Anda di halaman 1dari 27

TEORI AKUNTANSI

“BIAYA”
Magfirah Windy Fahreza (1910536033)
Miftahul Jannah (1910536030)
Indah Putri Hendari ( 1910536034 )
Defenisi Biaya
 FASB mendefinisi biaya(expenses) dan rugi (losses)sebagai berikut (SFAC
No.6):
 Expenses are outflows or other using up of assets or incurrence of liabilities
(or combination of both) from delivering or producing goods, rendering
services, or carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing
major or central operations (prg.80);
 Losses are decreases in equities (net assets) from peripheral or incidental
transactions of an entity and from all other transactions and other event and
circumstances affecting the entity except those that result from expenses or
distribution to owners (prg.83).
 Kalau kewajiban merupakan bayangan cermin asset, definisi biaya oleh FASB
di atas merupakan lawan atau kebalikan dari definisi pendapatan.
Pendapatan arahnya masuk sedangakan biaya arahnya keluar kesatuan usaha.
Karakteristik Biaya

 Terdapat dua karakteristik penting (utama) yang melekat pada makna biaya
yaitu:
1. Penurunan Aset
 Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau
kejadian yang menurun asset atau menimbulkan aliran keluar asset atau
sumber ekonomik.
2. Operasi Utama yang Menerus
 Tidak semua penurunan atau konsumsi asset membentuk biaya. Agar menjadi
biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral
kesatuan usaha.
Karakteristik Pendukung
1. Kenaikan Kewajiban
2. Penurunan Ekuitas
3. Aliran Fisi atau Moneter?
4. Rugi
Pengakuan Biaya

Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan yaitu apa yang harus


dipenuhi agar penurunan nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi
dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa
yang menandai bahwa criteria pengakuan telah dipenuhi. Biaya dan rugi tidak
mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena itu, criteria
pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah
pengakuan biaya (rugi) adalah kapan penurunan nilai asset dapat dikatakan
telah terjadi atau kapan biaya (rugi) tealh timbul sehingga jumlah rupiah
biaya (rugi) dapat diakui
Kriteria Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu
dari dua criteria berikut terpenuhi (SFAC No. 5,prg. 85) :

1. Konsumsi manfaat
 Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas
telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan
barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang
merepresentasi operasi utama atu sentral entitas tersebut.
2. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang
 Biaya atau rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya
diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomik.
Hubungan Kos dan Biaya

 Biaya selalu dapat disebut kos karena kos melekat di dalamnya (konsep dasar kos
melekat). Akan tetapi, kos tidak selalu dapat disebut biaya karena kos dapat juga
merepresentasi asset. Dengan kos sebagai pengukur, criteria konsumsi manfaat
dan kelenyapan manfaat dapat dinyatakan dalam bentuk keterhabisan kos.
Proses dan Konsep Penandingan
Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan dalam akuntansi karena alasan berikut:
 Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena
teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut.
 Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan
transaksi terjadinya biaya.
Kelayakan Ekonomi

 Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan


bukan fisis. Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat
asset atau jasa secara fisis tetapi nilai asset atau jasa yang dikonsumsi juga
harus ditentukan secara tepat dengan memperhatikan kondisi yang
melingkupinya. Oleh karena itu, dasar penandingan yang paling utama adalah
kelayakan ekonomik (economic reasonanbleness) bukannya dasar aliran fisis
semata-mata.
Menandingkan Bukan Mengkompensasi

 Aliran pendapatan dan kos berbeda dan keduanya mencerminkan dua factor
yang berbeda (upaya dan hasil) sehingga tiap faktor harus ditunjukkan secara
utuh sesuai dengan fungsinya. Pos yang satu tidak selayaknya dikompensasi
dengan pos yang lain.
Basis Asosiasi

1. Asosiasi Sebab dan Akibat


Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam
rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berati ada hubungan sebab-
akibat antara biaya dan pendapatan.
Namun penandingan langsung menghadapi beberapa masalah teknis diantaranya :
 Identifikasi Kos Produk
 Produk Usang atau Musiman
 Barang Rusak
 Identifikasi Kos Nonproduk
 Biaya Antisipan
Alokasi Sistematik dan Rasional

 Alokasi sistematik dan rasional merupakan proses penandingan dengan perioda


sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan
perioda. Dalam pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari
potensi jasa adalah perioda bukan produk Depresiasi asset tetap merupakan contoh
masalah ini.
Alokasi Kos Bergabung atau Bersama

 Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu perioda
sehingga hasilnya tidak mempengaruhi kos operasi total untuk perioda
tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer. Alokasi semacam ini
hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor jasa antar perioda

Alokasi Kos Bergabung atau Bersama


 Fungsi akuntansi adalah untuk mengungkapkan kondisi perusahaan dengan
jelas bukan malahan menutupinya dengan pemerataan laba. Kemajuan dan
reputasi suatu perusahaan harus ditunjukkan dengan kinerja yang sebenarnya
bukan semata-mata dengan permainan angka. Untuk mengatasi fluktuasi laba
tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian statemen laba-rugi
tahunan seperti apa adanya bukan serangakaian statemen laba yang
diratakan.
Pendekatan Non alokasi

Pendapat yang cukup kontroversial dan eksterm dikemukakan oleh Thomas


(1987) tentang alokasi dalam akuntansi. Thomas menyatakan bahwa alokasi
hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik berikut dipenuhi:
1. Ketertambahan
2. Ketakraguan
3. Keterpertahankan
Sediaan

 Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhir perioda dapat


dinyatakan sebagai berikut :
 Penentuan besarnya kos barang yang terjual untuk ditandingkan dengan
penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan.
 Penentuan nilai sediaan sebagai unsure asset lancer perusahaan. Penentuan
nilai sediaan sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
Metoda Asosiasi

Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat


disebutkan sbb :
1. Bila dimungkinkan. Kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang
diukur.
2. Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang
berturutan dan kontinus bukannya serangkaian projek-projek yang terpisah-
pisah.
3. Kalau tujuan ditekankan pada penilaian sediaan dengan haraga paling akhir,
asosiasi kos akan ditujukan pada sediaan barang dengan menggunakan kos
yang paling akhir dan kos barang terjual merupakan angka residual.
4. Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and loses) akan
diidentifikasi dan dilaporkan secara terpisah dengan kos harga terjual, kos
historis jelas tidak akan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Identifikasi Khusus

 Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok
sekali untuk tujuan pengendalian di samping tujuan penandingan yang tepat.
Namun demikian metode ini mengandung beberapa kelemahan antara lain :
 Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena
pendapatan perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan
sebagai kesatuan.
 Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relative murah, metoda ini
menjadi terlalu mahal dan tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi
yang diperoleh
 Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai
alat manipulasi laba atau earnings management.
Metoda Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)

 Metoda ini mendekati metoda identifikasi khusus yang menjadi standar


pemecahan kos.
 Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan sendirinya terealisasi dan
diakui bersamaan dengan terjualnya barang walaupun tidak disajikan secara
terpisah dan melekat dalam angka laba.
 Penyajian sediaan akhir dalam neraca akan menggambarkan kos yang
mendekati kos sekarang atau kos pengganti.
 
 Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan factor
produksi yang sama selama satu perioda menjadi satu masa yang homogenus.
Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli berkali-kali atau produk yang
dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu periode dianggap
sebagai satu kesatuan (massa).
 
 Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock
method). Tujuannya adalah penandingan pendapatan sekarang sekaligus
meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi menahan sediaan atau
fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan harga satuan
yang cukup pasti.
Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)
 Penilaian sediaan untuk tujuan penyajian di neraca tidak menggambarkan
potensi jasa yang sesungguhnya dan kemungkinan tidak mempunyai arti
ekonomik lagi karena kos yang digunakan adalah kos yang sudah using.
 Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk mengatasi perubahan tingkat
harga umum (daya beli) yang sering dijadikan alasan untuk penggunaan
metoda ini.
 Metoda ini bertentangan dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehinga tidak
menggambarkan laba operasi perusahaan atas dasar kegiatan yang kronologis.
FASILITAS FISIS
 Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada
umumnya diakui sebagai asset dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai
biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang direpresentasi dengan
kos.
Basis Pembebanan

 Fasilitas fisis memberi kontriusi jasa ke opreasi berupa kapasitas atau daya.
Oleh karena itu kos daya atau kapasitas fasilitas fisis tersebut jelas harus
diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya menjadi bahan
pendapatan.
 Jadi, pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat
ditentukan atas dasar pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan
suatu hasil pertimbangan (judgement) atas dasar taksiran factor-faktor
penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai residual) yang
sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
Makna Depresiasi
1. Depresiasi Sebagai Proses Akumulasi Dana
 Pengertian ini didasari oleh gagasan bahwa untuk dapat mempertahankan
kelangsungan hidup, perusahaan harus dapat mengganti fasilitas fisik yang
habis umurnya
2. Depresiasi Sebagai Pemulihan Investasi
 Secara konseptual sama dengan pandangan di atas tetapi dianggap bahwa
fasilitas fisis didanai dengan utang.
3. Depresiasi sebagai Proses Penilaian
 Salah satu pendefinisian secara semantic adalah depresiasi dipandang sebagai
penurunan potensi jasa (decline in serve potential) selama periode operasi
akibat keausan fisis, konsumsi manfaat atau keusangan teknologis.
Hubungan Depresiasi dan Laba

 Ini berarti besarnya biaya depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan


dalam perioda tertentu. Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup
kecil, akan terjadi semacam penundaan biaya depresiasi atau “tahun gemuk
menutup tahun kurus”. Jadi meskipun tetap dituntut untuk menaksir
depresiasi tahunan secara seksama, rasional dan objektif, hendaknya tidak
ada pikiran sama sekali untuk mempengaruhi besarnya laba.
Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran
 Program depresiasi harus direvisi bilamana kenyataan jelas menunjukkan
bahawa revisi tersebut diperlukan. Yang penting adalah semua penyesuaian
yang berlaku surut harus dilaporkan melalui statement laba rugi. Jadi, kalau
pemberhentian dari penggunaan sudah pasti terjadi maka kos yang melekat
pada fasilitas tersebut juga harus dihentikan, artinya tidak dapat lagi
dibebankan ke produksi setelah pemberhentian. Mengkapitalisasi rugi
pemberhentian sama saja dengan menyangkal adanya rugi tersebut. Kos yang
harus dibebankan ke operasi selama umur fasilitas fisis yang baru adalah
terbatas pada kos unit baru tersebut. Sisa kapasitas fasilitas fisis lama tidak
menambah daya atau kapasitas fasilitas fisis baru.
TANAH

Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi
atau diamortisasi menjadi biaya depresiasi. Dengan kata lain, fungsi tanah
untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas waktu (selamanya) cukup
menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai investasi
permanen dalam fasilitas produksi.
Sumber Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa nilai tanah) harus diserap
secara sistematik ke produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos
yang diserap ini disebut deplesi. Seperti juga depresiasi, deplesi sebagai kos
atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan secara objektif
dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.
ASET TAK BERWUJUD

1. Goodwill
 Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan
oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis
perusahaan yang dibeli. Kos goodwill yang melekat pada harga beli suatu
perusahaan yang sudah beroperasi pada dasarnya merupakan nilai sekarang atau
nilai diskunan (present or discounted value) kelebihan laba yang dihasilkan.
2. Kos Organisasi
 Kos organisasi diperlakukan sebagai asset tak berwujud karena kos tersebut tidak
dapat dikaitkan dengan asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan. Akan
tetapi kos pendirian tersebut harus mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi
penurunan laba dan pengerutan kekayaan yang terus menerus akibat kegagalan
usaha atau proses likuidasi.
THAKYOU 

Anda mungkin juga menyukai