Anda di halaman 1dari 10

Nama : Hoza Raju Pranata

NPM : 5190111027
Kelas : Teori Akuntansi

BAB I (Pengertian Teori Akuntansi)


Sumber materi pengajaran sebagian besar masih didasarkan pada buku ajar dari
Amerika . Dengan demikian, yang dibahas dan diuraikan dalam teori akuntasi tersebut banyak
merefleksi standar akuntansi yang berlaku di Amerika. Akuntansi keuangan tersebut
membahas bagaimana prosedur, metode, dan teknik pencatatan transaksi keuangan dilakukan
untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang telah ditetapkan. Standar akuntansi memberi
pedoman perlakuan akuntansi terhadap suatu kejadian. Pedoman tersebut terefleksi dalam
pendefinisian, pengukuran, penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen-elemen atau pos-
pos laporan keuangan. Bidang akuntansi yang menitikberatkan pada masalah bagaimana
melaksanakan standar akuntansi. Akuntansi yang dipraktikkan di dalam suatu wilayah negara
sebenarnya tidak terjadi begitu saja secara alamiah tetapi dirancang dan dikembangkan secara
sengaja untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Praktik akuntansi di suatu negara juga
mengalami sejarah dan perkembangan yang unik sesuai dengan perkembangan ekonomi,
sosial, dan politik negara. Oleh karena itu, struktur dan praktik akuntansi akan berbeda antara
negara yang satu dan lainnya.
1. Arti Penting Teori Akuntansi.
Praktik akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-masalah praktik dan
professional. Beberapa pertanyaan berikut merupakan contoh masalah yang dihadapi praktik
akuntansi:
• Apakah selisih kurs valuta asing dibiayakan atau dikapitalisasi?
• Manakah istilah yang tepat untuk padan kata cost of goods sold : harga pokok penjualan ,
beban pokok penjualan , atau kos barang terjual?
• Apa kriteria kapitalisasi sewaguna yang seharusnya di Indonesia?
Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktik. Pemahamannya oleh praktisi
dan penyusun standar akan sangat mendorong pengembangan serta perbaikan menuju praktik
yang sehat. Teori akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi
secara beralasan atau bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Praktik akuntansi yang baik dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu teori baik
yang melandasinyn. Praktik dan profesi harus dikembangkan atas dasar penalaran (causes and
reasons). Dari argumen-argumen tersebut, dapat dikatakan bahwa teori merupakan unsur yang
penting dalam mengembangkan dan memaju kan praktik akuntansi. Selanjutnya dikatakan
bahwa teori merupakan obor yang menerangi praktik dengan prinsip- prinsip yang masuk akal.
2. Pengembangan Akuntansi.
Seperangkat pengetahuan akuntansi (accounting body of knowledge) dapat dipan dang
dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktikkan di
dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan di perguruan
tinggi. Dari segi profesi, akuntansi sering dipandang semata-mata sebagai serangkaian
prosedur, metode, dan teknik tanpa memperhatikan teori di balik praktik tersebut. Akuntansi
dipandang sebagai pelaksanaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat laporan
keuangan. Dari sudut profesi / praktisi ini, akuntansi berkepentingan dengan aspek bagaimana
(how to account). Prinsip akuntansi berterima umum/PABU (Generally Accepted Accounting
Principles/GAAP) dianggap sebagai sesuatu yang berian (given). PABU merupakan pedoman
yang lebih luas daripada standar akuntansi karena tidak semua perlakuan akuntansi secara
eksplisit diatur dalam standar akuntansi. PABU berisi standar akuntansi ditambah dengan
sumber - sumber acuan lain yang didukung berlakunya (mempunyai authoritative support).

Gambar 1

Sterling menegaskan bahwa hubungan antara praktik dan pendidikan adalah harmonis
tetapi antara pendidikan-praktik dan riset adalah terisolasi. Pendidik akuntansi hanya
mengajarkan apa yang nyatanya dipraktikkan karena kecenderungan mereka untuk
menyiapkan peserta didik agar segera memperoleh pekerjaan. Masukan yang digunakan dalam
pengajaran akuntansi hanyalah prak yang berterima (nyatanya dipraktikkan) dan bukan
gagasan-gagasan alternatif hasil pemikiran akademik. Gagasan-gagasan alternatif (termasuk
hasil riset) secara sengaja diisolasi dari pengajaran karena tidak berkaitan langsung dengan
kebutuhan peserta didik untuk mendapatkan pekerjaan. Pengajar cenderung untuk menghindari
konflik antara apa yang nyatanya dipraktikkan (the current state) dan apa yang seharusnya
dipraktikkan (the desired state). Dengan kondisi semacam ini, perguruan tinggi tunduk kepada
(atau sekadar menyebarkan) praktik dan bukan sebaliknya mengembangkan atau memperbaiki
praktik.

3. Peran Riset Akuntansi.


Dalam dua dasawarsa terakhir, ada kecenderungan bahwa akademisi berusah lebih jauh
untuk membawa akuntansi menjadi suatu ilmu pengetahuan ilmiah atau sains (science) yang
makin menjauhkan antara dunia praktik dan dunia akademik, penempatan akuntansi sebagai
sains membawa konsekuensi bahwa teori akuntansi harus bebas dari pertimbangan nilai (value-
judgment) dan bersifat deskriptif. Atas dasar argumen ini, subjek/fenomena bahasan di tingkat
akademik, cenderung bergeser dari apa dan bagaimana suatu kejadian/transaksi harus
dicatat/dilaporkan untuk mencapai tujuan ekonomik dan sosial tertentu (teori normatif) serta
yang nyatanya dilakukan para pelaku ekonomi (termasuk akuntan) dan mengapa mereka
berbuat demikian (teori positif atau deskriptif).
Gambar 2

4. Pengertian Akuntansi.
Teori akuntansi sangat erat kaitannya dengan akuntansi keuangan bahkan teori
akuntansi dijumpai khususnya dalam konteks akuntansi keuangan. Pengertian teori akuntansi
sangat bergantung pada pengertian atau pendefinisian akuntansi sebagai suatu bidang
pengetahuan. Artinya, kedudukan akuntansi dalam tatanan (taksonomi) pengetahuan juga akan
menentukan pengertian dan lingkup teori akuntansi. Perdebatan di tingkat akademik yang
belum mencapai titik temu adalah jawaban atas pertanyaan apakah pengetahuan akuntanni
dapat dikategori sebagai seni, sains, atau teknologi. Status yang jelas memudahkan
pengembangan pengetahuan akuntansi untuk pencapaian tujuan sosial dan ekonomik tertentu.
Lagi pula, kejelasan status akuntansi mempunyai implikasi terhadap arah studi dan praktik
akuntansi. Tidak ada definisi autoritatif yang cukup umum untuk dapat menjelaskan apa
sebenarnya akuntansi itu. Oleh karena itu, banyak definisi yang diajukan oleh para ahli atau
buku teks tentang pengertian akuntansi. Sebagai titik tolak pembahasan dalam buku, perlu
dipilih definisi agar rerangka (framework) teori akuntansi dapat dikenali dengan jelas isi dan
lingkupnya.
Akuntansi didefinisi sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi yang
terdokumentasi secara sistematis dalam bentuk literatur akuntansi. Kesatuan dan kegiatan
cukup luas dan dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuanan-pengetahuan tersebut
dapat diajarkan dan dipelajari untuk mendapatkan kompetensi yang menjadi basis atau
persyaratan suatu profesi. Kesatuan pengetahuan akuntansi juga menantang secara intelektual
sehingga pengetahuan tersebut menjadi bidang studi yang dapat diajarkan secara formal di
perguruan tinggi sampai pada tingkat doktor. Akuntansi sebagai kegiatan penyediaan jasa
(service activity) mengisyaratkan bahwa akuntansi yang akhirnya harus diterapkan untuk
merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan harus bermanfant untuk
kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi diterapkan. Karena karakteristik
informasi yang dihasilkan akuntansi akan sangat bergantung pada lingkungan tempat akuntansi
akan diterapkan, akuntansi sebagai perangkat pengetahuan tentunya akan membahas berbagai
konsep dan alternatif serta implikasinya dalam berbagai kondisi lingkungan. Konsep yang
dipilih dan diaplikasi dalam lingkungan tertentu akan menjadi suatu model akuntansi untuk
mencapai tujuan sosial tertentu. Untuk dapat memilih konsep yang relevan harus
dipertimbangkan faktor lingkungan ( sosial, politik, ekonomi, dan budaya). Tiap konsep atau
alternatif tentunya dikembangkan dengan penalaran tertentu sehing ga apabila konsep atau
alternatif tersebut dipilih maka implikasinya terhadap ke hidupan nyata dapat diprediksi.
5. Seni, Sains, atau Teknologi.
Akuntansi dapat dijelaskan sebagai kerajinan (art) karena orang yang memperoleh
pengetahuan dan keterampilan akuntansi harus terjun langsung dalam dunia praktik dan
mengerjakan magang pada praktisi. Maka akuntansi adlah cara menerapkannya bukan sifat
sebagai seperangkat pengetahuan. Sebagai seperangkat pengetahuan, akuntansi lebih dari
sekedar seni.
Akuntansi dikatakan sebagai sains jika terdapat kriteria penting untuk menguji validitas
pernyataan-pernyataan sebagai seperangkat pengetahuan. Kriteria tersebut adalah koherensi,
korespondensi, keterujian, dan keuniversalan. Koherensi menuntut bahwa seperangkat
pernyataan-pernyataan bersifat logis dari asumsi yang mendasarinya. Korespondensi
menentukan apakah konklusi yang diturunkan dari teori yang melandasinya didukung oleh
fakta empiris di dunia nyata. Keterujian menghendaki terdapatnya metode yang cukup
meyakinkan untuk menguji teori. Keuniversalan menentukan apakah pernyataan-pernyataan
(teori) mampu untuk menjelaskan semua fakta yang berkaitan dengan fenomena yang dibahas.
Proses evaluasi untuk menentukan apakah kriteria tersebut dipenuhi disebut dengan proses
validasi. Proses validasi ini juga melibatkan pertimbangan, tetapi dalam sains pertimbangan
tersebut dikendalikan oleh metode atau kaidah ilmiah.
Akuntansi dikatakan sebagai teknologi karena jika dilihat dari karakteristik akuntansi,
sebenarnya seperangkat pengetahuan akuntansi seperti teknologi yang harus dikembangkan
sesuai dengan sifat teknologi, tersebut agar lebih bermanfaat dan mempunyai pengaruh nyata
dalam kehidupan sosial tertentu. Karena akuntansi masuk dalam bidang pengetahuan
teknologi, akuntansi dapat didefinisi sebagai “rekayasa informasi dan pengendalian
keuangan.”.
6. Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Perekayasaan akuntansi mengikuti proses yang sama, baik pada tingkat makro
maupun mikro. Akuntansi dalam perekayasaan ini adalah akuntansi dalam arti luas yaitu
sebagai suatu sistem pelaporan keuangan umum yang melibatkan kebijakan umum
akuntansi dalam suatu wilayah tertentu. Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses
tentang bagaimana informasi keuangan untuk semua unit usaha dan pemerintahan harus
disediakan dan dilaporkan dalam suatu negara untuk tujuan pengambilan keputusan
ekonomik.
Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi memanfaatkan pengetahuan dan
sains dari berbagai disiplin ilmu. Tujuan akuntansi akan menjadi kekuatan pengarah dalam
merekayasa akuntansi karena tujuan tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi
kebermanfaatan dan keefektifan produk yang dihasilkan. Pada tingkat makro, produk
perekayasaan akuntansi adalah semacam konstitusi yang disebut rerangka konseptual.

7. Teori Akuntansi Sebagai Sains.


Teori akuntansi adalah sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan harus
dianut dalam lingkungan tertentu. Oleh karena itu, mempelajari teori akuntansi sering
disalahartikan sebagai mempelajari standar akuntansi dan cara penerapannya. Teori akan berisi
pernyataan-pernyataan asumsi dan hipotesis. Agar teori menjadi kuat, hipotesis harus diuji
secara ilmiah dan didukung oleh bukti yang nyata. Sebagai sains, kegiatan penjelajahan dan riset
akuntansi lebih diarahkan untuk menguji secara ilmiah teori-teori tersebut yang diajukan sebagai
penjelasan fenomena akuntansi, alam, atau sosial.
Tujuan teori adalah menjelaskan dan memprediksi. Menjelaskan berarti menganalisis
dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta yang sedang terjadi sedangkan memprediksi
berarti memberi keyakinan jika asumsi-asumsi yang diteorikan dipenuh, kemungkinan besar
suatu fenomena atau fakta tertentu akan terjadi. Bila hal ini diterapkan untuk akuntansi, teori
akuntansi sering dimaksudkan sebagai sains yang berdiri sendiri yang menjadi sumber
pengetahuan dan praktik akuntansi. Teori akuntansi akan merupakan seperangkat hipotesis-
hipotesis yang bersifat deskriptif sebagai hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah
tertentu. Oleh karena itu, teori akuntansi berisi keseluruhan analisis dan komponennya yang
menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala atau peristiwa dalam
akuntansi.
8. Teori Akuntansi Sebagai Penalaran Logis
Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk menjelaskan
kelayakan prinsip atau praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk memberi
landasan konseptual dalam penentuan standar atau praktik akuntansi yang baru. Proses penalaran
logis untuk akuntansi diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelaporan keuangan.
Perekayasaan akuntansi menghasilkan suatu rerangka konseptual. Fungsi rerangka
konseptual adalah untuk mengevaluasi atau membenarkan dan untuk mempengaruhi atau
mengembangkan praktik akuntansi. Penalaran logis dapat digunakan untuk menilai apakah
praktik yang sekarang berjalan telah mendukung atau menjamin tercapainya tujuan pelaporan
yang dicanangkan dalam rerangka konseptual.
Meskipun menggunakan metode yang sama, penalaran logis harus dibedakan dengan
penalaran ilmiah. Teori akuntansi sebagai sains juga memerlukan penalaran logis tetapi
penalaran ilmiah tersebut bersifat universal dan objektif dan tidak dipengaruhi oleh tujuan-tujuan
dan kebijakan khusus yang berlaku dalam suatu lingkungan. Penalaran logis dalam akuntansi
justru digunakan untuk membenarkan praktik atau perlakuan tertentu dengan maksud untuk
“memaksakan” praktik atau perlakuan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Penalaran logis dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan praktik baru jika
memang tujuan tertentu hanya dapat dicapai dengan menciptakan praktik yang baru. Praktik
yang baru dapat dikembangkan dengan penerbitan standar baru oleh badan yang berwenang.
Dengan standar tersebut, diharapkan praktik di masa mendatang akan menjadi terarah dan
konsisten menuju ke pencapaian tujuan pelaporan keuangan yang diharapkan. Dalam penalaran
ini, tujuan merupakan komponen paling penting untuk ditentukan karena tujuan yang berbeda
akan menghasilkan struktur yang berbeda pula. Jika penalaran ini dapat disebut sebagai teori
umum akuntansi, maka penalaran semacam ini akan membentuk suatu yang biasa disebut teori
akuntansi normatif.

9. Perspektif Teori Akuntansi


Meskipun menganut perlakuan apapun, teori akuntansi akan berisi pernyataan-
pernyataan yang berupa penjelasan atau pembenaran tentang suatu fenomena atau perlakuan
akuntansi. Selain perspektif (aspek) taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi
penjelasan ilmiah atau justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar
perspektif lain menurut tujuan atau penekanan pembahasan.
1. Aspek Sasaran Teori
Aspek sasaran ini mendasari perbedaan teori akuntansi menjadi teori akuntansi
positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari
pendefinisian akuntansi sebagai sains atau teknologi. Pandangan sains akan
menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori
akuntansi normatif. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda yang ingin
dicapai atau dihasilkan oleh teori akuntansi.
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang suatu peristiwa sesuai dengan
fakta yang terjadi atas dasar pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk
memberi jawaban apakah sesuatu pernyataan itu benar atau salah atas dasar kriteria
ilmiah. Sedangkan penjelasan normatif berisi pernyataan untuk menilai apakah sesuatu
itu baik atau buruk, relevan atau tak relevan dalam kaitannya dengan kebijakan
ekonomik atau sosial tertentu. Penjelasan normatif diarahkan untuk mendukung atau
menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat pembuat kebijakan.

Atas dasar perbedaan aspek di atas, sasaran teori akuntansi positif adalah
menghasilkan penjelasan tentang apa yang terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh
pertimbangan nilai. Teori akuntansi positif mengajukan proposisi atau hipotesis bahwa
perusahaan pemanufakturan cenderung memilih MPKP sedangkan perusahaan
perdagangan cenderung memilih MTKP.
Teori akuntansi positif berusaha menentukan apakah hipotesis tersbut benar atau
salah dengan menggunakan metoda ilmiah atas dasar pengamatan data yang nyatanya
terjadi. Tujuan teori positif adala untuk mendeskripsi, teori akuntansi tidak
berkepentingan untuk menilai apakah metoda MPKP lebih baik atau lebih bermanfaat
daripada metoda MTKP. Di lain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah
menghasilkan penjelasan mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau lebih
efektif daripada perlakuan akuntansi alternatif karena tujuan akuntansi tertentu harus
dicapai. Jadi, perbedaan teori akuntansi positif dan normatif timbul akibat perbedaan
sasaran teori dan bidang masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori.
2. Aspek Tataran Semiotika
Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi
sebagai sarana komunikasi bisnis sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa
bisnis. Efek komunikatif menjadi sasaran penyampaian gagasan atau informasi dari
pengirim kepada penerima.
Dalam ilmu bahasa, sistem komunikasi dan efek komunikatif dipelajari dalam
tiga bidang, yaitu semiotika, linguistika, dan logika. Semiotika merupakan bidang yang
membahas teori umum tentang tanda-tanda dan simbol-simbol dalam bidang
linguistika.
Linguistika itu merupakan bidang ilmu bahasa yang membahas fonetik,
gramatika, morfologi, dan makna kata atau ungkapan. Logika membahas masalah yang
berkaitan dengan validitas penalaran dan penyimpulan. Ketiga bidang ini menjadi teori
yang melandasi terciptanya komunikasi yang efektif.
Terdapat tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika, semantika, dan
pragmatika. Sintaktika menelaah logika dan kaidah bahasa, yaitu hubungan logis di
antara tanda-tanda atau simbol-simbol bahasa. Semantika menelaah hubungan antara
tanda atau simbol dan dunia kenyataan (fakta) yang disimbolkannya. Pragmatika
membahas dan menguji apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada tidaknya
perubahan perilaku penerima.

1) Teori Akuntansi Semantik


Teori akuntansi ini menekankan pembahasan pada masalah
penyimbolan dunia nyata (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa
akuntansi sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisis perusahaan
tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut.
Teori ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-
makna penting pelaporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini banyak
membahasan pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut
atau karakteristik elemen sebagai bahan pendefinisian, dan penentuan jumlah
rupiah (pengukuran) sebagai salah satu atribut.
Pendefinisian merupakan langkah penting dalam teori semantik
karena kesalahan pemaknaan mempunyai implikasi penting dalam
pengoperasian akuntansi. Jadi, teori akuntansi semantik berkepentingan
dengan pelambangan dan penafsiran objek akuntansi untuk menghasilkan
informasi semantik yang bermakna bagi pemakai laporan. Agar komunikasi
akuntansi efektif, penyampaian informasi semantik tidak dapat dipisahkan
dengan informasi sintaktik
2) Teori Akuntansi Sintaktik
Teori akuntansi ini adalah teori yang berorientasi untuk membahas
masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang
telah disimbolkan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat
diwujudkan dalam bentuk statement keuangan. Teori sintaktik meliputi
hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan
atau struktur akuntansi dalam suatu negara, yaitu manajemen, entitas pelapor
(pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan
laporan.
3) Teori Akuntansi Pragmatik
Teori akuntansi ini memusatkan perhatiannya pada pengaruh
informasi terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan kata lain,
teori ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi.
Informasi akuntansi dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benar-
benar digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai yang dituju.
Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian tujuan
pelaporan keuangan.
Teori pragmatik membahas berbagai hal dan masalah yang
berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks
pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial. Teori pragmatik akan
banyak berisi pengujian-pengujian teori tentang hubungan antara variabel
akuntansi dengan variabel perubahan atau perbedaan perilaku pemakai.
Karena teori pragmatik pada umumnya adalah perilaku manusia dalam
kaitannya dengan informasi, teori ini sering diklasifikasi sebagai akuntansi
keperilakuan.
Pembidangan teori atas dasar tataran atau level semiotika
sebenarnya tidak dimaksudkan untuk memisahkan pembahasan teori secara
kaku dan tegas tetapi lebih untuk menggambarkan perbedaan orientasi. Bila
dikaitkan dengan pembidangan positif-normatif, teori sintaktik dan semantik
pada umumnya bersifat normatif sedangkan teori pragmatik lebih bersifat
positif.
3. Aspek Pendekatan Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan
mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau penjelasan. Peranan
logika sangat penting dalam penalaran. Teori yang disusun dengan penalaran yang baik
akan mempunyai validitas yang tinggi. Penalaran mempunyai peran penting dalam
rangka menerima atau menolak kebenaran (validitas) suatu teori. Proses penyimpulan
yang menghasilkan pernyataan atau penjelasan sebagai teori dapat bersifat deduktif
maupun induktif.
1) Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari
suatu pernyataan umum yang disepakati (disebut premis) ke pernyataan khusus
sebagai simpulan (konklusi). Pernyataan umum dapat saja memuat nilai-nilai
etika, moral, ideologi, keyakinan, atau budaya.
Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis penalaran
dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang dianggap
benar, baik, atau relevan dalam kaitannya dengan tujuan penyimpulan dan
situasi khusus yang dibahas. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan
untuk memberi penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan
akuntansi.
2) Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan khusus dan berakhir dengan
pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut.
Hubungan antara premis dan konklusi dalam penalaran ini tidak langsung dan
tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam penalaran induktif,
kebenaran premis tidak selalu menjamin kebenaran konklusi yang bersifat
generalisasi. Kebenaran konklusi hanya dapat dijamin dengan tingkat keyakinan
tertentu.
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan
untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap
gejala akuntansi tertentu. Hipotesis merupakan generalisasi yang dituju oleh
penelitian akuntansi. Bila bukti empiris (atas dasar pengamatan terhadap
sampel) konsisten dengan atau mendukung generalisasi tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa generalisasi tersebut menjadi teori yang valid dan mempunyai
daya prediksi yang tinggi.
Bila dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori akuntansi
normatif biasanya berbasis penalaran deduktif sedangkan teori akuntansi positif
berbasis penalaran induktif. Secara umum dapat dikatakan bahwa teori
akuntansi sebagai penalaran logis bersifat normatif, sintaktik, semantik, dan
deduktif. Teori akuntansi sebagai sains bersifat positif, pragmatik, dan induktif.
10. Verifikasi Teori Akuntansi
Verifikasi teori merupakan prosedur untuk menentukan apakah suatu teori valid atau
tidak. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori bergantung pada sasaran dan tataran teori
yang diverifikasi. Validitas dapat dinilai dengan menentukan apakah asumsi-asumsi yang
digunakan masuk akal.
Teori akuntansi normatif dievaluasi validitasnya atas dasar penalaran logis yang
melandasi teori yang diajukan. Teori normatif bersifat tidak bebas nilai, maka penerimaan
asumsi oleh pihak yang terlibat dalam penurunan prinsip (konklusi) juga menjadi bagian dari
kriteria validitas teori. Namun, kriteria ini sering bersifat subjektif. Oleh karena itu, penerimaan
suatu asumsi juga harus didukung dengan penalaran logis sehingga asumsi tetap masuk akal
serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap dapat dievaluasi dan diukur implikasinya.
Teori akuntansi positif dievaluasi validitasnya atas dasar kesesuaian teori dengan fakta
yang terjadi. Menentukan fakta melibatkan observasi secara objektif. Pada umumnya, observasi
objektif dapat dicapai melalui penelitian dengan metode ilmiah. Oleh karena itu, validitas teori
akuntansi positif banyak dilakukan dengan penelitian empiris. Penelitian empiris didasarkan atas
pengamatan terbatas (sampel) untuk menguji teori secara statistis. Karena teori akuntansi positif
bersifat bebas nilai, maka verifikasi dibatasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi tidak
diarahkan untuk menentukan apakah teori tersebut baik atau tidak bila dijadikan basis untuk
menentukan kebijakan.
Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung dengan fakta sehingga
verifikasi validitasnya mengandalkan penalaran logis semata. Baru setelah teori tersebut
dipraktikkan dalam bentuk kebijakan, pengujian secara empiris dapat dilakukan untuk menguji
penalaran yang mendasarinya.
Teori akuntansi semantik melibatkan penyimbolan fakta sehingga mengandung unsur
empiris. Oleh karena itu, validitas teori dapat diverifikasi secara empiris dengan pengamatan.
Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang besar karena teori ini
banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku pasar/individual sebagai reaksi terhadap
informasi akuntansi. Verifikasi teori ini dapat dilakukan dengan penelitian empiris yang
didasarkan atas asumsi bahwa informasi dianggap bermanfaat bila pemakai berbuat seakan-akan
menggunakan informasi tersebut.
Karena teori akuntansi semantik, sintaktik, dan pragmatik tidak berdiri sendiri tetapi
saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan pengujian biasanya dilakukan untuk
memverifikasi suatu teori. Jadi, sedapat-dapatnya teori harus diverifikasi validitasnya atas dasar
penalaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan pertimbangan nilai yang telah disepakati.

Anda mungkin juga menyukai