Anda di halaman 1dari 54

Prinsip dasar Rancangan

Percobaan
BAB I. DASAR ILMU PENGETAHUAN
Definisi Pengetahuan
 Definisi : kajian keilmuan yang tersistematis sehingga menjadi teori ilmiah-obyektif
( dapat dibuktikan secara empiris ) dan prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa
diperiksa sehingga bisa jadi hasilnya bersesuaian atau bertentangan dengan realita
empiris).
 Kajian Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian
 Pengetahuan bersumber dari “Idea”.
1. Ide merupakan cikal bakal kaum rasionalis
2. Empiris
3. Realistis
4. Material
Ditinjau dari hakikat usahanya maka dalam rangka menemukan kebenaran, pengetahuan terbagi menjadi
a. pengetahuan yang didapatkan melalui usaha aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik
secara nalar maupun lewat kegiatan lain seperti perasaan dan intusi.
b. Kedua, pengetahuan yang didapat tidak dari kegiatan aktif menusia melainkan ditawarkan atau
diberikan seperti ajaran agama.
Hakikat Manusia merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak.
 Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
 Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapat melalui kegiatan merasa atau
berpikir.
 Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan
perasaan.
Ciri Penalaran :
1. suatu proses berpikir logis,
2. sifat analitik
3. Langkah kerangka berpikir

Penarikan kesimpulan dianggap benar jika penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut.
Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika.
SUMBER PENGETAHUAN
 Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
pertama, mendasarkan diri pada rasional dan kedua mendasarkan diri pada fakta.
 Tetapi kita tdk boleh mengesampingkan Intuisi dan Wahyu.
 Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu, seperti ”orang yang
sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba menemukan jawabannya.
 Wahyu itu adalah salah satu dari wujud “Ketuhanan” dan ilham atau intuisi adalah termanifestaasikan dalam
diri para nabi dan rasul. Sehingga para agamawan mengatakan bahwa kitab suci (wahyu) merupakan sumber
ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh manusia pilihan Tuhan kepada umat manusia.
Hubungan antara Metode Ilmiah dan Metode Rancob

 Metode Ilmiah adalah studi terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan logis.
 Metode Percobaan adalah salah satu metode ilmiah dalam pengumpulan data empiris untuk
memperoleh pengetahuan baru. Jadi metode ilmiah itu bermacam-macam jenisnya salah satunya
adalah metode percobaan.
PERUMUSAN
MASALAH

KHASANAH PENYUSUNAN
PENGETAHUAN KERANGKA
ILMIAH BERFIKIR

PERUMUSAN
HIPOTESIS

PENGUJIAN
DITERIMA HIPOTESIS DITOLAK

METODE ILMIAH
Metode Ilmiah

Kriteria Langkah

1.Berdasarkan fakta 1.Memilih dan mendefinisikan


2.Bebas dari prasangka masalah
3.Menggunakan prinsip-prinsip 2.Menelaah kepustakaan
analisis 3.Memformulasikan hipotesis
4.Menggunakan hipotesis 4.Menggumpulkan data
5.Menggunakan ukuran objektif 5.Menganalisis serta memberikan
6.Menggunakan teknik kuantitatif interpretasi
6.Membuat generalisasi dan
kesimpulan
7.Membuat laporan

KRITERIA & LANGKAH METODE ILMIAH


Kriteria Metode Ilmiah
1. Berdasarkan fakta
 Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan
dikumpulkan dan yang dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata.
Janganlah didasarkan daya khayal, kira-kira, legenda-legenda, atau kegiatan
sejenis.

2. Bebas dari prasangka


 Bebas prasangka, bersih, dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta
haruslah dengan alasan dan bukti lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3. Menggunakan prinsip analisis

 Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisis. Semua
masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang
mendukung harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisis yang tajam.

4. Menggunakan hipotesis
 Hipotesis harus ada untuk mengedepankan persoalan serta menyatukan jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai
sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesis merupakan pengangan yang khas
dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan ukuran objektif
 Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan mengira-
ngira atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan
menggunakan pikiran yang waras.

6. Menggunakan teknik kuantifikasi


 Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan (ton, mm perdetik, ohm, kilogram dan
lainnya) kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata
memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya. Kuantifikasi yang termudah adalah dengan
menggunakan ukuran nominal, ranking, dan rating.
LANGKAH METODE ILMIAH

1. Memilih dan mendefinisikan masalah


 Untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai kemana luas masalah yang
akan dipecahkan. Sebutkan beberapa kata kunci (key word) yang terdapat dalam masalah. Misalnya, masalah yang
dipilih adalah: bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh? Berikan definisi tentang usaha
tani, tentang mekanisasi, pada musim apa, dan sebagainya.
2. Menelaah kepustakaan
 Setelah masalah dirumuskan, langkah kedua yang dilakukan adalah mencari informasi yang tersedia yang pernah ditulis
peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan
merupakan hal yang tak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti. Ada kalanya, perumusan masalah dan studi kepustakaan
dapat dikerjakan secara bersamaan.

3. Memformulasikan hipotesis.
 Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan masalah yang ingin
dipecahkan, maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesis penelitian. Hipotesis tidak lain dari kesimpulan
sementara tentang hubungan sangkut-paut antar variabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesis merupakan
kesimpulan tentatif yang diterima sementara sebelum diuji.
4. Mengumpulkan data
 Bergantung dari masalah yang dipilih serta metode penelitian yang akan digunakan, teknik pengumpulan data akan
berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan misalnya, data diperoleh dari plot-plot percobaan yang
dibuat sendiri oleh peneliti. Pada metode sejarah ataupun survei normatif, data diperoleh dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden, baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner.
5. Menganalisis serta memberikan interpretasi
 Sebelum analisis dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisis. Penyusunan data dapat
dalam bentuk tabel ataupun membuat coding untuk analisis dengan komputer.Sesudah data dianalisis, maka perlu
diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.
6. Membuat generalisasi dan kesimpulan
 Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesis. Apakah hipotesis benar untuk diterima, ataukah
hipotesis tersebut ditolak. Apakah hubungan antar fenomena yang diperoleh akan berlaku secara umum ataukah
hanya berlaku pada kondisi khusus saja. Saran apa yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan bagaimana
implikasinya untuk kebijakan.
7. Membuat laporan

 Langkah terakhir suatu penelitian ilmiah adalah


membuat laporan ilmiah tentang hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai
teknik tersendiri pula.
TEORI

Masalah Penelitian Masalah


Lapangan

Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan k

Kerangka Teoretis/Konsepsual

Hipotesis 1 Hipotesis 2 Hipotesis k

Mengumpulkan Data

Analisis Data

Penafsiran Data

Generalisasi

Kesimpulan

SKEMA UMUM LANGKAH PENELITIAN


BAB II.
Dasar-Dasar Perancangan Percobaan
 Percobaan :
 Suatu keadaan yg dicoba pada kondisi/situasi tertentu yg tetapkan oleh peneliti
 Sederetan uji yang bertujuan merubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari percobaan tersebut
 Suatu kegiatan yang dilakukan untuk membangkitkan data yang merupakan respon dari objek/individu/unit yang dikondisikan
tertentu
 Perancangan : Usaha atau seluk beluk pembuatan rancangan.
 Rancangan : Wujud/hasil dari merancang.
 Uji Coba : Digunakan untuk masalah situasi yang bersifat periodik atau tidak terus menerus. Ex. KIR mobil.
 Pengujian : Diarahkan terhadap keberhasilan, bukan untuk menjawab bagaimana keberhasilan itu terjadi. Ex. Pengujian
daya tumbuh benih.
 Percobaan : Diarahkan untuk memahami masalah melalui struktur-struktur uji yg dianalisis secara keseluruhan. Ex.
Percobaan pemupukan.
Jenis Penelitian
 PENELITIAN BERDASARKAN METODE PENELITIAN
1. penelitian kuantitatif ; 2 Penelitian kualitatif.
 PENELITIAN BERDASARKAN HASIL/ALASAN DIPEROLEH
1. Basic research ; 2. Applied research
 PENELITIAN BERDASARKAN BIDANG YANG DITELITI
1. Penelitian sosial; 2. Penelitian sains
 PENELITIAN BERDASARKAN TEMPAT PENELITIAN
1. Field research ; 2. Library research ; 3. Laboratory research
 PENELITIAN BERDASARKAN TEKNIK YANG DIGUNAKAN
1. Penelitian survei (populasi) ; 2. Penelitian eksperimental
Hal yang diperhatikan dlm percobaan
 Apa yg menjadi tujuan percobaan
 Apa yg menjadi perlakuan?
 Metode
 Apa yg menjadi Satuan Percobaan?
 Apa yg menjadi Satuan Pengamatan?
 Ukuran apa yg akan dicatat?
 Apa rancangannya?
 Justifikasi untuk rancangan → Ulangan
 Pengacakan
 Rencana
 Analisis Statistik yg diusulkan
 Apa yg menjadi tujuan percobaan?
 Tujuan percobaan ditulis secara jelas, dapat berbentuk pertanyaan, hipotesis yg hendak diuji atau
pengaruh yg hendak diuji
 Teladan: "Untuk menduga seberapa jauh perbedaan Albendazole dibanding dengan Febendazole
dalam pengendalian penyakit Helminthiasis”
 Apa yg menjadi perlakuan?
 Metode atau prosedur yang akan diterapkan kepada unit percobaan
 Kadang-kadang sederhana, kadang-kadang berupa kombinasi
 Struktur perlakuan:
 Tidak terstruktur
 Beberapa perlakuan baru dengan kontrol
 Semua kombinasi dua faktor
 Semua kombinasi dua faktor + kontrol
 Semua kombinasi tiga faktor atau lebih
 Deskripsikan secara jelas perlakuan yg menjadi perhatian
 Metode
 Berisi penjelasan bagaimana menerapkan perlakuan ke dalam unit percobaan, dan apa yg
dilakukan sampai seluruh pengukuran diambil
 Biasa dilakukan bukan oleh statistisik
 Apa yg menjadi unit percobaan?
 Unit terkecil dalam suatu percobaan yang diberi suatu perlakuan
 Bisa berupa petak lahan, individu, sekandang ternak, dll tergantung dari penelitiannya
 Apa yg menjadi unit amatan?
 Anak gugus dari unit percobaan tempat dimana respons perlakuan diukur
 Pada beberapa kasus, unit percobaan = unit amatan
 Tentunya, harus diketahui terlebih dahulu ukuran apa yg akan dicatat
 Ukuran apa yg akan dicatat?
 Persiapkan ukuran yang akan dicatat
 Hal yg baik adalah dengan membuat data sheet,
 baris untuk unit amatan dan kolom untuk setiap pengukuran
 Hindari melakukan kalkulasi sewaktu mencatat pengukuran
 Misal jangan melakukan rata-rata sewaktu mengukur unit amatan
 Apa rancangannya?
 Berisi deskripsi rancangan percobaan yang akan diterapkan
 Baku : RTL, RKTL, RBSL, FAKTORIAL, dll
 Tidak baku : model linier
 dibahas lebih lanjut dalam pertemuan selanjutnya
 Rancob I : rancangan-rancangan baku
 Justifikasi Rancangan → Ulangan
 Jika terlalu banyak ulangan → boros waktu dan uang
 Jika terlalu sedikit → perbedaan antar perlakuan tertutupi oleh perbedaan antara unit percobaan
 dibahas dalam setiap rancangan
 Pengacakan?
 Mengapa perlu?
 Untuk menghindari :
 Bias sistematik
 Bias seleksi
 Bias ketidaksengajaan
 Kecurangan oleh pelaksana percobaan
 Bagaimana caranya?
 Tuliskan rencana secara sistematik
 Pilih bilangan acak
 Terapkan bil. Acak dalam rencana sistematik
 Rencana
 Berisi deskripsi secara detail bagaimana perlakuan dialokasikan ke dalam unit percobaan → biasanya dalam gambar
skema
 dibahas lebih lanjut untuk setiap rancangan
 Analisis Statistik yg diusulkan
 Berisi panduan untuk analisis statistika yang akan diusulkan sebelum data dikumpulkan
 Mis : ekplorasi, Anova, Uji Lanjut, Regresi, dll
 Perancangan Percobaan Perencanaan (planning) suatu percobaan untuk memperoleh informasi yang relevan
dengan tujuan dari penelitian
 Mengapa perlu dirancang?
 Untuk mendapatkan penduga yang tidak berbias (misal systematic error)
 Untuk meningkatkan presisi kesimpulan
 Kesimpulan dapat digeneralisasi ke populasi target
 Tujuan Perancangan Percobaan
 Memilih peubah terkendali (X) yang paling berpengaruh terhadap respon (Y)
 Memilih gugus peubah X yang paling mendekati nilai harapan Y
 Memilih gugus peubah X yang menyebabkan keragaman respon paling kecil
 Memilih gugus peubah X yang mengakibatkan pengaruh peubah tak terkendali paling kecil.
Komponen/Klasifikasi Perancangan Percobaan
Meskipun

 Meskipun pemberian perlakuan telah ditentukan dan keadaan lingkungan telah diatur dengan cermat, tidak akan
luput dari gangguan keragaman alami yang khas dimiliki oleh setiap objek serta berbagai pengaruh faktor luar
yang memang tidak dapat dibuat persis sama bagi setiap objek dalam percobaan.
 Dalam hal ini, statistika dapat membantu peneliti untuk memisahkan dan mengusut apa saja yang menimbulkan
keragaman respons yang terjadi, berapa bagian yang di sebabkan oleh perlakuan, berapa bagian yang disebabkan
oleh lingkungan, dan berapa bagian yang ditimbulkan oleh berbagai pengaruh yang tidak dapat diusut dengan
jelas.
Terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam suatu percobaan: (Variabel)
 Keadaan tertentu yang sengaja diciptakan untuk menimbulkan respons (Rancangan Perlakuan) / Kendali
 Keadaan lingkungan serta keragaman alami objek yang dapat mengaburkan/mengacaukan penelaahan mengenai
respons yang muncul (Rancangan Percobaan/Lingkungan) / Bebas.
 Respons yang diberikan oleh objek (dikenal dengan Rancangan Respons) / Bergantung

Rancangan Perlakuan
 Perlakuan dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertentu yang diberikan pada satuan percobaan dan berkaitan dengan
bagaimana perlakuan-perlakuan tersebut dibentuk (Faktor tunggal, Split plot, Split blok ,Faktorial,).
 Umumnya perlakuan dirancang dalam bentuk silang (crossed) atau tersarang (nested)
Perlakuan dirancang dalam struktur silang (crossed) atau pola faktorial apabila setiap level dari salah satu
perlakuan tampak pada setiap level perlakuan lainnya. Misalnya: Jika Perlakuan A ada 6 level, dan
Perlakuan B ada 3 level, maka rancangan perlakuan silangnya sebagai berikut:

A
B
1 2 3 4 5 6
1 x x x x x x
2 x x x x x x
3 x x x x x x

Atau dalam bentuk mendatar:

A
1 2 3 4 5 6
B B B B B B
123 123 123 123 123 123
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Apabila Perlakuan A dan Perlakuan B juga crossed terhadap Perlakuan C (misal: 2 level):

C
1 2
A A
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
B B B B B B B B B B B B
123 123 123 123 123 123 123 123 123 123 123 123
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Perlakuan B bersarang (nested) dalam Perlakuan A jika level yang berbeda dari perlakuan B muncul satu kali dalam
salah satu level Perlakuan A, sebagai contoh:

1 2 3 4

B B B B

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

x x x x x x x x x x x x
Jenis perlakuan menurut sifatnya, ada 2, yaitu:
 kualitatif; misalnya nilai obesitas, derajat infeksi, dll
 kuantitatif; misalnya dosis obat, volume obat, dll
Jenis Perlakuan menurut jumlahnya, ada 2, yaitu:
 Faktor tunggal; hanya satu faktor yang diteliti.
 Faktorial; terdiri dari 2 atau lebih perlakuan.
Prinsip utama
rancangan percobaan

Pengacakan
pengulangan

Pengendalian lokal
Prinsip Dasar dari Rancangan Percobaan

1. Pengulangan
Pengulangan adalah perlakuan yang muncul lebih dari satu kali dalam suatu percobaan.
Jika dalam suatu percobaan setiap perlakuan hanya muncul satu kali atau mempunyai
ulangan tunggal maka kita tidak dapat menduga galat dalam percobaan (galat: kesalahan
antara nilai sebenarnya dengan nilai yang diestimasi).
Tujuan dari pengulangan adalah untuk meningkatkan ketelitian karena jika jumlah
ulangan semakin banyak atau bertambah maka akan semakin meningkatkan ketelitian,
agar tidak salah dalam pengambilan keputusan karena pengulangan dapat menambah
cakupan penarikan kesimpulan, dapat mengendalikan ragam galat.
2. Pengacakan
Pengacakan adalah proses memasangkan masing masing level
pada tiap faktor dengan acak dalam sebuah percobaan. Pengacakan
dilakukan sebagai jaminan akan peluang yang sama bagi setiap satuan
percobaan untuk mendapat suatu perlakuan. Lebih jauh lagi, tanpa
pengacakan hampir semua rumusan statistika yang diterapkan dalam
analisis akan menjadi tidak valid karena digunakannya asumsi independensi
dalam setiap pengaruh galat yang muncul. Tanpa pengacakan tidak ada
jaminan bagi munculnya kovarians antar galat.
.
3. Pengendalian Tempat Percobaan
 Menentukan perlakuan-perlakuan pada petak percobaan atau mengendalikan
keragaman yang muncul akibat keheterogenan kondisi lingkungan pada suatu
percobaan agar objek yang diteliti adalah objek yang homogen. Pengendalian lokal
dapat dikerjakan melalui cara : perancangan percobaan dengan melakukan
pengelompokan, menggunakan kovariabel atau variabel tambahan, memilih ukuran
satuan-satuan percobaan
Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ?
Populasi
adalah
Sampel sesuatu hal
adalah yang dijadikan Populasi
sebagian sebagai unit N

dari analisis
Sampel
populasi penelitian n
Populasi bisa berupa
kumpulan manusia
atau benda
Alasan Pengambilan Sampel
1. Keterbatasan waktu, biaya, tenaga
yang dimiliki peneliti.

2. Penelitiannya bersifat penjajagan.

3. Setiap unsur dalam populasi dianggap


memiliki karakter yang sama (homogen).
Syarat sampel yang baik
Banyak

Jumlah
Sampel

Karak-
teristik
sampel

Tingkat kesalahan Banyak


Sedikit
Ukuran Sampel
1. Biaya, waktu, tenaga yang tersedia

2. Derajat keseragamanan (homogenitas)

3. Rancangan analisis – deskriptif,


korelasi, komparasi.

4. Banyaknya unsur dalam populasi


click
Tabel jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi diketahui
Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n)

10 10 220 140 1200 291


15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n)
100 80 500 217 6000 361

110 86 550 226 7000 364

120 92 600 234 8000 367

130 97 650 242 9000 368

140 103 700 248 10000 370

150 108 750 254 15000 375

160 113 800 260 20000 377

170 118 850 265 30000 379

180 123 900 269 40000 380

190 127 950 274 50000 381

200 132 1000 278 75000 382

210 136 1100 285 1000000 384

Morgan & Krecjie, dalam Uma Sekaran, 2003


Bentuk pengambilan sampel
Sampel Sampel
Acak Tidak Acak

Setiap unsur Setiap unsur


yang ada dalam yang ada dalam
populasi diberi populasi tidak
kesempatan diberi kesempatan
atau peluang atau peluang
yang sama untuk yang sama untuk
bisa diambil bisa diambil
sebagai sampel sebagai sampel
Kapan peneliti sebaiknya mengambil sampel
secara acak dan tidak acak?

Ketika peneliti
bermaksud untuk
menggeneralisasikan Ketika peneliti
hasil penelitiannya tidak bermaksud untuk
maka ambilah sampel menggeneralisasikan
secara acak dan hasil penelitiannya
representatif atau ketika jumlah
populasi tidak di-
ketahui secara pasti
maka ambilah sampel
secara tidak acak
Teknik pengambilan sampel

Sampel Acak : Sampel Tidak Acak :


• Sampel Acak Sederhana
(simple random sampling)
• Sampel “kemudahan”
• Sampel Acak Distratakan (convenience )
(stratified random sampling) • Sampel “pertimbangan”
• Sampel sistematis (purposive)
(systematic sampling) • Sampel Kuota
• Sampel Gugus
(cluster sampling)
• Sampel Bola Salju
• Sampel Wilayah (snowball)
(area sampling)
Kerangka Sampling
Daftar yang berisikan informasi dari setiap
unsur dalam populasi
Misalnya : Populasi adalah mahasiswa FKH UWKS.
Di dalam kerangka sampling harus ada daftar dari
Seluruh mahasiswa FKH UWKS, lengkap mulai dari nama,
Alamat, NPM, dlsb.
 Daftar angka acak (random)
Alat pengambilan sampel
secara acak
 Undian

 Kalkulator / komputer
Penelitian Eksperimental
Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen
dengan rancangan acak lengkap, acak kelompok atau
faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan:
(t-1) (n-1) > 15
dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan
n = jumlah replikasi
Contoh Kasus Rumus Besar Sampel
Penelitian Eksperimen
Contohnya: Jika jumlah perlakuan ada 4 unit
(P1,P2,P3,P4), maka jumlah ulangan untuk
tiap perlakuan dapat dihitung:
(4 -1) (n-1) > 15
(n-1) > 15/3
n > 56
Jumlah sampel total yg diambil = 4x6 = 24 ekor (20ekor)
Sampel Acak Sederhana
Jika setiap unsur dalam populasi dianggap sama (homogen)
oleh peneliti. Atau perbedaan-perbedaan yang ada dalam setiap
unsur populasi tidak dianggap penting oleh peneliti, dan jumlah
unsur dalam populasi tidak begitu banyak.

Langkah-langkah :
1. Susun kerangka sampling
2. Tetapkan jumlah sampel
3. Tentukan alat pengambilan sampel
4. Pilih sampel sampai dengan jumlah sampel terpenuhi
Sampel Acak Distratakan
Jika unsur populasi heterogen Mis. heterogen dalam jenis kelamin,
pendidikan, pendapatan, status pekerjaan, dlsb; dan keanekaragaman
tersebut bermakna bagi analisis penelitiannya maka agar tidak
terambil hanya dari kelompok/strata tertentu saja, gunakan cara ini.

Langkah-langkah :
1. Susun kerangka sampling.
2. Bagi kerangka sampling ke dalam strata yang
dikehendaki.
3. Tentukan jumlah sampel secara keseluruhan.
4. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum.
5. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Catatan : dalam menentukan jumlah sampel di setiap statum, dapat dilakukan
secara proporsional atau tidak proporsional
Sampel Sistematis
Jika jumlah unsur dalam populasi sedemikian besar dan dianggap
homogen, dan ketika peneliti tidak mempunyai alat pengambilan
sampel secara acak yang baik, pakailah cara ini. Peneliti menentukan
unsur dalam populasi yang “keberapa” yang akan diambil
sebagai sampel

Langkah-langkah :
1. Susun kerangka sampling
2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil.
3. Tentukan kelas interval (k) dengan cara membagi jumlah
unsur dalam populasi dengan jumlah sampel yang
dikehendaki. Mis : N = 50000 orang, n = 500 orang maka
k = 10.
4. Pilih sampel ke satu dengan cara acak – mengundi unsur
populasi yang kesatu s/d kesepuluh. Kalau sampel kesatu
jatuh ke unsur populasi ketiga, maka sampel kedua adalah
unsur populasi yang ke 13
4. Selanjutnya pilih sampel berikutnya : no 23, 33, 43, 53, dst.
Sampel gugus
Jika yang akan diambil sebagai sampel adalah sekelompok orang,
bukan individual, maka sampel gugus bisa digunakan. Misalkan
ingin meneliti kinerja dosen berdasarkan fakultas.

Langkah-langkah :
1. Susun kerangka sampling yang unsurnya adalah gugus
(kelompok)
2. Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
3. Pilih beberapa gugus yang akan dijadikan sampel dengan
cara acak
4. Telitilah setiap unsur yang dalam gugus
(dalam kasus/contoh di atas, telitilah kinerja dosen di setiap
fakultas, lalu cari rata-ratanya )
Sampel Wilayah
Ketika peneliti dihadapkan pada situasi di mana unsur populasi
tersebar di berbagai wilayah yang relatif saling berjauhan, maka
cara pengambilan sampel wilayah dapat diterapkan. Misalkan,
peneliti ingin mengetahui pandangan masyarakat Jawa Timur
terhadap program Inseminasi Buatan.
Langkah-langkah :
1. Susun kerangka sampel yang menggambarkan wilayah-
wilayah. Mis. Propinsi Jawa Timur yang
lengkap dengan Kota/Kabupaten, Kecamatan, dan Desa.
2. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel – Kota/Kabupaten?,
Kecamatan?, Desa?
3. Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel
4. Pilih wilayah yang akan dijadikan sampel dengan cara acak
5. Telitilah semua unsur sampel yang ada dalam
wilayah sampel penelitian.
Jika masih terlampau banyak, bagilah lagi wilayah penelitian
ke dalam wilayah yang lebih kecil lagi – misalnya “desa”
Sampel Tidak Acak

Sampel yang mudah dilakukan


Pengambilan sampel dengan cara ini cukup
Memadai untuk penelitian yang sifatnya
penjajagan

Langkah-langkah :
1. Tetapkan secara khusus populasi penelitian
2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
3. Pergilah ke tempat yang banyak terdapat unsur populasi
4. Bagikanlah kuesioner kepada setiap unsur populasi
yang dijumpai
Sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu
Peneliti menentukan suatu unsur dalam populasi
dijadikan sampel, berdasarkan pertimbangan tertentu,
yaitu karena “kaya akan
informasi”

“Seorang kepala sekolah dijadikan sampel penelitian


ketika peneliti yakin bahwa informasi atau data
yang ingin diperolehya akan banyak di miliki
oleh kepala sekolah tadi”
Sampel Bola Salju

Cara ini bisa dipakai jika peneliti tidak mengetahui banyak


siapa-siapa yang menjadi unsur dalam populasi penelitiannya.
Dia hanya tahu satu atau dua orang saja. Untuk memperoleh
sampel lebih banyak lagi, maka dia bisa minta tolong kepada
sampel pertama dan kedua untuk mencarikan sampel
berikutnya

Anda mungkin juga menyukai