Anda di halaman 1dari 5

METODOLOGI PENELITIAN DALAM BIDANG KESEHATAN1)

Johanes C. Mose
Bagian Obstetri dan Ginekologi, FK UNPAD/RSHS, Bandung

Pendahuluan
Rudyard Kipling mengatakan : “I have six faithfull, honest, serving friends; their
names are : what, why, who, where, when, and how.
Dengan ke-6 ‘kata tanya’ ini, manusia telah membuktikan kodratnya, sebagai mahluk
Tuhan yang tertinggi tingkatannya, akan hasratnya untuk selalu ingin tahu tentang
pelbagai hal yang ditemukannya atau dialaminya.
Segala jawaban atas pertanyaan yang timbul tersebut akan terekam di otaknya dalam
bentuk pengalaman pribadinya. Pada taraf ini tingkat pemahaman tsb disebut
pengetahuan (knowledge).
Agar supaya pengetahuan tsb menjadi ilmu (science), maka manusia harus dengan
sengaja dan terencana menangkap gejala-gejala alam dan sekitarnya dengan cara yang
ketat, berdisiplin, menurut suatu cara, sistem atau metode tertentu, yang disebut
metodologi ilmiah. Upaya ini dikenal dengan nama penelitian (research).
Jadi penelitian bukanlah suatu usaha sambil lalu saja, tetapi merupakan suatu usaha
yang terencana dan sistematis dalam upaya manusia memperoleh gejala, data dan fakta
tentang segala masalah empiris di dunia ini.
Herald De Forest Arnold mengatakan bahwa : Research is of the mind, not of the
hand, a concentration of thought and not a process of experimentation. Research is the
effort of the mind to comprehend relationships which no one had previously known.
Metodologi penelitian ilmiah merupakan metode atau tatacara yang berisi petunjuk-
petunjuk tentang perencanaan yang disusun secara logis dan sistematis untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan atau masalah yang dihadapi.
Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut penelitian
ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini, selalu ditemukan 2 unsur
penting, yaitu unsur observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning).
Untuk menjelaskan tentang metodologi penelitian ilmiah, diperlukan pembahasan dan
waktu yang cukup panjang. Oleh sebab itu, makalah ini bertujuan untuk membahas
secara singkat saja tentang hal-hal prinsip dari suatu penelitian ilmiah terutama di bidang
kesehatan yang dititik beratkan pada pembahasan mengenai desain penelitian.

Kriteria dan langkah-langkah dalam Metode Penelitian Ilmiah


Langkah-langkah dalam melakukan penelitian haruslah jelas, sistematis dan harus
mengikuti cara berpikir ilmiah agar semua prosedur yang dilaksanakan itu bermanfaat,
tidak sia-sia, dan dapat dimengerti oleh orang lain dan oleh dirinya sendiri seperti terlihat
pada skema dibawah ini :
1
Disampaikan pada “Semi loka Metode Penelitian Dalam Bidang Kesehatan” Diselenggarakan oleh
Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Padjadajaran. Bandung 4-5 Agustus 2003.

1
Metode Ilmiah

Kriteria Langkah-langkah

1. Berdasarkan fakta 1. Memilih & mendefinisikan masalah


2. Bebas dari prasangka 2. Survei terhadap data yang tersedia
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa 3. Memformulasikan hipotesis
4. Menggunakan hipotesis 4. Membangun kerangkan analisa serta lat-alat
dalam menguji hipotesa
5. Menggunakan ukuran objektif 5. Mengumpulkan data primer
6. Menggunakan teknik kuantifikasi 6. Mengolah, menganalisa serta membuat
interpretasi.
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
8. Membuat laporan

Gambar 1. Kriteria dan langkah-langkah metode ilmiah

Supaya suatu metode penelitian yang digunakan dapat disebut metode penelitian
ilmiah, maka metode tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Berdasarkan fakta : artinya data-data yang ingin dikumpulkan, ditampilkan,
dianalisis dalam penelitian tsb haruslah berdasarkan pada fakta-fakta yang nyata
dan bukan pada daya khayal, legenda-legenda, dsb.
2. Bebas dari prasangka . Harus bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif tapi
didasarkan pada bukti dan alasan yang lengkap dan objektif.
3. Menggunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musababnya
serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis dan tajam.
4. Menggunakan hipotesis. Merupakan jawaban sementara atas masalah yang
timbul dalam penelitian tsb dan merupakan arah atau tujuan yang ingin
dibuktikan/ dicapai dalam penelitian tsb.
5. Pengukuran dan analisis yang digunakan harus dibuat secara objektif dan
menggunakan pikiran/ nalar yang logis.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi. Dalam pengukuran hendaknya menggunakan
ukuran-ukuran kuantitatif (yang dapat diukur) seperti nominal, ranking, atau
rating.

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti


langkah-langkah tertentu, sebagai berikut:
1. Merumuskan serta mendefinisikan masalah
2. Mengadakan studi kepustakaan
3. Memformulasikan hipotesis
4. Menentukan model untuk menguji hipotesis
5. Mengumpulkan data
6. Menyusun, menganalisis dan memberikan interpretasi
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan

2
8. Membuat laporan ilmiah

Desain penelitian
Desain penelitian merupakan rencana tentang cara pengumpulan dan menganalisis
data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi dengan tujuan penelitian.
Desain/rancangan penelitian perlu untuk ditentukan untuk menguji hipotesis yang
sudah ditentukan serbelumnya. Desain penelitian sering diartikan sebagai tipologi atau
klasifikasi jenis penelitian.
Klasifikasi jenis penelitian sangat beraneka ragam, bergantung kepada dasar
pembuatannya. Tidak ada suatu klasifikasi yang memuaskan, atau yang lengkap.
Pembagian yang sangat sering dipergunakan orang adalah pembagian desain
penelitian menjadi penelitian deskriptif dan penelitian analitik.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melakukan deskripsi
atau pemaparan mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor risiko
maupun efek atau hasil. Fenomena hasil penelitian disajikan secara apa adanya, Peneliti
tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi. Oleh
karena itu pada penelitian deskriptif tidak diperlukan hipotesis. Misalnya, survai
angka kesakitan ibu dan anak di suatu daerah atau rumah sakit tertentu; survai angka
kejadian suatu gejala atau penyakit tertentu di daerah tertentu; atau laporan tahunan atau
bulanan dari puskesmas atau rumah sakit tertentu.
Penelitian analitik adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan (sebab
akibat) antar variabel. Disini dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan. Karena
itu pada penelitian analitik perlu dibuat hipotesis.
Penelitian analitik dibedakan atas penelitian analitik observasional dan penelitian
eksperimental atau intervensional. Dikenal 2 macam penelitian eksperimental, yaitu
penelitian eksperimental murni dan penelitian eksperimental semu (kuasi). Penelitian
eksperimental murni ialah penelitian yang memungkinkan peneliti mengendalikan hampir
semua variabel luar (perancu), sehingga perubahan yang terjadi pada efek (variabel yang
dipelajari) hampir sepenuhnya karena pengaruh perlakuan. Sedangkan penelitian
eksperimental kuasi ialah bila peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel luar,
sehingga perubahan yang terjadi pada efek tidak sepenuhnya disebabkan oleh pengaruh
perlakuan.
Desain penelitian observasional pada umumnya dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Penelitian potong silang (Cross Sectional Study).
2. Penelitian kasus-kontrol (Case Control study), dan
3. Penelitian Kohort (Cohort Study)

DESAIN PENELITIAN

3
DESKRIPTIF ANALITIK

 Laporan Kasus
 Seri kasus OBSERVASIONAL INTERVENSIONAL
 Laporan Tahunan
 Studi Potong Silang  Uji klinis
 Studi Kasus-Kontrol  Intervensi :
 Studi Kohort - Pendidikan
- Perilaku
- Kesehatan Masy.

Gambar 2. Desain Penelitian Kedokteran/Kesehatan

1. Laporan kasus
Banyak ahli tidak menganggap laporan kasus sebagai suatu penelitian dengan
alasan ‘the essence of research is comparison’. Namun tidak jarang suatu laporan kasus
laporan kasus pada masa lampau yang kemudian membuahkan penemuan penyakit baru,
misalnya laporan kasus oleh Richard Bright pada tahun 1827 yang membuahkan penyakit
glomerulonefritis, dll.

2. Penelitian cross sectional


Dalam penelitian ‘potong silang’ ini, peneliti melakukan observasi atau pengukuran
variabel pada satu saat atau hanya di observasi satu kali saja. Jadi, peneliti tidak
melakukan tindak lanjut.

3. Penelitian kasus-kontrol
Disini, terlebih dahulu peneliti harus menentukan dan melakukan pengukuran
variabel tergantung, yakni efek. Kemudian variabel bebasnya dicari secara retrospektif.
Karena penelitian ini termasuk studi longitudinal , maka variabel yang diteliti tidak
hanya diobservasi pada satu saat saja tetapi diikuti sampai pada periode berikutnya
(secara retrospektif). Sebagai kontrol dipilih subyek yang berasal dari populasi yang
karakteristiknya sama dengan kasus, dan hanya berbeda dalam hal terdapatnya penyakit
atau kelainan yang akan diteliti. Kontrol dipilih secara matching atau tanpa matching.

4. Penelitian kohort
Berlawanan dengan studi kasus-kontrol yang dimulai dengan identifikasi efek, pada
penelitian kohort yang di identifikasi dulu adalah kausanya (faktor risikonya), kemudian
subyek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari ada tidaknya efek.
Subyek yang terpapar (terkena efek) ditempatkan pada kelompok yang diteliti, sedangkan
subyek yang tidak terpapar menjadi kelompok kontrol. Dalam hal ini, oleh karena kedua
kelompok berawal dari populasi yang sama maka keduanya akan sebanding (comparable,
match) kecuali dalam hal terdapatnya paparan dari faktor risiko. Kedua kelompok ini
kemudian diikuti selama periode waktu tertentu dan ditentukan apakah terjadi efek.

4
5. Penelitian eksperimental
Penelitian ini yang sering disebut juga ‘studi intervensional’ adalah merupakan
salah satu rancangan penelitian untuk mencari hubungan sebab-akibat yang mempunyai
kapasitas asosiasi yang tinggi, lebih nyata dan tegas.
Disini peneliti malakukan intervensi atau perlakuan terhadap subyek penelitian
kemudian diamati efeknya. Subyek biasanya dibagi dalam dua atau lebih kelompok yang
terdiri dari satu kelompok kontrol (yang tidak mendapat perlakuan) dan satu atau lebih
kelompok yang diberikan perlakuan yang berbeda-beda. Hasil atau efek yang berbeda-
beda yang terjadi kemudian, dibandingkan dengan kontrol dan dianalisis besarnya atau
kuatnya perbedaan itu.

Kesimpulan
Demikian telah disampaikan ringkasan tentang metodologi penelitian kesehatan yang
merupakan sebagian dari langkah-langkah ilmiah yang lazim dipakai dibidang penelitian
kesehatan yang dititik beratkan pada pembahasan mengenai desain penelitian.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi pembaca sekalian dalam menyumbangkan
karyanya dibidang penelitian kesehatan.

Pustaka Acuan
1. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta:Binarupa Aksara 1995.
2. Sumapraja S, Tjokronegoro A, Prihartono J. Metodologi Penelitian.Jakarta:
Consortium Medical Sciences 1983.
3. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 1993.
4. Nasution S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Cetakan kedua. Jakarta :Bumi
Aksara 1990.
5. Pratiknya AW. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2000.
6. Arikunto S. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi II. Jakarta :
Rineka Cipta 1993.
7. Hulley MN, Cummings SR. Designing clinical research-An Epidemiologic approach.
Baltimore: Williams & Wilkins 1988.
8. Mardalis. Metode Penelitian. Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta: Bumi Aksara 1995.
9. Moh.Natzir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia 1999.

Anda mungkin juga menyukai