Anda di halaman 1dari 82

METODE

PENELITIAN HUKUM

Dr. Hj. Henny Nuraeny, SH, MH


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Penelitian Hukum :
Penelitian adalah :
Upaya membangun ilmu menurut
metode ilmiah, yaitu melalui
langkah-langkah sistematis menurut
metode tertentu .

Ilmu Pengetahuan secara empiris


didasarkan pada data yang
diperoleh melalui observasi tentang
dunia kenyataan.

Ilmu Pengetahuan bersifat Objektif


dan selalu menjauhi sifat Subjektif.

Karena itu Ilmu Pengetahuan tidak


bertanya apakah objek penelitian itu
Penelitian terdiri dari berbagai Corak dan Macam

a. Penelitian Penjajagan;
b. Penelitian penjelasan;
c. Penelitian Deskriptif.

Keanekaragaman penelitian ini timbul


karena adanya perbedaan pandangan
dalam pengolongan dan penjenisan,
yaitu ada yang meninjau dari metode,
sifat, tujuan, dll.

Perbedaan ini tidak menjadi masalah,


yang penting adalah pengetahuan
dasar mengenai penelitian, tujuan
penelitian, unsur-unsur penelitian, dan
cara-cara melakukan penelitian.
B. Metode Penelitian :
Metode dalam melakukan Penelitian
dapat dilakukan secara Normatif dan
juga dapat dilakukan secara Empiris
/ Sosiologis.

Penelitian Normatif :
lebih menekankan pada langkah-
langkah spekulatif teoritis dan
analisis normatif kualitatif.

Penelitian Empiris /Sosiologis :


menekankan pada langkah-langkah
observasi dan analisis yang
bersifat empiris kualitatif.
Dalam melakukan Penelitian dapat dipakai dua
(2) cara / Pola berpikir untuk menemukan
kebenaran, yaitu :

1. Pola Berpikir Rational :


Ide tentang kebenaran sudah ada dalam
dalam pikiran setiap manusia. Pikiran
manusia dapat mengetahui ide tsb tetapi
tidak menciptakannya dan memperolehnya
tidak melalui pengalaman.
Ide ini diperoleh melalui pola berpikir yang
terlepas dari pengalaman manusia yang
nyata.

Penganut paham ini mengalami kesulitan


untuk memperoleh kesepakatan/konsensus
yang dijadikan dasar berpikir bersama.

Setiap orang cenderung untuk mempercayai


kebenaran menurut anggapannya masing-
masing.
2. Pola Berpikir Empiris :

Kebenaran diperoleh
melalui Pengalaman.
Pola ini akan gagal menemukan
kebenaran, karena setiap pengalaman,
baru akan mempunyai arti apabila
diberi tafsiran.

Pola berpikir rational dan empiris


masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan.

Oleh karena itu untuk menemukan


pengetahuan yang benar, sebaiknya
menggabungkan antara pola berpikir
Pola berpikir rational memberi
kerangka pemikiran yang logis,
sedangkan pola berpikir empiris
memberi kerangka pembuktian
atau pengujian untuk memastikan
suatu kebenaran.

Kerangka pemikiran demikian disebut


konsep DEDUCTO HYPOTHETICO
VERIFICATIF / LOGICO HYPOTHETICO
EMPIRIS / LOGICO EMPIRIS.

Untuk menguraikan penelitian, ilmu


pengetahuan memegang peranan yang
sangat penting. Karena itu penelitian
harus didukung oleh TEORI dan FAKTA.
Teori adalah :
Sesuatu yang belum terbukti kebenarannya,
karena itu teori diartikan sebagai spekulatif.

Fakta adalah :
Teori yang telah terbukti kebenarannya,
sehingga fakta adalah benar dan tidak perlu
dibuktikan lagi.

Teori mempunyai peranan yang sangat


penting dalam penelitian, diantaranya
adalah :
1. Teori Mengarahkan Penelitian :
Teori memberi orientasi atau arahan pada
penelitian dengan membatasi fakta-fakta yang
harus dipelajari dari dunia kenyataan yang luas.
Teori dapat membantu menentukan fakta-fakta
yang relefan bagi suatu penelitian.
2. Teori Merangkum Pengetahuan :
Teori merangkum fakta-fakta dalam
bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip,
sehingga fakta-fakta lebih mudah dipahami
dalam rangka generalisasi.
Teori juga mencoba melihat hubungan antara
generalisasi-generalisasi yang serba
kompleks dengan membentuk sistem-sistem
pemikiran ilmiah.
3. Teori Meramalkan Fakta :
Dengan teori dicoba meramalkan
kejadian mempelajari kondisi-kondisi
yang menuju kepada kejadian itu.
Kemajuan teknologi modern di negara-
negara berkembang diramalkan akan
menimbulkan hal-hal yang bersamaan.
Namun ilmu-ilmu sosial belum cukup
berkembang untuk mengadakan
ramalan atau prediksi seperti yang
dilakukan ilmu pengetahuan alam.
Teori dan fakta saling berhubungan. Teori
dapat memberikan petunjuk untuk
mengungkapkan fakta-fakta baru,
sebaliknya fakta dapat memberikan
dorongan untuk menyusun teori baru atau
mengubah dan menggantikan teori lama.
Peranan fakta dalam
penelitian yaitu :
1. Fakta dapat merupakan alasan
untuk menolak teori yang ada.
Tiap teori harus cocok dengan
fakta. Apabila fakta tidak sesuai
dengan teori yang berlaku, maka
teori itu harus ditolak atau
dirumuskan kembali dengan
memperhitungkan fakta yang
tadinya belum tercakup oleh
2. Fakta menyebabkan lahirnya teori baru.
Adakalanya suatu fakta yang diamati
secara kebetulan menimbulkan teori baru,
dan kadang-kadang fakta-fakta yang biasa
dipandang sebagai sesuatu yang baru.

3. Fakta dapat memberikan dorongan


untuk mempertajam atau memperhalus
rumusan teori yang telah ada.

Dalam melakukan penelitian seorang


ilmuwan/peneliti yang memerlukan biaya
banyak dapat meminta bantuan dari sponsor.
Sponsor mempunyai tujuan dan norma-norma
tertentu, sehingga peneliti dapat menentukan
apa yang akan diteliti dan peneliti dapat
memegang hak penelitiannya. Peneliti juga
dapat mempublikasikan, merahasiakan dan
menahan semua hasil penelitiannya.
C.Unsur-unsur Penelitian :
Penelitian diawali dari adanya permasalahan.
Setiap peneliti harus dapat menemukan
dan merumuskan masalah.

Tidak semua permasalahan dapat


diteliti karena :
1. Masalah yang diteliti harus dapat
diidentifikasi baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif.
2. Tenaga yang cakap untuk
melakukan penelitian.
3. Tersedianya alat / sarana / instrument
yang sesuai dengan objek penelitian.
4. Data yang terkumpul harus dapat
diukur dan dianalisa.
5. Masalah yang diteliti harus bermanfaat
untuk ilmu pengetahuan dan kebutuhan
praktis tertentu.
Atas dasar itu penelian sebaiknya dilakukan
dengan :
a. Merumuskan / menetapkan
Identifikasi Masalah;
b. Menyusun Kerangka Pemikiran;
c. Mengajukan Hipotesis;
d. Menguji Hipotesis;
e. Membahas dan menarik Kesimpulan.

Atas dasar itu maka penelitian harus


merupakan fenomena yang dapat
dirumuskan dan dilakukan secara rational
yang disusun dalam kerangka pemikiran dan
menyatakan suatu hubungan variabel yang
dinyatakan dalam kalimat/statement serta
dapat diuji kebenarannya secara teoritis dan
empiris sehingga dapat menjadi fakta dan
temuan.
BAB II
PENELITIAN HUKUM
SOSIOLOGIS
A. Macam-macam Penelitian

1. Penelitian Eksploratoris :
Dilakukan apabila pengetahuan
tentang suatu fenomena yang akan
diselidiki masih kurang sekali atau
bahkan tidak ada.

2. Penelitian Deskripsi :
Penelitian yang dilakukan untuk
memberikan data yang seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan
atau fenomena lainnya.

3. Penelitian Eksplanatoris :
Penelitian yang dimaksudkan untuk
menguji hipotesa-hipotesa tertentu.
Berdasarkan bentuknya Penelitian terdiri dari :
1. Penelitian Diagnostik :
Suatu Penyelidikan yang dimaksudkan
untuk mendapatkan keterangan
mengenai sebab-sebab terjadinya
suatu gejala atau beberapa gejala.
2. Penelitian Preskriptif :
Penelitian yang ditujukan untuk
mendapatkan saran-saran mengenai
apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah tertentu.
3. Penelitian Evaluatif :
Penelitian yang dilakukan untuk
menilai program-program yang
dijalankan.
Dari segi Penerapannya Penelitian dibedakan :
1. Penelitian Murni/Pure Research :
Ditujukan untuk kepentingan pengembangan
Ilmu pengetahuan/teori/metodologi
penelitian.
2. Penelitian Terapan/Applied Reseach :
Ditujukan untuk memecahkan masalah.
3. Penelitian Masalah /Problem
Focused Research :
Penelitian yang menghubungkan penelitian
murni dengan penelitian terapan. Inti dari
penelitian ini adalah menghubungkan
antara teori dengan praktek, dimana masalah
ditentukan atas dasar kerangka teori.
B. Jenis dan Sumber Data :
Jenis data terdiri dari :
a. Data Primer :
Data yang diperoleh langsung
dari masyarakat.
b. Data Sekunder :
Data yang diperoleh dari
bahan pustaka.

Bahan Hukum terdiri dari :


a. Bahan Hukum Primer; b.
Bahan Hukum Sekunder; c.
Bahan Hukum Tersier.
Bahan Hukum Primer : Bahan Hukum yang mengikat.
Misalnya :
a. Norma/Kaidah Dasar: Pembukaan
UUD 1945
b.Peraturan Dasar : Batang Tubuh
UUD 1945; Tap MPR.
c.Peraturan Perundang-undangan.
d.Bahan Hukum yang tidak
dikodifikasikan : Hukum Adat.
e.Yurisprodensi.
f.Traktat.
g.Bahan Hukum dari jaman penjajahan
yang masih berlaku : KUHP
Bahan Hukum Sekunder : Bahan
hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum
primer. Misal :RUU, Hasil
penelitian, Hasil Karya Para Pakar
Hukum dll.

Bahan Hukum Tersier : Bahan hukum


yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan sekunder. Misalnya :
Kamus, Ensiklopedi, dll.
C. Proses Penelitian
1. Masalah :
Yaitu Pernyataan yang menunjukkan
adanya harapan dengan kenyataan,
antara rencana dengan pelaksanaan,
antara das sollen dengan das sein.
Atas dasar itu masalah harus
dirumuskan :
a.Secara jelas dan singkat;
b. Harus limitasi / terbatas;
c. Umumnya berbentuk kalimat tanya;
d. Harus dapat memberikan
petunjuk dalam pengumpulan
data guna menjawab
pertanyaan dalam perumusan;
e. harus signifikan.
2. Kerangka Teori :
Setiap Penelitian harus dilandasi
pemikiran teoritis yang ada
hubungannya dengan kegiatan
pengumpulan data, konstruksi data,
pengolahan data dan analisis data.

Syarat-syarat Teori adalah :


a.Logis dan konsisten;
b.Berisi pernyataan yang
mempunyai hubungan serasi
dengan gejala tertentu;
c.Meliputi semua unsur dari gejala
yang termasuk ruang lingkup;
d.Tidak boleh terjadi duplikasi dalam
pernyataan.
e.Harus dapat diuji
kebenarannya secara empiris.
3. Hipotesis :
Yaitu Kesimpulan awal dari hasil
penelitian yang harus diuji lagi
kebenarannya secara empiris.

Hipotesis dapat berupa :


a.Menyatakan hubungan antara
dua (2) variabel atau lebih;
b. Dinyatakan dalam kalimat
pernyataan/deklaratif;
c. Dirumuskan secara jelas dan
padat;
d. Dapat diuji kebenarannya
secara empirik.
4. Populasi :
Yaitu seluruh objek/seluruh individu
/ seluruh gejala/ seluruh kejadian/
seluruh unit yang akan diteliti.

Populasi umumnya sangat


besar/luas, karena itu dalam suatu
penelitian dapat dilakukan dengan
mengambil sebagian dari populasi
untuk diteliti sebagai sampel. Cara
ini disebut METODE INDUKSI.

Metode Induksi adalah


mengandaikan beberapa bukti yang
diteliti dapat mewakili seluruh
populasi. Konsekwensinya adalah
setiap anggota/bagian populasi
mempunyai kesempatan dan
kedudukan yang sama untuk dapat
menjadi sampel.
5. Penentuan sampel :
Maksud pengambilan sampel
adalah :
a. Supaya cepat dan murah;
b. Untuk menghasilkan informasi
yang komprehensif;
c. Untuk mendapatkan data yang
akurat dalam pengumpulan
dan pengolahan data;
d. Menghemat waktu dan biaya.

Cara mengambil sampel :


a. Teknik Random sampling,
yaitu dilakukan secara
acak/sembarangan;
b. Non Random sampling, yaitu dilakukan dengan
cara Quota Sampling,
Accident Sampling, dan
6. Teknik Pengumpulan Data.
a. Studi Kepustakaan; terdiri dari :
1. Data Primer/Prymary Data/Data Dasar
:
Data yang diambil /diperoleh langsung
dari sumber pertama, seperti
perilakuwarga masyarakat.
2. Data Sekunder/Secondary Data :
Data yang berupa dokumen resmi,
buku- buku, hasil penelitian dll.

b. Pengamatan ( Observasi );

c. Wawancara ( Interview);

d. Daftar Pertanyaan / Questioner /


BAB III
PERMASALAHAN
A. Mencari Permasalahan :
Permasalahan tidak terbatas jumlahnya, dan dapat diambil dari berbagai
kegiatan. Masalah tidak sama dengan topik. Topik tidak perlu panjang lebar,
cukup singkat yang dicantumkan dalam judul.

Permasalahan telah tercakup dalam judul, tetapi perlu diuraikan dan


diperjelas. Dari topik/judul tidak selalu jelas diketahui apa masalah
yang sesungguhnya, karena itu perlu diuraikan lebih lanjut mengenai
permasalahan.
Karena itu Permasalahan :
1.Berhubungan dengan konsep pokok;
2.Memperluas cara-cara suatu teori;
3.Memberi sumbangan pada pengembangan metode penelitian
; menemukan alat, teknik atau metode baru;
4.Memanfaatkan konsep, teori atau data dan teknik dari disiplin ybs;
5.Dituangkan dalam disain yang cermat mengenai variabelnya.
B. Merumuskan Permasalahan :
Penelitian harus mempunyai tujuan yang harus dicapai.
Tujuan berhubungan dengan permasalahan yang dipilih.
Banyaknya tujuan akan mengakibatkan banyaknya
waktu, tenaga, dan biaya yang harus dikeluarkan.

Banyaknya tujuan akan berarti penelitian akan


memperdalam banyak hal. Kesulitan yang akan dihadapi
dalam penelitian besar adalah cara mengintegrasikan atau
membulatkan seluruh hasil, sehingga tercapai
generalisasi atau kesimpulan yang prinsipil dan bukan
sekedar kesimpulan yang lepas.

Permasalahan harus dirumuskan dengan jelas dan spesifik.


C. Kesalahan Dalam Perumusan Masalah :

Kesalahan yang umum terjadi dalam Penelitian adalah:


1.Permasalahan terlalu luas:
Topik yang diajukan terlalu luas,misalnya mengenai
Hukum Perdata dapat dipersempit dengan topik
Wanprestasi; Jual Beli; Gadai; Hibah; Perikatan; dll.
2.Permasalahan terlalu sempit :
Dalam realita ada kesulitan dalam menentukan
topik yang terlalu luas atau terlalu sempit.
3.Permasalahan mengandung emosi, prasangka, atau
unsur-unsur yang tidak ilmiah :
Permasalahan harus dirumuskan secara objektif dengan
pembatasan tertentu, jadi rumusannya bebas dari
emosi atau keinginan.
D. Pengolahan Permasalahan.

Permasalahan yang dipilih perlu dipikirkan ttg :


1. Analisis Masalah;
2. Pembatasan Masalah;
3. Kedudukan Permasalahan;
4. Corak Penelitian;
5. Asumsi-asumsi;
6. Pentingnya Penelitian;
7. Istilah-istilah:
Harus diperhatikan bahwa istilah dapat berubah;
dapat berdasarkan pengalaman; dapat bermacam arti;
dan dapat digunakan untuk berbagai gejala.
BAB IV
DESAIN PENELITIAN
A. Proses Penelitian Kualitatif
Desain Penelitian merupakan cara
mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat
dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan
tujuan penelitian.
Penelitian kualitatif harus ditunjang oleh bacaan
yang luas dan up to date, karenanya Peneliti harus
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas
serta mendalam mengenai topik yang akan diteliti.
Peneliti harus terdorong untuk meneliti masalah
tertentu yang awalnya bersifat umum. Oleh karena
itu Peneliti harus mengadakan hubungan dengan
orang-orang /Instansi yang akan membantu
meberikan data (Audience).
Dalam penelitian kualitatif Peneliti dapat
melakukan wawancara dengan audience dan
menambah bacaan / literatur dari Perpustakaan.
Masalah-masalah yang sudah dipilih akan diuraikan
dalam sub-masalah, yang kemudian akan melahirkan
Hipotesis. Selanjutnya Peneliti akan menganalisis data-
data yang diperlukan untuk menjawab masalah.

Peneliti juga dapat memilih metode penelitian akan


digunakan dalam memecahkan masalah sambil
mempertimbangkan Waktu, Biaya, dan Kemampuan
untuk menyelesaikan penelitian.

Sebelum memasuki lapangan, perlu menentukan


Populasi dan Sampel yang akan digunakan, sehingga
mempunyai peganganuntuk mengembangkan instrumen
/ alat penelitian.
Setelah alat penelitian diuji dan dicoba,
maka peneliti harus memasuki lapangan
untuk mengumpulkan data.

Setelah data terkumpul, peneliti akan mengolah,


menganalisis, menarik kesimpulan dan terakhir
akan menulis laporan penelitian.

Prosedur yang dilakukan harus tepat dan cermat


langkah demi langkah sampai penelitian selesai. Semua
langkah ini harus disusun dalam Desain Penelitian dan
disesuaikan dengan waktu, biaya dan kemampuan
peneliti.
Desain Penelitian Kualitatif dapat
dilakukan :

Peneliti : Audience :
 Minat - Hubungi
 Motivasi - Wawancara

Tentukan :
* Topik / Masalah : * Persiapan sebelumnya:
Umum Tentukan populasi,
Rincian sampel, uraikan variabel,
kembangkan
instrumen.

* Hipotesis : Pertanyaan Pokok * Data yang diperlukan

* Pilih Metode Penelitian: * Memasuki Lapangan : Data


Pertimbangkan waktu,biaya
dan kemampuan * Analisis Data : Kesimpulan

* Penulisan Laporan
B. Proses Penelitian Dengan Paradigma Naturalistik :

Terdapat perbedaan paradigma antara penelitian Naturalistik


dengan penelitian Kuantitatif.

Dalam Penelitian naturalistik, peneliti harus menyiapkan


audience yaitu orang-orang yang akan membantu peneliti
dalam pengumpulan data.

Untuk itu Peneliti harus mempersiapkan pertanyaan


pendahuluan yang diambil dari rumusan masalah untuk
ditanyakan kepada audience .

Selain itu Peneliti juga harus memperhitungkan Waktu, Biaya,


dan Kemampuan peneliti dalam melaksanakan dan
menyelesaikan penelitian tersebut.
Dalam mengumpulkan data ditentukan metode yang akan
digunakan, tidak hanya berupa observasi dan wawancara,
tetapi juga menggunakan dokumen lain.

Ketika awal memasuki lapangan, peneliti masih samar


dalam menentukan pokok penelitian. Penelitian akan
menjadi jelas, ketika terjun ke lapangan.

Di lapangan dapat saja topik dirubah, apabila lapangan


yang dipilih tidak dapat memberikan data (data yang dicari
tidak ada). Apabila hal ini terjadi, apabila topik ingin
dipertahankan, maka Peneliti harus mencari lokasi baru.

Oleh karena itu Desain Penelitian sifatnya emergent.


Dalam mengumpulkan data di lapangan, Peneliti
dianjurkan untuk untuk mencatat setiap fenomena
yang berhubungan dengan data yang diperlukan.
Untuk itu sebaiknya Peneliti menggunakan Sampling
untuk memudahkan dalam penelitian.

Data yang berupa informasi hendaknya di cek


kebenarannya agar dapat data menjadi valid. Sistem
pengecekan semacam ini dinamakan TRIANGULASI
DATA.

Data yang didapat segera dianalisis untuk mencari


maknanya, walaupun masih bersifat tentatif dan harus
dikaji kembali berdasarkan data yang diperoleh
kemudian.

Jadi dalam Penelitian, data yang terkumpul dapat


langsung dianalisis secera serentak pada saat
Data yang diperoleh langsung di lapangan hendaknya
segera diolah dalam bentuk laporan.Laporan hasil observasi
hendaknya dibuat sewaktu ingatan masih segar.
Berdasarkan laporan dan analisis akan timbul pertanyaan
baru, untuk bahan dalam observasi / wawancara
berikutnya. Demikian penelitian berjalan terus tanpa ada
akhirnya, sampai peneliti merasa data yang diperlukan
memadai dan memuaskan.

Penelitian dapat berakhir karena kehabisan waktu dan


biaya. Oleh karena itu Disain Penelitian bergantung pada
proses penelitian.
Proses Penelitian Naturalistik :
Peneliti : * Audience :
Topik Umum
Pertanyaan Umum
Informasi yang diperlukan
Memilih metode pengumpulan data
Observasi,wawancara, bacaan/dokumen
(Pertimbangkan Waktu, Biaya & Kemampuan)
Memasuki lapangan
Mengumpulkan Data membuat cacatan, samling,
triangulasi

Pertanyaan Baru Analisa Data

Proses ini berlangsung terus

Laporan Berdasarkan verifikasi


catatan / ingatan
C. Perbandingan Disain Penelitian Kuantitatif
Dengan Penelitian Kualitatif.
Disain Penelitian adalah suatu rencana tentang cara melakukan penelitian, Perbandingannya adalah :
Disain Penelitian Kuantitatif Disain Penelitian Kualitatif
Disain terinci dan mantap Disain tidak terinci, fleksibel, simpel serta berkembang sambil
jalan antara lain mengenai tujuan, subjek, sampel, sumber data

Disain direncanakan sebelumnya (pada tarap Disain baru diketahui jelas setelah penelitian selesai
persiapan)
Tidak mengemukakan Hipotesis sebelumnya;Hipotesis masih
Mengemukakan Hipotesis sebelumnya, yang akan bersifat sementara dan dapat berubah, Hipotesis berupa
diuji kebenarannya pertanyaan yang mengarah pengumpulan data.

Hasil penelitian terbuka, tidak tidak diketahui sebelumnya,

Hipotesis menentukan hasil yang diharapkan; hasil karena variabel tidak terbatas.
telah diramalkan a priori; hasil penelitian telah

terkandung dalam hipotesis, jumlah variabel terbatas.


Disain fleksibel,langkah-langkah tidak dapat dipastikan
Dalam disain penelitian langkah penelitian serta hasil sebelumnya dan hasil penelitian tidak dapat diketahui atau
yang diharapkan diramalkan sebelumnya.

Analisisdata dilakukan setelah semua data Analisis data dilakukan sejak awal, bersamaan dengan
terkumpul, jadi pada tahap akhir pengumpulan data walaupun analisis akan lebih banyak pada
tahap-tahap kemudian
D. Kesimpulan Mengenai Sifat-sifat Disain
penelitian Kualitatif
Dalam Penelitian kualitatif disain tidak dapat ditentukan sebelumnya.
Masalah pada mulanya sangat umum, kemudian terfokus pada hal-hal
yang spesifik, namun masih dapat berubah-ubah.

Teori yang digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya.


Penelitian tidak bertujuan untuk menguji atau membuktikan kebenaran
suatu teori. Teori dapat dikembangkan berdasarkan data yang dikumpulkan.

Dalam Penelitian kualitatif tidak ada pengertian Populasi.


Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal atau objektif, akan tetapi internal
/ subjektif yaitu peneliti sebagai subjek tanpa menggunakan test, angket atau
eksperimen.
Instrumen Penelitian tidak tidak berdasarkan definisi
operasional, melainkan menyeleksi aspek-aspek yang
has, yang berulang-ulang terjadi berupa pola/tema, dan
tema senantiasa lebih lanjut secara mendalam yang
nantinya akan mengarah pada pembentukan teori.

Analisis data bersifat terbuka bagi perubahan, perbaikan dan


penyempurnaan berdasarkan data baru yang masuk. Data awal
tidak dapat ditentukan pada awal penelitian.

Hipotesis tidak dapat dirumuskan pada awal penelitian, karena


tidak ada maksud untuk menguji kebenarannya.Tetapi
sepanjang penelitian selalu akan timbul hipotesis-hipotesis
sebagai pegangan dan petunjuk dalam penafsiran data untuk
mengetahui maknanya. Hipotesis serupa timbul berdasarkan
latar belakang pendidikan, pengetahuan, bacaan dan
pemikiran peneliti pada saat tertentu.
Statistik tidak diperlukan dalam pengolahan dan
penafsiran data karena datanya tidak bersifat
kuantitatif, melainkan bersifat kualitatif yang tidak dapat
dinyatakan dengan angka-angka, juga karena
sampelnya sedikit / kecil
Lamanya penelitian tidak dapat ditentukan sebelunnya.
Penelitian dapat berjalan terus sepanjang data yang
diperlukan belum didapat,tetapi dapat berhenti apabila data
yang diperlukan cukup. Namun dapat juga berhenti karena
keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan.

Hasil penelitian tidak dapat diramalkan atau dipastikan


sebelumnya,karena dalam penelitian kualitatif/naturalistik
hal-hal yang baru yang belum terungkap tidak dapat diduga
sebelumnya.
E. UNSUR-UNSUR DISAIN
1. Menentukan Fokus Penelitian.
2. Menentukan Paradigma Penelitian.
3. Menentukan Kesesuaian Paradigma dengan Teori.
4. Menentukan Sumber Data, Lokasi Responden.
5. Menentukan Tahap-tahap Penelitian.
6. Menentukan Instrumen Penelitian.
7. Rencana Pengumpulan Data dan Pencatatan.
8. Rencana Analisis Data.
9. Rencana Logistik.
10. Rencana Lokasi.
11. Menghormati etika Penelitian.
12. Rencana Penulisan dan Penyelesaian Penelitian.
BAB V
MEMASUKI
LAPANGAN
A. Menentukan Lokasi Situasi Sosial.
Dalam Penelitian Naturalistik, Peneliti harus mengumpulkan
data dalam situasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu
Peneliti harus turun sendiri ke lapangan, dan harus berusaha
untuk dapat memasuki lapangan.

Langkah utama dalam memasuki lapangan adalah memilih


lokasi / situasi sosial, yang ragam/macamnya tergantung dari
tema dan metode penelitian.

Pada umumnya situasi sosial mengandung 3 (tiga) unsur yaitu


:
1.Tempat;
2.Pelaku;
3.Kegiatan.
Tempat : Tiap lokasi dimana dilakukan penelitian.

Pelaku : Semua orang yang berada dalam lokasi penelitian.

Kegiatan : Apa yang dilakukan dalam situasi sosial

Berbagai situasi dapat berhubungan, misalnya :


1. Hubungan itu terdapat karena kegiatan-kegiatan berlangsung di
lokasi yang sama.
2. Hubungan dapat juga terjadi karena penelitian hanya dilakukan
oleh satu orang saja.
3. Hubungan dapat pula terjadi karena fokus pada satu kegiatan.

Jadi hubungan antara berbagai kegiatan terjadi karena ada


kesamaan Tempat, pelaku dan kegiatan.
B. Berbagai Hal Yang Perlu Diperhatikan :
Dalam melakukan penelitian, peneliti pemula umumnya
mengalami kebingungan, siapa yang harus dihubungi
pertama kali. Dalam kebingungan tsb muncul berbagai
pertanyaan spt siapa yang pertama kali harus dihubungi,
apa yang harus dilakukan, siapa saja yang dapat
dijadikan responden dst.

Untuk menghadapi hal tersebut, Peneliti


harus memperhatikan :
1.Memperoleh ijin dari instansi atau Tokoh yang berwenang;
2.Berusaha untuk memupuk dan memelihara rasa
kepercayaan terhadap orang-orang;
3.Mengidentifikasi informan/responden, yaitu orang-orang
yang dapat memberikan informasi yang diperlukan.
4.Pada awal memasuki lapangan, harus melakukan hubungan
baik formal maupun informal;
C. Memasuki Lapangan.

Memasuki lapangan penelitian (SS) berbeda-beda


tingkatannya, ada yang mudah, sedang, dan sulit.

Untuk memasuki lapangan / lokasi umumnya harus


mendapat ijin, yang berupa ijin resmi dari instansi
pemerintah/swasta.

Ijin dapat berupa lisan / tertulis, tergantung dari kebijakan


Pengambil kebijakan di lapangan/lokasi penelitian.
D. Sikap Peneliti

Peneliti bukanlah Inspektur atau orang Istimewa, yang harus


mendapatkan pelayanan khusus, melainkan sebagai orang yang
sedang dan akan mencari data, guna kepentingan tertentu (SKRIPSI).

Peneliti datang ke lapangan untuk belajar dan mencari data dari


responden/informan.Responden / informan ini jangan dipandang sebagai
objek, melainkan sebagai TEMAN SEJAWAT / KOLEGA.

Dilapangan hendaknya Peliti tidak mengganggu suasana/situasi asal di


lapangan, tetapi harus dapat bergaul dengan seluruh orang di Tempat
Penelitian, agar dapat diterima sesuai dengan tujuan awal penelitian,
yaitu mencari data.
E. Usaha Untuk mengadakan Hubungan Baik.

Hari pertama memasuki lapangan, biasanya merupakan hari terberat bagi peneliti. Peneliti
akan merasa canggung, malu, takut, kaku dan tidak akan diterima oleh masyarakat.

Peneliti di lapangan hendaknya memperhatikan penampilan diri. Jangan Over Acting, dan
ingin diperhatikan, merasa tinggi hati/ sombong/angkuh, sehingga menimbulkan antipati
bagi masyarakat setempat. Peneliti hendaknya tetap rendah diri, murah senyum dan
bersahabat.Mengadakan hubungan baik, mengembangkan rasa saling percaya merupakan
sikap yang harus dijaga dan dikembangkan.

Dalam menentukan informan/responden, hendaknya memilih orang yang berkopenten,


banyak pengalaman dan mengetahui tentang data-data yang akan dikumpulkan.Oleh
karena itu harus hati-hati dalam menentukan informan. Dibutuhkan informan yang jujur
dan tidak mempunyai maksud tertentu secara pribadi, karena data yang diperoleh harus
diolah secara snowball sampling.
BAB VI
METODE
PENGUMPULA
N DATA
A. Data Dari Lapangan
Dalam penelitian Naturalistik, Peneliti harus
mengumpulkan sendiri data di lapangan.Data
tersebut langsung diambil secara pribadi tanpa
menggunakan tes/angket yang telah disusun
terlebih dahulu, kemudian disebar luaskan.

Peneliti adalah instrumen utama dalam penelitian


yang berusaha untuk mengumpulkan data melalui
observasi atau wawancara.

Wawancara harus dilakukan secara terbuka, dan


tidak berstruktur, melainkan menguji validitas data
sesuai dengan kenyataan/kondisi di
lapangan.Peneliti harus menyusun dan
merumuskan pertanyaan, karena itu Peneliti
merupakan Instrumen Utama dalam Penelitian.
Dalam metode Naturalistik, diutamakan
instrumennya adalah manusia, karena
mempunyai adaptibilitas (penyesuaian) yang
tinggi.
Peneliti harus menyesuaikan diri dengan SS,
karena itu harus dapat memperhalus pertanyaan
untuk memperoleh data yang rinci sesuai dengan
keinginan.

Data yg didapat harus dirinci, diperhalus dan


diperdalam (sof data), karena dimungkinkan
masih terjadi perubahan.Apabila data tersebut
dapat dijadikan tolak ukur dan sudah pasti, maka
akan menjadi data yang tetap /hard data.

Data hasil observasi/wawancara tidak dianggap


mantap apabila hanya berasal dari satu
sumber.Karena itu data harus diperoleh dari
beberapa sumber.
B. Manusia Sebagai Alat Penelitian
Dalam penelitian naturalistik manusia dijadikan
instrumen utama karena dalam penelitian segala sesuatu
belum mempunyai bentuk yang pasti.

Masalah, fokus, prosedur, data yang akan dikumpulkan,


bahkan hasil yang diharapkan, tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Semua data yang
terkumpul masih harus dikembangkan selama penelitian
berlangsung. Keadaan yang serba belum pasti ini hanya
dapat diselesaikan oleh peneliti sendiri.

Dalam keadaan yang belum pasti itu harus ada pilihan


untuk menyelesaikannya, dan yang dapat menyelesaikan itu
hanyalah Peneliti sendiri, karena yang
mengetahui permasalahan.
Ciri – ciri /langkah-langkah Peneliti :

1. Peneliti harus peka dan dapat bereaksi thdp segala


stimulus dan interaksi dari lingkungan yang harus
diperkirakan sebelumnya dan mungkin akan terjadi.
2. Peneliti sbg alat harus dapat menyesuaikan diri thdp
segala aspek keadaan dan dapat mengumpulkan data
secara sekaligus.
3. Setiap situasi merupakan informasi, karena itu hanya
manusia yang dapat memahami situasi dalam segala
seluk beluk.
4. Setiap situasi harus dapat dipahami oleh peneliti,
karenanya peneliti tidak akan cukup mengandalkan
pengetahuan saja.
5. Peneliti harus dapat menganalisis data yang diperoleh,
menafsirkan, melahirkan, menentukan arah
pengamatan yang mungkin timbul seketika.
6. Peneliti harus mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan guna mendapat ketegasan,
perubahan,perbaikan dan atau penolakan.
C. Observasi
Observasi adalah dasar dari Ilmu Pengetahuan, karena
para Ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
mengetahui dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Data yang dikumpulkan dapat digunakan
sebagai alat dengan tujuan yaitu bahan dalam observasi.

Dalam ilmu sosial data diperoleh dengan bantuan


panca indera. Untuk itu panca indera harus dilatih agar
dapat melihat dan mengumpulkan data yang relevan
dengan penelitian.

Atas dasar itu Observasi bukan kegiatan yang mudah,


karena :
1. Tidak ada pengamatan dari dua orang yang hasilnya
sama;
2. Observasi/Pengamatan bukanlah proses yang pasif,
tetapi harus aktif karena harus memilih dan mencatat
data yang diperlukan. Karena itu tidak ada
penelitian yang netral dan terpisah dari apa yang kita
amati.
Dalam mengadakan pengamatan, tidak hanya memperhitungkan
apa yang diamati, tetapi juga harus mengamati diri sendiri. Hal ini
dikarenakan hasil pengamatan memerlukan tafsiran yang dapat
dipahami, sehingga hasil yang didapat merupakan hasil selektif.

Dalam melakukan pengamatan harus diperhatikan informasi


dan Konteks, sehingga segala sesuatu yang terjadi sesuai
dengan keadaan dalam dimensi waktu dan tempat.

Informasi yang diperoleh tidak boleh kehilangan makna.


Oleh karena itu harus ada hubungan antara informasi,
kontek dan makna.

INFORMASI KONTEKS

MAKNA
Dalam observasi, tidak hanya mencatat suatu kejadian/ peristiwa tetapi juga
segala hal yang diduga ada kemungkinan/ kaitannya dengan faktor-faktor
yang dibutuhkan, sehingga dapat dideskripsikan/digambarkan.

Deskripsi harus dibedakan dengan komentar,tafsiran, analisis atau label.


Deskripsi adalah hal-hal yang nyata berdasarkan pengamatan, akan tetapi
label atau tafsiran masih dapat berubah apabila diperoleh data baru yang
mungkin akan membantah tafsiran.
Memberikan deskripsi adalah proses analitik. Hasil pengamatan akan
diuraikan dalam bagian-bagian yang digambarkan berupa kata-kata.

Memberikan label/stigma merupakan proses sintetik, yaitu


membulatkan/ menyimpulkan data dalam bentuk label/stigma/nama.

Dalam penelitian naturalistik, peneliti harus lebih dulu memberikan


deskripsi fakta-fakta, Apabila peneliti langsung memberikan kesimpulan
dengan memberikan label, Hal ini menyalahi prosedur observasi,karena
dalam penelitian naturalistik yang diperlukan adalah data yang kongkrit
hasil dari pengamatan.
D. Manfaat Data Observasi

Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan


terperinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan
situasi sosial serta konteks dimana kegiatan kegiatan-kegiatan
itu terjadi.

Data yang diperoleh merupakan hasil pengamatan Peneliti di


lapangan, yaitu berupa pengamatan secara langsung.

Menurut M.Q. Patton, manfaat pengamatan adalah :


1. Dengan berada di lapangan,Peneliti lebih mampu
memahami konteks data secara keseluruhan situasi,
sehingga dapat diperoleh pandangan secara holostik
/ menyeluruh.
2. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti
menggunakan pendekatan induktif, yaitu tidak
dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan
sebelumnya.Pendekatan induktif membuka kemungkinan
melakukan penemuan /discovery.
3.Peneliti dapat melihat kekurangan, khususnya orang yang berada di
lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan yang tidak akan
terungkap dalam wawancara.

4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak


terungkap oleh responden dalam wawancara, karena bersifat
sensitive/ingin ditutupi karena akan merugikan nama
lembaga.
5. Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden,
sehingga didapat gambaran yang lebih komprehensif.
6. Penelitian lapangan tidak hanya mengadakan pengamatan,
tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi,misalnya
merasakan situasi sosial.

Dengan pengamatan, Peneliti mempunyai kesempatan


langsung mengumpulkan data yang kaya, sebagai dasar
untuk memperoleh data yang terinci dan lebih cermat.
E. Partisipasi Pengamat
Pengamat dapat dilakukan tanpa dan dengan partisipasi Peneliti.
Agar dapat menjadi partisipan sekaligus pengamat,Peneliti hendaknya
turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan.

Ada kalanya Peneliti hanya dapat menjadi pengamat tanpa berperan


sebagai partisipan.

Pengamat partisipan pada suatu pihak merupakan orang dalam yang


merasakan dan mengalami situasi secara pribadi. Selain itu orang luar
dapat mengamati situasi dengan sikap yang lebih objektif.

Orang dalam yang berada dalam situasi akan bersifat subjektif, sehingga
ada kemungkinan partisipan terlalu mendalam,sehingga tidak
sepenuhnya menjalankan peranannya sebagai peneliti yang objektif,
bahkan lupa membuat catatan yang selayaknya dilakukan.
F. Tingkat Partisipasi.

Partisipasi dapat dilakukan dalam berbagai tingkat, dari


yang rendah sampai yang tinggi, yakni dari yang nihil
sampai yang penuh.

Partisipasi yang rendah ialah apabila tidak ada


partisipasi sama sekali,karena Peneliti tidak ingin
terlibat, merasa malu atau diharuskan demikian oleh
sifat penelitian.

Partisipasi Sedang terdapat keseimbangan antara


kedudukan Peneliti sebagai orang dalam dan orang luar.

Partisipasi Aktif terjadi apabila Peneliti turut serta dalam


kegiatan-kegiatan kelompok yang diselidikinya.

Partisipasi Penuh apabila Peneliti berhasil menjadi


kelompok dan menjadi orang dalam.
Setiap tingkatan Partisipasi mempunyai keuntungan
dan kelemahannya.

Sebagai Partisipasi penuh/orang dalam, peneliti berperan sebagai


peneliti tersamar bagi orang yang diselidikinya, dan dia dapat
mengetahui segal hal rahasia kelompok. Namun kelemahannya dapat
terlampau mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok itu,
sehingga terikat pada peranan dan tidak bebas mengadakan penelitian
di luar keanggotaannya dalam kelompok itu.

Partisipasi secara pasif memungkinkan mengadakan pengamatan


secara tersembunyi, akan tetapi keterangan yang diperolehnya
terbatas,karena tidak dapat memperoleh keterangan yang bersifat
rahasia.

Partisipan aktif akan mengalami kesulitan dalam membuat


catatan/mengumpulkan data,khususnya yang bersifat rahasia, karena
peranannya diketahui orang lain secara terbuka.
G. Pengamatan Secara Terbuka/ Tersembunyi
Ada orang yang mendukung diadakannya pengamatan secara
tersembunyi/convert, agar dapat memperoleh data yang
valid dan reliable, yang dapat dipercaya karena tidak dibuat-
buat.

Informan biasanya tidak akan memberikan data yang


mengungkap rahasia atau kelemahannya. Karena itu dia
akan memberikan informasi yang tidak benar,
menyesatkan atau menutupi kekurangan mereka.

Untuk menghindari informasi yang keliru,maka cara yang


harus ditempuh oleh Peneliti adalah dengan cara menyamar
/ tersembunyi.

Namun ada kalanya Peneliti menolak cara ini


karena dianggap tidak etis, karena secara moral
tidak dapat dipertanggungjawabkan.
H. Hal-hal Yang Dapat Diamati

Dalam tiap situasi banyak sekali yang dapat


diamati, sehingga sulit untuk membedakan
mana yang penting dan yang tidak. Namun
keputusan akhir ada pada Peneliti.

Pada awalnya diajukan pertanyaan yang sifatnya


umum, kemudian sambil mengadakan observasi
akan ditemukan fakus penelitian. Apabila la
lebih selektif.
Dasar observasi adalah pertanyaan, yang kemudian dicari
jawabannya. Tanpa pertanyaan, pengamatan tidak akan terarah.

Ketrampilan mengobservasi bergantung pada kemampuan


merumuskan pertanyaan yang tepat.

Laporan lapangan merupakan hasil pengamatan dalam bentuk


deskriptif yang didasarkan pada jawaban pertanyaan yang lahir
dalam pikiran penelitian dalam menghadapi dunia kenyataan.

Menurut J.P.Spradley dalam sistuasi


sosial terdapat tiga komponen yaitu :
Ruang (tempat); Pelaku (aktor); dan
Kegiatan (aktifitas).
Ke tiga dimensi tersebut dapat diperluas :

1. Ruang/Tempat dalam aspek phisik;


2. Pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam SS;
3. Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang
dalam SS;
4. Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di
tempat itu;
5. Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu;
6. Kejadian/peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan;
7. Waktu, yaitu urutan kegiatan;
8. Tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai orang /
makna perbuatan orang;
9. Perasaan, yaitu emosi yang dirasakan dan
dinyatakan.
Aspek-aspek tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan observasi, baik dalam menjawab
pertanyaan umum, maupun yang khusus.

Dengan memperhatikan ke 9 (sembilan) dimensi itu sebagian besar


hal yang ada dalam situasi sosial dapat diliput.

Ke 9 (sembilan) dimensi tersebut dapat dikombinasikan, misalnya


Ruang – Pelaku; Ruang – Kegiatan; Ruang – Objek; dan seterusnya
sehingga akan diperoleh matriks yang terinci mengenai hal-hal
yang menjadi fokus pengamatan.

Sebagai Peneliti hendaknya mempunyai gambaran yang jelas


tentang berbagai kemungkinan.
BAB VII
PENULISAN
LAPORAN
A. Kesulitan –kesulitan :
Menulis laporan bukanlah pekerjaan yang mudah , karena
memerlukan kemampuan menganalisis, ketajaman melihat
hubungan antara berbagai data dan harus mempunyai
imajinasi yang khas, yaitu bermanfaat, relevan dan original.

Menulis laporan adalah :


Menyatakan buah pikiran (hasil penelitian) dalam bentuk
tulisan, dengan merumuskan konsep-konsep dengan kata-
kata yang tepat, dengan jelas dan terinci.

Dalam menulis laporan, sebaiknya berpegang pada jadwal


yang ditentukan sendiri oleh peneliti sebagai pedoman
dalam menyelesaikan tugas.
Salah satu kesukaran yang sering dialami adalah
memulai menulis, karena berhadapan dengan
berbagai kendala, diantaranya adalah
keengganan, kemalasan, dan selalu berusaha
untuk mengundur-undur waktu karena berbagai
sebab (misal : malas).

Laporan yang sudah dibuat ada kemungkinan kurang


memuaskan, bahkan mengecewakan. Untuk menghadapi
hal ini Penulis (Peneliti) jangan putus asa, karena tidak ada
pekerjaan yang secara sekaligus sempurna.

Dalam menulis harus diperhitungkan waktu, sehingga


macam-macam hambatan seperti kesulitan, kemacetan,
kegagalan dan kebuntuan, dapat dihadapi dan diminimalisir
dari awal.
B. Perencanaan Penulisan :
Perencanaan dalam penulisan harus fleksibel.
Penulisan laporan memerlukan kreativitas
karena memerlukan penafsiran.

Untuk itu penulis harus memadukan dan


mencari hubungan antara data, pengolahan
data, penyajian data, reduksi data dan ferifikasi
/ kesimpulan yang ditarik.

Hal ini dilakukan untuk dapat melihat data yang


didapat secara keseluruhan, agar mendapatkan
makna sesuai dengan rencana penelitian.
PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA
PENYAJIAN DATA

KESIMPULAN – KESIMPULAN :
PENARIKAN / FERIFIKASI
Pada taraf berikutnya penulis mencoba menyusun garis
besarnya yang terdiri dari JUDUL, SUB JUDUL, dll.
Kemudian Penulis menyusun laporan berdasarkan draf dengan
cara mengikuti alur pikir berdasarkan data-data yang didapat.

Selanjutnya penulis mematangkan pikirannya dengan


berdasarkan pada rumusan masalah yang telah disusunnya.

Sebelum merampungkan tulisannya , penulis harus


mempertimbangkan berbagai kriteria dan akhirnya dapat
mempertanggungjawabkan hasil laporannya.
SELESAI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai