Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MATA KULIAH

KIMIA DASAR

Oleh :

ROLENSYA BENSYELIN PICAL

(20170301078)

SARJANA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2017
METODE ILMIAH
 Definisi
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau urutan langkah yang harus dilakukan untuk
melakukan suatu proyek ilmiah.

Metode ilmiah juga dapat didefinisikan sebagai cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran (Almadk ,1939).

Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan langkah) yang harus dilakukan untuk
melakukan suatu proyek ilmiah (science project).

Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses
keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan
eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu
teori ilmiah.

 Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah

1. Untuk meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil


kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang ada.

2. Untuk mengorganisasikan fakta

3. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-


pertimbangan logis.

4. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan
data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan
kesimpulan.

5. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan


pengetahuan yang dapat diandalkan.
 Langkah-langkah Metode Ilmiah

1. Perumusan masalah

Pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan
factor-faktor yang terkait di dalamnya.

2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis

Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai factor yang
saling mengikat dan membentuk konstelasi permaslahan.

Disusun secara rasional berdasrakan premis-premis ilmiah yang teruji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relefan dengan permasalahannya.

3. Perumusan hipotesis

Jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaanyang diajukan yang materinya merupakan
kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

4. Pengujian hipotesis

Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan
apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

5. Penarikan kesimpulan

Penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam
proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu
diterima. Dan sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang yang cukup
yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.

Secara umum metode penulisan ilmiah meliputi langkah-langkah berikut:

Observasi Awal

Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama untuk
melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi
segala sesuatu yang berhubungan dengan topik tersebut melalui pengalaman, berbagai sumber
ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang sesuai.

– Gunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet, interview, dll.

– Kumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti, insinyur, dll.

– Lakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.


Mengidentifikasi masalah

Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan. Permasalahan dinyatakan


dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan jawaban berupa suatu pernyataan, bukan
jawaban ya atau tidak. Sebagai contoh: Bagaimana cara menyimpan energi surya di rumah?

– Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.

– Pilih permasalahan yang penting dan menarik untuk diteliti.

– Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen.

Merumuskan atau menyatakan hipotesis

Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang
diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian yang
seksama atas topik proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih
lanjut melalui penelitian yang seksama. Yang perlu diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata
hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.

– Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis

– Rumuskan hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen

Melakukan Eksperimen

Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan
semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang
perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas. Variabel terikat adalah
variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol
adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan tetap.

– Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.

– Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan.

– Lakukan eksperimen berulang kali untuk memvariasi hasil.

– Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.

Menyimpulkan Hasil Eksperimen

Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana
hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen yang
bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya. Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat
diakhiri dengan memberikan pemikiran untuk penelitian lebih lanjut.

Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis:

– Jangan ubah hipotesis

– Jangan abaikan hasil eksperimen

– Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai

– Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab


ketidaksesuaian

– Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.

 Langkah-langkah Metode Penulisan Ilmiah :

1. Masalah: berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoretis,
sebagai suatu aktivitas pendahuluan. Agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan
fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji
berbagai literatur relevan.
2. Rumusan masalah: Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan
masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
3. Pengajuan hipotesis: Masalah yang dirumuskan relevan dengan hipotesis yang diajukan.
Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian
sebelumnya.
4. Metode/strategi pendekatan penelitian: Untuk menguji hipotesis maka peneliti memilih
metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai.
5. Menyusun instrumen penelitian: Langkah setelah menentukan metode/strategi
pendekatan, maka peneliti merancang instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan
data, misalnya angket, pedoman wawancara, atau pedoman observasi, dan melakukan
pengujian validitas dan reliabilitas instrumen agar instrumen memang tepat dan layak
untuk mengukur variabel penelitian.
6. Mengumpulkan dan menganalisis data: Data penelitian dikumpulkan dengan Instrumen
yang kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan alat-alat uji
statistik yang relevan dengan tujuan penelitian atau pengujian secara kualitatif.
7. Simpulan: Langkah terakhir adalah membuat simpulan dari data yang telah dianalisis.
Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan
dapat dibuktikan kebenarannya.
 Sejarah Metode Ilmiah
Pada zaman pra Socrates terdapat dua kaum yang berbeda dalam mencari suatu kebenaran
terhadap realitas. Ia adalah kaum Rasionalis dan kaum Empirik, dua kaum ini mempunyai
keunikan untuk mencapai suatu kebenaran dalam mengidentifikasi sebuah realitas.

1. Kaum Rasionalis

Kaum Rasionalis dalam mencari suatu


kebenaran menggunakan daya nalar / rasio, dan
kaum ini lebih berkonsentrasi kepada disiplin
pemikiran dalam menentukan suatu kebenaran,
bahkan sebagian yang beregang teguh pada
cara berpikir apriori tidak terlalu percaya
dengan panca indera karena baginya panca
indera dapat menipu dalam menelaah suatu
kebenaran sebuah objek yang sedang
diidentifikasinya. Maka kaum ini cara
berpikirnya menggunakan metode deduksi
(menelaah dari umum ke khusus),

Contoh : P1 : Semua makhluk hidup pasti akan meninggal

P2 : Udin adalah manusia

P3 : Maka Udin akan meninggal

Inilah yang disebut cara berpikir dalam sebuah pernyataan yang umum menjadi pernyataan yang
lebih spesifik lagi atau khusus. Dan kaum ini sering sekali disebut kaum yang mempunyai faham
Apriori.

2. Kaum Empirik

Kaum Empirik dalam mencari suatu kebenaran sangat berbeda dengan kaum Rasionalis, kaum
ini tidak begitu percaya dengan daya nalar dalam mengidentifikasi suatu kebenaran, karena jika
menggunakan daya nalar tanpa melakukan penelitian atau pengalaman bagi mereka akan
menjadi asumsi saja, dan cara kaum Empirik dalam mengidentifikasi suatu kebenaran yaitu
dengan menggunakan pancainderanya , atau bisa dibilang kaum yang cara berpikirnya
menggunakan metode induksi (menelaah dari khusus ke umum),
Contoh :

Jika selama bulan Oktober dalam beberapa tahun yang lalu hujan selalu

turun

Kesimpulan: maka setiap bulan Oktober akan selalu turun hujan

Inilah yang disebut cara berpikir dalam sebuah pernyataan yang khusus ditarik kesimpulannya
menjadi pernyataan yang general atau umum, dan kaum ini sering sekali disebut kaum yang
mempunyai faham Aposteriori.

Kaum Rasionalis dan Empirik mempunyai logikanya masing-masing, dan dua kaum ini-pun
mempunyai kelebihan dan kekurangannya dalam mengidentifikasi suatu objek, maka dari itu
beberapa para filsuf/ilmuwan mencoba menggabungkan cara berpikir dua kaum ini, yang
sekarang kita kenal dengan nama metode ilmiah, jadi berpikir ilmiah itu ada dasarnya
penggabungan antara cara berpikir kaum Rasionalis dan kaum Empirik, maka dari itu metode
ilmiah harus mempunyai pemikiran yang konsisten dan kebenarannya teruji secara empirik.
 Contoh Sederhana Metode Ilmiah

I. Masalah
Pengaruh manusia sebagai faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan.

II. Rumusan Masalah


1) Apakah manusia berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan?
2) Bagaimana keadaan tumbuhan yang dirawat secara baik oleh manusia, dan keadaan
tumbuhan yang tidak dirawat?

III. Observasi
Mengamati tumbuhan yang selalu dipelihara, dirawat, diberi air dan diberi pupuk oleh
manusia,tumbuhan tersebut tumbuh dengan subur.

IV. Hipotesis
Mungkin tumbuhan akan tumbuh subur oleh manusia.

V. Eksperimen
1) Tujuan:
Untuk mengetahui pengaruh manusia faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan.
2) Alan dan bahan untuk melakukan eksperimen tersebut adalah:
a) 2 pot ukuran sama
b) 2 tanaman sejenis dan seukuran
c) Tanah
d) Pupuk
e) Air
f) Alat tulis
3) Cara Kerja:
a) Isi pot 1 dengan tanah,tanaman,dan pupuk lalu disiram,
b) Isi pot 2 dg tanah, tanaman tanpa diberi pupuk lalu diberi air,
c) Rawat tanaman dalam pot 1 secara baik,sementara tanaman dalam pot 2
dibiarkan ataw tidak dirawat,
d) Amati tanaman dalam pot 1 dan pot 2 (daun,batang,dahan) lalu bandingkan ke
2 tanaman tersebut.
VI. Kesimpulan
Setelah saya melakukan eksperimen kemudian dengan mengamati tanaman tersebut
selama beberapa hari hasil yang saya dapat adalah:

1. Tanaman pada pot 1 tumbuh dengan baik dengan daun, batang dan dahan tumbuh
sempurna,
2. Tanaman pada pot 2 tumbuh sebaliknya, tumbuh dengan tidak baik dengan daun,
batang dan dahan tidak tumbuh dengan sempurna,bahkan terlihat layu.

Jadi, manusia sebagai faktor luar sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan, baik
tidak nya tumbuhan tersebut tumbuh.
Sikap ilmiah
 Definisi

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” , sedangkan istilah attitude sendiri berasal
dari bahasa latin yakni “Aptus”, yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk
melakukan kegiatan.

Terdapat 3 Kompenen Sikap : Komponen kognitif, afektif dan tingkah laku.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung
untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu
masalah atau obyek.

Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah
sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang
ilmuwan.

Sikap Ilmiah : sikap-sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan
tugasnya untuk mempelajari meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau menambah
suatu ilmu.

 Enam macam sikap ilmiah menurut Prof Harsojo :


1. Obyektivitas , dalam peninjauan yang penting adalah obyeknya
2. Sikap serba relatif , ilmu tidak mempunyai maksud mencari kebenaran mutlak ilmu
berdasarkan kebenaran-kebenaran ilmiah atas beberapa postulat, secara
priori telah diterima sebagai suatu kebenaran. Malahan teori-teori dalam ilmu
sering untuk mematahkan teori yang lain
3. Sikap skeptis, adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataan-pernyataan
yang belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya
4. Kesabaran intelektual , sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah
pada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah , karena memang belum
selesainya dan cukup lengkapnya hasil dari penelitian , adalah sikap seorang
ilmuwan
5. Kesederhanaan, adalah sikap cara berfikir, menyatakan, dan membuktikan
6. Sikap tidak memihak pada etik
 Diederich mengidentifikasikan 20 komponen sikap ilmiah sebagai berikut:
1. Selalu meragukan sesuatu.
2. Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah.
3. Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental.
4. T e k u n.
5. Suka pada sesuatu yang baru.
6. Mudah mengubah pendapat atau opini.
7. Loyal etrhadap kebenaran.
8. Objektif
9. Enggan mempercayai takhyul.
10. Menyukai penjelasan ilmiah.
11. Selalu berusaha melengkapi penegathuan yang dimilikinya.
12. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
13. Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi.
14. Menyadari perlunya asumsi.
15. Pendapatnya bersifat fundamental.
16. Menghargai struktur teoritis
17. Menghargai kuantifikasi
18. Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan,
19. Dapat menerima pengertian generalisasi

 Sikap ilmiah harus dimiliki seorang peneliti, adalah sebagai berikut :


1. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Seorang peneliti harus selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap objek
yang terdapat di lingkungannya (peduli terhadap lingkungannya).
2. Jujur
Seorang peneliti harus dapat menerima apa pun hasil penelitiannya, dan tidak
boleh mengubah data hasil penelitiannya.
3. Objektif
Seorang peneliti dalam mengemukakan hasil penelitiannya tidak boleh
dipengaruhi oleh perasaan pribadinya, tetapi harus berdasarkan kenyataan (fakta)
yang ada.
4. Berpikir secara Terbuka
Seorang peneliti mau menerima kritik dari orang lain, dan mendengarkan pendapat
orang lain.
5. Memiliki Kepedulian
Seorang peneliti mau mengubah pandangannya ketika menemukan bukti yang
baru.
6. Teliti
Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus teliti dan tidak boleh
melakukan kesalahan, karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.
7. Tekun
Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi masalah
dalam penelitiannya.
8. Berani dan Santun
Seorang peneliti harus berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi.

 Ciri-ciri Sikap Ilmiah

Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa
dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah dan merupakan
ciri-ciri sikap Ilmiah, antara lain :
1. Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia
beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea;
kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah;
memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
2. Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang
kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak
merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya
berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
3. Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias
pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat
mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
4. Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru;
kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif;
selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang
lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau
bangsa lain.
5. Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen
yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila
belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
6. Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan
apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.
 Ciri-Ciri Sikap Ilmiah lain menyatakan bahwa sebagai berikut :
• Keinginan mengetahui dan memahami.
• Kecondongan bertanya mengenai semua hal
• Kecondongan mencari data dan makna
• Kecondongan menuntut suatu pengujian
• Kecondongan memeriksa pangkal pikir,
• menyelidiki kesalahan atau kebenaran, dan kesimpulan logis.
• Penghargaan terliadap logika

 Contoh Sikap Ilmiah :

1. Yang sudah dikenal guru-guru kelompok mata pelajaran IPA tapi belum optimal
dikembangka antara lain meliputi : Sikap jujur,terbuka, luwes, tekun, logis, kritis,
kratif.
2. Selain itu beberapa sikap ilmiah yang lebih khas dan nampaknya masih asing bagi
guru antara lain meliputi : curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap
untuk senantiasa mendahulukan bukti), Flexibility (sikap luwes terhadap gagasan
baru), Critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living things
and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan)
Angka penting

 Definisi
Angka yang benar-benar diyakini nilainya dalam suatu hasil pengukuran disebut angka penting.
Dalam suatu penulisan hasil pengukuran, selalu tercantum angka (angka-angka) yang pasti dan
satu angka yang diragukan.

 Contoh

Misalnya, ketika mengukur volume air dengan gelas ukur yang memiliki skala mili- liter
(Gambar 1.23), kita mem- peroleh hasil bahwa volume air pasti lebih dari 17 mL tetapi kurang
dari 18 mL. Karena itu, angka 17 kita katakan sebagai angka pasti. Kemudian, dengan
memperhatikan secara lebih sek- sama, kita dapat memperkirakan kelebihan volume air tersebut
dari 17 mL, misalnya kita taksir 0,6 mL. Karena itu, kita tuliskan hasil pengukuran kita sebagai
17,6 mL. Di angka pertama, yaitu 1 dan 7 merupakan angka yang pasti, sedangkan angka 6
merupakan angka yang diragukan. Kenapa diragukan? Karena, angka tersebut merupakan
taksiran.

Dalam suatu pengukuran, baik angka yang pasti


maupun satu angka yang diragukan (taksiran),
merupakan angka penting. Oleh karena itu, hasil
pengukuran 17,6 mL mengandung tiga angka
penting. Bagaimana bila kita menggunakan
gelas ukur yang lebih teliti? Pada gelas ukur ini,
kita dapat dengan pasti menyatakan bahwa
volume air adalah 17,5 mL lebih. Kelebihan ini
akhirnya kita taksir, yaitu 8/10 bagian dari skala
terkecil. Dengan demikian, taksiran untuk
kelebihan volume tersebut adalah 0,08 mL.
Akhirnya, kita tuliskan hasil pengukuran kita
dengan gelas ukur yang lebih teliti sebagai
17,58 mL. Pada hasil ini kita dapatkan empat
angka penting. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
gambar disamping.

Dari contoh pengukuran di atas, dapat kita simpulkan bahwa banyaknya angka penting dalam
pengukuran suatu besaran tergantung dari bagaimana besaran tersebut diukur. Artinya, dengan
alat ukur yang bagaimana ia diukur. Apakah dengan alat ukur yang sederhana atau alat ukur yang
sangat teliti? Semakin banyak angka penting dalam suatu hasil pengukuran, semakin tinggi
ketelitian pengukuran tersebut. Ketelitian pengukuran bisa diakibatkan oleh banyak hal, tetapi
yang paling utama adalah ketelitian alat ukumya.

 Aturan Angka Penting


A. Dalam penulisan yang menyangkut angka penting, terdapat beberapa aturan yang harus
dipenuhi, yaitu:
1. Semua angka yang bukan merupakan angka penting.

6,89 mL memiliki 3 angka penting


78,99 km memiliki 4 angka penting

2. Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol merupakan angka
penting.
1208 m memiliki 4 angka penting
2,0067 mil memiliki 5 angka penting
3. Semua angka nol yang menunjukkan perpangkatan sepuluh bukan merupakan
angka penting, kecuali diberi tanda khusus, misalnya diberi tanda garis bawah.
0,0034 kg memiliki 2 angka penting
0,456000 s memiliki 6 angka penting
0,456000 s memiliki 5 angka penting
0,456000 s memiliki 4 angka penting

B. Di samping aturan-aturan penulisan angka penting tersebut, terdapat pula aturan-aturan yang
harus dipenuhi dalam menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, dan membagi angka
penting. Aturan-aturan ini dapat dituliskan secara ringkas sebagai berikut.

1. Penjumlahan dan pengurangan dua atau lebih angka penting memberikan suatu hasil
yang hanya boleh mengandung satu angka yang diragukan.
2. Perkalian dan pembagian angka penting memberikan hasil dengan jumlah angka penting
sama dengan jumlah angka penting paling sedikit dari bilangan-bilangan yang terlibat
dalam perkalian atau pembagian.
3,45 X 2,5 = 8,625 (kita tulis hasilnya sebagai 8,6 yang memiliki 2 angka penting)
67,89 X 568 = 385561, 52 (kita tulis hasilnya sabagai 38561 yang memiliki 3 angka
penting)
134,78 : 26 = 5, 1838 (kita tuliskan hasilnya sebagai 5,2 yang memiliki 2 angka penting)

Untuk operasi-operasi berhitung dengan angka penting yang lain, misalnya penarikan akar dan
pemangkatan, kita dapat melakukannya berdasarkan aturan untuk perkalian dan pembagian,
karena pada dasamya pemangkatan dan penarikan akar merupakan bentuk operasi perkalian.

Jika kita menghitung jumlah siswa dalam satu kelas, misalnya 25 orang, maka yang diperoleh
adalah angka pasti, tanpa taksiran. Bilangan yang pasti seperti contoh jumlah siswa ini disebut
bilangan eksak.
Pembulatan
 Definisi

Pembulatan artinya mengurangi cacah bilangan namun nilainya hampir sama. Hasil yang diperoleh
menjadi kurang akurat, tetapi akan lebih mudah digunakan.

Pembulatan sendiri adalah menyajikan bentuk bilangan dalam digit yang lebih sedikit. Dengan maksud
agar tidak terlalu panjang dalam menuliskan bilangannya. Pembulatan ini cukup penting untuk
menghasilkan angka yang mendekati dengan angka yang dimaksudkan.

 Aturan

Dalam pembulatan di dalam matematika, ada 3 aturan yang perlu diperhatikan.

1. Jika angka lebih dari 5, maka pembulatan dilakukan menjadi 10. Ini artinya pada
pembulatan bilangan dan yang akan kita hilangkan adalah lebih besar dari 5, maka kita
harus menambahkan angka 1 pada angka sebelum angka yang hendak dihilangkan tadi.

Misalnya 24,57. Jika kita bulatkan menjadi satu angka di belakang koma, maka akan kita
hilangkan angka 7. Karena angka 7 lebih besar dari 5, maka kita perlu menambahkan 1
pada angka sebelum yang dihilangkan. Yaitu angka 5. Hasil pembulatannya yaitu 24,6

2. Jika angka kurang dari 5, maka pembulatan langsung dihilangkan. Tanpa menambahkan
satu pada angka sebelum angka yang hendak dihilangkan.

Misalnya 31,62. Jika kita bulatkan menjadi satu angka di belakang koma, maka akan kita
hilangkan angka 2. Karena angka 2 lebih kecil dari 5, maka kita tidak perlu
menambahkan 1 pada angka sebelum yang dihilangkan. Hasil pembulatannya yaitu 24,6

3. Jika angka sama dengan 5, maka yang harus digunakan adalah aturan genap terdekat.

“jika angka sama dengan 5, maka dibulatkan menjadi 0


jika angka yang mendahului angka 5 adalah angka genap.
Dan dibulatkan menjadi 10 jika angka yang mendahului angka 5 adalah angka ganjil”

misalnya bilangan berikut kita bulatkan ke dalam bilangan bulat. maka 12,513 dibulatkan
menjadi 12 dan 11,509 dibulatkan menjadi 12.

Aturan ini sangatlah penting untuk diingat. Karena aturan genap terdekat pada pembulatan ini
akan sering kita gunakan di dalam mempelajari matematika yang selanjutnya.
 Contoh

Misalkan akan kita bulatkan menjadi bilangan bulat.

a. 45,87 dibulatkan menjadi 46


b. 23,74 dibulatkan menjadi 24
c. 12,499 dibulatkan menjadi 12
d. 32,601 dibulatkan menjadi 33
e. 12,09 dibulatkan menjadi 12
f. 12,513 dibulatkan menjadi 12
g. 11,509 dibulatkan menjadi 12
PENGUKURAN

 Definisi
I. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu
standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi
juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
II. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur
yang digunakan sebagai satuan.
Contoh: Mengukur panjang meja dengan pensil.
Panjang pensil digunakan sebagai satuan.
Hasil : panjang meja = 5 pensil.

III. Pengertian pengukuran dalam Ilmu Pengetahuan Alam:

1. Dalam fisika

Dalam fisika dan teknik, pengukuran merupakan aktivitas yang membandingkan


kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat pengukur adalah alat yang
digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur terkena
error peralatan yang bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
dinamakan metrologi.

Fisikawan menggunakan banyak alat untuk melakukan pengukuran mereka. Ini dimulai
dari alat yang sederhana seperti penggaris dan stopwatch sampai ke mikroskop elektron
dan pemercepat partikel. Instrumen virtual digunakan luas dalam pengembangan alat
pengukur modern.

2. Dalam kimia
Seperti halnya dalam fisika pengertian pengukuran dalam kimia adalah pengukuran sifat
kimia yang dapat teramati oleh fisik maupun tidak. Pengukuran dalam kimia tidak harus
berupa data kuantitatif saja namun dapat berupa data kualitatif. Misalnya menentukan
asam, basa atau garam suatu zat menggunakan kertas lakmus. Dalam kimia pengukuran
sangat penting karena kesalahan dalam pengukuran dapat mengakibatkan reaksi yang
berbeda. Sehingga kesalahan pengukuran harus diminimalisir karena pengaruhnya sangat
besar.
3. Dalam biologi
Pengukuran dalam biologi adalah suatu kegiatan pengukuran suatu variable yang
berhubungan dengan makhluk hidup dengan menggunakan suatu instrument untuk
mendapatkan data yang berupa angka-angka. Pengukuran ini dapat berupa pengukuran
langsung dan pengukuran tidak langsung.
 Model

Pemodelan yang ditujukan untuk mengukur dimensi-dimensi yang membentuk sebuah faktor
atau variabel tersebut disebut Measurement Model atau Model Pengukuran. Measurement model
berkaitan dengan sebuah faktor. Karenanya, analisis yang dilakukan sebenarnya sama dengan
analisis faktor, dalam konteks apakah indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasi faktor.
Model pengukuran digunakan untuk mengukur suatu variable yang yang tidak langsung dapat
diketahui(pengukuran tidak langsung).

 Metode

Metode pengukuran adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dari suatu
variable. Metode dapat berupa penggunaan alat ukur untuk mengetahui besaran kuantitatif
maupun dengan cara menggunakan suatu model pengukuran. Dalam suatu pengukuran dapat
digunakan lebih dari satu metode untuk mengurangi nilai ketidak pastian hasil pengukuran.
Untuk itu metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dan variable yang akan
diukur agar hasil yang didapatkan akurat. Berikut adalah contoh metode pengukuran
menggunakan suatu instrument/ alat pengukuran:

1. Pengukuran Panjang
Ada tiga alat ukur panjang yang umum digunakan, mistar, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup.

2. Pengukuran massa dan waktu


Massa diukur dengan neraca. Neraca yang biasa dipakai di laboratorium adalah waktu
secara prinsip dapat diukur oleh kejadian yang berulang secara teratur, misalnya detak
jantung, getaran pegas, rotasi bumi, dan revolusi bumi. Selang waktu singkat seperti
catatan waktu lomba lari dengan stopwatch. Stopwatch analog memiliki ketelitian 0,1
sekon dan stopwatch digital memiliki ketelitian 0,01 sekon.

3. Pengukuran luas dan volume


Pengukuran luas termasuk pengukuran tidak langsung. Luas benda dapat diukur
dengan menggunakan rumus.
SATUAN BESARAN
 Definisi

Besaran merupakan segala sesuatu yang bisa diukur, dihitung dan bisa dinyatakan dalam bentuk
nilai-nilai dengan satuan tertentu. Menurut ilmu fisika setiap besaran akan mempunyai satuan
yang berbeda-beda.

 Macam-Macam Besaran

Berdasarkan satuannya, besaran dibagi menjadi dua macam yakni sebagai berikut :

 Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Satuan pada besaran pokok ini akan dijadikan dasar dan acuan bagi satuan besaran-
besaran lainnya (besaran turunan).
 Besaran turunan merupakan besaran yang diturunkan dari satu atau lebih dari besaran
pokok. Satuan dari besaran turunan ini ditentukan dari penurunan satuan besaran-besaran
pokok penyusunnya.

Pengertian satuan  Satuan merupakan sesuatu yang bisa digunakan untuk menyatakan ukuran
suatu besaran

7 Besaran Pokok dan Satuannya

Setiap besaran pokok mempunyai nilai standart yang sudah di tentukan berlaku
secara internasional. Satuan-satuan standart itu telah mengalami perkembangan.
 Contoh
a. 1 meter standart merupakan panjang jalur yang di lalui oleh cahaya pada ruang hampa
udara selama selang waktu 1/299.792.458 sekon.
b. 1 kg standart merupakan massa yang sama dengan massa kilogram standart yang terbuat
dari bahan platinairidium yang sekarang disimpan di Sevres,dekat Paris Prancis.
c. 1 sekon standart ialah sebagai waktu yang di perlukan untuk 9.192.631.770 periode radiasi yang
dihasilkan oleh atom Cesius 133.

Besaran Turunan dan Satuannya


 Sejarah Satuan Besaran Pokok

SEJARAH PENENTUAN BESARAN POKOK SI

1. Satuan Panjang (meter)

Meter pada awalnya ditetapkan oleh Akademi Sains Prancis sebagai 1/10.000.000 jarak
sepanjang bumi dan kutub utara hingga Khatulistiwa melalui Meridian Paris pada tahun 1791,
dan pada tahun 1795 perancis menggunakan meter sebagai jarak resmi untuk panjang.
Ketidakpastian dalam mengukur jarak tersebut menyebabkan biro berat dan ukuran Internasional
menetapkan satu meter adalah jarak antara dua garis pada batang platinum-iridium yang
disimpan di Sevres Perancis tahun 1889.

Pada tahun 1960 hingga 1970, ketika laser di perkenalkan Konferensi umum tentang berat
dan ukuran ke-11 mengganti definisi meter sebagai 1.650.763,63 kali panjang gelombang
spektrum cahaya oranye-merah atom krypton-86 dalam sebuah ruangan vakum. Pada tahun 1983,
BIPM menentukan meter sebagai jarak yang dilalui cahay melalui vakum pada 1/299.792.458
detik kecepatan cahaya ditetapkan sebesar 299.792.458 meter per detik. Oleh karena itu
kecepatan cahaya dalam vakum dimana saja adalah sama. Devinisi ini adalah lebih universal
dibandingkan jarak ukur lilit bumi atau panjang batang logam tertentu.

Pada tahun 1120 raja Inggris yaitu Henry 1 secara pribadi menggunakan hitung dan
jempolnya untuk menetapkan standar satuan panjang, kemudian memutuskan bahwa standar
panjang di negara itu akan diberi nama yard (3 kaki) dan akan sama dengan jarak dari ujung
hidung ke ujung lengan.

Meter asal kata dari Yunani yaitu metron yang berarti ukuran

2. Satuan waktu (detik)

Sebelum adanya pengukuran waktu modern seperti zaman sekarang, arloji dan stopwatch
waktu diukur menggunakan jam matahari dan jam pasir, waktu diukur abad, tahun, bulan,
minggu, jam, menit, dan sekon atau sekon. Sebelum tahun1967, satu sekon ditetapkan sama
dengan(1/60) (1/60) (1/24) atau dengan 1/86400 hari. Jadi 1 sekon adalah 1/86400 hari.
Akan tetapi dari kemudian hari diketahui bahwa waktu edar matahari rata-rata itu berubah
dari tahun ke tahun sehingga pada tahun 1967 ditetapkan waktu standar satu sekon adalah waktu
yang diperlukan oleh atom sesium-33 untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali
periode getaran radiasi dari atom sesium.

3. Satuan Massa (kilogram)

Pada Satuan Internasional massa dinyatakan dalam satuan koligram. Didefinisikan sebagai
massa sebuah silinder platina-iridium tertentu disimppan di Biro Internasional Poids et Mesures
di Sevres, Perancis. Standar ini ditetapkan pada tahun 1887. Penggunaan bahan platinum-iridium
sebagai standar satu kilogram karena merupakan bahan yang stabil.

4. Satuan Temperatur (kelvin)

Skala kelvin adalah skala suhu dimana nol absolut di definisikan sebagai 0 K. Kelvin adalah
salah satu dari tujuh unit dasar SI. Satuan kelvin didefinisikan oleh dua fakta yaitu nol kelvindan
nol absolut, dan satu kelvin adalah pecahan 1/273,16 dari suhu termodinamika. Skala suhu
celcius sekarang didefinisikan kelvin.
Kelvin dinamakan berdasarkan mana seorang fisikawan dan insinyur Inggris William
Thomso 1st Baron Kelvin. Perkataan kelvin sebagai unit ditulis huruf kecil (k) kecuali dalam
awal kalimat dan tidak pernah di ikuti kata dan simbol derajat, berbeda dengan fahrenheit dan
celcius. Ini karena kedua skala tersebut adalah skala ukuran sementar kelvin adalah unit ukuran.
Ketika kelvin diperkenalkan pada tahun 1954 di Konverensi umum Ukuran dan Berat ke-10,
Resolusi 3, CR 79 namanya adalah derajat kelvin dan ditulis ᴼK, dan kata derajat dibuang pada
tahu 1967.

Sejarah Temperatur Farinhait


Ada beberapa perdebatan mengenai bagaimana Fahrenheit memikirkan skala temperaturnya.
Ada yang menyatakan bahwa Fahrenheit menentukan titik nol (0 °F) dan 100 °F pada skala
temperaturnya dengan cara mencatat temperatur di luar terendah yang dapat ia ukur, dan
temperatur badannya sendiri. Temperatur di luar terendah ia jadikan titik nol yang ia ukur pada
saat musim dingin tahun 1708 menjelang tahun 1709 di kampung halamannya, (-17.8 °C).
Fahrenheit ingin menghindari suhu negatif di mana skala Ole Rømer seringkali menunjuk
temperatur negatif dalam penggunaan sehari-hari.
Fahrenheit memutuskan bahwa suhu tubuhnya sendiri adalah 100 °F (suhu tubuh normal
adalah mendekati 98.6 °F, berarti Fahrenheit saat itu sedang demam ketika bereksperimen atau
termometernya tidak akurat). Dia membagi skala normalnya menjadi 12 divisi, dan kemudian ke-
12 divisi masing-masing dibagi lagi atas 8 sub-divisi. Pembagian ini menghasilkan skala 96
derajat. Fahrenheit menyebut bahwa pada skalanya, titik beku air pada 32 °F, dan titik didih air
pada 212 °F, berbeda 180 derajat.
Ada pula yang menyatakan bahwa Fahrenheit menentukan titik nol (0 °F) pada skalanya
sebagai suhu di mana campuran sama rata antara es dan garam melebur dan 96 derajat sebagai
temperatur darahnya (dia pada awalnya menggunakan darah kuda untuk menandakan skalanya).
Skalanya terdiri atas 12 divisi, tapi kemudian dia membagi masing-masing divisi menjadi 8 sub-
divisi sama besar. Dan menghasilkan 96 derajat. Dia kemudian menemukan bahwa air (tanpa
campuran apa-apa) akan membeku pada suhu 32 derajat dan mendidih pada suhu 212 derajat.
Yang ketiga adalah cerita yang paling dikenal, seperti yang digambarkan pada serial televisi
fisika populer The Mechanical Universe. Serial itu menyatakan bahwa Fahrenheit mengadopsi
skala Romer di mana air membeku pada suhu 7,5 derajat dan mengalikan setiap nilai dengan 4
untuk mengeliminasi pecahan serta meningkatkan granularity dari skala tersebut (menghasilkan
30 dan 240 derajat). Kemudian dia kembali menentukan skalanya di antara titik beku air dan
temperatur normal tubuh manusia (di mana ia mengambil 96 derajat); titik beku air ditentukan 32
derajat sehingga ada 64 interval akan membagi dua. Sehingga ia bisa menandai garis derajat
pada alatnya dengan membagi dua interval tersebut dua kali.
Pengukurannya tidak semuanya akurat. Dengan menggunakan skala awalnya, titik beku dan
titik didih air yang sebenarnya akan berbeda dengan 32 °F dan 212 °F. Beberapa waktu setelah
kematiannya, diputuskan untuk kembali menandakan skalanya dengan 32 °F dan 212 °F sebagai
titik beku dan titik didih air murni yang benar. Perubahan ini memudahkan konversi dari Celsius
ke Fahrenheit dan vice versa dengan menggunakan rumus sederhana. Perubahan ini juga
menjelaskan mengapa temperatur tubuh pernah sekali ditentukan 96 atau 100 °F oleh Fahrenheit
sekarang ditentukan 98,6 °F oleh banyak pihak, walaupun nilai 98 °F akan lebih akurat.
Keempat, adalah cerita yang tidak begitu dikenal mengenai asal muasal skala Fahrenheit.
Cerita keempat menceritakan bahwa skala Fahrenheit ditentukan Fahrenheit sendiri yang
menjadi anggota organisasi persaudaraan (tidak ada bukti yang tentu). Dalam organisasi tersebut,
ada 32 tingkat penerangan, 32 menjadi yang tertinggi. Penggunaan kata degree (dalam bahasa
Indonesia berarti: derajat atau tingkatan) sendiri dikatakan diambil dari tingkatan dalam
organisasi tersebut. Ini mungkin suatu kebetulan, tapi tidak ada bukti yang menunjukkan
kebenaran hal tersebut .
Versi kelima menceritakan bahwa Fahrenheit menentukan 0 derajat berdasarkan temperatur
di mana manusia akan mati beku karena kedinginan dan 100 derajat adalah temperatur di mana
manusia akan mati karena panas. Untuk alasan itu, 0 sampai 100 menunjukkan rentang di mana
manusia bisa hidup.

5. Satuan Arus (Ampere)

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan listrik
bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya. Pada zaman dulu, Arus konvensional
didefinisikan sebagai aliran muatan positif, sekalipun kita sekarang tahu bahwa arus listrik itu
dihasilkan dari aliran elektron yang bermuatan negatif ke arah yang sebaliknya.
Saat arus listrik mengalir lewat suatu kabel, maka bidang magnet akan berada di sekeliling
kabel. Ampere didefinisikan pada 1948 dari kekuatan tarik-menarik dua kabel yang berarus
listrik.
1 ampere adalah arus listrik konstan dimana jika terdapat dua kabel dengan panjang tak
terhingga dengan circular cross section?? yang dapat diabaikan, ditempatkan dengan jarak 1
meter pada ruang hampa, akan menghasilkan gaya 2 x 107 newton per meter.
Arus adalah banyaknya muatan yang mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap
satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan detik atau Ampere . Contoh arus listrik
dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (μA)
seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti
yang terjadi pada petir . Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan
resistansi terhadap arus listrik adalah konstan sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit
bergantung pada voltase dan resistansi sesuai dengan hukum ohm.
Arus listrik merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam . Satuan internasional untuk arus
listrik adalah Ampere (A). Secara formal satuan Ampere didefinisikan sebagai arus konstan
yang, bila dipertahankan, akan menghasilkan gaya sebesar 2 x 10-7 N/m di antara dua penghantar
lurus sejajar, dengan luas penampang yang dapat diabaikan, berjarak 1 meter satu sama lain
dalam ruang hampa udara.

6. Satuan Intensitas Cahaya (candela)

Bagai cahaya, maka perlu menunggu sampai 1909 untuk melihat awal unufikasi di tingkat
Internasional, ketika laboraturiun Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris memutuskan untuk
mengadopsi lilin internasional yang diwalili oleh lampu pilamen karbon. Jerman pada saat yang
sama, tinggal dengan lilin Hefner, ditetapkan oleh standar api, dan setara dengan sekitar 9/10
lilin Internasional. Tapi standar dengan menggunakan lampu pijar dan akibatnya bergantung
pada stabilitas mereka tidak akan pernah memuaskan dan oleh karena itu, bisa hanya sementara.
Disisi lain sifat hitam yang disediakan secara teoritis sempurna, dan pada awal 1933, prinsip
diadopsi bahwa unit fotometrik baru akan didasarkan kepada emisi bercahaya hitam di suhu beku
besi platina (2045 K).
Sebelum intensitas cahaya berdasarkan filamen api atau pijar digunakan di berbagai negara
tahun 1948, awal digantikannya lilin baru berdasarkan luminasi radiator hitam a pada suhu beku
platinum. Modifikasi ini telah disiapkan oleh Komisi internasional tentang Penerangan dan oleh
CIPM sebelim 1937, dan telah di umumkan oleh CIPM pada tahun 1946. Saaat ini diratifikasi
pada tahun 1948 oleh CGPM 9 yang mengadopsi nama internasional baru untuk unit ini yang
candela pada tahu 1967 CGPM ke-13 memberi perubahan dari definisi 1946.
Pada tahun 1979 karena kesulitan eksperimental dalam mewujudkan radiator Plank pada
suhu tinggi dan kemungkinan-kemungkinan baru yang ditawarkan oleh radiometri, yaitu
pengukuran daya radiasi optik, mengadopsi definisi baru candela.
7. Satuan Jumlah Zat (mole)

Mol adalah satuan dasar SI yang mengukur jumlah zat. Istilah mol pertama kali diciptakan
oleh Wilhem Ostwald dalam bahasa Jerman pada tahun 1893, walaupun sebelumnya telah
terdapat konsep massa equivalan seabad sebelumnya. Istilah mol diperkirakan berasal dari kata
bahasa Jerman molekul. Nama gram atom dan gram molekul juga pernah digunakan dengan
artian yang sama dengan mol tetapi unutk sekarang ini sudah tidak digunakan lagi.
Satuan mol didefinisikan sebagai jumlah zat suatu sistem yang mengandung entitas elemeter
sebanyak atom-atom yang berda pada 12 gram karbon-12.
Terdapat miskonsepsi yang umum bahwa mol didefinisikan menurut tetapan Avogadro (juga
disebut "bilangan Avogadro"). Namun kita tidak perlulah mengetahui jumlah atom ataupun
molekul yang ada dalam suatu zat untuk menggunakan satuan mol, dan sebenarnya pula
pengukuran jumlah zat dilakukan pertama kali sebelum adanya teori atom modern. Definisi
mutakhir mol disepakati pada tahun 1960-an. Sebelumnya, definisi mol didasarkan pada berat
atom hidrogen, berat atom oksigen, dan massa atom relativ oksigen-16. Keempat definisi ini
memiliki tingkat perbedaan yang lebih kecil dari 1%.
Metode yang paling umum untuk mengukur jumlah zat adalah dengan mengukur
massanyadan kemudian membagi nilai massanya dengan massa molar zat tersebut.Massa molar
dapat dihitung dengan mudah dari nilai tabulasi bobot atom dan tetapan massa molar
(didefinisikan sebagai 1 g/mol). Metode lainnya meliputi penggunaan volume molar ataupun
pengukuran muatan listrik
DIMENSI BESARAN
Dimensi besaran diwakili dengan simbol, misalnya M, L, T yang mewakili massa (mass),
panjang (length) dan waktu (time). Ada dua macam dimensi yaitu Dimensi Primer dan Dimensi
Sekunder. Dimensi Primer meliputi M (untuk satuan massa), L (untuk satuan panjang) dan T
(untuk satuan waktu). Dimensi Sekunder adalah dimensi dari semua Besaran Turunan yang
dinyatakan dalam Dimensi Primer. Contoh : Dimensi Gaya : M L T-2 atau dimensi

Percepatan : L T-2
Catatan :
Semua besaran dalam mekanika dapat dinyatakan dengan tiga besaran pokok (Dimensi Primer)
yaitu panjang, massa dan waktu. Sebagaimana terdapat Satuan Besaran Turunan yang
diturunkan dari Satuan Besaran Pokok, demikian juga terdapat Dimensi Primer dan Dimensi
Sekunder yang diturunkan dari Dimensi Primer.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan dimensi dan satuan tujuh besaran dasar dalam sistem SI.

Manfaat Dimensi dalam Fisika antara lain : (1) dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran
sama atau tidak. Dua besaran sama jika keduanya memiliki dimensi yang sama atau keduanya
termasuk besaran vektor atau skalar, (2) dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang
pasti salah atau mungkin benar, (3) dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran
fisis jika kesebandingan besaran fisis tersebut dengan besaran-besaran fisis lainnya diketahui.
Satuan dan dimensi suatu variabel fisika adalah dua hal berbeda. Satuan besaran fisis
didefinisikan dengan perjanjian, berhubungan dengan standar tertentu (contohnya, besaran
panjang dapat memiliki satuan meter, kaki, inci, mil, atau mikrometer), namun dimensi besaran
panjang hanya satu, yaitu L. Dua satuan yang berbeda dapat dikonversikan satu sama lain
(contohnya: 1 m = 39,37 in; angka 39,37 ini disebut sebagai faktor konversi), sementara tidak
ada faktor konversi antarlambang dimensi.
ANALISIS DIMENSI
Analisis dimensi adalah cara yang sering dipakai dalam fisika, kimia dan teknik untuk
memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran yang berbeda-beda. Analisis dimensi selalu
digunakan untuk memeriksa ketepatan penurunan persamaan. Misalnya, jika suatu besaran fisis
memiliki satuan massa dibagi satuan volume namun persamaan hasil penurunan hanya memuat
satuan massa, persamaan tersebut tidak tepat. Hanya besaran-besaran berdimensi sama yang
dapat saling ditambahkan, dikurangkan atau disamakan. Jika besaran-besaran berbeda dimensi
terdapat di dalam persamaan dan satu sama lain dibatasi tanda “+” atau “-” atau “=”, persamaan
tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum digunakan. Jika besaran-besaran berdimensi
sama maupun berbeda dikalikan atau dibagi, dimensi besaran-besaran tersebut juga terkalikan
atau terbagi. Jika besaran berdimensi dipangkatkan, dimensi besaran tersebut juga dipangkatkan.
Seringkali kita dapat menentukan bahwa suatu rumus salah hanya dengan melihat dimensi atau
satuan dari kedua ruas persamaan. Sebagai contoh, ketika kita menggunakan rumus A= 2.Phi.r
untuk menghitung luas. Dengan melihat dimensi kedua ruas persamaan, yaitu [A] = L2 dan
[2.phi.r] = L kita dengan cepat dapat menyatakan bahwa rumus tersebut salah karena dimensi
kedua ruasnya tidak sama. Tetapi perlu diingat, jika kedua ruas memiliki dimensi yang sama, itu
tidak berarti bahwa rumus tersebut benar. Hal ini disebabkan pada rumus tersebut mungkin
terdapat suatu angka atau konstanta yang tidak memiliki dimensi, misalnya Ek = 1/2 mv 2 , di
mana 1/2 tidak bisa diperoleh dari analisis dimensi.

Anda mungkin juga menyukai