Penurunan Aset
• Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan asset atau
menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Pemakaian bahan baku untuk pembuatan produk tidak dapat
disebut sebagai biaya kalau produk tersebut belum terjual (keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk belum
terjual sebenarnya belum terjadi penurunan asset. Yang terjadi hanyalah perubahan bentuk asset sebagai potensi jasa.
Operasi Utama yang Menerus
• Tidak semua penurunan atau konsumsi asset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan
dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Perusahaan dianggap ingin mendapatkan dan mengukur laba
dengan tepat, harus ada kaitan yang logis antara biaya dan pendapatan
Kenaikan Kewajiban
• Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga dari kenaikan kewajiban.
Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencukupi pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir
tahun. Sebagai contoh adalah tarif pengiriman barang oleh perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa
pengiriman telah dikonsumsi dan menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul diikuti dengan kenaikan
kewajiban.
Penurunan Ekuitas
• Penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset mengakibatkan penurunan
ekuitas. Misalnya pembagian deviden kas merupakan penurunan asset tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi,
penurunan ekuitas hanya merupakan karakteristik
• Aliran Fisik atau Moneter ?
Biaya timbul dari penyerahan/produksi barang atau dari pelaksanaan
jasa memberi isyarat bahwa FASB memaknai biaya sebagai kejadian fisis. Bila
asset diganti dengan barang dan jasa (seperti yang disarankan Kam), aliran
tersebut jelas menunjukkan aliran fisis. Secara semantic, biaya seharusnya
didefinisi sebagai perubahan atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya
harus merupakan kejadian moneter.
• Rugi
Kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah: 1)
Penurunan ekuitas (asset bersih); 2) Transaksi peripheral atau incidental; 3)
Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.
Seperti untung, empat sumber rugi yang di identifikasi FASB adalah (SFAC No.6,
prg. 85):
• Peripheral dan incidental
• Transfer nontimbal-balik
• Penahanan asset
• Factor lingkungan
Pengakuan Biaya
• Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan yaitu apa yang harus
dipenuhi agar penurunan nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi
dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa
yang menandai bahwa criteria pengakuan telah dipenuhi. Biaya dan rugi
tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena itu,
criteria pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga
masalah pengakuan biaya (rugi) adalah kapan penurunan nilai asset dapat
dikatakan telah terjadi atau kapan biaya (rugi) tealh timbul sehingga jumlah
rupiah biaya (rugi) dapat diakui.
Kriteria Pengakuan
• Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua criteria
berikut terpenuhi (SFAC No. 5,prg. 85) :
• Konsumsi manfaat
• Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu
entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau
pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain
yang merepresentasi operasi utama atu sentral entitas tersebut.
• Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang
• Biaya atau rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya
diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomik.
FASB memberikan pedoman umum saat pengakuan seperti dibawah ini.
SEDIAAN
Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan
sebagai berikut :
• Penentuan besarnya kos barang yang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan
sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan.
• Penentuan nilai sediaan sebagai unsure asset lancer perusahaan. Penentuan nilai
sediaan sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
• Karena aliran kos tidak selalu mengikuti secara persis aliran fisis barang, diperlukan
metoda asosiasi yang paling menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya
sehingga penandingan yang tepat antara biaya (kos barang terjual) dan pendapatan
dapat dicapai.
• Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat dengan jumlah
rupiah penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi aliran kos dalam
memgikuti aliran fisis barang.
Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan dan kondisi yang dihadapi perusahaan. Beberapa
perimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat disebutkan sbb :
• Bila dimungkinkan. Kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur.
• Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan dan kontinus bukannya
serangkaian projek-projek yang terpisah-pisah.
• Kalau tujuan ditekankan pada penilaian sediaan dengan haraga paling akhir, asosiasi kos akan ditujukan pada
sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir dan kos barang terjual merupakan angka residual.
• Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and loses) akan diidentifikasi dan dilaporkan secara
terpisah dengan kos harga terjual, kos historis jelas tidak akan dapat digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut.
• Berbagai metoda asosiasi akan dibahas dalam kaitannya dengan beberapa pertimbangan di atas.
• Identifikasi Khusus
Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk tujuan
pengendalian di samping tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian metode ini mengandung beberapa
kelemahan antara lain :
• Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan perusahaan merupakan
hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.
• Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relative murah, metoda ini menjadi terlalu mahal dan tidak
sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh
• Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi laba atau earnings
management.
• Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan factor produksi yang sama
selama satu perioda menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli berkali-kali atau
produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu periode dianggap sebagai satu kesatuan
(massa).
• Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock method). Tujuannya adalah
penandingan pendapatan sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi menahan sediaan
atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan harga satuan yang cukup pasti.
• Masuk Terakhir Keluar Pertama
Metoda ini sangat popular di Amerika karena metoda tersebut dapat digunakan dalam penilaian
sediaan untuk kepentingan pengisian surat pemberitahuan pajak (tax-return) walaupun di satu sisi MTKP
mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan keuangan, beberapa kritik diajukan terhadap metoda ini yaitu
antar lain:
• Penilaian sediaan untuk tujuan penyajian di neraca tidak menggambarkan potensi jasa yang sesungguhnya dan
kemungkinan tidak mempunyai arti ekonomik lagi karena kos yang digunakan adalah kos yang sudah using.
• Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk mengatasi perubahan tingkat harga umum (daya beli) yang
sering dijadikan alasan untuk penggunaan metoda ini.
• Metoda ini bertentangan dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehinga tidak menggambarkan laba operasi
perusahaan atas dasar kegiatan yang kronologis.
• Implikasi Metoda Asosiasi Terhadap Laba
Seandainya metoda yang layak telah ditetapkan, keterandalan kos sediaan akhirnya sangat bergantung
pada system penelusuran factor produksi yang membentuk produk atau barang. Jadi, dalam kondisi operasi
perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat dicapai dalam penentuan laba periodic sebenarnya tidak dapat
diharapkan lebih daripada pengukuran yang mendekati ideal.
• FASILITAS FISIK
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui sebagai asset
dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang direpresentasi
dengan kos.
• Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Semua asset mempunyai karakteristik umum yaitu
merupakan potensi jasa yang dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan dalam kegiatan operasinya. Fasilitas fisis
mempunyai karakteristik sbb :
• Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah
dan memperlancar kegiatan operasi perusahaan.
• Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga
perlu penggantian.
• Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak
perusahaan untuk menggunakannya bukan lantaran hak
miliknya.
• Pada umunya erupakan asset nonmoneter dan manfaat yang
dapat diberikan berupa potensi jasa (service potentials)
bukan daya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
Karateristik yang demikian menyebabkan tujuan pelaporan dan
pengukuran fasilitas fisis ini adalah untuk menentukan
penggunaan jasa dalam suatu perioda yang diperkirakan telah
menghasilkan pendapatan.
TERIMA KASIH