Anda di halaman 1dari 16

DRAFT PROPOSAL

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS PESERTA DIDIK DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN SE-KEC.
KAMANG MAGEK, KAB. AGAM

Diajukan sebagai syarat untuk


mengikuti Ujian BAB Penelitian Kuantitatif

Oleh:

MEGA ANGGRAINI
NIM. 19205021

Dosen Pembimbing
Dr. ARMIATI, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Apa yang terjadi?
Rendahnya Hasil belajar matematika peserta didik di kelas VIII
SMPN Se- Kec. Kamang Magek dikarenakan peserta didik yang kurang
mampu dalam kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan
pemecahan masalah matematis.
2. Apa penyebabnya?
a. Peserta didik yang kesulitan dalam mengkomunikasikan ide-ide
matematika secara jelas kepada peserta didik yang lain dan pendidik
secara lisan maupun tulisan, serta peserta didik juga terlihat ragu
memahami pelajaran matematika dengan model pembelajaran biasa dan
banyak dari peserta didik yang tidak memperhatikan pendidik saat
menerangkan pembelajaran di depan kelas, namun di beberapa waktu
jika pendidik memperhatikan peserta didik dan menerangkan di meja
masing-masing peserta didik terlihat lebih antusias dalam mengerjakan
soal-soal latihan yang diberikan oleh pendidik.
b. Jika guru memberikan soal yang berbeda dengan contoh sebelumnya
hanya beberapa peserta didik yang mampu menyelesaikan dan peserta
didik lainnya lebih suka menunggu kemudian menyalin tugas peserta
didik lainnya dari pada berfikir atau bertanya menyebabkan tidak
berkembang pengetahuan penalaran peserta didik karena penalaran itu
dilatih melalui pembelajaran matematika.
c. Peserta didik mengalami kesulitan dalam menerjemahkan atau
menafsirkan ide atau gagasan matematika yang terkandung dalam soal
dan menggambarkannya dalam bentuk visual sehingga peserta didik
tidak dapat menyusun model matematika dengan benar untuk dapat
menyelesaikan soal tersebut.
d. Siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal berbentuk cerita yang
terkait dengan dunia nyata.

2
e. Siswa kurang mampu menemukan maksud dan permasalahan yang
harus dipecahkan serta kurang mampu dalam mengkomunikasikan
permasalahan sehingga tidak bias memecahkan masalah tersebut.
3. Apa akibat yang ditimbulkannya?
a. Peserta didik kurang paham atas apa yang telah dijelaskan oleh
pendidik di depan kelas atau peserta didik yang lain, karena, peserta
didik yang kurang mampu dalam mengkomunikasikan ide-ide
matematika mereka dan mereka cenderung menunggu pendidik untuk
dijelaskan di meja masing-masing agar peserta didik paham.
b. Kurangnya kemampuan komunikasi akan berdampak pada kemampuan
pemecahan masalah peserta didik.
c. Peserta didik kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang berbentuk
soal cerita.
d. Suasana pembelajaran menjadi kurang kondusif jika peserta didik pasif
dan kurangnya berkomunikasi baik dengan pendidik atau sesamanya.
e. Tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Dampak dalam jangka panjang,
paradigma peserta didik bahwa matematika itu sulit akan terus tertanam
dalam pikirannya.
4. Apa solusinya?
Solusi yang ditawarkan adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning
5. Kenapa menawarkan solusi tersebut
Model ini menuntut peserta didik untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pembelajaran matematika melalui berbagai fase ilmiah.
Misalnya, pada fase mengorganisasi peserta didik untuk belajar, peserta
didik dituntut untuk mengkomunikasikan permasalahan yang disajikan ke
dalam bentuk ekspresi matematika. Kemudian, dalam mengevaluasi hasil
pemecahan masalah. Peserta didik juga dituntut untuk berpikir objektif dan
rasional. Selain itu dengan menggunakan model pembelejaran ini akan
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik serta
kemampuan pemecahan masalah peserta didik, sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan akan tercapai.

3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan
permasalahan-permasalahan yang muncul, yaitu:
1. Peserta didik kesulitan mengkomunikasikan ide-ide matematika secara
jelas kepada peserta didik yang lain dan pendidik secara lisan maupun
tulisan.
2. Kurangnya antusias peserta didik dalam pembelajaran matematika
3. Pendidik masih menerapkan pembelajaran biasa di kelas.
4. Peserta didik mengalami kesulitan dalam menerjemahkan atau
menafsirkan ide atau gagasan matematika yang terkandung dalam soal.
5. Siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal berbentuk cerita yang
terkait dengan dunia nyata.
6. Siswa kurang mampu menemukan maksud dan permasalahan yang harus
dipecahkan serta kurang mampu dalam mengkomunikasikan permasalahan
sehingga tidak bisa memecahkan masalah tersebut.
7. Kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang masih rendah
8. Kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik yang maih
rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas dan agar
peneliti lebih terarah, maka kajian dalam penelitian ini dibatasi pada
1. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas VIII
SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas
VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang belajar
melalui model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada
kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang belajar melalui
model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek?

4
2. Apakah kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal tinggi yang belajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan
komunikasi matematis peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek?
3. Apakah kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal rendah yang belajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan
komunikasi matematis peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek?
4. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang
belajar melalui model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik
dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang
belajar melalui model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec.
Kamang Magek?
5. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal tinggi yang belajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek?
6. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal rendah yang belajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang
belajar melalui model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik
dari pada kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang belajar
melalui model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang
Magek.

5
2. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal tinggi yang belajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan
komunikasi matematis peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
3. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal rendah yang belajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan
komunikasi matematis peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
4. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik yang belajar melalui model pembelajaran Problem Based Learning
lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik yang belajar melalui model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N
Se-Kec. Kamang Magek.
5. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik yang mempunyai kemampuan awal tinggi yang belajar melalui
model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar
melalui model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang
Magek.
6. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik yang mempunyai kemampuan awal rendah yang belajar melalui
model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar
melalui model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang
Magek.
F. Manfaat Penelitian
Pada bagian ini akan memaparkan manfaat yang dapat diperoleh dari
hasil penelitian yang akan dilakukan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:
1. Peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh dan meningkatkan
profesional diri serta sebagai bekal untuk menjadi pendidik.

6
2. Bagi peserta didik, dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematis
3. Bagi pendidik matematika, dapat memberikan masukan terhadap
rancangan pembelajaran yang dilakukan.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Menjelaskan tentang teori-teori apa saja yang dibutuhkan setelah
masalah penelitian dirumuskan. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan teori
yang dibutuhkan, yaitu:
1. Pembelajaran Matematika
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu
yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuh atau karakteristik seseorang sejak lahir. Sedangkan
pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru
2. Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2009: 21), model dimaknakan sebagai suatu objek
atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sebagai
contoh, model pesawat terbang yang terbuat dari kayu, plastik, dan lem
adalah model nyata dari pesawat terbang. Dalam matematika kita juga
mengenal istilah model matematika yaitu sebuah model yang bagian-
bagiannya terdiri dari konsep matematik, seperti ketetapan (konstanta),
variabel, fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya.
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Nurhadi (2004) dalam mrsigitblog.wordpress.com,
pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah suatu model pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran. Sedangkan, pengertian pembelajaran berbasis masalah
ialah proses kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan atau
memunculkan masalah dunia nyata sebagai bahan pemikiran bagi peserta
didik dalam memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari

8
suatu materi pelajaran. Strategi dalam Problem Based Learning ini adalah
memberikan masalah dan tugas yang akan dihadapi dalam dunia kerja
kepada peserta didik sekaligus usahanya dalam memecahkan masalah
tersebut.
Dalam model pembelajaran Problem Based Learning, ada 5 (lima)
tahap yang dimulai dengan pendidik memperkenalkan peserta didik dengan
suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta
didik. Kelima tahap tersebut disajikan dalam Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1
Sintaks dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning
No Tahap Tingkah Laku Tingkah Laku
Pendidik Peserta Didik

1 Orientasi peserta didik Menjelaskan tujuan Mencermati


pada masalah pembelajaran, dan memahami
menjelaskan logistik masalah atau
yang dibutuhkan, kasus yang
mengajukan fenomena dijelaskan
atau demonstrasi atau pendidik.
cerita untuk
memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam
pemecahan masalah
yang dipilih

2 Mengorganisasikan Membantu peserta didik Membantu


peserta didik untuk mendefinisikan dan kelompok
belajar mengorganisasikan diskusi dan
tugas belajar yang menyiapkan
berhubungan dengan bahan-bahan
masalah tersebut. diskusi

3 Membimbing Mendorong peserta didik Mempelajari


penyelidikan untuk materi/teori
individual maupun mengumpulkaninformasi pendukung dan
kelompok yang sesuai, mendiskusikan
melaksanakan masalah atau
eksperimen, untuk kasus yang
mendapatkan penjelasan diberikan.
dan pemecahan masalah.

4 Mengembangkan dan Membantu peserta didik Menuliskan


menyajikan hasil karya dalam merencanakan dengan rapi

9
No Tahap Tingkah Laku Tingkah Laku
Pendidik Peserta Didik

dan menyiapkan karya hasil diskusi


yang sesuai laporan, dan
video, dan model serta dipresentasikan
membantu mereka untuk di depan kelas
berbagi tugas dengan dan kelompok
temannya. lain
menanggapi.

5 Menganalisis dan Membantu peserta didik Melakukan


mengevaluasi proses untuk melakukan refleksi dan
pemecahan masalah refleksi atau evaluasi evaluasi serta
terhadap penyelidikan memperbaiki
mereka dan proses- hasil diskusi
proses yang mereka berdasarkan
gunakan. masukan pada
saat presentasi.

Sumber: Ibrahim & Nur dalam Trianto (2009)

4. Kemampuan Komunikasi Matematis


Menjelaskan tentang pengertian kemampuan komunikasi matematis
serta indikator-indikator dalam kemampuan komunikasi matematis. Adapun
dari indikator-indikator tersebut akan ditentukan indikator mana saja yang
digunakan dalam penelitian ini.
5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Menjelaskan tentang pengertian kemampuan pemecahan masalah
matematis serta indikator-indikator dalam kemampuan pemecahan masalah
matematis. Adapun dari indikator-indikator tersebut akan ditentukan
indikator mana saja yang digunakan dalam penelitian ini.
6. Kemampuan Awal
Menjelaskan tentang pengertian kemampuan awal dan tujuan serta
manfaat mengetahui kemampuan awal peserta didik.
7. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional dapat juga dikatakan sebagai
pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas. Jadi, pada bagian ini akan

10
dijelaskan bagaimana pembelajaran yang biasanya dilakukan guru selama di
kelas.

B. Penelitian yang Relevan


Suatu penelitian sebelumnya yang sudah pernah dibuat dan dianggap
cukup relevan atau mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan
diteliti yang berguna untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
dengan pokok permasalahan yag sama. Penelitian relevan dalam penelitian
juga bermakna berbagai referensi yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dibahas.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan kajian teori, hipotesis penelitian ini adalah:

1. Kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang belajar melalui


model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada
kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang belajar melalui
model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
2. Kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang mempunyai
kemampuan awal tinggi yang belajar melalui model pembelajaran
Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan komunikasi
matematis peserta didik yang belajar melalui model pembelajaran biasa di
kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
3. Kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang mempunyai
kemampuan awal rendah yang belajar melalui model pembelajaran
Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan komunikasi
matematis peserta didik yang belajar melalui model pembelajaran biasa di
kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar
melalui model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar
melalui model pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang
Magek.

11
5. Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal tinggi yang belajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
6. Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal rendah yang belajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran biasa di kelas VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian eksperimen
semu (quasi eksperimen). Penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen yang akan memperoleh perlakuan dengan model
pembelajaran Problem Based Learning dan kelompok kontrol yang
mendapatkan pembelajaran konvensional. Variabel pada penelitian ini terdiri
dari
1. Variabel bebas yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran Problem
Based Learning
2. Variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik
Desain penelitian yang digunakan adalah The Static Group
Comparison: Randomized Control Gruop Only Design. Dalam rancangan ini,
sekelompok sampel yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan
secara rambang menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kedua kelas tersebut diasumsikan sama dalam semua hal yang relevan,
namun berbeda dalam pemberian perlakuan. Kelas eksperimen diberikan
perlakuan dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based
Learning, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
biasa. Adapun bentuk rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut.
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Kelas Sampel Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen X T

Kontrol - T

Sumber: Sukardi (2003: 185)

13
Dengan:
X : Pembelajaran menerapkan model pembelajaran PBL.
O : pembelajaran menerapkan pembelajaran biasa.
T : Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
- : Tidak ada perlakuan.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) populasi adalah
keseluruhan objek penelitian. Pada rancangan penelitian ini yang
direncanakan akan menjadi populasi penelitian adalah peserta didik kelas
VIII SMP N Se-Kec. Kamang Magek.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2010:80) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus representatif. Menurut Suharsimi Arikunto
(2010:174) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Dalam rancangan penelitian ini akan dipilih dua kelas sampel
yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang
akan digunakan adalah random sampling. Pengambilan sampel dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan nilai ujian atau ulangan harian siswa kelas VIII SMP N
Se- Kec. Kamang Magek
b. Menguji kesamaan rata-rata dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Melakukan uji normalitas untuk setiap kelompok data. Uji
normalitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji MINITAB.
2) Melakukan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji
Barlett. Uji homogenitas variansi bertujuan untuk mengetahui

14
apakah data dari populasi mempunyai variansi yang homogen atau
tidak.
3) Jika data dari populasi memiliki kesamaan rata-rata, maka sampel
dapat dipilih secara acak.
C. Prosedur Penelitian
Akan menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan selama
penelitian mulai dari :
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan (pada kelas eksperimen dan kelas kontrol)
3. Tahap akhir
D. Pengembangan Instrumen
Penelitian ini direncanakan menggunakan beberapa instrumen untuk
mengumpulkan data, yaitu tes kemampuan awal, tes akhir untuk menguji
kemampuan komunikasi matematis peserta didik dan kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik pada kedua kelas sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang direncanakan akan digunakan adalah
tes kemampuan awal dan tes akhir. Tes kemampuan awal ini akan divaliditas
terlebih dahulu oleh validator dan diuji cobakan kepada siswa diluar kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tes akhir yang diberikan bertujuan untuk
menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Soal-soal tes berupa soal
dan kemampuan komunikasi matematis peserta didik dan kemampuan
pemecahan masalah peserta didik yang dirancang berdasarkan indikator yang
telah ditentukan. Soal-soal tes sebelum diberikan juga dilakukan uji coba tes.
F. Teknik Analisis Data
Akan menjelaskan tentang teknik analisis data apa saja yang akan
digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Tes kemampuan awal dianalisis dengan menggunakan uji kesamaan rata-
rata dengan asumsi data berdistribusi normal dan homogen. Uji kesamaan
rata-rata ini dilakukan pada hasil tes kemampuan awal yang diperoleh dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol.

15
2. Tes akhir, analisis data yang akan dilakukan yaitu analisis tes yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.
Menganalisis data hasil penelitian digunakan uji t. Langkah-langkah
menganalisis datanya, yaitu:
a. Uji normalitas
b. Uji homogenitas
c. Uji hipotesis

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RND. Bandung:


Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

16

Anda mungkin juga menyukai