TEORI AKUNTANSI
SEMESTER GENAP 2015/2016
RESUME BAB 1
PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI
Disusun Oleh :
Kelas : G
KELOMPOK 5
1. Asmitha Feosella. F. P
(2012310328)
2. Chusnul Khotimah
(2012310347)
(2012310614)
5. Ahmat Mubarok
(2012310872)
6. Dessy Kusuma. A
(2012310875)
BAB 1
Pengertian Teori Akuntansi
Praktik akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-masalah praktis dan
professional. Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktik. Pemahamannya
oleh praktisi dan penyusun standar akan sangat mendorong pengembangan serta
perbaikan menuju praktik yang sehat. Teori akuntansi menjadi landasan untuk
memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar yang secara etis
ang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.
Praktik akuntansi yang baik dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu teori
baik melandasinya. Praktik dan profesi harus dikembangkan atas dasar penalaran(cause
and reasons). Sehingga dapat dikatakan bahwa teori merupakan unsur yang penting
dalam mengembangkan dan memajukan praktik akuntansi.
Dalam kenyataannya praktisi disibukkan dengan masalah actual dan mendesak
yang segera harus diselesaikan sehingga tidak sempat lagi untuk merenungkan teoriteori dibalik tindakannya. Hal ini bukan merupakan justifikasi para praktisi(proofesi)
untuk bersikap prakmatis. Praktisi harus bersedia untuk mengaplkasi hasil
eksperementasi atau pemikiran dan gagasan orang lain(experimentations of other men).
Orang lain disini antara lain adalah akademisi akuntansi dan pemikir yang mempunyai
kemewahan waktu untuk memikirkan hal-hal yangn bersifat fundamental dan teoritis.
Itulah sebabnya, kemajuan profesi dan pengetahuan akuntansi hanya dapat dicapai
dengan kerja sama yang harmonis antara praktisi dan akademisi (pendidik).
Pengembangan Akuntansi
Dari segi profesi, akuntansi sering dipandang semata-mata sebagai serangkain
prosedur, metoda, dan teknik tanpa memperhatikan teori di balik praktik tersebut.
dengan pengetahuan ilmiah yang lain (misalnya ilmu alam). Teori akuntansi di sini akan
berisi hipotesis-hipotesis (baik yang secara empiris telah teruji atau belum) tentang
variable-variabel yang berkaitan dengan pelaku ekonomi (termasuk manajer dan
akuntan) dan perilaku pasar modal yang diteorikan. Kecenderungan semacam ini makin
menjauhkan dunia praktik dengan pendidikan karena peneliti di bidang akuntansi tidak
berminat lagi untuk membahas masalah bagaimana memperlakukan suatu transaksi dan
mengapa demikian. Sementara itu, praktisi selalu dihadapkan pada masalah actual yang
memerlukan keputusan mendesak sehingga praktisi tidak sempat lagi untuk memikirkan
teori dibalik keputusannya. Kadangkala, keputusan lebih banyak didasarkan pada
kepraktisan dan manfaat jangka pendek. Tiga aspek penting yang saling berkaitan yang
melandasi pengembangan akuntansi yaitu: riset, pengajaran/pendidikan, dan praktik.
dihasilkan praktik-praktik alternative yang dapat menjadi solusi bila ditemukan masalah
dalam praktik atau bila solusi tersebut lebih baik daripada apa yang nyatanya
dipraktikkan. Jadi, riset merupakan bagian penting dalam pengajaran akuntansi.
Walaupun demikian, riset tersebut hendaknya diartikan secara luas tidak hanya
mencakup penelitian empiris tetapi juga penelitian analitis.
Pengertian Akuntansi
Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau pendefinisian
karena orang yang akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan akuntansi harus
terjun langsung dalam dunia praktik dan mengerjakan magang (apprenticeship) pada
praktisi. Dalam perkembangan selanjutnya, pengetahuan dan keterampilan akuntansi
dapat diidentifikasi dengan jelas sehingga membentuk seperangakat pengetahuan utuh
yang dapat diajarkan melalui institusi pendidikan. Penyebutan akuntansi sebagai seni
sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa dalam praktiknya akuntansi
melibatkan banyak pertimbangan nilai yang menuntut keahlian dan pengalaman untuk
memilih perlakuan yang terbaik.Jadi, kalau akuntansi dikatakan sebagai seni maka yang
dimaksd adalah cara menerapkannya bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan.
Sebagai seperangkat pengetahuan, akuntansi lebih dari sekedar seni.
Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan banyak membahas gejala
akuntansi seperti mengapa perusahaan memilih metoda akuntansi tertentu, factor-faktor
apa yang mendorong manajemen mamanipulasi laba, dan apakah partisipasi dalam
penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajer divisi. Akuntansi tidak lagi
membahas bagaimana tujuan pelaporan dicapai dan bagaimana memperlakukan
(mengukur, mengakui, menyajikan, dan mengungkapkan) suatu objek transaksi yang
baik dan efektif. Akuntansi juga tidak lagi membahas bagaimana menciptakan teknik,
metoda, prinsip, atau perlakuan akuntansi baru yang lebih baik.
Sehingga tidak tepat kalau pengetahuan akuntansi diklasifikasi sebagai sains.
Tujuan akuntansi adalah menghasilkan atau menemukan prisnsip-prinsip umum
(general principle) untuk menjustifikasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu (tujuan pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran penjelasan
(teori). Prinsip-prinsip umum tersebut dicari untuk menjadi dasar penentuan standar,
metoda, atau teknik yang diharpkan bermanfaat untuk mempengaruhi atau memperbaiki
praktik. Karena kebermanfaatan menjadi pertimbangan utama, akuntansi tidak dapat
bebas nilai karena factor lingkungan harus dipertimbangkan. Pertimbangan dalam sains
dibimbing oleh metoda ilmiah sementara perimbangan akuntansi dibimbing oleh
kebermanfaatan dalam mencapai tujuan ekonomik sehingga prinsip umum dalam
akuntansi (termasuk asumsi) tidak harus dapat diuji validitasnya atau bahkan tidak
yang bermanfaat dan pengrtian teknologi tidak terbatas pada teknologi fisis tetapi juga
teknologi lunak. Teknologi merupakan sarana untuk memecahkan masalah nyata dalam
lingkungan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu teknologi
bermuatan budaya dan nilai tempat teknologi berkembang atau diterapkan.Karena
akuntansi masuk dalam bidang pengetahuan teknologi, akuntansi dapat didevinisi
sebagai rekayasa informasi dan pengendalian keuangan. Sebagai teknologi, akuntasni
dapat memanfaatkan teori-teori dan pengetahuan yang dikembangkan dlam disiplin
ilmu yang lain untuk mencapai tujuan tertentu tanpa harus mengembangkan teori
sendiri.
Graffikin sangat mendukung gagasan bahwa akuntansi merupakan suatu
teknologi yang sangat berbeda dengan sains. Walaupun akuntansi itu sendiri tidak harus
merupakan sains, tetapi sains dapat dimanfaatkan dalam akuntansi untuk menciptakan
sesuatu dalam rangka mencapai kemakmuran elektronik. Akuntansi dirancang untuk
memperlancar kegiatan ekonomik dan oleh karenanya akuntansi berfungsi sebagai
teknologi untuk kepentingan politik. Argumen lain yang diajukan untuk tidak
mengklasifikasi akuntansi sebagai sains adalah adanya keberbiasaan kebudayaan dalam
pengetahuan akuntansi. Budaya merupakan salah satu faktor lingkunagn yang sangat
kuat dalam mempengaruhi sistem akuntansi suatu negara. Penerapan teknologi tidak
dapat lepas dari nilai suatu budaya tempat akuntansi akan diterapkan. Parrera
menyatakan bahwa sainsi bersifat universal dan bebas nilai tetapi akuntansi tetap dapat
menggunakan teknik-teknik ilmiah untuk kepentingan pengembangannya.
Ilmu-Ilmu Murni
Ilmu-Ilmu Terapan T
Nilai dan Tata Sosial T
bersifat Ekonomi
abstrak atau
sesuatu yang ideal
sebagai lawan dari Nilai-Nilai
sesuatu yang
nyata dan
Teori
Manajemen
Sosial
dikerjakan Sosiologi
dalam dunia nyata. Matematika
Makna teoriTerapan
diasosiasi Tujuan-Tujuan
dengan denganSosial
apa yang
Psikologi
Teknologi Komputer
Sistem Politik
diharapkan
atauapa yang seharusnya
dilakukan
dalam kehidupan
senyatanya
Matematika
Ekonomi
Terapan
Sistem
ukumdan tidak
Teknologi Komunikasi
Lain-Lainyang saling
bersifat praktis. Teori adalah seperangkat
konsep, devinisi dan proposisi
Teknologi Pengukuran
berkaitan secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan untuk memprediksi
Lain-lain
fenomena atau fakta. Teori akan berisi pernyataan-pernyataan asumsi dan hopotesis.
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan teoritis konsep-konsep yang diteorikan.
Rekayasa Akuntansi
Konsep adalah makna atau karakteristik yang berkaitan dengan kejadian, objek, kondisi,
atau perilaku.
Dari pengertiandiatas, tujuan teori adalah menjelaskan dan memprediksi.
Menjelaskan berarti menganalisis dan member alas an mengapa fenomena atau fakta
seperti yang diamati. Bila pengertian diatas diterapkan untuk akuntansi, teori akuntansi
sering dimaksudkan sebagai sains yang berdiri sendiri yang menjadi sumber atau induk
pengetahuan dan praktika kuntansi. Teori akuntansi berisi keseluruhan analisis dan
komponen-komponennya yang menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan
memprediksi gejala-gejala atau peristiwa dalam akuntansi. Dengan demikian status teori
akuntansi akan menjadi sains setara dengan pengertian teori dalam astronomi,
ekonomika, fisika, biologi, dansebagainya. Karena teori akuntansi disetarakan dengan
sains, apa yang dibahas dan dihasilakn oleh teori ini harus memenuh ikriteria sains yaitu
bebas nilai, koheren, universal, dan dapat diuji atau diverifikasi secara empiris.
melandasi praktik (berupa tindakan, kebijakan, atau paraturan) dalam kehidupan nyata.
Penalaran logis berisi asumsi, dasar pikiran, konsep, dan argumen yang saling berkaitan
dan yang membenuk suatu rerangka pikir yang logis. Bila diterapkan untuk akuntansi,
teori akuntansi sering dimaksudkan sebagai suatu penalaran logis yang memberikan
penjelasan dan alasan tentang perlakuan akuntansi tertentu (baik menurut standar
akuntansi atau menurut tradisi) dan tentang struktur akuntansi yang berlaku dalam suatu
wilayah tertentu. Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk
menjelaskan kelayakan prinsip atau praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau
untuk memberi landasan konseptual dalam penentuan standar atau praktik yang baru.
Teori akuntansi merupakan penalaran logis (logical reasoning), gagasan-gagasan
mendasar fundamental
ideas), atau
gagasan-gagasan
yang
berkaitan
dan
konsisten interelated and internally consistent ideas) yang semuanya dapat disebut
sebagai penalaran logis saja. Karena akuntansi diperlakukan sebagai teknologi, proses
penalaran logis tersebut dapat disebut sebagai perekayasaan. Hasil perekayasaan dalam
hal ini dapat berupa seperangkat prinsip umum (a set of broad principle), seperangkat
doktrin (a body of doctrine), atau suatu struktur/ rerengka konsep-konsep yang
terpadu (a structure or scheme of interrelated ideas). Prinsip umum, doktrin, atau
rerangka tersebut berfungsi untuk :
practices)
Pedoman pemecahan masalah potensial (a guide to the solution to those new
problems).
saja tidak dapat lepas dari pengaruh kebijakan politis, ekonomik, maupun sosial untuk
mencapai tujuan tertentu. Itulah sebabnya penalaran dalam akuntansi lebih tepat untuk
disebut sebagai justification daripadaexplanation.
dan
pandangan
teknologi
akan
menghasilkan
teori
akuntansi
UnsurPembeda
MasalahFakta
MasalahNilai
SasaranPemaparan
positive
normative
BentukPernyataan
is
ought/should
BahanPertimbangan
facts
values
DasarPenyimpulan
objective/empirical
subjective/reasoning
Nada Pernyataan
descriptive
prescriptive
MetodaPengujianValiditas
science
art
KriteriaPenerimaanTeori
true/false
good/bad
Atas dasar perbedaan aspek diatas, sasaran teori skuntansi positif adalah
menghasilkan penjelasan tentang apa yang nyatanya terjadi secara objektif tanpa
dilandasi oleh pertimbangan nilai (value-judgment). Sedangkan sasaran teori
akuntansi normatif adalah menghasilkan penjelasan atau penalaran mengapa
perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau lebih efektif daripada perlakuan
akuntansi alternatif karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai.
Aspek Tataran Semiotika
Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi sebagai
sarana komunikasi bisnis sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis
(the language of business). Semiotika merupakan bidang kajian yang membahas
teori umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam bidang linguistika.
Sebagai teori umum dalam penyimbolan informasi, semiotika membahas tiga
pertanyaan pokok yang berkaitan dengan simbol informasi, yaitu :
1. Apakah simbol tersebut logis (masuk akal) ?
2. Apa makna yang dikandung oleh simbol ?
3. Apakah ungkapan tersebut mempunyai efek (pengaruh) terhadap penerima ?
Pokok masalah di atas membentuk tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika,
semantika, dan pragmatika. Sintaktika menelaah logika dan kaidah bahasa yaitu
hubungan logis di antara tanda-tanda atau simbol-simbol bahasa. Semantika
menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan dunia kenyataan (fakta) yang
disimbolkannya. Pragmatika membahas dan menguji apakah komunikasi efektif
dengan mempelajari ada tidaknya perubahan perilaku penerima. Moeliono (1989)
memberi ciri tiap tataran semiotika dalam teori komunikasi dalam Gambar 1.7
berikut :
Tataran
SasaranBahasan
Sintaktika
Aspek Formal
TandaBahasa (kosa
kata, tatabahasa)
Aspekisitandabahasa
(makna)
Keefektifantandabahas
a (efekkomunikatif)
Semantika
Pragmatik
a
PenekananKomunikas KandunganPesan
i
Operasional,
InformasiSintatik
Penandaan
Penafsiran,
pelambangan
Fungsional,
pemengaruhan
Informasi semantic
Informasipragmali
k
membahas
masalah-masalah
tentang
bagaimana
kegiatan-kegiatan
atau tidak. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori tergantung pada sasaran
dan tataran teori yang diverifikasi. Teori akuntansi normatif dievaluasi validitasnya
atas dasar penalaran logis (logicial reasoning) yang melandasi teori yang diajukan.
Teori normatif dikembangkan atas dasar kesepakatan terhadap asumsi atau tujuan
kemudian diturunkan suatu kaidah atau prinsip akuntansi tertentu. validitas dapat
dinilai dengan menentukan apakah asumsi-asumsi yang digunakan masuk akal
(reasoniable). Karena normatif tidak bebas nilai, penerimaan asumsi oleh pihak yang
terlibat dalam penurunan prinsip (konklusi) juga menjadi bagian dari kriteria
validitas teori. Walaupun demikian, kriteria ini sering bersifat subjektif. Oleh karena
itu, penerimaan suatu asumsi juga harus didukung dengan penalaran logis sehingga
asumsi tersebut tetap masuk akal serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap
dapat dievaluasi atau ukur implikasinya. Penalaran logis menjadi kriteria validitas
karena teori normatif dalam banyak hal tidak atau belum menghasilkan fakta atau
observasi untuk mendukungnya. Sering dikatakan bahwa teori normatif tidak
mempunyai muatan emperis (empirical content).Teori akuntansi positif dinilai
validitasnya biasanya atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang
nyatanya terjadi. Menentukan fakta melibatkan observasi secara objektif. Pada
umumnya, observasi objektif dapat dicapai melalui penelitian dengan metoda
ilmiah. Penelitian empiris biasanya didasarkan atas pengamatan terbatas (sampel)
untuk menguji teori secara statistis. Karena teori akuntansi positif bebas
nilai,verifikasi dibatasi pada apa yang nyatanya dipraktikan tetapi tidak diarahkan
untuk menentukan apakah teori tersebut baik atau tidak apabila dijadikan basis
untuk menentukan kebijakan. Sebagai contoh, teori positif menyatakan dan
memprediksi bahwa praktisi akan banyak menggunakan istilah beban karena standar
akuntansi menggunakan istiah tersebut. Bahwa observasi empiris memverifikasi
pernyataan tersebut menjadikan teori tersebut valid tetapi tidak dapat disimpulkan
bahwa penggunaan istilah beban itu sendiri valid (benar). Validitas istilah hanya
dapat diverifikasi secara normatif.