PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses
perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Dalam rancangan perencaan dimulai dengan megadakan
observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada
penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut. Rancangan
pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih
pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data
yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Secara umum desain atau metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam
penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui
validitasnya, dapat di uji melalui pengujian reliabilitas dan obyeksitas. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-angka. Angka-
angka tersebut digunakan sebagai representasi dari informasi yang didapatkan dalam penelitian.
Data yang didapatkan selama penelitian disajikan dalam bentuk angka, statistik dan
sebagainya yang kemudian dianalisa dan disimpulkan. Jadi penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang bersifat deduktif, yakni dari khusus ke umum atau bersifat menggenaralisasi data-data yang
didapatkan di lapangan kepada sebuah kesimpulan umum.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka rumusan masalah yang digunakan
adalah
1. Apa pengertian penelitian kuantitatif ?
2. Apa saja jenis-jenis penelitian kuantitatif ?
3. Apa kareteristik penelitian kuantitatif ?
4. Apa saja bentuk rumusan masalah ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Kita dapat memahami penelitian kuantitatif
2. Kita dapat mengetahui jenis-jenis penelitian kuantitatif
3. Kita dapat mengetahui karakteristik penelitian kuantitatif
BAB II
PEMBAHASAN
2) Penelitian survai
Survai (survey) digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari
sejumlah besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakter utama dari
survai:
a) Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan
beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti kemampuan, sikap,
kepercayaan, pengetahuan dari populasi.
b) Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis
walaupun bisa juga lisan) dari suatu popoulasi.
c) Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.
3) Penelitian ekspos fakto
Penelitian ekspos facto (expost facto research) meneliti hubungan sebab akibat
yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh
peneliti. Penelitian ekspos fakto mirip dengan penelitian eksperimental, tetapi tidak
ada pengontrolan variabel, dan biasanya juga tidak ada pra tes.
5) Penelitian korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan
variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan variabel lain dinyatakan dengan
besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi) secara statistik. Adanya
korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan
sebab-akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai
yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel
lainnya. Korelasi negatif berarti niliai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan
dalam nilai yang rendah dalam variabel lain. Korelasi yang tinggi antara tinggi badan
dengan berat badan, tidak berarti badan yang tinggi menyebabkan atau mengakibatkan
badan yang berat, tetapi antara keduanya ada hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi
yang sebaliknya yaitu ketidaksejajaran (korelasi negatif), badannya tinggi tetapi
timbangannya rendah (ringan).
Ciri-ciri penelitian korelasional adalah
a) Digunakan apabila ubahan-ubahan yang diteliti komplek atau tidak dapat diteliti
dengan metode ekspperimen.
b) Memungkinkan pengukuran beberapa ubahan sekaligus.
c) Apa yang diperoleh adalah kadar(degree) hubungan, bukan ada atau tidak adanya
pengaruh diantara ubahan yang diteliti.
Langkah-langkah pokok penelitian korelasional adalah
a) Pilih dan rumuskan masalah yang akan diteliti
b) Lakukan studi literatur
c) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, identifikasi ubahan yang relevan
untuk diteliti
d) Tentukan sampel, susun dan pilih instrumen yang cocok serta tentukan teknik
analisis data
e) Kumpulkan data
f) Analisis data dan interpretasi
g) Susun laporan penelitian
Kelemahan penelitian korelasional adalah
a) Hasil penelitian hanya mengidentifikasi” apa sejalan dengan apa”
b) Penelitian tipe ini tidak dapat dilakukan kontrol atau manipulasi terhadap
peristiwa yang akan diteliti
c) Unsur-unsur yang dipakai kurang andal dan belum canggih
d) Pola hubungan sering dibuat-buat dan kadang kadang meragukan dan kabur
e) Sering merancang penggunaannya sebagai shotgun reesearch, yaitu melakukan
penelitian sekali tembak dengan memasukkan berbagai data tanpa pilihan yang
mendalam
6) Penelitian tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan
pada pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap
masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap
manajemen disekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun
peningkatan hasil kegiatan. Penelitian tindakan juga biasa dilakukan dengan meminta
bantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Penelitian tindakan demikian
diklarifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau collaborative action
research. Penelitian tindakan kolaboratif selalu diarahkan kepada perbaikan proses
dan hasil juga bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab penelitian
kolaboratif merupakan bagian dari program pengembangan staf.
Langkah-langkah penelitian tindakan yaitu
a) Mengidentifikasikan area yang akan dijadikan masalah penelitian.
b) Menformunilasikan rencana tindakan.
c) Tindakan dan pengamatan
d) Evaluasi tindakan
e) Refleksi
Ciri-ciri penelitian tindakan sebagai berikut :
a) Bersifat praktis dan relevan dengan situasi aktual dalam masyarakat.
b) Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah atau
pengembangan.
c) Fleksibel dan adaptif
d) Partisipatori
e) Self evaluation
7) Penelitian Eksploratif
Penelitian Eksploratif adalah studi penjajakan, terutama sekali dalam pemantapan
konsep yang akan digunakan dalam ruang lingkup penelitian yang lebih luas dengan
jangkauan konseptual yang lebih besar.
Ciri-ciri penelitian eksploratif:
a) Menyelidiki memeriksa atau menemukan sesuatu apa adanya
b) Penelitian ini terbatas sampelnya
c) Sifat penelitian ini merupakan penjajakan bukan menerangkan fenomena
d) instrumen yang dipakai harus mampu mengungkapkan sebanyak mungkin
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian
e) Bentuk pertanyaan bersifat terbuka
b. Eksperimental
Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif, karena
semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini.
Penelitian eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa juga dilakukan
diluar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prisnsip-prinsip penelitian
laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhi jalannya
eksperimen.Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yaitu :
2) Pre-experimental Designs (Nondesign)
Pre-experimentaldesigns belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh
karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
variabel dependen jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan
semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak
adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Bentuk Pre-
experimental designs ada beberapa macam yaitu :
a) One-Shot Case Study, yaitu satu kelompok eksperimen diberikan sebuah stimulus
kemudian diukur variabel dependennya (posttest), tanpa ada kelompok
pembanding. Paradigma dalan penelitian eksperimen model ini dapat
digambarkan seperti berikut:
X =¿treatment yang diberikan (variabel independen)
XO
O=¿ Observasi (variabel dependen)
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Model Number Head Together(NHT)
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik” dapat
menggunakan desain one-shot case study, yaitu peserta didik kelompok
eksperimen diberikan treatment berupa pembelajaran menggunakan model
Number Head Together (NHT). Setelah selesai pemberian treatment, peserta didik
kelompok eksperimen diberikan posttest untuk mengetahui pengaruh Number
Head Together (NHT) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
peserta didik.
b) One Grouppretest-posttest design, yaitu sekelompok eksperimen diukur variabel
dependennya (pretest), kemudian diberikan stimulus, dan diukur kembali variabel
dependennya (posttest), tanpa ada kelompok pembanding.
O1=¿ nilai pretest
O1 X O2
O2=¿ nilai posttest
Pengaruh perlakuan ¿(O 2 −O 1)
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Model Number Head Together (NHT)
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik” dapat
menggunakan desain one-group pretest-posttest design, yaitu peserta didik
kelompok eksperimen diberikan pretest (O1) untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik.Kemudian peserta didikdiberikan treatment (X) berupa
pembelajaran menggunakan model Number Head Together (NHT).Setelah selesai
pemberian treatment, peserta didikkelompok eksperimen diberikan posttest (O2)
untuk mengetahui pengaruh Number Head Together (NHT) terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta didik.
c) Intact-Group Comparison, yaitu terdapat satu kelompok yang digunakan untuk
penelitian, tetapi dibagi dua, setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi
perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
O1=¿ hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi
X O1
perlakuan
O2 O2=¿ hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak
diberi perlakuan
Pengaruh perlakuan¿ O1−O2
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Model Number Head Together (NHT)
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik” dapat
menggunakan desain intact group comparison, yaitu peserta didikkelompok
eksperimen diberikan treatment ( X ) berupa pembelajaran menggunakan model
Number Head Together (NHT), sedangkan peserta didik kelompok kontrol
diberikan treatment berupa pembelajaran yang tidak menggunakan modelNumber
Head Together (NHT). Setelah selesai pemberian treatment, peserta
didikkelompok eksperimen diberikan posttest (O 1) untuk mengetahui pengaruh
Number Head Together (NHT) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika peserta didikdan sebagai pembanding juga dilakukan posttestpada
kelompok kontrol (O2).
Seperti telah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain pre-experiment itu bila
diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-variabel luar yang masih
berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi
rendah.
R1 X O1
R2 O 2
Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih
secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan ( X ) dan kelompok yang
lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh
adanya perlakuan (treatment) adalah (O 1 :O 2 ¿. Dalam penelitian yang
sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-
test misalnya.Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh
secara signifikan.
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Inkuiry terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik” dapat menggunakan
desain posttest only control, yaitu peserta didik kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sama-sama dipilih secara acak ( R1dan R2).Kemudian peserta
didik kelompok eksperimen diberi treatment ( X ) berupa pembelajaran
menggunakan metode inkuiry, sedangkan peserta didik kelompok kontrol
diberikan treatment berupa pembelajaran yang tidak menggunakanmetode
inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, peserta didik kelompok eksperimen
diberikan posttest (O1) untuk mengetahui pengaruh metode inkuiry terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik dan posttest pada kelompok
kontrol (O 2).
b) Pretest-Posttest Control Group Design
R O 1 X O2
R O3 O 4
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai
kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah
(O2−O 1 ¿−(O4 −O 3).
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Inkuiry terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik” dapat menggunakan
desain the pretest-posttest control group design, yaitu peserta didik kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama dipilih secara acak ( R1dan R2).
Untuk mengetahui kemampuan awalnya, peserta didikkelompok eksperimen
diberi pretest (O1) dan kelompok kontrol diberi pretest (O2).Kemudian peserta
didikkelompok eksperimen diberi treatment (X ) berupa pembelajaran
menggunakan metode inkuiry, sedangkan peserta didikkelompok kontrol
diberikan treatment (C) berupa pembelajaran yang tidak menggunakanmetode
inkuiry.Setelah selesai pemberian treatment, peserta didikkelompok eksperimen
diberikan posttest (O 3) untuk mengetahui pengaruh metode inkuiry terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis peserta didikdan posttest pada kelompok
kontrol (O 4 ).
4) Factorial Design
Desain faktorial merupakan modifikasi dari desain true experimental yaitu
dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi
perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma desain
faktorial dapat digambarkan seperti berikut.
R O1 X Y 1 O2
R O3 Y 1 O 4
R O 5 X Y 2 O6
R O7 Y 2 O8
Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-
masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap
kelompok nilai pretestnya sama. Jadi O 1=O 3=O5 =O 7. Dalam hal ini variabel
moderatornya adalah Y 1 dan Y 2.
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran
PemecahanMasalah Berbasis Masalah Matematika Otentik Terhadap Kemampuan
Memecahkan Masalah Matematika DitinjauDari Kemampuan Berbahasa Indonesia”.
Adapun variabel bebas dan variabel terikat dari penelitian ini secara berturut-turut
adalah Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Masalah Matematika
Otentik dan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika. Sebagai variabel
peninjau (variabel moderator) adalah kemampuan berbahasa Indonesia, yaitu peserta
didik dengan kemampuan berbahasa Indonesia tinggi (Y 1) dan peserta didik dengan
kemampuan berbahasa Indonesia rendah (Y 2 ).
Treatment/perlakuan (strategi pembelajaran pemecahanmasalah berbasis
masalah matematika otentik) dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang
telah diberi pretest (O1=kelompok peserta didik dengan kemampuan berbahasa
Indonesia tinggi) dan kelompok eksperimen ke dua yang telah diberi pretest (O 5=
kelompok peserta didik dengan kemampuan berbahasa Indonesia rendah). Pengaruh
perlakuan ( X ) terhadap kemampuan memecahkan masalah matematika untuk
kelompok peserta didik dengan kemampuan berbahasa Indonesia tinggi
¿(O2 −O2)−(O4 −O3). Pengaruh perlakuan ( X ) terhadap kemampuan memecahkan
masalah matematika untuk kelompok peserta didik dengan kemampuan berbahasa
Indonesia rendah¿(O 6 −O 5)−(O 8 −O 7).
Apabila terdapat perbedaan pengaruh strategi pembelajaran pemecahanmasalah
berbasis masalah matematika otentik terhadap kemampuan memecahkan masalah
matematika antara kelompok peserta didik dengan kemampuan berbahasa Indonesia
tinggi dan peserta didik dengan kemampuan berbahasa Indonesia rendah, maka
penyebab utamanya adalah bukan karena treatment yang diberikan, tetapi karena
adanya variabel moderator, yang dalam hal ini adalah kemampuan berbahasa
Indonesia. Ada pengaruh positif penerapan strategi pemecahan masalah berbasis
masalah matematika otentik terhadap kemampuan memecahkan masalah matematika
pada peserta didik dengan kemampuan berbahasa Indonesia tinggi.Ada pengaruh
negatif penerapan strategi pemecahan masalah berbasis masalah matematika otentik
terhadap kemampuan memecahkan masalah matematika pada peserta didik dengan
kemampuan berbahasa Indonesia rendah.
O1 O2 O3 O 4 X O5 O 6 O7 O8
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat
dipilih secara random. Sebelumnya diberi perlakuan, kelompok diberi pretest
sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan
keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali
ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak
menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat
diketahui dengan jelas maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya
menggunakan satu kelompok saja., sehingga tidak memerlukan kelompok
kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah O 1=O2=O3 =O4 dan hasil perlakuan
yang baik adalahO5=O6 =O7=O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah
¿(O5 +O6 +O7 +O8 )−(O1+O2 +O3 +O4 ).
Desain time series sebagai kuasi eksperimen memiliki ciri adanya
pengukuran yang berulang-ulang, baik sebelum maupun sesudah perlakuan
terhadap satu atau beberapa intact group.
A
O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7 O8
Hasil penelitian yang paling baik adalah ditunjukkan pada Grafik A. Hasil
pretest menunjukkan keadaan kelompok stabil dan konsisten (O 1=O2=O3 =O 4 )
setelah diberi perlakuan keadaannya meningkat secara konsisten
(O5=O6 =O7=O 8 ).
Grafik B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang
sedang dieksperimen, tetapi setelah itu kembali lagi pada posisi semula. Grafik C
memperlihatkan pengaruh luar lebih berperan dari pada pengaruh perlakuan,
sehingga grafiknya naik terus. Grafik D menunjukkan keadaan kelompok tidak
menentu.
Pada banyak penelitian terutama di sekolah, tidak mungkin memberikan
delapan sampai sepuluh kali instrument yang sama. Meskipun itu mungkin,
pertanyaan yang serius muncul terkait validitas instrument.
O1 X O2
O3 O 4
Keterangan :
O1danO3=¿ kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment
O2=¿ kelas eksperimen setelah diberikan treatment
O2=¿ kelas kontrol setelah diberikan treatment dengan pembelajaran
seperti biasa atau konvensional
X =¿treatment/perlakuan
Contoh penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Problem Solving
terhadap Kemampuan KoneksiMatematika Peserta Didik”. Penggunaan
Nonequivalent Control Group Design dalam penelitian ini untuk melihat
kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, dimana kelas eksperimen
pada awalnya memiliki kemampuan yang sama dengan kelas kontrol. Pengujian
Pretest dilakukan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui
apakah kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Setelah diketahui
jika kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, maka dilakukan
pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan problem
solving oleh peneliti selama dua kali pertemuan, dan kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran biasa atau konvensional oleh guru kelas, selama dua
kali pertemuan. Setelah dua kali pertemuan maka akan dilakukan posttest pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui berapa besar perubahan
yang dialami kedua kelas tersebut
A. Kesimpulan
Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian kuantitatif yaitu:
1. Noneksperimental
a. Penelitian deskriptif
b. Penelitian Survai
c. Penelitian Ekspos fakto
d. Penelitian Komparatif
e. Penelitian Korelasional
f. Penelitian Tindakan
g. Penelitian Eksplorasi
2. Eksperimental
a. Pre-experimental Designs (Nondesign)
1) One-Shot Case Study,
2) One Group pretest-posttest design
3) Intact-Group Comparison,
b. True Experimental Design
1) Posttest-Only Control Design
2) Pretest-Posttest Control Group Design
c. Factorial Design
d. Quasi Experimental Design
1) Time-Series Design
2) Nonequivalent Control Group Design
Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data. Masalah merupakan dasar untuk menentukan rumusan masalah.Bentuk-bentuk
rumusan masalah penelitian adalah:
a. Rumusan masalah deskriptif
b. Rumusan masalah komparatif
c. Rumusan masalah assosiatif,
Tiga bentuk hubungan antara variabel pada rumusan masalah assosiatif yaitu
1) Hubungan simetris
2) Hubungan kausal
3) Hubungan interaktif
d. Rumusan masalah komparatif-assosiatif
B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, Bambang, dan Lina Miftahul Jannah. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Offset
Zakiyyah, Fithri. 2013. “Masalah dan Perumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif”. (Online), (https://hidrosita.wordpress.com/2013/02/17/masalah-dan-perumusan-
masalah-dalam-penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif/, diakses tanggal 2 September 2019)
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta:PRENADA MEDIA GROUP