Anda di halaman 1dari 28

Metode Berpikir Ilmiah

Seri Teknik Penulisan Ilmiah 2


Universitas Ciputra
Kemampuan menalar
• Untuk menyampaikan ungkapan atau
suatu tulisan ilmiah, seseorang itu perlu
mempunyai kemampuan menalar.
• Terdapat beberapa prinsip penalaran
berkaitan dengan penalaran ilmiah
• Melalui proses penalaran ilmiah akan
dihasilkan asumsi, hipotesis, teori dan
formulasi untuk mencapai simpulan
• Prinsip penalaran:
– Principium indetitatis yang menyatakan
bahwa sesuatu itu hanya identik dengan
diri sendiri
– Principium contradictionis yang
menyatakan bahwa suatu gejala tidak
mungkin sekaligus merupakan gejala itu
sendiri dan bukan gejala itu pada waktu
yang sama
– Principium exclusi tertii yang menyatakan
bahwa tidak ada kemungkinan ketiga.
Segala seuatu itu harus positif dan negatif
- Principium rationis suficientis bahwa
segala sesuatu itu selalu ada sebabnya,
dikenal sebagai prinsip sebab akibat
- Principium individuationis merupakan
penegasan dari principium identitatis.
• Keperluan unsur dasar untuk penalaran
adalah data sebagai fakta.
• Seseorang yang menalar akan perlu
memiliki pengetahuan tentang data.
• Data yang ada perlu dipilah menurut
kriteria analisis tertentu.
Penalaran deduktif
• Penalaran deduktif dilakukan atas
pertimbangan dan dasar menurut prinsip
tertentu, kaidah ataupun teori yang
berlaku umum kepada sesuatu yang
khusus.
• Deduksi tidak menghasilkan kaidah yang
baru ataupun terobosan penting dalam
ilmu pengetahuan.
• Upaya penalaran deduktif dengan menarik
simpulan adalah didasarkan pada premis,
yaitu pernyataan dasar, yang memberi
simpulannya sebagaimana terkandung dalam
premis tersebut (ada premis mayor dan
premis minor)
• Simpulan yang dicapai dengan penalaran
deduktif sudah dibatasi pada kaidah awalnya,
yang dengan demikian simpulan itu adalah
benar selama kaidah yang digunakan adalah
benar.
• Ada dua cara untuk menarik simpulan
dengan penalaran deduktif yaitu:
– Menarik simpulan langsung dari satu
premis yang dilakukan melalui konversi
(perubahan dari satu sistem pengetahuan
ke sistem yang lain), obversi (metode
berpikir langsung untuk mencari kebenaran
baru berdasarkan keputusan yang telah
ada), dan kontraposisi, (berdasarkan posisi
dalam menarik simpulan dari satu premis)
– Menarik simpulan tak langsung dengan
cara silogisma (kategorial, hipotesis dan
alternatif)
Penalaran Induktif
• Penalaran induktif merupakan penalaran
untuk sampai pada suatu keputusan yang
berawal dari data khusus yang
dikembangkan menjadi kesimpulan umum
yang mampu dikembangkan menjadi
kesimpulan umum yang mampu
menjelaskan hubungan antara faktor-
faktor yang diamati itu
• Proses induksi adalah:
– Generalisasi
– Analogi
– Hubungan sebab akibat
• Penalaran induktif lebih berperan dalam
ilmu pengetahuan karena penalaran
tersebut dapat membuka peluang untuk
menghasilkan teori atau teori-teori yang
baru.
• Generalisasi merupakan proses
penalaran yang menyandarkan pada
pernyataan tertentu untuk memperoleh
sejumlah gejala yang dianggap serupa.
• Suatu simpulan dianggap sahih apabila
memenuhi syarat bahwa, informasi atau
data: memadai, mewakili keseluruhan,
sedangkan pengecualian gejala harus
dianggap sebagai keanekaragaman
data.
• Analogi adalah proses penalaran
didasarkan pada cara membandingkan
dua hal yang mempunyai sifat-sifat
yang sama.
Logika
• Tata cara atau disebut logika formal
(seperti telah dicetuskan oleh Aristoteles)
merupakan landasan dan arah dari
perkembangan ilmiah.
• Manusia itu lahir dengan kemampuan
berpikir
• Pengetahuan yang mendasar tentang
logika formal itu dapat menambah cara
berpikir yang efisien dan merupakan
kaji ulang, baik tentang pemikirannya
sendiri maupun dan tentang pemikiran
orang lain.
• Logika adalah cara berpikir ilmiah
menurut konsekuensi rasional itu
Fungsi logika
• Hakekat logika adalah teknik berpikir yang
tujuannya ialah untuk menjelaskan isi atau
komprehensi dan luasnya atau eksistensi
dari suatu istilah ataupun pengertian
melalui batasan yang tajam dan tepat
• Berpikir akan selalu menggunakan kata-
kata yaitu kata-kata yang berkaitan satu
sama lainnya dengan suatu tujuan yang
tertentu. Logika itu selalu ada yang ada
kaitannya dengan penggunaan kata
atau bahasa.
• Logika menunjukkan suatu ketepatan
berpikir dan fungsi logika itu barulah
timbul manakala mengemukakan
sesuatu yang dikaitkan dengan sesuatu
lagi, atau paling sedikit ada dua dari
sesuatu yang dikemukakan nilainya
untuk kemudian disimpulkan.
• Penilaian tepat tidak hanya tampak dari
tatanan dan bentuk bahasa saja. Tetapi
terletak pada isi dari penilaian tersebut.
Penilaian tepat adalah penelitian yang pada
mana antara unsur-unsurnya diletakkan
menurut hubungan yang tepat.
• Penilaian itu tepat bilamana penilaian itu tidak
keliru. Penilaian itu keliru bilamana terdapat
(1) kontradiksi antara penilaian dengan
pengertian, (2) penilaian itu bertentangan
dengan pengalaman
Alur Pemikiran
• Kebenaran dari suatu penilaian ditegakkan
atas beberapa landasan. Suatu penilaian
itu merupakan hasil sintetik dari jalan, alur
atau proses pemikiran yang tidak
diucapkan, yang dalam hal ini
mengantarkan tentang kesadaran akan
sumber-sumber dan nilai-nilai keabsahan
itu
Evidensi, deduksi dan induksi
• Evidensi atau evidence adalah tanda,
bukti, kenyataan atau kesaksian,
merupakan ciri pokok dan mutlak dari
kebenaran yang memiliki fungsi lebih
mendasar dari induksi dan deduksi,
karena tugas untuk mencari kebenaran
dari induksi dan deduksi itu turut dijamin
oleh evidensi.
• Evidensi menonjolkan diri, sedangkan
pengertian hanya mampu menerima
yang bersifat tampak atau intuitif.
Deduksi merupakan tata kerja dari
perkembangan rohaniah yang matang
atau penghargaan dari induksi barulah
muncul ketika cara deduksi telah cukup
mencapai kemenangan.
• Induksi mengandung kesukaran yang
sebenarnya tak dapat diatasi. Induksi
pada hakekatnya selalu tidak
sempurna, karena itu tak mungkin
selalu pasti dan benar. Induksi dalam
hal ini sama dengan hipotesis, karena
itu induksi harus diartikan pada
anggapan pendahuluan tidak akan
terdapat sesuatu yang baru, yang
bertentangan dengan penilaiannya
Kekeliruan cara berpikir
• 1. Petito principii : kekeliruan terjadi ketika
cara berpikir tertentu digunakan sebagai
tanggapan pendahuluan pada sesuatu
yang dianggap sudah dengan sendirinya
benar, dan untuk seterusnya menarik
kesimpulan bahwa apa yang disimpulkan
itu seakan-akan mutlak, yang karena itu
melupakan bahwa dalam logika tidak
terdapat aksioma-aksioma seperti dalam
matematika.
• Contoh:
– Karena manusia adalah makhluk Tuhan
– Maka Tuhan itu harus ada
• 2. Lingkaran fisicus : kekeliruan akan
terjadi ketika suatu penilaian itu
dibuktikan yang berdasarkan pada
kekuatan pembuktian yang berasal dari
penilaian lain yang dasar
pembuktiannya itu tergantung kepada
pembuktian yang pertama. Bentuk
kekeliruan yang terjadi dua kali
sehingga membentuk lingkaran
3. Quaternio terminorum
suatu kekeliruan bisa terjadi dari bentuk
yang sederhana dan tampak kasar itu,
seperti contoh kekeliruan cara berpikir:
Sinar matahari menerangi alam
Wajahnya bersinar
Karena itu wajahnya menerangi alam
• Metabasis eis allo genos
– Kekeliruan karena terjadi peralihan dari
satu bidang pada bidang lain.
– Ia paling bijaksana, karena itu ia adalah
yang paling baik
• 5. Loncatan dari analogi ke identitas
– Suatu loncatan pemikiran yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena tidak dapat
diawasi atau dikontrol. Dengan demikian
sesuatu pemikiran yang pada hakekatnya itu
tidak mungkin dilakukan hendak dijadikan
secara mutlak agar masuk akal ialah
loncatan.

Anda mungkin juga menyukai