Anda di halaman 1dari 5

Keterkaitan Antara Migrasi Ras

Asal – Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Dengan Perkembangan Budaya Neolitikun

D
I
S
U
S
U
N
Oleh ;

Kelompok 5 :

1. Kristina Sitompul
2. Yosia Ritonga
3. Febi Naibaho
4. Mesi Sitompul
5. Steven Sitompul
6. Surya Panggabean

SMA NEGERI 1 PAHAE JAE

T.A 2018/2019
Migrasi Ras Asal- Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia.

Sebagian besar teori tentang Kebudayaan Prasejarah Indonesia yang dating dari Barat
menjelaskan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia dating dari Asia
Tenggara(Indichina/Yunnan).

Drs. Moh. Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunnan.
Nenek Moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu- hulu sungai besar di Asia yang dating ke
Indonesia secara bergelombang. Gelombang pertama dari tahun 3000-1500 SM dengan ciri-
ciri kebudayaan Neolitikum dengan perahu bercadik satu. Gelombang yang kedua terjadi dari
tahun 1500-500 SM dengan ciri-ciri menggunakan perahu bercadik dua.

Sejarawan Belanda Van Heine Geldern mengatakan, bahwa sejak 2000 SM yang
bersamaan dengan zaman Neolitikum sampai dengan tahun 500 SM yang bersamaan dengan
zaman perunggu mengakirkan gelombang perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau
sebelah selatan daratan Asia ke Indinesia.

Menurut Van Heine Geldern , nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan
Asia, yakni Yunnan. Mereka datang ke Nusantara melalui dua gelombang dan dua jalan ,
yaitu:

1.Gelombang Melayu Tua (Proto Melayu ) 1500 SM melalui dua jalan .

 Jalan Barat, melalui Yunan- Malaka- Sumatra- Alat yang dibawa berupa kapak
persegi.
 Jalan Utara , melalui Yunan-Formosa- Jepang – Filipina- Sulawesi Utara- Alat yang di
bawa berupa kapak lonjong.

2.Gelombang Melayu Muda (Deutro Melayu) 500 SM merupakan kedatangan gelombang II


melalui jalan barat.

 Persebaran periode Proto Melayu membawa kebudayaan batu baru /Neolitikum .


 Persebaran periode Deutro Melayu membawa kebudayaan logam.

Pendapat Van Heine Geldern ini diperkuat dengan penemuan peralatan manusia purba
berupa beliung batu yang berbentuk persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan , dan Sulawesi di
bagian barat. Beliung seperti itu banyak ditemukan di Asia , yakni di Malaysia, Birma
(Myanmar), Vietnam , Kampuchea , dan terutama di daerah Yunan (daerah Cina Selatan).

Penyebaran manusia purba di Indonesia tidak berlangsung dalam satu tahap.


Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, kedatangan manusia purba di Indonesia
berlangsung tiga tahap yaitu:

 Zaman Mesolithikum
 Zaman Neolitikum
 Zaman Perundagian

Keterkaitan dengan Budaya Neolitikum

Zaman batu atau zaman Neokitikum/ Neolitik merupakan zaman termuda dari urutan
zamannya. Ciri khas pada zaman ini adalah alat-alat yang dipergunakan telah diasah lebih
halus dan bentuknya telah semakin baik . Pada zaman ini mulai dikenal bahan untuk membuat
alat dari tanah liat.
Kebudayaan neolitikum merupakan perkemabangan dari food gathering ke food
producing. Kehidupan semula yang sangat bergantung pada alam telah beralih pada usaha
untuk mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Peninggalan kebudayaanperalatan yang menonjol pada zaman batu muda adalah kapak
persegi dan kapak lonjong . Penyebaran kebudayaan pada zaman batu muda menunjukkan
penyebaran bangsa Melayu Autronesia yang menghuni Nusantara sebagian bangsa emigrant
dari Asia Tenggara.

Ciri- ciri kebudayaannya adalah alat- alatnya sudah dibuat dengan lebih baik , diasah
(diupam) dan halus .Perkembangan kebudayaan pada zaman batu muda sudah sangat maju
jika dibandingkan dengan masa sebelumnya , yaitu zaman batu madya.

Kebudayaan ini dikarenakan adanya imigrasi penduduk proto melayu dari Yunan,
Cina selatan ke Asia tenggara, termasuk ke Indonesia.Seprti suku Nias, suku Toraja, suku
Sasak dan suku Dayak. Pendatang baru tersebut membawa kebudayaan kapak persegi.
Sedangkan manusia pendukung kebudayaan kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah
ras papua Melanesoid. Kebudayaan neolitikum menyebar hamper di seluruh nusantara.

Peta penyebaran Budaya Neolitikum di Indonesia

Peninggalan-Peninggalan kebudayaan pada zaman Batu Muda (Neolitikum/neolitik)adalah


berikut:

1.Kapak Persegi

Kapak persegi adalah kapak yang berbentuk memanjang dengan penampang


lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium . Kapak ini kebanyakan terbuat daru
batu api yang kuat dan kalsedon . Pemberian nama kapak persegi ini berasal dari Van Heine
Geldern.

Kapak-kapak persegi ini terutama ditemukan di Indonesia bagian barat , yaitu:


Sumatra, Jawa dan Bali. Di Indonesia bagian timur juga ditemukan kapak persegi ,yaitu: di
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan sedikit di Kalimantan.

Berdasarkan hasil penemuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran


kebudayaan kapak persegi dari Asia daratan kepulauan Nusantra melalui jalan barat , yaitu
dari Asia (Yunani, Cina Selatan) ke Asia Tenggara, Semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku.

Kapak-kapak persegi tersebut ada yang dibuat dari batu-batu indah, dan tidak di
pergunakan sebagai alat untuk bekerja tetapi untuk lambang kebesaran, jimat dan alat
upacara. Variasi-variasi lain dari kapak persegi adalah seperti kapak bahu, kapak tangga,
kapak atas, kapak biola, dan kapak penarah. Jenis lainnya yang ada di Asia (Jepang dan
Filipina), tetapi tidak ada di Indonesia ialah kapak bahu.

2. Kapak Lonjong

Kapak lomjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau bulat telur.
Pada ujungnya yang lancipditempatkan tangkai, kemudian diikat menyiku. Bahan yang
digunakan untuk membuatnya adalah batu kali yang berwarna kehitamanan.
Ada dua macam kapak lonjong, yaitu kapak lonjong besar yang disebut walzenbeil,
yang ditemukan di Irian sehingga sering dinamakan Neolitikum Papua dan kapak kecil yang
disebut keinbeil, banyak ditemukan di kepulauan Tanimbar dan Seram.

Selain kapak lonjong tersebut ada kapak lonjong yang dibuat lebih indah dan hanya
digunakan sebagai alat upacara. Penemuan kapak lonjong di Indonesia terbatas hanya
dibagian Timur, yaitu : Sulawesi, Sanghie Talaud , Flores, Maluku, Tanimbar, Leti, dan
Papua.

Persebaran kapak lonjong sampai pada abad ke-20 masih digunakan di Irian Jaya, terutama di
daerah terpencil dan terasing . Kapak lonjong di luar Indonesia banyak ditemukan di Burma,
Cina, dan Jepang.

3. Alat serpih

Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan
kecil yang berbentuk segitiga, trapesium atau setengah bulat. Alat ini di gunakan untuk alat
pemotong, gurdi, atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi panah dan
unjung tombak.

4. Gurdi dan Pisau

Gurdi dan Pisau neolitik banyak ditemukan di kawasan tepi danau, misalnya danau
Kerinci (Jambi), Danau Bandung, Danau Cangkuang, Leles Garut, Danau Leuwilang Bogor
(Jawa Barat), Danau Tondano, Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah danau di Flores Barat
(Nusa Tenggara Timur).

5. Perhiasan

Perhiasan neolitik ini dibuat dari batu mulai yang berupa gelang. Benda tersebut banyak
ditemukan di Tasikmalaya, Cirebon dan, Bandung. Jenis perhiasan itu antara lain gelang,
kalung, manik-manik dan anting-anting. Bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah
batu – batu indah seperti agat , kalsedon dan jaspis.

6.Gerabah

Di zaman bercocok tanam , manusia sudah dapat membuat benda-benda dari tanah liat yang
di bakar, disebut tembikar atau gerabah. Gerabah hanya dibuat dengan tangan tanpa bantuan
roda pemutar seperti sekarang . Jenis benda yang dibuat dari tanah liat ini antara lain kendi,
mangkuk, perluk belanga, dan manik-manik.

Gerabah pada zaman batu muda memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat .
Fungsi gerabah saat itu digunakan sebagai barang untuk keprluan sehari-hari dalam rumah
tangga, misalnya untuk keperluan untuk upacara, ataupun keperluan dekorasi.

Gerabah banyak ditemukan di lapisan teratas bukit-bukit kerang di Sumatra dan di bukit-bukit
pasir pantai selatan Jawa antara lain di Jogjakarta dan pacitan, Kendeng Lembu
(Banyuwangi), Tangerang, dan Minanga Sipakka (Sulawesi Tenggara ). Selai itu di Melolo (
Sumatra Barat ) banyak ditemukan gerabah yang berisi tulang belulang manusia.

7. Alat Pemukul Kulit Kayu


Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai
bahan pakaian . Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolitikum manusia
praaksara sudah mengenal pakaian.

Anda mungkin juga menyukai