Anda di halaman 1dari 36

1

Skenario 1

Stroke Usia Muda

Berdasarkan data dinas kesehatan kota x tahun 2015 – 2017 didapatkan


peningkatan jumlah insidensi penyakit stroke dengan usia penderita <40 tahun.
Seorang peneliti menduga bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan pola hidup
masyarakat di kota X yang sering mengkonsumsi junk food. Untuk membuktikan
hipotesisnya, peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan
desain cross sectional di RSUD kota X.

STEP 1

1. Kuantitatif : Penelitian yang terfokus pada angka dan diolah dengan metode
statistik.
2. Hipotesis : Suatu pendapat/masalah yang bersifat praduga yang harus
dibuktikan.
3. Cross sectional : Untuk menganalisa data yang dikumpulkan dari populasi
dalam kurun waktu tertentu.
4. Data : Suatu kumpulan informasi yang didapatkan melalui pengamatan.
5. Insidensi : Gambaran frekuensi suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
populasi pada kurun waktu tertentu.

STEP 2

1. Bagaimana langkah – langkah untuk melakukan suatu penelitian ?


2. Apa saja tujuan penelitian untuk kesehatan ?
3. Apa saja jenis peelitian kesehatan ?
4. Apa saja jenis metode penelitian ?

STEP 3

1. Langkah – langkah
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menetapkan tujuan penelitian
2

c. Studi literatur
d. Merumuskan kerangka konsep penelitian uraian konsep dan variasi yang
akan di ukur
e. Merumuskan hipotesa
f. Merumuskan metode penelitian
g. Pengumpulan data
h. Mengolah dan menganalisa data
i. Membuat laporan
2. Tujuan
a. Umtuk meningkatkan kesehatan masyarakat
b. Untuk mengetahui epidemiologi suatu penyakit
3. Penelitian kesehatan
a. Kuantitatif
b.Kualitatif
4. Metode penelitian
a. Eksperimen
Kontrol trial
Uncontrol trial
b. Observasional
Deskripsi
Analitik: - cross sectional
- Kohort
- case kontrol
c. Lainnya
Penelaahan kasus
Perbandingan
Prediksi
Korelasi
Evaluasi
3

STEP 4

1. Tujuan ( Permintaan info yang diteliti )


Kerangka ( varian konsep variabel )
Hipotesa ( Jawaban sementara akan rumusan )
2. Tujuan
- meningkatkan kesehatan masyarakat
- meningkatkan kewaspadaan masyarakat
- dasar untuk penelitian yang lain utnuk di kembangkan
3. Penelitian kesehatan
a. Kuantitatif
b. Kualitatif
4. Analitik
Cross sectional = sebab akibat
Retrospektif = melihat kejadian lampau ditelusuri penyebabnya.
Eksperimen : tiral randomize, quasi randomized, non randomized.

Mind Map

penelitian
kesehatan

langkah -
macam - macam
langkah tujuan
penelitian
penelitian

kualitatif kuantitatif

analitik deskriptif

-observasional
- Eksperimental
4

STEP 5

1. Jelaskan macam-macam metode penelitian beserta kekurangan dan


kelebihannya
2. Jekaskan cara menentukan hipotesa

STEP 6

Belajar Mandiri

STEP 7

1. Jelaskan macam-macam metode penelitian beserta kekurangan dan kelebihan

Jenis penelitian kesehatan :

1. Metode penelitian survey (Observasional)

Peneltian survey adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan


interveni terhdapa subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut
penelitian noneksperimen.1
a. Potong silang (Cross Sectional)
Dalam penelitian potong silang, variabel sebab atau risiko dan akibat
atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan
secara simultan (dalam waktu yang bersamaan).
b. Studi retrospektif (Case – control)
Penelitian yang berusaha melihat ke belakang(backward looking),
artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah
terjadi.
c. Studi prospektif (Cohort)
Penelitian yang bersifat melihat ke depan, artinya penelitian dimulai
dari variabel penyebab atau faktor risiko, kemudian diikuti akibatnya
pada waktu yang akan datang.1
5

2. Metode penelitian eksperimen


Peneliti melakukan percobaan atau perlakuan terhadap variabel
independennya, kemudian mengukur akibat atau pegaruh percobaan
tersebut pada dependen variabel. Yang dimaksud percobaan atau
perlakuan di sini adalah suatu usaha modifikasi kondisi secara sengaja dan
terkontrol dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan
terhadap perubahan yang terjadi akibat dari peristiwa tersebut. 2
a. Penelitian dasar (Basic of Fundamental Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memahami atau menjelaskan gejala
yang muncul pada suatu ikhwal atau kejadian.
b. Penelitian terapan (aplied reseacrh)
Penelitian dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi proses
suatu sistem atau program, dengan menerapkan teori-teori kesehatan
yang ada.
c. Penelitian tindakan (action research)
Biasanya penelitian ini dilakukan terhadap suatu keadaan yang sedang
berlangsung.
d. Penelitian evaluasi (evaluation research)
Penelitia dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
pelaksanaan kegiatan atau program yang sedang dilakukan dalam
rangka mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk
memperbaiki suatu program atau sistem.2
3. Surveilans (surveillans)
Penelitian dilakukan dalam rangka menantau perkembangan suatu
penyakit.

Klasifikasi jenis penelitian

1. Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian :


a. Penelitian klinis
b. Penelitian lapangan
c. Penelitian laboratorium
6

2. Berdasarkan pada waktu :


a. Penelitian transversal (cross sectional) : prospektif atau retrospektif
b. Peneliitian longitudinal : prospektif dan retrospektif
3. Berdasarkan pada substansi :
a. Penelitian dasar
b. Penelitian subtansi
4. Berdasarkan pada ada atau tidakya analisis hubungan antar variabel :
a. Penelitian deskripstif
b. Penelitian analitik

A. Metode penelitian Noneksperimental

Penelitian observasional bersifat deskriptif eksploratif non


hipotesisRancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan
ataumenggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan
karakteristik tempat,waktu, umur, jenis kelamin, social, ekonomi,
pekerjaan, status perkawinan, carahidup (pola hidup) dan lain-lain. Atau
dengan kata lain, rancangan ini mendiskripsikan seperangkat peristiwa
atau kondisi populasi saat itu. Deskripsi tersebut dapat terjadi pada ruang
lingkup individu di suatu aerah tertentu ataulingkup kelompok pada
masyarakat di daerah tertentu. Penelitian ini dapat bersifat kuantitatif atau
kualitatif.2

1. Metode Penelitian Observasional

Rancangan penelitian ini bertujuan mencari hubuungan antar


variable yangsifatnyya bukan hubungan sebab akibat, biasanya dilakukan
penelitian secaradeskriptif terlebih dahulu untuk mencari data dasarnya.2
7

Peneliti mulai
dari sini

Menentukan
subjek
penelitian

Menentukan
variabel dependen
dan independen

Melakukan Hasil
Variabel
pengamatan/penguk pengamatan/
dependen
uran hasil
pengukuran

Dianalisis

Hasil
Variabel Melakukan
pengamata
independen pengamatan/penguk
n/ hasil
uran
pengukuran

Hasil Analisis
8

Metode Penelitian Berdasarkan Pendekatan epidemiologis

a. Penelitian Cross Sectional


Dalam pengukuran cross-sectional peneliti melakukan observasi
atau pengukuran variable pada saat tertentu. Subyek yang diamati hanya di
osevasi satu kali saja dan pengukuran variable subyek dilakukan pada saat
pemeriksaan tersebut. Jadi, pada studi Cross Sectional peneliti tidak
melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.
Desain cross-sectional merupakan desain yang dapat digunakan untuk
penelitian deskriptif, namun juga dapat untuk penelitian analitik sehingga
sering digunakan untuk studi klinis maupun lapangan.2

Kelebihan:
a.memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak
hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup
memadai.
b.Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh.
c.Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
d.Jarang terancam loss to follow-up (drop out).
e.Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort
atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.
f.Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat
lebih konklusif.2

Contoh : Ingin diketahui peran kadar kolesterol, trigliserida, hemoglobin,


jumlah konsumsi rokok, dan usia terhadap tekanan darah diastolok guru
lelaki di Jakarta. Hubungan antara pelbagai variabel independen (factor
risiko) dengan variabel dependen (tekanan darah) dinyatakan dalam
kekurangan persamaan multipel.2
9

Kekurangan:
a.Sulit untuk menemukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko
dan efek pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas).

b.Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa


sakit yang panjang dari pada yang mempunyai masa sakit yang pendek,
karena individu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai
kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi.

c.Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak , terutama bila variabel


yang dipelajari banyak.

d.Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis.

e.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang.

f.Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek factor
suatu risiko selama selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai
efek suatu penyakit.2

b.Studi Penelitian Kasus-Kontrol (Case Control)


Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran variabel
tergantung, yakni efek, sedangkan variabel bebasnya di cari secara
retrospektif, karena itu studi kasus-kontrol disebut studi longitudinal,
artinya subyek tidak hanya di observasi pada satu saat tetapi diikuti selama
periode yang ditentukan. Pada studi ini dilakukan identifikasi subyek
(kasus) yang telah terkena penyakiy (efek), kemudian ditelusuri secara
retrospektif ada atau tidak adanya factor risiko yang didug aberperan.
Pemilihan subyek sebagai control ini dapat dilakukan dengan cara serasi
(matching) atau tanpa matching.3
10

Contoh : Hubungan antara pemberian susu formla pada masa


neonates(formula dini) berkaitan dengan peningkatan kejadian asma
dibawah usia 1 tahun (asma dini)
Pada studi kasus control yaitu dengan mencari bayi dengan dan tanpa
asma.3

Kelebihan:
a.Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya,
cara untuk meneliti kasus yang jarang atau masa latennya panjang

b.Hasil dapat diperoleh dengan cepat

c.Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit

d.Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit

e.Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko3

Kekurangan:

1. Data mengenai pajanan factor risiko diperoleh dengan mengandalkan


daya ingat atau catatan medik sehingga dapat menyebabkan recall bias.
Data sekunder catatan medic rutin yang sering dipakai sebagai sumber
data juga tidak akurat.

2.Validasi mengenai informasi kadang – kadang sukar diperoleh

3.Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneloti maka sukar
untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam pelbagai
factor eksternal dan sumber bias lainnya

4.Tidak dapat memberikan incidence rates


11

5.Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen,


hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.3

c. Metode Penelitian Kohort

Berlawanan dengan studi kasus-kontrol yang dimulai dengan


identifikasi efek. Pada penelitian kohort yang diidentifikasi dulu adalah
kasusnya, kemudian subyek diikuti secara prospektif selama periode
tertentu untuk mencari ada tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni
(internal), yang diamati adalah subyek yang belum mengalami pajanan
factor risiko serta belum mengalami faktor efek. Subyek yang terpajan
menjadi kelompok yang diteliti, sedang subyek yang tidak terpajan
menjadi kontrol. Kedua kelompok tersebut kemudian diikuti selama
periode waktu tertentu, dan ditentukan apakah telah terjadi efek atau
penyakit yang diteliti sedangkan pada studi kohort eksternal apabila
subyek yang dipilih sudah terkena factor risiko namun belum mengalami
efek dan kelompok pembanding dipilih dari subyek lain yang tanpa
pajanan factor risiko dan tanpa efek.3

Modifikasi Rancangan Studi Kohort

a. Studi Kohort Retrospektif

Pada desain ini, peneliti mengidentifikasi factor risiko dan efek


pada kohort yang telah terjadi di masa lalu namun kejadian efek ditelusur
prospektif dilihat dari saat pajanan risiko. Jenis analisis yang digunakan
sama dengan pada studi kohort prospektif. Kesahihan hasil studi ini
sangat bergantung pada kualitas data pada rekam medik atau catatan yang
dipergunakan sebagai sumber data.3

b. Studi kohort berganda

Pada studi kohort berganda dengan kelompok pembanding


eksternal, penelitian dimulai dengan kedua kelompok subyek dari populasi
12

yang berbeda, yakni satu kelompok dengan factor risiko dan kelompok
lain tanpa faktor risiko. Desain ini lebih sering digunakan ketimbang studi
kohort dengan kelompok pembanding internal. Pendekatan metodologis
pada rancangan penelitian kohort berganda ini dapat dilaksanakan dengan
cara prospektif maupun retrospektif.3

c. Nested case-control study

Jenis studi ini secara harfiah berarti terdapatnya bentuk studi kasus-kontrol
yang bersarang (nested) di dalam rancangan penelitian kohort. Data yang
digunakan adalah data yang diperoleh dari studi kohort. Setelah penelitian
kohort selesai maka diperoleh sejumlah subyek dengan efek yang positif
yang berasal dari kelompok yang terpajan dan kelompok control.3

Kelebihan:
1.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti

2.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika


antara hubungan factor risiko dengan efek secara temporal

3.Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal
dan progresif

4.Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari
suatu factor risiko tertentu

5.Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi


kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah
kesehatan yang makin meningkat.3

Kekurangan:
1.Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama

2.Sarana dan biaya biasanya mahal


13

3.Studi kohort seringkali rumit

4.Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang

5.Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau


factor risiko dapat mengganggu analisis lain

6.Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti


membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat
merugikan subyek.3

B. METODE PENELITIAN EKSPERIMEN

a. Pengertian

Metode penelitian eksperimen adalah: metode penelitian yang


digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan. Contohnya dalam bidang fisika
penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karna variabel-
variabel dapat di pilih dan variable lain dapat mempengaruhi proses
eksperimen dan dapat dikontrol secara tepat, adapun cotohnya dalam
bidang fisika mencari pengaruh panas terhadap muai panjang suatu benda.
Dalam hal ini variasi panas dan muai panjang dapat di ukur secara teliti,
dan penelitian dilakukan dilaboratorium, sehingga pengaruh-pengaruh
variable lain dari luar dapat di control. Sedangkan dalam penelitian social
khususnya pendidikan, desain eksperimen yang digunakan untuk penelitian
akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karna banyak variable luar yang
berpengaruh dan sulit mengontrolnya adapun contohnya mencari pengaruh
metode kontekstual terhadap kecepatan pemahaman murid dalam pelajaran
matematika.
14

One-shot Case Studi


Pre-Eksperimental
One Group Petest-Posttest

Posttest Only Control Design


True-
Macam-Macam Eksperimental
Design Prettest- Control Group
Eksperimen Design
Factorial
Experimental
Time- series Design
Quasi
Experimental Nonequivalet Ctroup Design

a. Karakteristik Penelitian Eksperimen


Berikut ini disajikan beberapa karakteristik penelitian eksperimen,
yang membedakan dengan penelitian positivistik lainnya, yaitu:

1) Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang


dianggap paling dapat menguji hipotesis hubungan sebab-akibat, atau
paling dapat memenuhi validitas internal.
2) Metode eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikan
pengujian hipotesis yang paling ketat dibanding jenis penelitian yang lain.
3) Metode eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap dampaknya dalam kondisi yang
terkendalikan.
4) Ciri khas yg membedakan penelitian eksperimen dg penelitian yg lain:
a) Satu atau lebih variabel bebas dimanipulasi (kondisinya dibuat
berbeda, misal: treatment dan non-treatment
b) Semua variabel lainnya, kecuali variabel perlakuan (variabel bebas),
dikendalikan (dipertahankan tetap).
15

c) Pengaruh manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan) terhadap


variable terikat diamati, dengan asumsi karena diberi perlakuan yang
berbeda maka akan berdampak yang berbeda pula.
d) Adanya komparasi, sehingga perlu penyamaan antara kelompok yang
akan dikenai perlakuan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan
(dua kelompok yang akan dibandingkan tersebut harus komparabel).3

b. Variabel dalam Penelitian Eksperimen


Beberapa jenis variabel yang terkait dengan penelitian eksperimen yaitu:

1) Variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent


variable)
Variabel bebas merupakan variabel atau kondisi yang
dimanipulasi oleh peneliti untuk menerangkan hubungannya dengan
fenomena yang diobservasi. Sedangkan variabel terikat merupakan
variabel atau kondisi yang mengalami perubahan ketika peneliti
mengganti variabel bebas

2) Variabel organismik atau variabel atribut

Variabel ini tidak dapat diubah atau dimanipulasi oleh peneliti.


Seperti variabel bebas: umur, jenis kelamin, suku, dan lainnya yang
sejenis.

3) Variabel imbuhan

Variabel imbuhan adalah variabel yang tidak dapt dikontrol yakni


variable yang tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti, tetapi mempunyai
pengaruh yang berarti pada variabel terikat. Seperti variabel antusias guru,
usianya, tingkat sosial ekonominya, dan lain sebagainya.3
16

c. Prosedur Penelitian Eksperimen


Langkah-langkah penelitian eksperimen pada dasarnya sama
dengan jenis penelitian positivistik yang lain, yaitu:

1) Memilih dan merumuskan masalah, termasuk akan menguji-cobakan


perlakuan apa, dampak dampak apa yang ingin dilihat.
2) Memilih subyek yang akan dikenai perlakuan dan subyek yang tidak
dikenai perlakuan.
3) Memilih disain penelitian eksperimen.
4) Mengembangkan instrumen pengukuran (instrumen untuk mengumpulkan
data)
5) Melaksanakan prosedur penelitian dan pengumpulan data.
6) Menganalisis data
7) Perumusan kesimpulan2

d. Langkah Operasional Penelitian Eksperimental :


Sebelum peneliti mulai “on action” maka peneliti perlu melakukan:

1) Membentuk atau memilih kelompok-kelompok (kelompok yang dikenai


perlakuan dan kelompok pembanding/kelompok kontrol).
2) Memperkirakan apa yang akan terjadi pada setiap kelompok.
3) Mencoba mengontrol semua faktor lain di luar perubahan yang
direncanakan.
4) Mengamati atau mengukur efek pada kelompok-kelompok setelah
perlakuan berakhir.
5) Penelitian eksperimen adalah penelitian untuk menguji hipotesis.
Setidaktidaknya dengan 1 hipotesis hubungan sebab-akibat dari 2
variabel, yaitu variabel perlakuan dan variabel dampak.
6) Penelitian eksperimen yang paling sederhana biasanya melibatkan 2
kelompok, yaitu: (1) Kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang dikenai
perlakuan tertentu, dan (2) Kelompok kontrol atau kelompok pembanding,
yaitu kelompok yang tidak dikenai perlakuan.
17

7) Kelompok eksperimen menerima treatmen yang baru, suatu treatmen yang


sedang diselidiki, sedangkan Kelompok kontrol menerima treatmen yang
berbeda atau diberi treatmen seperti biasa.
8) Dua kelompok yang akan dibandingkan, yaitu kelompok yang menerima
treatmen dan kelompok yang tidak dikenai treatmen harus disetarakan
terlebih dahulu, agar dapat dipastikan bahwa adanya perbedaan pada.3
e. kontrol
Dalam penelitian eksperiman sering digunalkan kontrol. Yang dimaksud
kontrol dalam hal ini ialah suatu kelompok atau individu yang tidak dikenai
perlakuan atau percobaan.kontrol dalam penelitian ini sangat penting untuk
melihat perbedaan perubahan variabel terpengaruh antara kelompok yang
dikenai perlakuan dengan yang tidak dikenai perlakuan (kontrol).3

Faktor-faktor yang dikontrol dalam eksperimen ini meliputi:


1) Sasaran atau objek yang diteliti (diamati).
2) Peneliti atau orang yang melakukan percobaan.
3) Variabel bebas (dependent variable), yaitu kondisi munculnya variabel
terikat.
4) Variabel terikat (independent variabel), yaitu variabel yang akan
berpengaruh/berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan.
5) Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
6) Populasi dan sampel.
7) Skor rata-rata (mean) hasil test.
Dalam penelitian eksperimen, kontrol mempunyai peranan yang
sangant penting, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mencegah munculnya faktor-faktor yang sebenarnya tidak


diharapkan berpengaruh terhadap variabel terikat.
2. Untuk membedakan berbagai variabel yang tidak diperlukan dari
veriabel yang diperlukan.3
18

Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara variabel


bebas dengan variabel terikat, dan sejauh mana tingkat hubungan antara kedua
variabel tersebut.3

f. Beberapa bentuk desain eksperimen


1) Pre- Experimental Design (Nondesign)
Pre- Experimental Design (nondesign) belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre- Experimental Designs
(nondesign) ada beberapa macam yaitu:3

a) One-Shot Cose Study


Paradikma dalam penelitian eksperimen model ini dapa di
gambarkan sebagai berikut:

X= Treatment yang diberikan

(variabel independen)
XO

O= Observasi

(Variabel dependen)

Adapun cara membacanya sebagai berikut terdapat suatu


kelompok diberi perlakuan dan selanjutnya di observasi
hasilnya.3

b) One- Group Pretest-Posttest Design


Bila dalam one-shot case study tidak di beri pretest, maka pada
paradigma ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan
sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karna
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan. 3
19

O1= nilai pretest (sebelum diberi


O 1 X O2
diklat)

O2 = nilai posttest( setelah diberi


diklat)

Pengaruh diklat terhadap prestasi


kerja pegawai = (O2- O1)3

c) Intact-Group Comparison
Terdapat 1 kelompok yang digunakan untuk penelitian tetapi
dibagi 2 yaitu setengah kelompok eksperimen dan setengah
kelompok untuk kontrol3

O1= Hasil pengukuran setengah


X O1
kelompok yang diberi
O2
perlakuan

O2= Hasil pengukuran setengah


kelompok yang tidak di beri
perlakuan

Pengaruh perlakuan = O1 – O23

2) Tru-Experimental design
Dikemukakan 2 bentuk yaitu:

a) Pottest-Only Control Design

R X O2

R O4
20

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing di


pilih secara randum (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan
kelompok yang lain tidak. Kelompok yang di beri perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang di beri (treatment) adalah (O1
: O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya pengaruh treatment
dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, maka perlakuan yang di berikan berpengaruh secara signifikan.3

b) Pretest-posttest control group design

R O1 X O2

R O3 O4

Terdapat dua kelompok yang di pilih secara randum, kemudian


di beri pretest untuk mengetahui keadaan awal adalah
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak
berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 –
O1) – (O4 – O3).3

c) Desain Solomon
Desain yang merupakan penggabungan dari desain 1) dan
desain 2) disebut desain Solomon atau Randomized Solomon Four-
Group Design. Ada empat kelompok yang dilibatkan dalam penelitian
ini : dua kelompok control dan dua kelompok eksperimen. Pada satu
pasangan kelompok eskperimen dan kontrol diawali dengan prates,
sedangkan pada pasangan yang lain tidak. Gambar dari desain
Solomon adalah sebagai berikut.3
21

Subjek Praeksperimen Perlakuan Pasca


eksperimen

Kel.Ekperimen - X O

Kel.Kontrol - - O

Gambar Desain Pasca Tes Dengan Pemilihan Kelompok Secara Acak


3) Factorial Design
Merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan
memperlihatkan kemungkinan adanya variabel moderator yang
mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel
dependen). Paradigma design faktorial dapat digambarkan seperti berikut:

R O1 X Y1 O2

R O3 Y1 O4

R O5 X Y2 O6

Semua kelompok di pilih secara randum, kemudian masing-masing


R O7 Y2 O8
diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatajkan baik , bila setiap
keompok nilai pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O73

4) Quasi Experimental Design


Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang
sulit dilaksanakan. Mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.3 Dua bentuk eksperimen ini
yaitu:
22

a) Time series design


Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum diberi
perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud
untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum di beri
perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya berbeda-
beda, berarti kelompok tersebut labil, dan konsisten.

O1 O2 O3 O4 X O 5 O6 O7 O8

Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan


yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan
adalah= (O5 + O6 + O7 O8) – (O1 + O2 + O3 + O4).

Dibawah ini merupakan grafik berbagai kemungkinan hasil


penelitian yang menggunakan desain time series.3

b) Nonequivalent control group design


Desain ini hampir sama dengan pretest- posttest control group
desain, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompk
kontrol tidak dipilih secara random.3

O1 X O2

O3 O4
23

Teknik

Sampling

Probability sampling Non probability

sampling

1. Simple random sampling 1. sampling sistematis


2. proportionate stratified 2. sampling kuota
random sampling 3. sampling incidental
3. disproportionate stratified 4. purposive sampling
random sampling 5. sampling jenuh
4. Area (cluster) sampling 6. snowball sampling
(sampling menurut
daerah)

Gambar: Macam-macam Teknik Sampling

1) Probability Sampling
Merupakan pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
samabagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.2

a) Simple Random Sampling.


Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu.
24

Populasi
Sample
homogen/ Diambil secara
relative Yang
random
homogen
representatif

Gambar: teknik simple Random Sampling

b) Proportionate Stratified random Sampling


Digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.

c) Disproortionate Stratified Random Sampling


Digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata
tetapi kurang proporsional.

d) Cluster sampling (Area Samling)2

2) Nonprobabbility sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.

a) Sampling Sistematis
Merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang
terdiri dari 100 orang.
25

POPULASI
SAMPEL

1 11 21 31
3 24
2 12 22 32 Diambil secara
sistematis 6 27
3 13 23 33
9 30
4 14 24 34
12 33
5 15 25 35
15 36
6 16 26 36

Gambar. Sampling sistematis No populasi kelipatan tiga yang diambil (3, 6,


9 dan seterusnya)2

b) Sampling kuota
Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

c) Sampling insidental
Adalah teknik penetuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui ini
cocok sebagai sumber data.

d) Sampling purposive
Adalah penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

e) Sampling jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggopta populasi
digunakan sebagai sampel
26

f) Snowball Sampling
Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar.2

a. Cara Mengambil anggota sampel


Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan bilangan
random, komputer, maupun dengan undian. Jika teknik pengambilan sampel
adalah random, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai
dengan jumlah anggota populasi.2

2. Cara membuat hipotesis


a. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo
berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu
pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar
berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis memang baru merupakan suatu
kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Ia mungkin timbul
sebagai dugaan yang bijaksana dari si peneliti atau diturunkan (deduced) dari
teori yang telah ada. Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai
keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh
dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan
keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Di dalam
hipotesis itu terkandung suatu ramalan. Ketepatan ramalan itu tentu tergantung
pada penguasaan peneliti itu atas ketepatan landasan teoritis dan generalisasi
yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah
pustaka. 4

b. Ciri-Ciri Hipotesis
Setelah hipotesis dirumuskan, maka sebelum pengujian yang
sebenarnya dilakukan, hipotesis harus dinilai terlebih dahulu. Untuk menilai
kelaikan hipotesis, ada beberapa kriteria atau ciri hipotesis yang baik yang
dapat dijadikan acuan penilaian. Kriteria atau ciri hipotesis yang baik yaitu:
27

(1) hipotesis harus mempunyai daya penjelas; (2) hipotesis harus menyatakan
hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel; (3) hipotesis harus
dapat diuji; (4) hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang
sudah ada; dan (5) hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas
mungkin. Selain itu hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis harus menyatakan hubungan. Hipotesis harus merupakan
pernyataan terkaan tentang hubunganhubungan antarvariabel. Ini berarti
bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabel-variabel yang dapat
diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis
menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan.
Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, sama sekali bukan hipotesis
dalam pengertian metode ilmiah.
2. Hipotesis harus sesuai dengan fakta. Hipotesis harus cocok dengan fakta.
Artinya, hipotesis harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus
jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti, dan tidak mengandung hal-hal
yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima
jika hubungan yang dinyatakan harus cocok dengan fakta.
3. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan
tumbuhnya ilmu pengetahuan. Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada
hubunganya dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang
penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak, maka hipotesis bukan lagi
terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang tidak berfungsi sama
sekali.
4. Hipotesis harus dapat diuji. Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar
dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat
statistika. Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan
dengan ini, maka supaya dapat diuji, hipotesis harus spesifik. Pernyataan
hubungan antar variabel yang terlalu umum biasanya akan memperoleh
banyak kesulitan dalam pengujian kelak.
5. Hipotesis harus sederhana. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang
sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman
28

pengertian. Semakin spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan,


semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan semakin
kecil pula kemungkinan memasukkan hal-hal yang tidak relevan ke dalam
hipotesis.
6. Hipotesis harus bisa menerangkan fakta. Hipotesis juga harus dinyatakan
daam bentuk yang dapat menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan
dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis
harus dirumuskan sesuai dengan kemampuan teknologi serta
keterampilan menguji dari si peneliti. 4

c. Kegunaan Hipotesis
Dalam kegiatan penelitian, hipotesis merupakan sesuatu yang harus
dilakukan. Pentingya hipotesis dinyatakan oleh Furchan yang mengungkapkan
setidaknya ada dua alasan yang mengharuskan penyusunan hipotesis. Kedua
alasan tersebut ialah:
1. Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah
mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan peneliatian di bidang
itu.
2. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data;
hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus
diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Dengan demikian
dapat dicegah terbuang sia-sianya waktu dan jerih payah peneliti. Perlu
ditekankan bahwa hal ini berlaku bagi semua jenis studi penelitian, tidak
hanya yang bersifat eksperimen saja. 4

Dalam penelitian, hipotesis merupakan hal yang sangat berguna.


Terkait dengan hal itu, Furchan mengungkapkan kegunaan hipotesis
penelitian, yaitu:
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang Untuk dapat
sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah
29

pendidikan, orang harus melangkah lebih jauh daripada sekedar


mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi
dan antar hubungan yang ada di antara fakta-fakta itu. Antar-hubungan
dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang penting bagi
pemahaman persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas
selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah
terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan
penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis itu dapat diuji dan divalidasi
(diuji keshahihannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat
membantu kita memperluas pengetahuan. 4
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung
dapat diuji dalam penelitian. Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung.
Penelitian memang dimulai dengan suatu pertanyaan, tatapi hanya
hubungan antara variable-variabel sajalah yang dapat diuji. Misalnya,
orang tidak akan menguji pertanyaan “Apakah komentar guru terhadap
pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil belajar secara nyata?”
Akan tetapi orang dapat menguji hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan
tersebut: “Komentar guru terhadap hasil pekerjaan murid menyebabkan
meningkatnya hasil belajar hasil belajar murid secara nyata”. Atau yang
lebih spesifik lagi, “Skor hasil belajar siswa yang menerima komentar
guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi daripada skor
siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka
sebelumnya”. Selanjutnya orang dapat meneliti hubungan antara kedua
variabel itu, yaitu komentar guru dan prestasi siswa. 4
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian. Hipotesis merupakan
tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat
data yang diperlukan guna menguji pernyataan tersebut. Secara sangat
sederhana, hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa yang harus
dilakukan. Fakta-fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang
ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang
menentukan relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis dapat memberikan dasar
30

bagi pemilihan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai.


Hipotesis juga dapat menunjukkan analisis statistik yang diperlukan agar
ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas, dengan mencegahnya menjadi
terlalu sarat. Sebagai contoh, lihatlah kembali hipotesis tentang latihan
prasekolah anak-anak kelas satu yang mengalami hambatan kultural.
Hipotesis itu menunjukkan metode penelitian yang diperlukan serta
sampel yang harus dipakai. Hipotesis itu pun bahkan menuntun peneliti
kepada tes statistik yang mungkin diperlukan untuk menganalisis data.
Dari pernyataan hipotesis itu, jelas bahwa peneliti harus melakukan
eksperimen yang membandingkan hasil belajar di kelas satu dari sampel
siswa yang mengalami hambatan kultural dan telah mengalami program
prasekolah dengan sekelompok anak serupa yang tidak mengalami
program prasekolah. Setiap perbedaan hasil belajar rata-rata kedua
kelompok tersebut dapat dianalisis dengan tes atau teknik analisis
variansi, agar dapat diketahui signifikansinya menurut statistik. 4
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penyelidikan Hipotesis akan sangat memudahkan peneliti kalau ia
mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan menyatakan kesimpulan
yang relevan dengan hipotesis itu. Artinya, peneliti dapat menyusun
bagian laporan tertulis ini di seputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis
semula, sehingga membuat penyajian itu lebih berarti dan mudah dibaca.

d. Cara Menguji Hipotesis


Setelah hipotesis dirumuskan dan dievaluasi menurut kriteria di atas,
hipotesis tersebut kemudian diuji secara empiris. Hipotesis tersebut harus lulus
dari tes empiris dan tes logika. Gagasan terbaik, pendapat para ahli, dan
deduksi pun kadang-kadang bisa menyesatkan. Pada akhirnya, semuanya itu
harus diuji melalui pengumpulan data yang teliti. Menurut Furchan untuk
menguji hipotesis peneliti harus:5
1. Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat
diamati apabila hipotesis tersebut benar.
31

2. Memilih metode-metode penelitian yang akan memungkinkan


pengamatan, eksperimentasi, atau prosedur lain yang diperlukan untuk
menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak, dan
3. Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis
untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau
tidak.5
e. Kriteria Hipotesis yang baik:

 Dikembangkan dengan teori yang sudah ada, penjelasan logis atau hasil
hasil penelitian sebelumnya.
 Hipotesis menunjukkan maksudnya dengan jelas.
 Hipotesis dapat diuji .
 Hipotesis ini lebih baik dibanding hipotesis kompetisinya. 5

d. Macam – macam hipotesa

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif, merupakan dugaan terhadap nilai satu variabel


dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori.
Contoh Hipotesis Deskriptif:

Permasalahan Penelitian: Apakah penerimaan terhadap proses “perdamaian


di Poso” mempunyai perbedaan pada mereka yang berasal dari suatu
lingkungan tertentu?

Asumsi:

1. Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang memungkinkan


keterbukaan untuk menerima proses perdamaian.
2. Nilai yang dianut seseorang merupakan dasar pengaruh bagi penerimaan
proses perdamaian.
32

3. Tingkat informasi yang dimiliki seseorang dapat memberikan pandangan


mengenai suatu proses perdamaian.5
Hipotesis Umum:

Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang terbuka lebih mudah
menerima proses perdamaian.

Hipotesis khusus:

1.Orang dengan pendidikan yang tinggi relatif lebih mudah menerima proses
perdamaian.
2.Orang yang berorientasi pada nilai-nilai yang moderen lebih menerima
proses perdamaian.
3.Orang yang memiliki banyak informasi lebih mudah menerima proses
perdamaian.
2. Hipotesis Korelasional/hubungan

Hipotesis korelasional adalah hipotesis yang berisi pernyataan


tentang hubungan antara dua atau lebih variabel. Jika pola hubungan antara
dua atau lebih variabel bersifat kausal (sebab-akibat) , maka hipotesisnya
disebut hipotesis kausalitas.5

Contoh Hipotesis Korelasional:

Permasalahan Penelitian: Hal-hal yang berhubungan dengan tingkat Hasil


Produksi suatu Perusahaan.

Asumsi:

1. Jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan berhubungan dengan tingkat


hasil produksi
2. Tenaga ahli akan sulit bekerja di bawah peraturan kerja yang ketat
3. Peraturan kerja dalam perusahaan berhubungan dengan tingkat hasil
produksi.3
33

Hipotesis:

Semakin besar jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan, semakin rendah
tingkat keketatan peraturan kerja perusahaan, berhubungan dengan menerima
proses perdamaian hasil produksi yang semakin meningkat.5

Hipotesis Korelasional terdiri dari hipotesis kausal dan korelasi

Hipotesis Kausalitas

Contoh Hipotesis Kausalitas:

Permasalahan Penelitian: Mengapa timbul kecenderungan melakukan tindakan


kriminal dalam suatu lingkungan masyarakat.

Asumsi:

1. Suatu lingkungan masyarakt mempunyai suatu daya absorbsi, yaitu daya


serap atau peredam terhadap suatu gejala sosial yang dapt menimbulkan
goncangan
2. Seseorang dapat merasa frustasi apabila merasa tersisihkan dari
lingkungan masyarakatnya.
3. Seseorang yang merasa frustasi lebih mudah dirangsang untuk cenderung
melakukan tindakan kriminal.6

Hipotesis:

Untuk mereka yang berada di lingkungan masyarakat yang sangat rendah


daya absorbsinya jika mereka merasa semakin tersisihkan dari lingkungan
masyarakat, maka mereka semakin mudah terangsang untuk cenderung
melakukan tindakan kriminal.

Hipotesis korelasi
34

Hipotesis korelasi (correlational hypothesis), merupakan hipotesis yang


mengatakan dua variabel terjadi bersamaantanpa diketahui mana yang
mempengaruhi yang lainnya.6

Contoh:

- HA : Terdapat hubungan positif antara besarnya kompensasi dan laba


perusahaan.

3. Hipotesis asosiasi

Pengukurana asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada


sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur
kekuatan hubungan antara dua variable.6

Hipotesa Kerja (Hk) dan Hipotesa Nol (Ho)

Hipotesa-hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat


deskriftif, relasional maupun hipotesa kausalitas disebut hipotesa kerja (Hk).
Supaya hipotesa kerja tersebut dapat diuji secara statistik, maka diperlukan
suatu hipotesa pembanding. Dalam penelitian sosial hipotesa pembanding
tersebut dibuat secara arbritrer yang berbentuk hipotesa nol (Ho). Hipotesa nol
(Ho) adalah formulasi/rumusan terbalik dari hipotesa kerja.6

Contoh Hipotesa Kerja (Hk):

1. Tindakan agresif lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang memiliki


tingkat kepadatan yang tinggi daripada yang memiliki tingkat kepadatan
rendah.
2. Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, suami-isteri yang
memiliki pekerjaan berpenghasilan tetap, mempunyai persepsi yang
rendah tentang nilai ekonomis anak, dan karena itu cenderung untuk lebih
menerima norma keluarga kecil. Keduanya menyebabkan persepsi mereka
yang tinggi tentang manfaat penggunaan kontrasepsi moderen, sehingga
35

niat serta penggunaan kontrasepsi moderen mereka relatif lebih tinggi bila
dibandingkan dengan suami-isteri yang memiliki pekerjaan berpenghasilan
tidak tetap.6

Contoh Hipotesa Nol (Ho):

1. Tidak terdapat perbedaan tindakan agresif antara masyarakat yang


memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan masyarakat yang memiliki
tingkat kepadatan penduduk yang rendah.
2. Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pasangan yang memiliki pekerjaan
berpenghasilan tetap dan berpenghasilan tidak tetap dalam persepsi
tentang nilai anak, norma keluarga kecil, persepsi tentang manfaat
kontrasepsi moderen, dan dalam niat menggunakan serta perilaku
kontrasepsi moderen.6
36

DAFTAR PUSTAKA

1. Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, dan Mix Design. Edisi Ketiga.Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
2. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara:
Yoryakarta.
3. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
4. Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2005.
5. Furchan, A., 2004, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
6. Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai