Anda di halaman 1dari 41

Argumentasi

gorys keraf
Vincentius Nathaniel
Kevin January
Akbar alwafi
Erland Septian
Joseph Ragil
Bab 1. Penalaran
1. Pendahuluan

• Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk


mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan
akhirnya bertidndak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam
ilmu pengetahuan. Dan dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu
tidak lain daripada usaha untuk mengajukan bukti – bukti atau menentukan
kemungkinan – kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat
mengenai suatu hal.
2. Proposisi

• Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses beroikir yang


berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Bila kita bandingkan
argumentasai dengaan sebuah bangunan maka, fakta, evidensi, dan
sebagainya dapat disamakan dengan baatu bata, batu kali, semen dsb.
• Sedangkan proses penalaran itu sendiri dapat disamakan dengan bagan
atau arsitektur untuk membangun gedung tersebut. Penalaran merupakan
sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
• Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan mempergunakaan fakta-fakta yang
masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan mempergunakan
fakta-fakata yang dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat
atau kesimpulan. Kalimat-kalimat semacam ini, dalam hubungan dengan proses
berpikir tadi disebut proposisi. Proposisi dapat kita batasi sebagi pernyataan yang
dapat dibuktikan kebenarannyaa atau dapat ditolak karenaa kesalahan yang
terkandung di dalamnya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bil terdapat bahan
bahan atau fakta-fakta yang menentangnya. Untuk menjeaskan hal itu perhatikan
contoh-contoh berikut:
• semua manusia akan mati pada suatu waktu
• Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah
• Kota Bandung hancur dalam Peang Dunia Kedua karena bom aatom
• Semua gajah telah punah tahun 1980
• Keempat kalimat sebelumnya merupaka proposisi; kedua kalimat yang
pertama dapat dibuktikan kebenarannya, dan kedua kaimat terakhir daapat
ditolak karena fakta-fakta yang ada menentang kebenarannya. Tetapi
keempatnya tetap merupakan proposisi.
• Proposisi selalu berbentuk kaimat, tetapi tidak semua kaimat adalah
proposi Hanya kalimaat deklaratif yang dapat mengandung proposisi,
karena hanya kalimat itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal
kebenarannya.
3. Inferensi dan implikasi
• Kata inferensi berasal dari kata Latin inferred yang berarti menarik kesimpulan. Kata
impllikasi juga berasal dari Bahasa latin yaitu dari kata implicare yang berarti melibat
atau merangkum. Untuk menjelaskan kedua pengertian di atas, dapat dikemukakan
contoh berikut.
• Bila seorang ibu mendengar tetesan air dalam kamar mandi, maka ia menarik
kesimpulan bawha keranya bocor atau kerannya kurang cermat ditutup. Untuk
menetapkan kesimpulan mana yang mempunyai kemungkinan paling tinggi, harus
diperimbangkan dua factor : bagaimana kebiasaan penghuni rumah mempergunakan
keran, serta berapa lama usia paking keran itu. Jika si Adi mempunyai kebiasaan
menbiarkan keran terbuka, maka iu dapat mengambil kesimpulan (dalam hal ini
inferensi) bahwa :” adi tidak menutup keran dengan cermat”. Tetapi jika keran itu tidak
dapat ditutup secara normal, sedangkan di pihak lain pakingnya sudah lama diganti,
maka dapat ditarik inferensi :” pakingnya sudah aus, sebab itu perlu diganti”.
• Contoh diatas mengandung asumsi-asumsi tertentu. Tetesan – Tetesan air sudah
mencakup atau sudah ada implikasi kebocoran. Dari tetesan itu timbul suatu
dugaan bahwa kebocoran mungkin merupakan akibat dari kealaian manusia atau
karena kerusakan teknis.
• Sepintas lalu dapat pula dibedakan infernesi-inferensi mana yang benar dan
inferensi mana yang tidak benar dengaan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan
dan keadaan pada umumnya. Karena proses berpikir itu sangat kompleks dan
rumit, maka fakta, evidensi, dan kebiasaan-kebiasaan itu harus diperhitungkan
dengan cermat
4. Wujud evidensi

• Wujud yang paling penting dalam sebuah argumentatif adalah evidensi. Pada
hakikatnya evidensi adlaah semua fakta yang ada, semua kesaksia, semua
informasi atau autoritas dan sebagainya yang dihubung hubungkan untuk
mebuktikan suatu kebenaran.
• Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi.
Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang
diperoleh dari sautu sumber tertentu.
• Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara
nyata.
5. Cara menguji data

• Supaya data dan informasi dapat diperunakan dalam penalaran data dan
informasi itu harus merupakan fakta. Sebab itu harus dilakukan pengujian-
pengujian melalui cara cara ini:
• A. observasi
• B. kesaksian
• C. autoritas
A. Observasi

• Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belm meuaskan


seorang pengaarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri
dan sealigus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha
meyakinkan para pembaca, maka kadang kadang pengarang merasa perlu
untuk mengadakan peninjauan atau ovservasi singkaat untuk mengecek
data atau informasi itu
b. Kesaksian

• Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilaukan dengan
observasi. Kadang-kadang sangat sullit untuk mengharuskan seorang
mengadakan ovservasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu
terjadu karena waktu, tempat dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk
mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian
dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain.
C. Autoritas

• Cara ketiga yang dapat dipergunakan untk menguji fakta dalam usaha
menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni
pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta
itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta
kemudian meberikan endapat mereka sesuai dengan keahlian mereka
dalam bidang itu.
6. Cara menguji fakta

• Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan apakah data atau


infromas yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan
penilaian, apakah data-data atau infromasi itu merupakan kenyataan atau
hal yang sungguh-sungguh terjadi.
a. Konsistensi

• Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan
dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah aargumentasi akan
kuat dan mempunyai tenaaga persuasif yang tinggi, kalua evidensi-evidensi
nya bersifat konsisten.
b. Koherensi

• Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana
yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi.
Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren
dengan pengalaman pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan
atau sikap yang berlaku
7. Cara menilai autoritas

• Apa yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan bahwa


pendapat autorias-autoritas itu berbdea-beda? Yang dapat dilakukan adalah
membanding-bandingkan autoritas-autoritas itu. Untuk menilai suatu
autoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut.
a. Tidak mengandung prasangka

• Dasar pertama yang perlu diketahui penulis adalah bahwa pendapat


autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak
mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil
eksperimental nya
B. Pengalaman dan pendidikan autoritas

• Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat


suatu autoritas adlaah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas.
Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang
diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan
sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannnya tadi.
C. Kemashuran dan prestise

• Faktor ketiga yang haus diperhatikan oleh penulis untuk menuilai autoritas
adalah meneliti apakah pernyataan ataupendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibaik kemashuran dan
prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya
dengan fakta-fakta yang meyakinkan?
4. Koherensi dengan kemajuan

• Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah


pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terkahir dalam
bidang itu
Bab 2 Pernyataan Kategorial
1. Pengertian pernyataan kategorial

• Sesuai dengan namanya pernyaataaan kategorial atau proposisi kategorial


merupakan proposisi yang bertalian dengan kategori. Dalam pengertian
yang umum kategori disamakan dengan kelas. Dalam logika, kategori
diartikan dengan sautu konsep yang terkecil atau suatu bentuk pikiran yang
terkecil dan fundamental, yang daripadanya dapat diturunkan semua
pengetahuan.
• Dalam pengertian yang lebih luas proposisi kategorial mempunyai pertalian
dengan perangkat-perangkat dan relasi antar perangkata-perangkat itu.
• Dalam suatu pernyataan atau proposisi terdapat perangkat-perangkat, ada
yang berfungsi sebagai term subyek dan ada yang berfungsi sebagai term
predikat. Hubungan antara term subyek dan term predikat dapat berujud :
• A. suatu perangkat dapat tercakup dalam suatu perankgat lain, jika semua anggota
perangkat pertama adalah anggota dari perangkat kedua; tetapi tidak seua anggota
perangkat kedua harus menjadi anggota perangkat pertama.
• B. Sebuah perangkaat dapat juga berada di luar perangkat yang lain, jika kedua perangkat
itu tidak memiliki anggota bersama.
• C. Relasi itu dapat juga berbentuk hanya sebagian tercakup dalam perangkat lain, jika
beberapa anggota dari perangkat pertama juga menjadi anggota dari perangkat kedua
• D. Relasi terakhir adalah sebagian di luar perangkat yang lain jika beberapa anggota dari
perangkat pertama juga bukan anggota perangkat kedua
2. Macam macam pernyataan kategorial

• Sepanjang sejarah logika dikenal empat macam pernyataan kategorial


standaar, yang masing-masing diwakili oleh pernyataan-pernyataan
berikut:
• 1. semua manusia adalah makhluk berakal budi (pernyataan A)
• 2. tidak ada kucing adalah manusia (pernyataan E)
• 3. beberapa ular adalah binatang berbisaa (pernyataan I)
• 4. beberapa orang bukan manusia penipu (pernyataan O)
• Contoh-contoh yang mewakili tiap tiper pernyataan katergorial di atas berturut-
turut diberi lambing A, E, I, dan O, yang diambil dari vokal-vokal kata-kata Latin.
Lambang A dan I dari kata affirm yang berarti ‘saya mengiakan’ atau ‘saya
membenarkan’ sedangkan lambing E dan O dari kata nego yang berarti ‘saya
menyangkal’
• Pernyataan A dan E adalah pernyataan yang membenarkan sesuatu, sedangkan
pernyataan E dan O adalah pernyataan yang menyangkal sesuatu. Atau dapat pula
diaktakan bahwa ada pernyataan kategorial yang bersifat afirmatif (A dan I) dan
ada pernyataan Lategorial yang bersifat negatif ( I dan O).
3. Interprestatis Eksistensial

• Sebelum abad XIX orang beranggapan bahwa selalu ada (exis) atau terdapat
minimal sat anggota bagi term subyeknya. Sebab itu penafsiran atas
pernyataan kategorial itu disebut interprestasi eksistensialis
4. Oposisi hipotresis

• Bila dalam interprestasi eksistensial selalu dianggap bahwa perangkat-perangkat


itu selalu mempunyai atau tidak mempunyai anggota tertentu, aka ahli-aahli logika
dewasa ini mengambil sikap yang lebih berhati hati. Mereka berpendirian bahwa
bisa saja tedapat kemungkinan bahwa apa yang disebut term subyek itu sama
sekali tidak ada. Akbiatnya pernyataan A dan E selalu dianggap sebagai pernyataan
yang hipotesis, sehingga perlu diberi pula penafsiran hipotesis (interprestasis
hipotesis)
• Misalnya kita mengandaikan bahwa ada pernyataan kategorial sebagai berikut:
• A. semua Kalaba adalah gunung
• E. Tidak ada Kalaba adalah gunung
• I. Beberapa Kalaba adalah gunung
• O. Beberapa Kalaba adalah bukan gunung

• Relasi mana yang terdapat dalam propisis-proposisi itu ?


a. Relasi Kebalikan

• Dalam oposisi eksistensial dikatakan bahwa relasi kebalikan adalah relasi


antara dua proposisi yang sedemikian rupa sehingga bila satu proposisi
salaha, maka lainnya benar, tetapi kedua-duanya bisa salah kalau proposisi I
dan O benar. Karena tidak ada Kalaba, maka menurut interprestasi
kontemporer boleh saja mengatakan bahwa semua Kalaba adalah gunung
dan tak ada kalaba adalah gunung. Kedua proposisi lalu mempunyai
kemungkinan sama sama benar. Dengan demikian tidak terpada relasi
kebaikan dalam interprestasi hipotesis
b. Relasi kebalikan-bawahan

• Karena term subyek tidak ada anggota, makan kebenaran pernyataan


kategoril A dan E sebagai yang dikemukakan di atas tidak akan menjamin
pula hubungan antara pernyataaan kategoial
c. Relasi sub-alternan

• Karena pernyataan kategorial A dan E bisa saja tidak benara, maka kedua
pernyataan universal tersebut tidak akan menjamin kebenaran dari
pernyataan I dan O. karena pernyataan A tidak mencakup I, dan pernyataan
E tidak mencakup O, maka pernyataan I tidak menjadi sub-alternan dari
pernyataan A, dan demikian pula pernyataan O tidak menjadi sub-alternan
dari pernyataan E
d. Relasi pertentangan

• Walaupun dalam oposisi hipotesis tidak terdapat relasi antara A dan E,


anara E dan O, antara A dan I, dan antara I dan O, toh masih terdapat satu
relasi dalam interprestasi hipotesis, yaitu relasi antara pernyataan A dan O,
dan antara pernyataan E dan I
• Relasi itu mengatakan bahwa bila benar pernyataan A maka pernyataan O
itu salah. Bila pernyataan E itu salah, maka pernyataan I itu benar.
6. Pernyataan yang sama

• Pada waktu menghadapi dua pernyataan kategorial atau lebih, sering


timbul keinginan kita untuk mengetahui apakah mungkin pertanyaan
pertanyaan itu mengandung makna yang sama atau tidak. Untuk maksud
tersebut perlu kiranya diketahui beberapa pengertian yang dapat dipakai
untuk menguji kesamaan atau perbedaan proposisi proposisi itu. Cara cara
itu adalah dengan proses yang disebut, Konversi, obversi dan kontraposisi.
a. konversi

• Konversi adalah suatu proses atau tindakan untuk mempertukarkan tempat


tempat term-term sebuah proposisi, misalnya menempatkan term subyek
di tempat term predikat, dan sebaliknya. Proposisi yang diperoleh dari hasil
penukaran tempat ini disebut konvers. Sedangkan proposisi asal yang
mengalami pertukaran itu disebut konvertan, ada dua macam konversi yang
dikenal yaitu, konversi sedeharna dan konversi dengan pembatasan.
b. Obversi

• Obversi adalah sebuah proses perubahan dengan menyangkal lawan dari suatu
proposisi afirmatif. Pernyataan asli yang disangkal disebut obvertan, sedangkan
proposisi yang dihasilkan obversi disebut obvers. Untuk memahami obversi secara
lebih mantap, harus diketahui dulu suatu pengertian lain yang miip dengan
antomin, yaitu komplemen. Secara singkat dapat dikatakan komplemen adlaah
semua perangkat lain di luar perangkaata yang diketahui. Misalnya komplemen
dari warna putih adalah semua warna lain: merah, hitam, hijau, biru, kelabu.
Padahal biasanya dikatakan bahwa antonymdari putih adalah hitam. Jadi
komplemen lebih luas pengertiannya dari antonim. Sebab itu secara singkat dapat
dikatakan komplemen dari term putih adalah non-putih; komplemen dari S adalah
non-S, dan sebagainya
• Untuk memperoleh sebuah obvers yang seniali dengan obvertannya, maka
haus ditempuh dua prosedur berikut:
• 1. mengubah kualitas dari pernyaataan obvertannya. Kalau kualtiasnya
afirmati, maka harus dijadikan negative, atau sebaliknya
• 2. menggantikan term predikat dengan komplemennya. Jika termpredikat
dari obvertannya dalah P, maka P harus dignati dengan non-P. kalau term
predikatnya adalah non-p maka harus diganti dengan P.
c. kontraposisi
• Kontraposisi adalah suatu proses untuk menghasilkan sebuah proposisi baru
berturut-turut melalui proses obversi, konversi dan sekali lagi obversi. Untuk
membuktikan hal ini, kita menggunakan proposisi A sebagai titik tolak:
• 1. semua pelat adalah orang yang rajin.
dengan menerapkan obversi atasa proposisi I akan diperoleh proposisi:
• 2. tak ada pelaut ada alah orang yang tidak rajin
Dengan menerapkan konversi atas proposisi 2 akan diperoleh:
• 3. tak ada orang yang tidak rajin adalah pelaut
akhirnya dengan mempergunakan obversi sekali agi, akan diperoleh:
• 4. sema orang yang tidak rahin adlaah bukan pelaut.

Anda mungkin juga menyukai