitas secara konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik.
➢ Aliran Fisis atau Moneter
Tampaknya FASB memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya. Bahwa
biaya timbul dari penyerahan atau produksi barang (from delivering or producing goods) atau
dari pelaksanaan jasa (rendering servise) memberi isyarat bahwa FASB memaknai biaya
(penurunan asset) sebagai kejadian fisis (physical event).
Dengan demikian, konsep penandingan (matching) secara jelas terkandung dalam definisi
biaya oleh Kam. Definisi FASB sama sekali tidak menunjukkan secara eksplisit asosiasi antara
pendapatan dan biaya. Definisi biaya oleh FASB seakan-akan independen terhadap pendapat.

➢ Rugi

Seperti halnya untung, argument yang diajukan untuk menjawab perlu atau tidaknya
biaya dibedakan dengan rugi. FASB memfokuskan pengertian biaya hanya untuk penurunan
asset yang berkaitan dengan operasi utama atau sentral. Sebagai lawan makna untung, kata-
kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah:

1) Penurunan ekuitas (asset bersih).


2) Transaksi peripheral atau incidental.
3) Selain apa yang didefinisikan sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.

Empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah (SFAC No. 6, prg. 85):
a. Periferal dan incidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga, penjualan
asset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatug tempo.
b. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfers) dengan pihak lain: misalnya pencurian dan
pembayaran ganti rugidari kekalahan dalam tuntutan perkara hokum.
c. Penahanan aset (holding assets); misalnya penurunan harga sekuritas inevstasi, penurunan nilai
tukar valuta asing, dan penurunan harga karena penahan sediaan (holding losses).
d. Factor lingkungan: misalnya ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah dari kos asset
yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya manfaat asset yang tidak diasuransi akibat
kebakaran.
Pengeluaran tertentu yang diperlukan dalam rangka kegiatan mendapatkan dan
pengembangan fasilitas fisis tertentu acapkali menjadi sia-sia atau tidak produktif kalau
ditinjau dari segi kegiatan secara individual. Akan tetapi, dari segi kegiatan secara keseluruhan,
pengeluaran tersebut mungkin harus diperlakukan sebagai biaya yang selayaknya terjadi.
2. PENGAKUAN BIAYA
Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyakut masalah
kriteria pengakuan (recognition criteria) yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai
asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat
pengakuan (recognition rules atau timing) yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai
bahwa kriteria pengakuan telah dipenuhi. Tidak seperti pendapatan atau untung, biaya dan rugi
tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi.
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut dipenuhi
(SFAC No. 5, prg. 85):
a. Konsumsi manfaat (consumption of benefits) Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat
ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman
atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang
merepresentasi operasi utama atau sentral entitas tersebut.
b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of future benefits). Biaya atau
rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat
ekonomiknyan atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.

➢ Kaidah atau Saat Pengakuan

Kejadian (event) apa yang menandai bahwa salah satu dari kriteria di atas telah dipenuhi?
Dengan kata lain, kapan dan bagaimana jumlah rupiah biaya yang diperkirakan telah
menghasilkan pendapatan diakui? Sebagai pedoman bagi penyusun standar atau manajemen
(kebijakan akuntansi perusahaan), perlu dirumuskan pedoman umum saat pengakuan di tingkat
rerangka konseptual.

➢ Konsumsi Manfaat
Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu perioda dapat diakui langsung pada saat
terjadinya atau diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan. Berbagai jenis
atau pos biaya menghendaki cara pengakuan yang berbeda yaitu (SFAC No. 5, prg. 86):

a. Beberapa pos biaya, seperti kos barang terjual, dibandingkan (matched with)dengan
pendapatan yang terkait. Meretia diakui pada saat atau perioda yang sama dengan pengakuan
pendapatan yang dihasilkan langsung atau bersama(directly or jointly) dari transaksi atau
kejadian lain yang sama dengan yang menimbulkan biaya.
b. Banyak pos biaya, seperti gaji staf penjualan dan administrative, diakui selama periode pada
saat kas dibayarkan atau kewajiban terjadi untuk barang dan jasa yang dimanfaatkan/
dikonsumsi bersamaan dengan pemerolehan atau segera setelah itu.
c. Beberapa pos biaya, seperti depresiasi dan asuransi, dialokasi (diakui) dengan prosedur
sistematik dan rasional untuk perioda-perioda yang menikmati manfaat asset bersangkutan.

➢ Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang

Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik
masa datang suatu asset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau bahwa
kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.

➢ Kaidah Pengakuan APB


Kaidah pengakuan di atas sebenarnya dilandasi oleh basis asosiasi yang oleh APB disebut
sebagai prinsip pengakuan biaya pervasive atau luas (pervasive expense recognition
principles). Hal ini dinyatakan oleh APB sebagai berikut (APB Statement No. 4, prg.157-160):
a. Mengasosiasi sebab dan akibat (associating cause and effect). Beberapa kos diakui sebagai
biaya atas dasar asosiasi langsung dengan pendapatan tertentu
b. Alokasi sistematik dan rasional (systematic and rational allocation). Bila tidak ada cara
langsung untuk mengasosiasi sebab dan akibat, beberapa kos diasosiasi dengan periode sebagai
biaya atas dasar usaha (attempt) untuk mengalokasi kos secara systematic dan rasional ke
beberapa perioda yang diperkirakan menikmati manfaat.
c. Pengakuan segera (immediate recognition). Beberapa kos diasosiasi dengan perida berjalan
sebagai biaya karena:
1) Kos yang terjadi dalam perioda berjalan tidak memberi manfaat masa datang yang cukup
nyata (discernible).
2) Kos yang dicatat sebagai asset dalam perioda-perioda sebelumnya tidak lagi mempunyai
manfaat ekonomik yang cukup nyata.
3) Mengalokasiberbagai kos baik atas dasar asosiasi dengan pendapatan atau atas dasar perioda
akuntansi dipandang tidak mempunyai manfaat yang berarti.

➢ Hubungan Kos dan Biaya


Beberapa sumber mendefinisi biaya dalam kaitannya dengan pengertian kos karena
memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan kos. Akan tetapi, kos tidak selalu dapat disebut
biaya karena kos dapat juga merepresentasi asset.
Dengan kos sebagai pengukur, kriteria konsumsi manfaat dan kelenyapan manfaat dapat
dinyatakan dalam bentuk keterbatasan kos (cost expiration). Kriteria konsumsi lebih berkaitan
dengan pengakuan biaya sehingga kriteria ini oleh paton dan Littlen (1970) disebut kehabisan
kos penciptaan pendapatan (revenue producing cost expiration) sedangkan kriteria kelenyapan
lebih berkaiatan dengan rugi sehingga krtiteria ini dapat disebut keterhabisan kos non
penciptaan pendapatan (not revenue produsing cost expiration).

➢ Proses dan Konsep Penandingan


Laba akan mempunyai makna kalau laba merupakan selisih pendapatan dan biaya yang
mempunyai hubungan tertentu yang bermakna (bukan acak). Dua tahap kritis perlakuan kos
adalah pengakuan (aliran masuk sebagai asset) dan pembebanan (aliran keluar sebagai biaya).
Untuk menentukan laba yang bermakna (meaningful), perlu dipahami dua pengertian penting
yaitu proses penandingan (matching process) dan konsep atau prinsip penandingan (matching
concept or principle). Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan mengukur atau
menakar dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah kemudian menentukan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip penandingan adalah dasar
pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba
yang dihasilkan lebih bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu
kebutuhan (necessity) dalam akuntansi karena alasan berikut:
1) Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik
pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut. Dengan kata lain, proses penandingan tidak
dilakukan pada saat transaksi pendapatan terjadi tetapi pada umumnya dilakukan pada akhir
tahun.
2) Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi
terjadinya biaya. Sebagai contoh, pemerolehan dan pembayaran barang dan jasa untuk
menghasilkan produk tidak selalu bersamaan (tidak terjadi dalam perioda yang sama) dengan
penjualan dan pengumpulan kas.

Karena pendapatan suatu periode ditentukan lebih dahulu, prinsip penandingan akhirnya juga
menentukan saat pengakuan biaya. Bila dianalisis, tiap ketentuan selalu didasarkan atas
pertimbangan berikut:

1) Hubungan atau asosiasi dengan pendapatan.


2) Biaya diakui/ dilaporkan dalam perioda yang sama dengan perioda diakui/ dilaporkannya
dengan pendapatan.
➢ Kelayakan Ekonomik

Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan fisis.
Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat asset atau jasa secara fisis tetapi
nilai asset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara tepat dengan memperhatikan
kondisi yang melingkupinya. Oleh karena itu, dasar penandingan yang paling utama adalah
kelayakan ekonomik (economic reasonan bleness) bukannya dasar aliran fisis semata-mata.

Dalam industry sepatu misalnya, nilai atau kos kulit yang dibebankan ke produksi adalah
semua kos lembar kulit yang masuk proses walaupun secara fisis yang bagian dari kulit yang
tidak menjadi sepatu tetapi menjadi potongan-potongan sisa kulit sebagai bahan buangan. Jadi,
kos suatu factor jasa yang digunakan dalam operasi hanya akan dibebankan ke pendapatan
sebanding dengan produk yang dianggap telah menghasilkan pendapatan.

➢ Menandingkan Bukan Mengkompensasi

Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang (ekspedisi), dan
biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan dikurangkan langsung terhadap
hasil penjualan dan hanya jumlah rupiah netonya dicatat dalam akun penjualan dan penjualan
dilaporkan sebesar jumlah netonya. Perlakuan semacam ini secara teoritis tidak layak. Karena
karakteristik yang berbeda, upaya harus dipisahkan dengan hasil. Semua kos yang
mempresentasi upaya harus tetap dicatat sebagai kos (atau biaya kalau langsung dibebankan).
Sebaliknya, seluruh hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya secara utuh sebagai
pendapatan.

3. Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi dibahas
berikut ini.

➢ Asosiasi Sebab dan Akibat

Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka
mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan sebab akibat antara biaya
dan pendapatan. Oleh karena itu, basis penandingan yang paling masuk akal adalah sebab
akibat. Walaupun basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak
hal sulit untuk dibuktikan secara menyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.

Walaupun demikian, hubungan sebab akibat mempunyai validitas karena pengamatan


terhadap operasi perusahaan pada umumnya menunjukkan bahwa pendapatan tidak akan
terjadi tanpa penyerahan barang atau jasa.
➢ Identifikasi Kos Produk

Karena produk terjual merupakan takaran penandingan, Kos produk akan dipecah menjadi
dua komponen yaitu Kos produk yang telah terjual dan Kos produk yang belum terjual dan
masih menjadi aset perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual akan langsung
dibebankan sebagai biaya. Kos sdiaan baru dibebankan sebagai biaya kalau produk telah
terjual. Masalah teknik yang timbul adalah tidak semua Kos potensi jasa dapat dengan mudah
dikaitkan dengan unit produk. Demikian juga, tidak semua unsur Kos produksi dapat secara
langsung dikaitkan dengan unit fisis produk atau dengan suatu angkatan produksi.

➢ Produk Usang Atau Musiman

Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab-akibat adalah adanya
produk musiman yang tidak laku dijual. Persoalanya adalah apakah Kos produk musiman yan
tidak terjual merupakan sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi ).

➢ Barang Rusak

Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kodisi yang


melingkupi suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan
merupakan prasyarat. Untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, Kos barang yang rusak
dapat di anggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan.

➢ Identifikasi Kos Nonproduk

Kalau penandingan atas dasar sebab-akibat akan dipertahankan maka secara logis tidak
seluruh Kos nonproduksi akan dibebankan sebagai biaya. Oleh karena itu, perlu diadakan
alokasi agar dapatdicapai penandinganyang tepat antara biaya dan pendapatan yang dihasilkan.

➢ Biaya Antisipasian

Biaya Antisipasian ( anticipated expenses ) adalah biaya yang dianggap menyebabkan


timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi setelah pendapatan d iakui. Sebagai contoh adalah Kos
yang berkaitan dengan kegiatan purna-jual (after- sale costs) seperti jaminan penjualan,
jaminan reparasi gratis, dan pengumpulan piutang.

➢ Alokasi Sistematik dan Rasional

Alokasi sistematik dan rasional merupakan penandingan dengan periode sebagai penakar
pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan periode (period matching). Dalam
pengkuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah periode
bukanya produk. Dasar penandingan ini sebenarnya merupakan alternatif dasar sebab-akibat
karena tidak selalu mudah mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pendapatan dan
biaya.

➢ Kriteria Penangguhan

Kriteria penangguhan. Kriteria penguji umum yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan
apakah suatu jenis Kos jasa yang terjadi pada suatu periode akandibebankan langsung atau
akan ditunda. Karena suatu Kos jasa yang terjadi memenuhi kriteria tambahan ini, pada
umumnya Kos tersebut dapat dibebenkan langsung pada periode terjadinya kecuali untuk
sediaan barang dan biaya prabayaran (prepaid expenses).

➢ Alokasi Kos Bergabung atau Bersama.

Alokasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari untuk mencapai penandingan sebab-
akibat. Karena karakteristik operasi perusahaan pada umumny, penentuan kos produk secara
tepat membutuhkan alokasi untuk kos bergabung (joint cost) atau kos bersama (common cost)
betapapun dasar alokasi tersebut agak bersifat arbitrer.

➢ Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba.

Dalam akuntansi manajerial dikenal metoda yang disebut pengkosan normal (normal
costing). Dengan metoda ini, kos overhead dibebankan ke prod uk atas dasar tarif taksiran untuk
suatu perioda. Tujuannya adalah agar kos produksi untuk perioda interim (bukanan)
menggambarkan kos yang tepat dibanding kos aktual perioda tersebut. Hal ini dilakukan
mengingat pos-pos overhead tidak terjadi merata sepanjang tahun. Pendekatan Nonalokasi

Alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik berikut dipenuhi :

1. Ketertambahan (additivity). Keseluruhan harus sama dengan hasil penggunggungan


bagian-bagian.
2. Ketakraguan (unambiguity). Metode alokasi harus unik dan jelas untuk tiap tujuan.
3. Ketepertahankanan (defensibibiy). Untuk metoda alokaso yang dipilih, penentu
kebijakan harus dapat mempertahankan argumen yang meyakinkan.

Hanya karakteristik pertama dan kedua dipenuhi oleh alokasi dalam akuntansi. Alokasi
mengalami masalah dalam karakteristik ketiga. Hampir seluruh alokasi dalam akuntansi
bersifat takterjelaskan.

➢ Pembebanan Arbitrer.

Suatu kos biasanya akan langsung dibebankan dalam perioda terjadinya (immediate
recognition). Ini berarti bahwa kos ditandingkan dengan pendapatan secara arbitrer. Konsep
yang melandasi pembebanan semacam ini semata-mata adalah kepraktisan (expediency). Kos
suatu potensi jasa akan segera diakui sebagai biaya atau rugi kalau terbukti bahwa manfaat
ekonomiknya menjadi lenyap atau berkurang (loss or lack of future benefits).

➢ Penandingan dan Penyajian Pos-Pos Biaya

Penakar yang ideal udalah unit produk karena pendapatan diciptakan dengan menyerahkan
produk (direpresentasi oleh kos produk). Oleh karena itu, idealnya tiap unit menyerap semua
jenis kos operasi (produksi, penjualan, administrasi, dan pengumpulan piutang). Dengan
perioda sebagai penakar, kos objek atau kegiatan sebagai pengukur biaya yang dimasukkan ke
dalam penakar tidak harus jelas dan tegas berkaitan dengan pendapatan yang masuk dalam
penakar (perioda) tersebut.

➢ Istilah

Istilah yang digunakan untuk menunjuk aset yang mempunyai karakteristik di atas tentunya
harus cukup deskriptif untuk memudahkan klasifikasi. Banyak istilah yang digunakan untuk
mendeskripsi aset tersebut yaitu : aset tetap (fixed assets), aset tetap berwujud (fixed tangible
assets), aset terwujud (tangible assets), aset operasi (operating assets), aset jangka panjang
(long-lived/long-term assets), tanah, pabrik/bangunan, dan perlengkapan (property, plant and
equipments), dan fasilitas fisis (plant assets).

➢ Basis Pembebanan

Fasilitas fisis memberi kontribusi jasa ke operasi berupa kapasitas atau daya (misalnya
dalam bentuk daya giling untuk mesin giling). Oleh karena itu, kos daya atau kapasitas fasilitas
fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya menjadi beban
pendapatan.

➢ Makna Depresiasi

Kesulitan asosiasi seperti diuraikan di atas tidak menjadi alasan yang kuat untuk
membebankan seluruh kos ke operasi pada saat fasilitas fisis tersebut diperoleh atau
diberhentikan. Tujuan memperoleh fasilitas fisis adalah untuk menghasilkan produk dan
produk bersangkutan adalah seluruh unit produk yang dihasilkan selama umur efektif fasilitas
bersangkutan bukannya selama tahun tertentu. Fasilitas fisis merupakan suatu “sediaan” jasa
(service-capacity) dan jasa tersebut akan tersedia sepanjang umur ekonomik aset tersebut.
Dengan demikian, pembebanan kos secara sistematik selama taksiran umur pemakaian akan
lebih sesuai dengan keadaan objektif dan masuk akal daripada pembebanan langsung seluruh
kos pada saat pembelian atau pada saat pemberhentian. Bagian dari kos yang dibebankan untuk
perioda tertentu disebut depresiasi (amortisasi untuk aset tak berwujud dan deplesi untuk
sumber alam).

➢ Depresiasi Sebagai Proses Akumulasi Dana

Pengertian ini didasari oleh gagasan bahwa untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidup, perusahaan harus dapat mengganti fasilitas fisik yang habis umurnya. Akibatnya,
perusahaan harus menyisihkan dana dari pendapatan yang diperoleh. Dengan mengurangi
pendapatan, laba akan berkurang sebesar depresiasi yang dibebankan. Ini berarti bahwa laba
sejumlah depresiasi tidak dapat dibagi kepada pemegang saham. Bagian inilah yang dianggap
sebagai dana untuk membeli kembali fasilitas fisis di kemudian hari. Dengan demikian,
depresiasi adalah sarana untuk menjaga keutuhan sumber daya. Konsep pemertahanan sumber
daya semacam ini disebut konsep pemertahanan kapital (capital maintenance concept) yang
akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan laba di bab lain.

➢ Depresiasi Sebagai Pemulihan Investasi

Konsep pemulihan investasi (investment cost recovery) ini secara konseptual sama dengan
pandangan di atas tetapi dianggap bahwa fasilitas fisis didanai dengan utang. Agar perusahaan
mampu membayar kembali investasinya maka harus dilakukan penyisihan dana dengan cara
mengurangi pendapatan perusahaan sebesar depresiasi.
➢ Depresiasi Sebagai Proses Penilaian

Pendefinisian depresiasi sebagai bagian kos yang dibebankan secara sistematik dan rasional
merupakan pemaknaan depresiasi secara sintaktik. Artinya, depresiasi didefinisi sebagai
penerapan prosedur. Kelemahan pendefinisian ini adalah bahwa alokasi sistematik dalam
banyak hal tidak merepresentasi fenomena atau kegiatan operasi yang sesungguhnya. Dengan
kata lain, alokasi kos hanya merupakan mekanisme yang tidak merepresentasi realitas
ekonomik. Misalnya, dengan metoda garis lurus, depresiasi tetap diperhitungkan meskipun
mungkin dalam suatu perioda kegiatan produksi sedang rendah atau berhenti sehingga
depresiasi tidak merepresentasi realitas yang ada.

➢ Nilai Setara Tunai (current cash equivalents).

Dengan basis ini, penurunan nilai fasilitas fisis ditentukan dengan cara menghitung selisih
nilai setara tunai pada awal dan akhir perioda. Nilai ini adalah harga pasar aset yang sama
dalam kondisi yang sama sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya beli uang stabil.
Kalau tidak, dalam hal tertentu nilai pasar dapat naik sehingga nilai tidak turun atau bahkan
menjadi lebih tinggi. Untuk mengatasi hal ini kadang-kadang nilai jual ini disesuaikan dengan
indeks harga yang berlaku untuk menghilangkan pengaruh kenaikan harga karena perubahan
daya beli uang.

➢ Kontribusi Pendapatan Neto Diskunan (discounted netrevenue contributin).

Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai diskunan
aliran kontribusi pendatan neto pada awal dan akhir perioda. Kontribusi pendapatan neto adalah
tambahan aliran kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi fasilitas fisis bersangkutan.
Penilain ini mirip dengan penerimaan kas masa datang diskunan (discounted future cash
receipst) untuk penilaian investasi jangka panjang misalnya obligasi. Bedanya, aliran kas
masuk investasi jangka panjang berasal langsung dari investasi yang jumlah dan saatnya cukup
pasti sedangkan aliran kas masuk dari fasilitas fisis tidak langsung dan harus ditaksir melalui
pendapatan neto (laba tunai) yang dikontribusi oleh penggunaan aset. Penilaian semacam ini
merupakan contoh imputasi pendapatan. Tambahan aliran masuk ini juga dapat berupa
penghematan kos (cost saving).
➢ Metoda Alokasi

Bila depresiasi dimaknai sebagai alokasi kos secara sistematik dan rasional bukan sebagai
proses penilaian, metoda manakah yang dapat disebut sistematik dan rasional? Metoda yang
paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan kapasitas jasa
tersebut. Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalahmetoda unit produksi (production
or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah penentuan kapasitas total
yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik aset bersangkutan. Di samping itu, keausan fisis
tidak selalu proporsional dengan intensitas penggunaan dan juga pengaruh faktor keusangan
(obselescence) sama sekali tidak ada hubungannya dengan fluktuasi produk yang dihasilkan.

➢ Hubungan Depresiasi dan Laba

Telah dibahas sebelum ini bahwa mengaitkan depresiasi dengan kontribusi pendapatan neto
sama saja dengan melakukan imputasi pendapatan. Ini berarti besarnya biaya depresiasi
bergantung pada besarnya pendapatan dalam perioda tertentu. Implikasinya adalah dalam hal
pendapatan cukup kecil, akan terjadi semacam penundaan biaya depresiasi atau “tahun gemuk
menutup tahun kurus.” Sekali depresiasi telah deprogram secara sistematik dan rasional,
depresiasi hendaknya tidak ditunda pembebanannya semata-mata karena “pendapatan tidak
dapat menutup biaya.” Alasannya adalah bahwa proses keausan/kerusakan tidak akan berhenti
karena aset fisis tidak digunakan dan perkembangan teknologi juga tetap berjalan selama
perioda depresiasi.

➢ Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran

Mengingat kesulitan dalam meramalkan saat pemberhentian unit fasilitas fisis, program
depresiasi tidak memberikan hasil yang sama persis dengan kenyataannya setelah berjalannya
waktu. Misalnya, fasilitas fisis menjadi usang lebih cepat dari yang diantisipasi sehingga tahun-
tahun yang telah berjalan dibebani terlalu sedikit dengan depresiasi. Sebaliknya, fasilitas fisik
yang seharusnya sudah dihentikan dari pemakaian (dan habis didepresiasi) ternyata masih
berfungsi dengan baik sehingga depresiasi telah dibebankan terlalu tinggi.

➢ Tanah

Apakah tanah perlu didepresiasi atau tidak bergantung pada karakteristik atau fungsi tanah
dalam operasi perusahaan. Sebagai tempat usaha, fungsi untuk ditempati tidak akan pernah
habis. Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau
diamortisasi menjadi biaya operasi.

➢ Tanah Bukan Hak Milik Permanen

Kos tanah sewaguna (leasehold), tanah hak guna bangunan (HGB), atau bentuk investasi
non permanen lainnya dalam bentuk tanah harus secara sistematik dibebankan ke produksi
selama umur ekonomik atau selama jangka kontrak. Dalam kondisi tertentu, tanah pertanian
tidak dapat diperlakukan sebagai investasi permanen. Kesuburan tanah jelas akan dipengaruhi
oleh frekuensi panen dan lapisan atas tanah (topsoil) yang subur mungkin habis akibat erosi
sehingga suatu saat tanah tersebut secara ekonomik tidak dapat ditanami lagi.

➢ Sumber Alam

Sumber alam (natural resources) yang akan habis melalui proses penambangan (extraction)
dan tidak dapat diperbarui atau diganti (renewable) sering disebut dengan “aset habis pakai”
(wasting assets). Tambang mineral (termasuk minyak mentah dan gas) adalah contoh utama
aset habis pakai. Hutan kayu yang biasanya tidak diremajakan lagi oleh perusahaan
pengekstraksi dapat dikategori sebagai aset habis pakai. Kos sumber alam tersebut (tidak
termasuk nilai sisa tanah) harus diserap secara sistematik ke produksi atas dasar pengambilan
atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti juga pada depresiasi, deplesi
sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan secara objektif dan
rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.

➢ Aset Tak Berwujud

Yang digolongkan sebagai aset tak berwujud (intangibles) meliputi pos seperti hak cipta,
paten, merek dagang, goodwill, dan kos organisasi. Sama seperti fasilitas fisis, kos aset tak
berwujud harus secara sistematik dibebankan ke operasi dan akhirnya terhadap pendapatan
selama umur yuridisnya.

➢ Goodwill

Goodwill timbul apabila suatu perusahaan membeli perusahaan lain yang sudah berjalan
secara keseluruhan. Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang
dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis
perusahaan yang dibeli. Secara akuntansi, goodwill tidak dapat ditimbulkan sendiri oleh
perusahaan tetapi harus melalui pembelian suatu perusahaan yang sedang berjalan. Kos
kampanye produk baru, misalnya, tidak dapat disebut sebagai goodwill.

Kos goodwill yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi pada
dasarnya merupakan nilai sekarang atau nilai diskunan (present or discounted value) kelebihan
laba yang mampu dihasilkan. Kelebihan laba ini merupakan jumlah rupiah kelebihan yang
diharapkan akan terjadi sehingga akhirnya investasi dengan pembelian perusahaan di atas nilai
buku tersebut menghasilkan suatu tingkat pembelian investasi (rate of return) yang normal.

➢ Kos Organisasi

Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi sebelum perusahaan mulai beroperasi biasanya


ditampung dalam satu akun menjadi kos pendirian atau kos organisasi (organization cost).
Pengeluaran tersebut meliputi kos pencetakan saham, tarif akte notaris, pengeluaran untuk ijin
perusahaan, dan kos kegiatan selama proses pendirian. Kos organisasi diperlakukan sebagai
aset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan dengan aset tetap berwujud yang
ada dalam perusahaan.

4. Penyajian Biaya

Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan sarana untuk itu adalah
statemen laba-rugi. Penyajian elemen pendapatan, untung, biaya, dan rugi bergantung pada
konsep tentang apa saja yang membentuk laba.

Anda mungkin juga menyukai