gorys keraf
Vincentius Nathaniel
Kevin January
Akbar alwafi
Erland Septian
Joseph Ragil
Bab 1. Penalaran
1. Pendahuluan
• Wujud yang paling penting dalam sebuah argumentatif adalah evidensi. Pada
hakikatnya evidensi adlaah semua fakta yang ada, semua kesaksia, semua
informasi atau autoritas dan sebagainya yang dihubung hubungkan untuk
mebuktikan suatu kebenaran.
• Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi.
Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang
diperoleh dari sautu sumber tertentu.
• Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara
nyata.
5. Cara menguji data
• Supaya data dan informasi dapat diperunakan dalam penalaran data dan
informasi itu harus merupakan fakta. Sebab itu harus dilakukan pengujian-
pengujian melalui cara cara ini:
• A. observasi
• B. kesaksian
• C. autoritas
A. Observasi
• Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilaukan dengan
observasi. Kadang-kadang sangat sullit untuk mengharuskan seorang
mengadakan ovservasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu
terjadu karena waktu, tempat dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk
mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian
dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain.
C. Autoritas
• Cara ketiga yang dapat dipergunakan untk menguji fakta dalam usaha
menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni
pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta
itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta
kemudian meberikan endapat mereka sesuai dengan keahlian mereka
dalam bidang itu.
6. Cara menguji fakta
• Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan
dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah aargumentasi akan
kuat dan mempunyai tenaaga persuasif yang tinggi, kalua evidensi-evidensi
nya bersifat konsisten.
b. Koherensi
• Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana
yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi.
Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren
dengan pengalaman pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan
atau sikap yang berlaku
7. Cara menilai autoritas
• Faktor ketiga yang haus diperhatikan oleh penulis untuk menuilai autoritas
adalah meneliti apakah pernyataan ataupendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibaik kemashuran dan
prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya
dengan fakta-fakta yang meyakinkan?
4. Koherensi dengan kemajuan
• Sebelum abad XIX orang beranggapan bahwa selalu ada (exis) atau terdapat
minimal sat anggota bagi term subyeknya. Sebab itu penafsiran atas
pernyataan kategorial itu disebut interprestasi eksistensialis
4. Oposisi hipotresis
• Karena pernyataan kategorial A dan E bisa saja tidak benara, maka kedua
pernyataan universal tersebut tidak akan menjamin kebenaran dari
pernyataan I dan O. karena pernyataan A tidak mencakup I, dan pernyataan
E tidak mencakup O, maka pernyataan I tidak menjadi sub-alternan dari
pernyataan A, dan demikian pula pernyataan O tidak menjadi sub-alternan
dari pernyataan E
d. Relasi pertentangan
• Obversi adalah sebuah proses perubahan dengan menyangkal lawan dari suatu
proposisi afirmatif. Pernyataan asli yang disangkal disebut obvertan, sedangkan
proposisi yang dihasilkan obversi disebut obvers. Untuk memahami obversi secara
lebih mantap, harus diketahui dulu suatu pengertian lain yang miip dengan
antomin, yaitu komplemen. Secara singkat dapat dikatakan komplemen adlaah
semua perangkat lain di luar perangkaata yang diketahui. Misalnya komplemen
dari warna putih adalah semua warna lain: merah, hitam, hijau, biru, kelabu.
Padahal biasanya dikatakan bahwa antonymdari putih adalah hitam. Jadi
komplemen lebih luas pengertiannya dari antonim. Sebab itu secara singkat dapat
dikatakan komplemen dari term putih adalah non-putih; komplemen dari S adalah
non-S, dan sebagainya
• Untuk memperoleh sebuah obvers yang seniali dengan obvertannya, maka
haus ditempuh dua prosedur berikut:
• 1. mengubah kualitas dari pernyaataan obvertannya. Kalau kualtiasnya
afirmati, maka harus dijadikan negative, atau sebaliknya
• 2. menggantikan term predikat dengan komplemennya. Jika termpredikat
dari obvertannya dalah P, maka P harus dignati dengan non-P. kalau term
predikatnya adalah non-p maka harus diganti dengan P.
c. kontraposisi
• Kontraposisi adalah suatu proses untuk menghasilkan sebuah proposisi baru
berturut-turut melalui proses obversi, konversi dan sekali lagi obversi. Untuk
membuktikan hal ini, kita menggunakan proposisi A sebagai titik tolak:
• 1. semua pelat adalah orang yang rajin.
dengan menerapkan obversi atasa proposisi I akan diperoleh proposisi:
• 2. tak ada pelaut ada alah orang yang tidak rajin
Dengan menerapkan konversi atas proposisi 2 akan diperoleh:
• 3. tak ada orang yang tidak rajin adalah pelaut
akhirnya dengan mempergunakan obversi sekali agi, akan diperoleh:
• 4. sema orang yang tidak rahin adlaah bukan pelaut.