Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian Metode Ilmiah Secara Umum


Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk
hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan
hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali,
hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Para peneliti mungkin tertarik pada aspek
aspek yang berbeda dari alam, tetapi mereka semua menggunakan pendekatan intelektual yang
serupa untuk mengarahkan penyelidikan penyelidikannya yaitu metode ilmiah.

Dalam buku Schaum outline dijelaskan bahwa pengertian metode ilmiah atau metode saintifik
adalah langkah langkah kerja rutin dari saintis saintis aktif seiring dibimbingnya mereka oleh
keingintahuan untuk mempelajari keteraturan dan hubungan di antara fenomena fenomena
yang mereka pelajari.Penerapan memikiran sehat setepat-tepatnya dalam penelitian dan
analisis data juga merupakan pengertian metode ilmiah atau metode saintifik.

Dari sumber lain dijelaskan bahwa pengertian metode ilmiah atau method of scientific adalah
suatu cara mencari dan mengungkapkan kebenaran dengan ciri obyektivitas. Disini kebenaran
yang diperoleh secara konsepsional atau deduktif saja tidak cukup; harus diuji secara empiris.

Terakhir, pengertian metode ilmiah menurut sumber luar bahwa metode ilmiah adalah proses
dimana para ilmuwan, secara kolektif dan dari waktu ke waktu, berusaha untuk membangun
sebuah representasi dunia atau jawaban dari fenomena fenomena yang ada secara akurat
(dapat diandalkan, konsisten dan sangat objektif).

B. Pengertian Metode Ilmiah Menurut Para Ahli


Berikut pendapat para ahli tentang definisi metode ilmiah :
1. Almadk (1939)
Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip - prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan, dan penjelasan kebenaran.
2. Ostle (1975)
Metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
3. Barnamid (1994:85)
Metode ilmiah adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang
diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu, maka usaha pengembangan metode itu
sendiri merupakan syarat mutlak.
4. George Kneller
Metode ilmiah merupakan struktur rasional dari penyelidikan ilmiah yang disitu pangkal -
pangkal duga disusun dan diuji.
5. Francis Bacon (1561-1626)
Metode ilmiah adalah serangkaian langkah langkah berupa melakukan identifikasi masalah,
mengumpulkan data dalam cakupan masalah yang ada, memilah data untuk mencari
hubungan, merumuskan hipotesis atau dugaan ilmiah sementara, menguji hipotesis secara
tepat dan mengonfirmasi hipotesis/dugaan ilmiah apabila terdapat temuan temuan baru
dalam eksperimen yang dilakukan. Langkah langkah ilmiah tersebut dilakukan secara
sistematis dan berurut.
6. Harold Titus
Metode ilmiah merupakan proses atau langkah untuk memperoleh pengetahuan.

C. Ciri dan Karakteristik Metode Ilmiah


Metode ilmiah memiliki ciri - ciri keilmuan, yaitu :
1. Rasional
Sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
2. Empiris
Menggunakan cara - cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca indera.
3. Sistematis
Menggunakan proses dengan langkah - langkah logis.

Metode ilmiah umumnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut (Davis &
Cosenza, 1993: 37; Sekaran, 1992, 2003) :

1. Kritis dan analitis


Mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan
metode untuk mendapatkan solusinya.
2. Logis
Merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah. Kesimpulan rasional diturunkan dari bukti
yang ada.
3. Testability
Penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian statistik yang
menggunakan data yang dikumpulkan.
4. Objektif
Hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang sama dilakukan pada
kondisi yang sama. Hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan
kebenarannya.
5. Konseptual dan Teoretis
Ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan suatu struktur konsep dan teoretis
untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
6. Empiris
Metode ini pada prinsipnya berstandar pada realitas.
7. Sistematis
Mengandung arti suatu prosedur yang cermat.
D. Unsur Metode Ilmiah
Unsur - unsur yang termasuk dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjekinvestigasi. Dalam
proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat - sifat utama yang relevan yang dimiliki
oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan
(definisi) dan observasi; dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau
perhitungan yang cermat. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan
estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering
diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur.
Ketidakpastian juga dapat dihitung berdasarkan ketidakpastian masing-masing kuantitas
yang digunakan.
2. Prediksi dari Hipotesis
Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi
tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau observasi
suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa
probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui
kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah
maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat
sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut
konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis.Jika prediksi
tersebut tidak dapat diobservasi, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah
berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan
datang.
3. Eksperimen
Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen
bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedang diuji
tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu
ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh
jadi benar tetapi masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut. Hasil eksperimen tidak
pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas
kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu
hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis.
Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam
pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang
dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.
4. Evaluasi dan Pengulangan Proses Ilmiah
Merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang manapun, seorang
ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih awal karena pertimbangan tertentu.
Ketidakberhasilan untuk membentuk hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan ulang subjek yang sedang dipelajari. Ketidakberhasilan suatu hipotesis
dalam menghasilkan prediksi yang menarik dan teruji dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian.
Ketidakberhasilan eksperimen dalam menghasilkan sesuatu yang menarik dapat membuat
ilmuwan mempertimbangkan ulang metode eksperimen tersebut, hipotesis yang
mendasarinya, atau bahkan definisi subjek penelitian itu. Dapat pula ilmuwan lain memulai
penelitian mereka sendiri dan memasuki proses tersebut pada tahap yang manapun.
Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan membentuk hipotesis
mereka sendiri, atau mengadopsi hipotesis yang telah dibuat dan mendeduksikan prediksi
mereka sendiri. Sering kali eksperimen dalam proses ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang
membuat prediksi dan karakterisasi didasarkan pada eksperimen yang dilakukan oleh orang
lain.

E. Syarat Metode Ilmiah


1. Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta
empiris.
2. Metodik, artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara cara tertentu
yang teratur dan terkontrol.
3. Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan.
4. Universal, artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau
beberapa orang saja, tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama.

F. Kriteria Metode Ilmiah


1. Berdasarkan Fakta
Keterangan dan data-data yang didapat selama dalam proses penelitian harus berdasarkan
pada kenyataan atau fakta dan bukan berdasarkan daya khayal, legenda, mitos dan
sebagainya.
2. Bebas dari Prasangka
Dalam menilai dan menganalisis suatu data harus menggunakan alasan dan bukti yang
lengkap serta menggunakan pembuktian objektif dan bersih, bukan dari hasil prasangka.
3. Menggunakan Prinsip-prinsip Analisis
Ideal dari ilmu adalah mendapatkan interelasi yang sistematis dari fakta-fakta. Metode
ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan
pendekatan kesangsian sistematis. Hal ini berarti kita harus menggunakan prinsip-prinsip
analisis dengan tidak membiarkan fakta yang ada sebagaimana adanya. Tetapi kita dituntun
dalam proses berpikir untuk mencari sebab-akibat dari fakta-fakta tersebut dengan analisis
yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara tentang hubungan sangkut paut fenomena dalam
penelitian sebelum diuji dalam eksperimen. Oleh karena itu, hipotesis harus ada dan harus
diformulasikan, kemudian diuji kebenarannya sehingga dapat ditindaklanjuti. Artinya, jika
hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang diuji tidaklah benar
dan layak untuk diperbaiki atau ditinggalkan.
5. Menggunakan Ukuran Objektif
Dalam kegiatan penelitian tidak boleh menggunakan ukuran - ukuran subjektif, seperti
merasa-rasa dengan hati nurani atau dengan daya khayal. Tetapi itu semua harus
menggunakan ukuran atau pertimbangan objektif dan logis.
6. Menggunakan Teknik Kuantitatif
Satuan-satuan atau ukuran-ukuran seperti kg, ohm, volt, km dan sejenisnya wajib
digunakan untuk data ukuran kuantitatif. Dan janganlah sekali-kali menggunakan ukuran-
ukuran subjektif seperti sejauh mata memandang, semanis gula dan setumpuk gunung yang
mungkin dapat memunculkan kalimat ambiguitas. Namun seringkali kuantifikasi yang
termudah adalah dengan menggunakan ukuran normal, rangking dan rating.

G. Macam Macam Metode Ilmiah


Pada dasarnya untuk menyusun suatu objek (masalah) menjadi sebuah sistem pengetahuan
dibutuhkan metode. Dan setiap ilmu memiliki cara yang berbeda-beda dalam penyusunannya
(memiliki metode yang berbeda antara ilmu satu dengan yang lain). Perbedaan metode yang
digunakan tersebut dikarenakan setiap ilmu memiliki tujuan masing-masing secara garis besar.
Tujuan pengetahuan ada dua corak yaitu (1) bertujuan untuk mencapai pengetahuan tentang
sesuatu yang umum dan tetap, (2) bertujuan mencapai pengetahuan tentang sesuatu yang
sifatnya khusus. Dan dari dua corak tujuan pengetahuan di atas, kita dapat membagi metode
pokok dalam memecahkan fenomena-fenomena alam menjadi dua macam yaitu :
1. Metode Induksi
Metode ini berangkat dari peristiwa atau fakta yang khusus, kemudian kita tarik
generalisasi-generalisasi yang bersifat umum sehingga kita dapat memformulasikan atau
menciptakan pengertian dan hokum yang bersifat umum dan tetap.
Metode induksi dibagi dalam tiga macam yaitu :
a. Metode induksi komplit/sempurna
Yaitu metode induksi yang memerlukan observasi mengenai cirri-ciri objek, individu
atau peristiwa secara keseluruhan dalam suatu kelas atau jenis. Setelah itu
dibutuhkan sebuah kesimpulan yang bersifat umum dari penelitian yang telah
dilakukan.
b. Metode sistem Bacon
Metode ini memerlukan tiga macam tabulasi untuk mendapatkan sifat, ciri atau
unsur, dan hakikat suatu gejala.
Tabulasi ciri-ciri Positif
Kondisi dimana suatu gejala pasti timbul jika kondisi itu ada.
Tabulasi ciri-ciri Negatif
Kondisi dimana gejala tidak timbul walaupun gejala itu ada.
Tabulasi variasi kondisi
Pencatatan terhadap perubahan ciri-ciri gejala pada kondisi yang berubah-ubah.
c. Metode induksi tidak komplit
Yaitu metode induksi yang tidak memerlukan observasi mengenai cirri-ciri subjek,
individu atau peristiwa secara keseluruhan dalam suatu kelas. Cukup hanya
mengambil sampel yang merupakan bagian dari satu kelas tersebut. Metode ini
sering diterapkan dalam banyak penelitian ilmiah.
Dalam metode induksi ini, untuk mendapatkan pengertian atau hukum yang bersifat
umum, peneliti dapat menempuh dua cara :
Cara komparasi (membandingkan)
Cara komparasi dapat dilakukan dengan langkah langkah :
- Menumpulkan data dan keterangan.
- Menganalisis data yang terkumpul.
- Membandingkan sifat-sifat data, yang sama dan yang berbeda.
- Mengumpulkan sifat-sifat yang sama dan menyisihkan yang berbeda.
- Merumuskan hukum, umumnya berdasarkan sifat-sifat.
Cara eksperimen (percobaan)
Cara eksperimen dilakukan dengan langkah langkah :
- Menciptakan gejala yang akan diselidiki dengan sengaja.
- Menguji gejala-gejala tersebut sehingga didapatkan persamaan-
persamaan dari gejalanya.
- Merumuskan hukum, umumnya atas dasar persamaan gejala-gejalanya.
2. Metode Deduksi
Adalah metode dari fakta atau pengetahuan umum kemudian berdasarkan pengetahuan
kita tarik kesimpulan yang bersifat khusus. Prinsip Deduksi; apa yang dianggap benar pada
semua kejadian dalam suatu hal atau jenis, akan dianggap sebagai hal yang benar pula pada
semua kejadian yang termasuk dalam hal atau jenis itu. Dan dalam metode deduksi
diperlukan bantuan silogisme dalam menarik kesimpulan suatu pengetahuan

H. Perbedaan Antara Metode Ilmiah dan Metode Non Ilmiah

No. Metode Ilmiah Metode Non Ilmiah


1. Perumusan masalah jelas dan Perumusan masalah abstrak / kabur
spesifik
Masalahnya dapat diamati dan dapat Masalahnya tidak selalu diukur secara
2. diukur secara empiris empiris dan dapat bersifat supranatural /
dogmatis
3. Jawaban permasalahan didasarkan Jawaban permasalahan tidak diperoleh
pada data di lapangan dari hasil pengamatan data di lapangan
4. Proses pengumpulan data dan Keputusan yang diambil tidak didasarkan
analisis data, serta pengambilan pada hasil pengumpulan data dan analisis
keputusan berdasarkan logika yang data secara logis
benar
5. Kesimpulan yang didapat siap / Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji ulang
terbuka untuk diuji oleh orang lain oleh orang lain
I. Tujuan Metode Ilmiah
Tujuan metode ilmiah adalah mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yangteruji)
sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dapat disimpulkan bahwa tujuan
metode ilmiah yaitu :
1. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
2. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan -
pertimbangan logis.
3. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data
yang relevan, analisis data, dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
4. Membantu memecahkan masalah dengan pembuktian yang dimana buktinya dapat
memuaskan.
5. Dapat menguji penelitian yang telah dilakukan orang lain sehingga didapatkan kebenaran
yang objektif dan juga memuaskan, dan lain-lain.

J. Langkah Langkah Metode Ilmiah


Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah -langkah
tertentu. Berikut langkah langkah metode ilmiah secara umum :
1. Mengindetifikasi dan merumuskan masalah
Menemukan dan merumuskan masalah adalah awal dari langkah metode ilmiah. Masalah
didefinisikan dan dirumuskan sehingga dapat mengurangi rasa keraguan terhadap objek
serta untuk membatasi luas cakupan masalah yamg akan dibahas. Masalah dapat
ditemukan dari kejadian kejadian yang berulang atau kejadian unik yang menarik
sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.
Dari pengamatan tersebut kemudian dirumuskan apa permasalahannya.
2. Melakukan pengamatan atau observasi
Setelah merumuskan masalah, langkah berikutnya melakukan penelusuran informasi
dengan cara mempelajari hasil penelitian sejenis yang mungkin telah dilakukan. Sedangkan
observasi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan
maupun melakukan wawancara dengan seseorang yang mungkin mengetahui informasi
yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
3. Membuat hipotesis
Informasi informasi yang diperoleh dari pengamatan dan observasi digunakan untuk
menemukan jawaban sementara dari permasalah tersebut atau hipotesis.
Dalam penelitian, terdapat dua jenis hipotesis, yaitu :
a. Hipotesis nol (Ho)
Hipotesis nol (Ho) adalah dugaan yang mengatakan tidak ada pengaruh, tidak ada
interaksi, tidak ada hubungan, tidak ada perbedaan, atau masih samar-samar. Contoh
hipotesis nol adalah seperti jenis pohon tidak terpengaruh terhadap warna kupu-
kupu yang dihasilkan dan tidak ada hubungan antara pemberian vetsin terhadap
pertumbuhan tanaman suplir.
b. Hipotesis alternatif (Ha)
Pernyataan operasional dari hipotesis penelitian. Bila hipotesis alternatif berdasarkan
teori maka disebut hipotesis deduktif. Tetapi bila hipotesis alternatif berdasarkan
pengamatan disebut hipotesis induktif. Hipotesis alternative mengandung arti ada
pengaruh, ada interaksi, ada hubungan, atau ada perbedaan. Contoh hipotesis
alternatif adalah seperti jenis pohon tempat hidup kepompong berpengaruh
terhadap warna kupu-kupu yang dihasilkan.
4. Membangun kerangka
Membangun kerangka analisis serta alat-alat dalam menguji hipotesis sehingga diperoleh
prediksi untuk kemudian diuji dalam eksperimen.
5. Merancang dan melakukan eksperimen
Dalam merancang eksperimen harus dilakukan kontrol terhadap kondisi eksperimen. Untuk
mengontrol kondisi tersebut, diperlukan variabel penelitian. Variabel adalah faktor peubah
(yang menyebabkan terjadinya perubahan). Variabel penelitian ada tiga, yaitu :
a. Variabel bebas : variabel yang jika diubah akan menyebabkan perubahan terhadap
variabel lain.
b. Variabel terikat : variabel yang perubahannya dikarenakan oleh berubahnya variabel
bebas.
c. Variabel kontrol : variabel yang harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga dapat
dipastikan bahwa berubahnya variabel hanya terjadi akibat adanya perubahan
variabel bebas.
Catatan : setiap variabel bebas selalu dilengkapi dengan kontrol, artinya dilakukan
satu buah percobaan dengan kadar nol. Contohnya: dalam praktikum urea (siapkan 1
tumbuhan yang tidak diberi pupuk urea), dalam praktikum jenis deterjen (siapkan 1
ikan yang tidak diberi deterjen), dalam praktikum pengaruh cahaya terhadap
tumbuhan (1 tumbuhan diletakkan di tempat yang gelap (tak ada cahaya), atau bisa
juga tidak disinari cahaya secara langsung dari dekat. Kontrol dilakukan supaya dapat
membandingkan hasil percobaan ada tidaknya pengaruh atau hubungan (supaya
lebih mendukung hipotesis alternatif atau hipotesis nol).
6. Mengumpulkan data
Setelah eksperimen, langkah selanjutnya dilakukan pengumpulan data untuk menguji
hipotesis.
7. Menyusun dan menganalisis data
Setelah data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah menyusun data untuk dianalisis.
Data yang telah tersusun akan diolah menjadi data yang lebih sistematis dan komunikatif,
misalnya dalam bentuk tabel atau grafik. Data tersebut kemudian dianalisi baik secara
kuantitatif, kualitatif, statistik, maupun deskriptif.
8. Memberikan interpretasi sementara
Setelah data dianalisi, peneliti akan mendapatkan kesimpulan / interpretasi sementara
guna untuk menguji , apakah sesuai atau tidak dengan hipotesis yang sudah dibuat.
9. Membuat generalisasi dan menarik kesimpulan
Setelah data dibuat interpretasinya, peneliti mengembangkan tafsirannya (membuat
generalisasi). Dan selanjutnya membuat kesimpulan. Kesimpulan ditarik berdasarkan hasil
analisis data dan pengujian hipotesis yang sudah dibuat untuk menjawab permasalahan.
Kesimpulan dan generalisasi ini harus berhubungan dengan hipotesis, apakah hipotesis
tersebut dapat diterima kebenarannya atau tidak. Apakah hubungan-hubungan antara
fenomena hanya berlaku untuk situasi umum atau khusus dan saran-saran apa yang dapat
diberikan dari hasil penelitian dan lain-lain.
Jika kesimpulan sesuai dengan hipotesis, berarti hipotesis dapat diterima dan satu tahapan
penelitian dikatakan selesai. Dan apabila hipotesis tidak diterima, maka kembali dilihat
permasalahannya dan dilakukan penyempurnaan hipotesis serta dibuktikan kembali
melalui eksperimen.

Kesimpulan ilmiah dapat dikatakan sebagai ringkasan dari hasil eksperimen yang dilakukan
dan pernyataan bagaimana hubungan antara hasil yang didapatkan dari eksperimen dengan
Hipotesis. Jika hasil dari eksperimen yang telah dilakukan tidak sesuai dengan hipotesis,
maka lakukan hal-hal sebagai berikut ini:
a. Jangan mengubah hipotesisnya.
b. Jangan abaikan hasil dari eksperimen.
c. Berikanlah alasan-alasan yang logis atau masuk akal mengapa tidak bisa sesuai.
d. Berikanlah cara-cara yang mungkin dapat dilakukan selanjutnya, untuk menemukan
penyebab dari ketidaksesuaian antara hasil ekperimennya dengan hipotesis.
e. Jika memang masih ada waktu, lakukan kebali eksperimen ataupun susun ulang
kembali eksperimennya.
Merumuskan masalah

Melakukan pengamatan

Membuat hipotesis

Jika hipotesis ditolak, kembali


dilihat permasalahannya
Melakukan eksperimen

Melakukan analisis data

Menarik kesimpulan

10. Mencari solusi dari permasalahan


Dalam menentukan solusi dari permasalahan yang terjadi, haruslah berdasarkan
kesimpulan yang telah dibuat. Solusi yang ditentukan, haruslah solusi yang terbaik.
11. Membuat laporan penelitian
Langkah terakhir yang ditempuh sebagai hasil yang paling akhir adalah membuat laporan
ilmiah.

Menurut Schluter (1926) dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah perlu 15
langkah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan bidang, topik, atau judul penelitian.


2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah - masalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda - bedakan dan membuat out-line dari unsur - unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur - unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau
bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok - pokok dasar
dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi, dan footnote (catatan kaki)
15. Menulis laporan penelitian.

Menurut Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, menyimpulkan bahwa penelitian dengan
menggunakan metode ilmiah, sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah - langkah sebagai
berikut :

1. Merumuskan serta mendefinisikan masalah


Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan.
Untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan serta jelas. Sampai ke
mana luas masalah yang akan dipecahkan.
2. Mengadakan studi kepustakaan
Langkah kedua adalah mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya
yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. mencari bahan di
perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindari oleh seorang peneliti.
3. Memformulasikan hipotesa
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang
materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4. Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan cara-cara
untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang,
seperti ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesa didasarkan pada kerangka analisa
(analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk
mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisit terdapat dalam hipotesa,
untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia. Pengujian hipotesa menghendaki data
yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data primer ataupun
data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.
5. Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta
yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan. Teknik pengumpulan data
akan menjadi berbeda tergantung dari masalah yang dipilih serta metode yang digunakan.
Misalnya, penelitian yang menggunakan metode percobaan, maka data diperoleh dari plot-
plot percobaan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Penelitian yang menggunakan metode
sejarah ataupun survei normatif, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada responden, baik secara langsung ataupun dengan menggunakan
questionair.
6. Menyusun, menganalisa, dan memberikan interpretasi
Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa. Sebelum
analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa.
Penyusunan data dapat dalam bentuk tabel ataupun membuat coding untuk analisa dengan
komputer. Sesudah data dianalisa, maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap
data tersebut.
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan,
dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus
berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima, ataukah hipotesa
tersebut ditolak. Apakah hubungan-hubungan antarfenomena yang diperoleh akan berlaku
secara umum ataukah hanya berlaku pada kondisi khususnya saja.
8. Membuat laporan ilmiah
Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-
hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik
tersendiri pula.

Sedangkan, Abelson (1933) memberikan langkah-langkah berikut :

1. Menentukan judul
Judul dinyatakan secara singkat.
2. Pemilihan masalah.
a. Menyatakan apa yang disarankan oleh judul.
b. Memberikan alasan terhadap pemilihan tersebut.
c. Menyebutkan ruang lingkup penelitian dan secara singkat materi dijelaskan,serta
situasi dan hal-hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.
3. Pemecahan masalah.
Dalam memecahkan masalah, harus diikuti hal - hal berikut :
a. Analisa harus logis.
Bukti dalam bentuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya unsur-unsur
yang dapat memecahkan masalah.
b. Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
c. Mengurutkan data, fakta, dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan.
d. Data yang diperoleh termasuk referensi yang digunakan harus dicantumkan.
e. Menunjukkan cara data dari awal diolah sampai mempunyai arti dalam
memecahkan masalah.
f. Mengurutkan asumsi - asumsi yang digunakan serta hubungannya dalam berbagai
fase penelitian.
4. Kesimpulan
Hal hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Memberikan kesimpulan dari hipotesa dengan menyatakan dua atau tiga
kesimpulan yang mungkin diperoleh.
b. Memberikan implikasi dari kesimpulan, yaitu dengan menjelaskan beberapa
implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan beberapa inferensi.
Dari pedoman beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
dengan menggunakan metode ilmiah sekurang - kurangnya dilakukan dengan
langkah - langkah berikut :
Merumuskan serta mendefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan
dipecahkan. Untuk menghilangkan keraguan, masalah tersebut didefinisikan
secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan.
Mengadakan studi kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, langkah kedua yang dilakukan dalam mencari
data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada
hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Mencari bahan di
perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti.
Ada kalanya perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara
bersamaan.
Memformulasikan hipotesa
Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang
adaketerkaitannya dengan masalah yang ingin dipecahkan, maka tiba saatnya
peneliti memformulasikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian. Hipotesa tidak
lain dari kesimpulan sementara tentang hubungan sangkut-paut antar variabel
atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif
yang diterima secara sementara sebelum diuji.
Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa - hipotesa ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
merumuskan cara - cara untuk menguji hipotesa tersebut.
Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang
merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan.
Bergantung dan masalah yang dipilih serta metode penelitian yang akan
digunakan, teknik pengumpulan data akan berbeda - beda.
Menyusun, menganalisa, dan menyusun interpretasi
Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa.
Sebelum analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk
mempermudah analisa. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran
atauinterpretasi terhadap data tersebut.
Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan
dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan
generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar
untukditerima ataukah hiporesa tersebut ditolak.
Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah
tentang hasil - hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara
ilmiah mempunyai teknik tersendiri.

K. Peran Metode Ilmiah Dalam Pengembangan Ilmu


Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang dengan sendirinya . Akan tetapi, dapat
berkembang jika adanya suatu metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan upaya
untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan pertanyaan, dan mencoba
menjawab pertanyaan tersebut dengan jalan menemukan fakta fakta secara ilmiah, serta
dengan adanya metode ilmiah yang dilakukan bertujuan untuk memperbarui ilmu pengetahuan
yang sudah ada.
Metode ilmiah sendiri dalam memperoleh kebenaran dalam ilmu pengetahuan dibangun di atas
teori tertentu. Pendapat Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007) berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan sendiri memiliki tiga sifat utama :
1. Sikap ilmiah
2. Metode ilmiah
3. Tersusun secara sistematis dan runtut

Dari sikap tersebut orang dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode
ilmiah diharapkan dapat menyusun ilmu pengetahuan secara sistematik dan runtun. Secara
garis besar keduanya mempunyai peran atau tugas yang identik, tugas tugas tersebut antara
lain :

1. Menyandra ( diskripsi ) Menggambarkan secara jelas daan cermat, hal hal yang
dipersoalkan. - Menerangkan ( ekspansi ) Menerangkan secara detil kondisi kondisi yang
mendasari terjadinya peristiwa.
2. Menyusun teori Mencari dan merumuskan hukum hukum, tata hubungan antara
peristiwa yang satu dengan yang lain.
3. Ramalan ( prediksi ) Membuat prediksi ( ramalan ), estimasi ( taksiran ) dan proyeksi
mengenai peristiwa yang bakal muncul bila keadaan itu didiamkan.
4. Pengendalian ( kontrol ) Melakukan tindakan tindakan guna mengatasi keadaan atau
gejala yang bakal muncul.

Hasil dari suatu metode ilmiah dalam pengembangan ilmu sendiri mempunyai manfaat
diantaranya :

1. Dapat dijadikan peta yang menggambarkan tentang keadaan suatu obyek yang sekaligus
melukiskan tentang kemampuan sumber daya, kemungkinankemungkinan yang
ditemukan di dalam melaksanakan sesuatu.
2. Dapat dijadikan sebagai sarana diagnosisdalam mencari sebab musabah kegagalan,
sehingga dapat dengan mudah dicari upaya untuk menanggulanginya.
3. Dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan atau policy dalam menyusun
strategi pengembangan selanjutnya.

L. Contoh Kasus Ilmiah dan Cara Penerapan Metode Ilmiahnya

Kasus Penyakit Aneh di Minamata Jepang

Pada sekitar tahun 1958 terjadi masalah (kasus) wabah penyakit di kota
Minamata, Jepang, di mana ratusan orang mati akibat penyakit yang aneh dengan
gejala kelumpuhan saraf. Mengetahui hal tersebut, maka para ahli kesehatan
menemukan masalah yang harus segera diamati dan dicari penyebabnya. Melalui
pengamatan yang mendalam tentang gejala penyakit dan kebiasaan orang Jepang,
termasuk pola makan dan didasarkan pada data gejala klinis penyakit dan
penyebabnya yang mirip dengan orang keracunan logam berat khususnya air raksa,
maka dapat ditarik suatu prediksi bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh
keracunan air raksa. Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana logam berat tersebut
masuk ke dalam tubuh manusia.
Dari kebudayaan setempat diketahui bahwa orang Jepang mempunyai kebiasaan
mengonsumsi ikan laut dalam jumlah yang banyak. Dari data sosial budaya
(kebiasaan pola makan) dan data klinis tersebut, maka dapat ditarik suatu hipotesis
bahwa penyakit minamata disebabkan oleh logam berat (air raksa) yang masuk ke
dalam tubuh manusia melalui ikan ikan yang tercemar air raksa. Untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis tersebut, maka dilakukan eksperimen.
Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua penderita tubuhnya
mengandung air raksa dan kadarnya. Selain itu untuk mengetahui juga apakah ikan
ikan di teluk Minamata mengandung air raksa dengan kadar yang tinggi.
Setelah dilakukan penelitian didapat fakta bahwa air laut dan ikan ikan di teluk
Minamata banyak mengandung logam air raksa (merkuri). Demikian juga orang
orang yang terkena penyakit aneh tersebut semuanya mempunyai kadar air raksa
yang tinggi di dalam tubuhnya. Kemudian, disusun suatu teori bahwa penyakit
tersebut diakibatkan oleh keracunan logam merkuti akibat adanya ikan yang
mengandung merkuri. Ikan tersebut mengandung merkuri akibat adanya orang atau
pabrik yang membuang merkuri ke laut.
Penelitian berlanjut dan akhirnya ditemukan bahwa sumber air raksa bersal dari
pabrik baterai Chisso. Akhirnya, pabrik tersebut ditutup dan harus membayar
kerugian kepada penduduk Minamata kurang lebih sebesar $26,6 juta atau 25 miliar.

Anda mungkin juga menyukai