Anda di halaman 1dari 22

Nama : Andri Saputra

NIM : 6411419108
Kelas : 4C
Ulangan Tengah Semester Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif

A. Pengantar Metodologi Penelitian Kuantitatif


1. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2008: 13), metode penelitian kuantitatif yakni metode yang
digunakan untuk mengkaji pada populasi atau sampel tertentu, cara pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode yang berdasarkan pada data statistik dan menggunakan dasar
berupa angka.

2. Tujuan Metode Penelitian Kuantitatif


Tujuan penelitian kuantitatif adalah menggunakan teknik yang matematis,
hipotesis yang berkaitan dengan suatu penelitian serta untuk menentukan hubungan
antara variabel satu dengan variabel yang lain dalam sebuah populasi (Admin Jurnal
Manajemen, 2020). Proses pengukuran memberikan hubungan yang mendasar antara
observasi empiris dan matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Metode ini juga
banyak digunakan dalam bidang penelitian ilmu alam maupun sosial, baik fisika,
biologi, hingga sosiologi.

3. Jenis Metode Penelitian Kuantitatif


Melansir dalam pelajaran.co.id (Min, 2016), penelitian kuantitatif terdapat
beberapa metode atau jenis penelitian yang digunakan, di antaranya sebagai berikut:
a. Metode Deskriptif
Pada metode ini mempelajari tentang masalah yang ada di dalam masyarakat
dan juga tata cara yang digunakan dalam masyarakat dan pada masalah
tertentu.

Metode deskriptif merupakan penggambaran suatu objek dan subjek studi


tanpa adanya rekayasa. Termasuk mengenai hubungan tentang kegiatan,
pandangan, sikap dan proses-proses yang berpengaruh dalam suatu penelitian
yang terjadi.

b. Metode Komparatif
Metode komparatif umumnya digunakan pada jenis studi yang mengarah pada
perbedaan variabel dalam suatu aspek yang diteliti. Pada metode ini tidak
terjadi sebuah manipulasi dari peneliti, hingga datanya benar-benar akurat.
Metode ini dilakukan semurni mungkin dari pengumpulan data. Dan hasilnya
dapat dianalisis secara statistik untuk mencari suatu perbedaan variabel yang
sedang diteliti.

c. Metode Korelasi
Merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dua atau
lebih fakta dan juga sifat-sifat objek yang sedang diteliti.

Metode ini dilakukan untuk membandingkan antar persamaan dengan


perbedaan atau fakta berdasarkan hipotesis yang sudah ada sehingga hasilnya
dapat terlihat jelas.

d. Metode Survei
Metode survei adalah metode yang paling mendasar untuk semua metodologi
dan studi penelitian kuantitatif. Survei dilakukan untuk mengajukan
pertanyaan kepada sampel responden, menggunakan berbagai jenis cara
seperti jajak pendapat online, survei online, kuesioner kertas, survei intersepsi
web, dan lain-lain.

e. Metode Ex Post Facto


Metode ini digunakan ketika sedang meneliti hubungan antara sebab dan
akibat dari suatu objek yang sedang diteliti, peneliti dengan bebas dapat
memanipulasi hasil penelitian tersebut.. Adanya hubungan sebab dan akibat
berdasarkan atas kajian teoritis, jika suatu variabel tertentu dapat
mengakibatkan variabel tertentu lainya.

f. Metode True Experiment


Pada metode ini, peneliti dapat dengan bebas mengontrol variabel luar yang
ada, dan dapat mempengaruhi jalannya suatu eksperimen. Ciri utama dari
metode tersebut yaitu sampel yang digunakan untuk melakukan eksperimen
yaitu dapat diambil secara acak dari populasi tertentu.

g. Metode Quasi Experiment


Desain dan rancangan dalam Metode Quasi Experiment mempunyai kelompok
kontrol yang dapat membantu proses penelitian, akan tetapi tidak berfungsi
sepenuhnya karena untuk mengontrol variabel-variabel luar yang masih
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

h. Metode Subjek Tunggal


Dalam metode ini biasa dilakukan terhadap subjek dengan jumlah tunggal
saja.

4. Perbedaan Antara Metode Penelitian Kuantitatif dengan Metode Penelitian Kualitatif


Melansir dari jurnalmanajemen.com berikut perbedaan antara metode penelitian
kuantitatif dengan metode penelitian kualitatif:
Metode Kualitatif Metode Kuantitatif
Berlandaskan pada kejadian yang ada, Berlandaskan pada positivisme logika,
perhatian tertuju pada pemahaman tingkah mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari
laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu gejala sosial dengan mengesampingkan
sendiri. keadaan individu-individu.
Pengamatan berlangsung secara alamiah dan Pengamatan dilandasi pengukuran yang
tidak bisa dikendalikan dikendalikan
Bersifat subjektif Bersifat objektif
Dekat dengan data,  bertolak dari perspektif
Jauh dari data, bertolak dari sudut pandangan
dari “dalam” individu atau masyarakat yang
dari “luar”
diteliti
Penelitian bersifat mendasar, ditujukan pada Penelitian bersifat tidak mendasar, ditujukan
penemuan, menekankan pada perluasan , pada pengujian, menekankan penegasan,
bersifat deskriptif, dan induktif. reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetis.
Berorientasi pada proses Berorientasi pada hasil
 Valid, data bersifat mendalam, kaya, dan
Reliabel, data ‘keras’ dan dapat diulang
nyata
 Tidak dapat digeneralisasikan, studi di atas Dapat digeneralisasikan, studi atas banyak
kasus tunggal kasus
 Mengasumsikan adanya realitas yang bersifat
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil
dinamik
Bersifat holistik  Bersifat partikularistik

5. Kelebihan Metode Penelitian Kuantitatif


Melansir dari jurnalmanajemen.com berikut beberapa kelebihan dari metode
penelitian kuantitatif:
a. Mendukung penelitian yang cakupannya makro karena bisa melibatkan subjek
penelitian dalam jumlah besar yang mendukung proses generalisasi.
b. Didesain untuk menghasilkan penjelasan yang sifatnya umum atau general
dari suatu fenomena dengan menggunakan beberapa variabel.
c. Desain penelitian bisa diterapkan dan dianalisis relevansinya di tempat lain,
karena mampu mengaplikasikan angka rata-rata dari suatu perhitungan.
d. Bisa dilakukan studi perbandingan secara objektif.
e. Potensi bias yang bersifat personal dapat dihindari dengan cara peneliti
menjaga jarak dengan partisipan yang diteliti dan dengan cara menggunakan
software komputer dalam menganalisis data.

6. Kekurangan Metode Penelitian Kuantitatif


Melansir dari jurnalmanajemen.com berikut beberapa kekurangan dari metode
penelitian kuantitatif:
a. Sering kali mengabaikan detail konteks sosial yang diteliti.
b. Pendekatannya bersifat statis dan kaku sehingga tidak fleksibel ketika
pelaksanaan di lapangan.
c. Memiliki potensi bias yang bersifat struktural karena perumusan masalah
biasanya merefleksikan kepentingan peneliti tanpa mempertimbangkan
permasalahan yang sebenarnya dihadapi oleh partisipan.
d. Hasil penelitian kadang-kadang kurang mendetail dalam menjelaskan perilaku
dan motivasi tindakan individu.
e. Peneliti bisa saja mengumpulkan data yang lingkupnya sempit dan dangkal
f. Kualitas hasil penelitian memiliki terbatas pada deskripsi numerik dan kurang
detail.
g. Hasil penelitian cenderung menggambarkan hasil laboraturium ketimbang
hasil nyata yang terjadi di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Admin Jurnal Manajemen. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif : Pengertian, Tujuan, dan
Komponen. Jurnalmanajemen.Com. https://jurnalmanajemen.com/metode-penelitian-
kuantitatif/
Min, M. (2016). Jenis Jenis Metode dalam Penelitian Kuantitatif dan Pengertian Terlengkap.
Pelajaran.Co.Id. https://www.pelajaran.co.id/2016/21/jenis-jenis-metode-dalam-
penelitian-kuantitatif-dan-pengertian-terlengkap.html
B. Masalah Penelitian
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah penelitian adalah penjelasan mendetail mengenai apa
yang akan diteliti dan pembahasan topik penelitian dan masalah penelitian yang kita
pilih, dan mengapa melakukan penelitian pada topik dan lokasi tersebut (Siyoto &
Sodik, 2015). Latar belakang masalah biasanya mencakup mengenai besaran masalah,
masalah yang sudah diketahui, kekurangan masalah tersebut, dan rencana untuk
menutup kekurangan masalah tersebut.
Agar suatu masalah penelitian layak untuk dilaksanakan studi, perlu diperlukan
beberapa syarat. Berikut beberapa syarat dari masalah penelitian:
a. Feasible (Kemampu laksanaan), tersedianya subjek, dana, waktu, alat dan
keahlian dalam meneliti masalah tersebut.
b. Interesting (Menarik), masalah yang akan diteliti sebaiknya menarik bagi peneliti
dan umumnya bagi khalayak umum.
c. Novel (Memberikan nilai baru), masalah penelitian yang akan diangkat sebaiknya
memiliki sesuatu yang baru, dapat juga menggugurkan atau menguatkan teori
yang sudah ada, dan dapat juga melengkapi dan mengembangkan penelitian
terdahulu.
d. Ethical (Etis), diharapkan penelitian tidak bertentangan dengan etika.
e. Relevant (Relevan), penelitian harus bertujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, juga untuk memudahkan kegiatan masyarakat, dan untuk dasar atau
referensi penelitian berikutnya.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah umumnya memuat ringkasan dari latar belakang masalah yang
dipersingkat sehingga rumusan masalah dapat dipahami, jelas, dan lebih spesifik.
Rumusan masalah pada dasarnya berbentuk suatu pertanyaan, karena kalimat tanya
tersebut lebih spesifik dan lebih menjurus ke suatu pertanyaan yang ditanyakan. Jika
terdapat banyak pertanyaan penelitian, maka tiap pertanyaan harus dirumuskan secara
terpisah, karena agar tiap pertanyaan dijawab secara terpisah.

3. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian yang sudah
dirumuskan, dan harus diuji kebenarannya secara empiris (Sastroasmoro et al., 2014).
Tidak semua penelitian perlu adanya hipotesis. Survei atau studi penelusuran yang
tidak mencari hubungan antar variabel (bersifat deskriptif), tidak perlu adanya
hipotesis. Hipotesis yang baik mempunyai syarat sebagai berikut:
a. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas dan tidak mempunyai makna ganda;
b. Punya landasan teori yang kuat;
c. Menyatakan hubungan antar variabel saling terkait;
d. Memungkinkan pengujian secara empiris;
e. Hipotesis harus bersifat spesifik dalam menggambarkan variabel yang diukur.
f. Hipotesis harus dirumuskan sebelum adanya penelitian dan sebelum data
terkumpul.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian umumnya mencakup tujuan diadakannya penelitian tersebut,
dan berkaitan dengan rumusan masalah penelitian (Rinaldi & Mujianto, 2017). Tujuan
penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pada dasarnya
menjangkau aspek yang lebih luas, dan tidak terbatas pada hal-hal yang diteliti.
Sedangkan tujuan khusus, dapat dituliskan secara jelas dan berkaitan langsung dengan
hal yang akan diteliti.

5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian pada dasarnya mengandung manfaat itu sendiri dari penelitian
yang akan dilakukan. Pada umumnya juga disebutkan mengenai manfaat bagi pihak
tertentu, misalkan bagi masyarakat, bagi peneliti, bagi guru, bagi dosen, bagi peneliti
lainnya, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKAXRinaldi, S. F., & Mujianto, B. (2017). Metodologi Penelitian dan
Statisitk (N. Fitriana & H. Junianto (eds.); Pertama). Kemenkes Publisher.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., & Wahidiyat, I. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis (S. Sastroasmoro & S. Ismael (eds.); 5th ed.). Sagung Seto.
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (Ayup (ed.); 1st ed.). Literasi
Media Publishing.
C. Sumber Pustaka dan Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini masalah tinjauan pustaka harus diuraikan dalam aspek teoritis
yang mendasari penelitian. Hal yang tertulis di latar belakang perlu dirinci, dan
hubungan antar-variabel dibahas. Tinjauan pustaka biasanya berisi pendapat individu,
yang merupakan pernyataan atau hasil penelitian dari beberapa sumber atau penelitian
yang sudah ada, tanpa dikaji terlebih dahulu, dan tanpa interpretasi yang memadai.
Dalam bagian tersebut tidak perlu seluruh aspek diteliti dan dibahas. Yang perlu
dilakukan adalah tinjauan komprehensif terhadap aspek yang diteliti, dengan
penekanan utama hubungan antar variabel yang diteliti dan variabel yang mungkin
berperan (Sastroasmoro et al., 2014).
Menurut Surahman et al. tinjauan pustaka dalam penelitianmempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. Mengkaji penelitian yang pernah dilakukan terhadap masalah tersebut;
b. Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu;
c. Menunjang pembatasan dan perumusan permasalahan;
d. Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan;
e. Membantu menentukan desain dalam penelitian; dan
f. Membantu pemilihan prosedur pengumpulan data.

2. Sumber Pustaka
Sumber kepustakaan yang dapat diperoleh dari: buku, jurnal artikel, majalah,
hasil-hasil penelitian (skripsi, tesis dan disertasi) dan sumber-sumber lainnya yang
sesuai (internet, koran, dan lain-lain) . Keseluruhan upaya tersebut, dikatakan sebagai
upaya studi kepustakaan untuk penelitian. Istilah studi kepustakaan yang dikenal
adalah: tinjauan pustaka, tinjauan teoritis dan tinjauan teori. Penggunaan istilah-istilah
tersebut, pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui untuk
mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Upaya melakukan studi
kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara
sistematis, penemuan pustaka dan analisis dokumen yang memuat informasi yang
berkaitan dengan topik penelitian
DAFTAR PUSTAKAXRinaldi, S. F., & Mujianto, B. (2017). Metodologi Penelitian dan
Statisitk (N. Fitriana & H. Junianto (eds.); Pertama). Kemenkes Publisher.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., & Wahidiyat, I. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis (S. Sastroasmoro & S. Ismael (eds.); 5th ed.). Sagung Seto.
D. Tinjauan Konsep dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
Dalam bagian kerangka teori terdiri dari esensi-esensi hasil penelitian literatur
yaitu teori-teori (Surahman et al., 2016). Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-
kata penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut atau dalam
bentuk kutipan dari tulisan orang lain. Teori-teori itu harus saling berhubungan
dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan landasan teoritis ini
harus ada, agar hal yang diteliti mempunyai dasar yang kokoh, bukan sekedar
perbuatan coba-coba. Dengan adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa
penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data.
Pada metode penelitian kuantitatif, teori memiliki kegunaan untuk
memperjelas persoalan, menyusun hipotesis, menyusun instrumen dan pembahasan
hasil analisis data instrumen dan pembahasan hasil analisis data. Penelitian dengan
paradigma kuantitatif sebetulnya ialah mencari data untuk dibandingkan dengan teori.
Sebaliknya, metode penelitian kualitatif berangkat dari lapangan dengan
melihat fenomena atau gejala yang terjadi untuk selanjutnya menghasilkan atau
mengembangkan teori. Jika dalam metode penelitian kuantitatif teori berwujud dalam
bentuk hipotesis atau definisi sebagaimana dipaparkan sebelumnya, maka dalam
metode penelitian kualitatif teori berbentuk pola atau generalisasi naturalistik. Karena
itu, pola dari suatu fenomena bisa dianggap sebagai sebuah dianggap sebagai sebuah
teori.

2. Kerangka Konsep
Umumnya kerangka konsep dibuat dalam bentuk diagram atau bagan, yang
menunjukkan jenis serta hubungan antar-variabel yang diteliti dan variabel lainnya
yang terkait. Karena tidak semua variabel akan dibahas dalam penelitian yang terkait.
Oleh karena itu, perlu ditentukan batas-batas ruang lingkup dalam penelitian (Siyoto
& Sodik, 2015).
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh peneliti yakni peneliti
menyusun alur atau kerangka desain penelitian (yakni diagram yang menunjukkan
populasi terjangkau, sampel, kemudian subjek dirandomisasi, dilakukan intervensi,
jenis-jenis variabel yang diukur, dan lain-lain). Hal di atas bukan merupakan kerangka
konsep, dan tidak sesuai dengan tujuan pembuatan kerangka konsep penelitian.
DAFTAR PUSTAKAXSiyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (Ayup
(ed.); 1st ed.). Literasi Media Publishing.
Surahman, Rachmat, M., & Supardi, S. (2016). Metodologi Penelitian. In N. L. Saputri (Ed.),
Kemenkes RI (Pertama, Vol. 1, Issue 1). Kemenkes Publisher.
http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150
E. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
Menurut Siyoto & Sodik, variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian, di mana di dalamnya terdapat faktor-faktor yang saling
berkaitan dalam suatu fenomena atau kejadian yang akan diteliti (Siyoto & Sodik,
2015). Definisi variabel secara umum adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini, apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi yang
belum diketahui tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Untuk
menentukan variabel yang baik, harus ditentukan oleh landasan teoritis, dan perlu
adanya penegasan oleh hipotesis dan tergantung dari rumit dan sederhananya suatu
rancangan penelitian. Jika peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang
dimiliki orang, objek maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada
variasinya. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus berdasarkan pada
sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi. Menurut Surahman, et al, berikut
merupakan macam-macam variabel penelitian:
a) Variabel pendahulu, adalah variabel yang penampilannya mendahului variabel
bebas dan berhubungan dengan variabel terikat.
b) Variabel independen, sering disebut juga sebagai variabel bebas, variabel yang
mempengaruhi. Merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi
perubahan variabel dependen (terikat).
c) Variabel dependen, disebut juga variabel terikat, variabel akibat, variabel respon,
output, konsekuen. Merupakan variabel yang dipengaruhi variabel bebas. Variabel
ini merupakan variabel terikat yang besarannya tergantung dari besaran variabel
independen ini, dan akan memberi peluang terhadap perubahan variabel dependen
(terikat) sebesar koefisien (besaran) perubahan dalam variabel independen.
d) Variabel moderator, merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel
moderator disebut juga sebagai variabel independen kedua. Variabel moderator ini
adalah variabel yang selain bisa memperkuat hubungan antara satu atau beberapa
variabel yang selain bisa memperlemah hubungan antara satu atau beberapa
variabel independen dan variabel dependen.
e) Variabel intervening, variabel ini yang secara teoritis mempengaruhi
(memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independen dengan
dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel
penyela/antara yang terletak di antara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga
variabel bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya
variabel terikat. Variabel ini berperan menambah atau mengurangi efek variabel
independen terhadap variabel dependen.
f) Variabel kontrol, yaitu variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunkan oleh peneliti, bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.

4. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel adalah batasan dan cara pengukuran variabel
yang akan diteliti (Surahman et al., 2016). Definisi operasional (DO) variabel disusun
dalam bentuk matriks, yang berisi: nama variabel, deskripsi variabel (DO), alat ukur,
hasil ukur dan skala ukur yang digunakan (nominal, ordinal, interval dan rasio).
Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan menjaga konsistensi
pengumpulan data, menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang
lingkup variabel.
Langkah-langkah mendefinisi operasionalkan variabel:
a) Mencari definisi operasional variabel yang telah ditulis dalam literatur oleh
peneliti sebelumnya. Kalau sudah didapat dan definisi tersebut cukup operasional,
maka dapat langsung untuk dipakai. Kalau definisi tersebut belum operasional,
maka kita harus mendefinisikan variabel tersebut seoperasional mungkin,
sehingga memudahkan dalam penyusunan kuesioner.
b) Kalau dalam literatur belum ada definisi operasional variabel yang diperlukan,
maka harus dibuat definisi operasional sendiri dan mendiskusikan dengan sesama
peneliti agar lebih operasional, sebelum digunakan.

Dengan uji coba kuesioner dengan jawaban terbuka, sehingga bisa dibuat definisi
operasional suatu variabel.
DAFTAR PUSTAKAX
Sastroasmoro, S., Ismael, S., & Wahidiyat, I. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis (S. Sastroasmoro & S. Ismael (eds.); 5th ed.). Sagung Seto.

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (Ayup (ed.); 1st ed.). Literasi
Media Publishing.

Surahman, Rachmat, M., & Supardi, S. (2016). Metodologi Penelitian. In N. L. Saputri (Ed.),
Kemenkes RI (Pertama, Vol. 1, Issue 1). Kemenkes Publisher.
http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150
F. Desain Penelitian
1. Pengertian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan untuk menguji kebenaran jawaban sementara (Sastroasmoro et al.,
2014). Sedangkan dalam artian rinci, desain penelitian merupakan penggambaran
secara jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan analisis data,
sehingga dengan desain yang baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan
mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antar variabel, bagaimana
mengukurnya.

2. Tipe-Tipe Desain Penelitian


Menurut Siyoto, terdapat beberapa tipe desain penelitian yang bisa digunakan
(Siyoto & Sodik, 2015). Tipe-tipe desain peneitian tersebut, yakni:
a) Casual Comparative Research
Disebut juga dengan penelitian sebab akibat yang membandingkan antara dua
variabel atau lebih untuk menyusun suatu riset metodologi.
b) Experimental Research
Untuk menggambarkan riset eksperimental dilakukan pada suatu kelompok
atau bisa juga dua kelompok di mana kelompok satu kedua kelompok tersebut
diberi perlakuan berbeda antara satu dengan yang lain.
c) Ethnographic Research
Penelitian etnografi adalah penelitian yang berfokus pada budaya atau etnis
dari suatu kelompok orang. Umumnya penelitian etnografi meneliti tentang
budaya secara umum di masyarakat.
d) Historical Research
Historikal riset dilakukan dengan membaca buku-buku dan literatur serta
mengikuti pola dari literatur maupun buku yang dibaca. Penelitian ini
memerlukan jejak sejarah awal pertama terbentuknya topik penelitian yang
ingin diteliti. Pada umumnya histori atau sejarah tersebut tidak terekam
sifatnya tidak autentik.
e) Action Research
Merupakan penelitian yang mengarah langsung pada tindakan sosial dalam
suatu masyarakat.
f) Survey Research
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi
atau kelompok tertentu dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok.
g) Correlation Research
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan di antara dua variabel yang
akan diteliti. Korelasi tidak menjamin adanya kausalitas (hubungan sebab
akibat), tetapi kausalitas menjamin adanya korelasi.
3. Macam-Macam Desain Penelitian
Secara umum terdapat 5 macam desain penelitian, menurut penjelasan Rinaldi &
Mujianto yang akan diuraikan di bawah ini (Rinaldi & Mujianto, 2017):
a) Studi Cross Sectional
Yaitu suatu penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor-faktor
risiko dengan efek, dengan cara pendekatan pengamatan atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu waktu tertentu. Tujuan desain penelitian ini untuk
mengobservasi hubungan antara faktor risiko dengan akibat yang terjadi pada
suatu penyakit atau pada keadaan kesehatan tertentu dalam waktu yang
bersamaan dan untuk mengetahui akibat sekaligus penyebabnya. Kelebihan
dari desain penelitian Studi Cross Sectional yaitu mudah dilaksanakan,
sederhana, tidak membutuhkan banyak waktu, hasil dapat diperoleh dengan
cepat dan dalam waktu bersamaan, dan dapat mengumpulkan variabel yang
banyak, baik variabel risiko maupun variabel efek. Kelemahan dari desain
penelitian Studi Cross Sectional yaitu memerlukan subjek penelitian yang
besar, tidak dapat menggambarkan gambaran penyakit secara akurat, dan
tidak akurat untuk memprediksi suatu kecenderungan.
Contoh: Mengetahui hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan Berat
Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan
cross sectional.
Tahap pertama: Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan
kedudukannya masing-masing.
 Variabel dependen : BBL
 Variabel independen : anemia
 Variabel independen lain : paritas, umur ibu, perawatan kehamilan,
dll.

Tahap kedua: Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.


→Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi
daerah mana mereka akan diambil sampel, contohnya lingkup rumah
sakit atau rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara
pengambilan sampel, apakah berdasarkan teknik acak atau non-acak.
Tahap ketiga: Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran
terhadap variabel dependen-independen dan variabel-variabel yang
dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang sama).
→Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb ibu,
menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.
Tahap keempat: Mengolah dan menganalisis data dengan cara
membandingkan.
→Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh
bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL.
b) Studi Case Control
Studi Case Control dalah suatu penelitian analisis yang ada kaitannya
dengan bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pandekatan
retrospektif. Studi Case Control ini berdasarkan pada insidensi penyakit yang
sudah ada sehingga sangat mungkin untuk menganalisis dua kelompok tertentu
yakni kelompok kasus yang menderita penyakit atau terkena dampak penyakit
yang diteliti, dibandingkan dengan kelompok kelompok yang tidak menderita
atau tidak terkena dampak penyakit. Kelebihan dari Studi Case Control yakni
adanya persamaan waktu antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol,
adanya batasan atau pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih
akurat dibandingkan dengan hasil rancangan cross sectional, tidak menghadapi
kendala etik seperti pada penelitian eksperimen (kohort), dan penelitian
cenderung memerlukan waktu yang singkat. Sedangkan, kekurangan dari Studi
Case Control yakni pengukuran variabel yang retrospektif, objektivitas, dan
reabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingatkan kembali
faktor-faktor risikonya, tidak diketahui apakah efek variabel luar karena secara
teknis tidak dapat dikendalikan, dan terkadang sulit memilih kontrol yang
benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya faktor risiko
yang harus dikendalikan.
Contoh: Penelitian ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi pada anak
balita dengan perilaku pemberian makanan oleh ibu.
Tahap pertama: Mengidentifikasi variabel dependen (efek) dan variabel-
variabel independen (faktor risiko).
 Variabel dependen : malnutrisi
 Variabel independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan
 Variabel independen lain: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dll.

Tahap kedua: Menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel


penelitian. Objek penelitian di sini adalah pasangan ibu dan anak balitanya.
Namun demikian perlu dibatasi pasangan ibu dan balita daerah mana yang
dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.
Tahap ketiga: Mengidentifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita
malnutrisi (anak balita yang memenuhi kebutuhan malnutrisi yang telah
ditetapkan, misalnya berat per umur dari 75 % standar Harvard. Kasus diambil
dari populasi yang telah ditetapkan).
Tahap keempat: Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu pasangan ibu-ibu
dengan anak balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan kepada
kesamaan karakteristik subjek pada kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya,
sosial ekonominya dan sebagainya.
Tahap kelima: Melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasus
(anak balita malnutrisi itu diukur atau ditanyakan kepada ibu dengan
menggunakan metode recall mengenai perilaku memberikan jenis makanan,
jumlah yang diberikan kepada anak balita selama 24 jam.
Tahap keenam: Melakukan pengolahan dan analisis data .
→Dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang
baik dalam hal memberikan makanan kepada anaknya pada kelompok
kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok kontrol.
Dari sini akan diperoleh bukti ada tidaknya hubungan perilaku
pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.

c) Studi Cohort
Studi kohort adalah penelitian pengamatan analitik yang berdasarkan pada
pengamatan suatu penduduk tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal
ini kelompok penduduk yang akan diamati merupakan kelompok penduduk
dengan 2 kategori berbeda yakni kelompok yang terpapar dan kelompok yang
tidak terpapar terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab.
Penelitian kohort adalah kebalikan dari case control. Kelebihan dari Studi
cohort ini yakni, dapat mengatur perbedaan antara dua kelompok (kelompok
subjek dan kelompok kontrol) sejak awal penelitian, dapat secara langsung
menentukan besarnya angka risiko dari suatu waktu ke waktu yang lain, dan
terdapat persamaan observasi, baik terhadap faktor risiko maupun efek dari
waktu ke waktu. Sedangkan, kelemahan dari studi cohort yakni, memerlukan
banyak waktu, memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit, kemungkinan
terjadi sampel penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil,
dan terdapat faktor risiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya
efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
Contoh: Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara kanker
paru (efek) dengan merokok (risiko) dengan menggunakan pendekatan atau
rancangan prospektif.
Tahap pertama: Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan risiko
(variabel independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).
 Variabel dependen : kanker paru
 Variabel independen : merokok
 Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.
Tahap kedua: Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel
penelitian.
→ Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau
tempat tertentu, dengan umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik yang
merokok maupun yang tidak merokok.
Tahap ketiga: Mengidentifikasi subjek yang merokok (risiko positif) dari
populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (risiko
negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok merokok.
Tahap keempat: Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-
orang yang merokok (risiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok
(kontrol) sampai pada waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan, untuk
mengetahui adanya perkembangan atau kejadian kanker paru.
Tahap kelima: Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan
membandingkan proporsi orang-orang yang menderita kanker paru dengan
proporsi orang-orang yang tidak menderita kanker paru, di antaranya
kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.
d) Experimental Research
Riset eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan pada dua kelompok di
mana kelompok satu disebut kontrol tanpa diberi perlakukan apa pun
sedangkan pada kelompok ke dua diberikan suatu perlakuan(treatment), atau
dua kelompok diberi perlakuan berbeda antara satu dengan yang lain.
Diasumsikan kedua kelompok ini mempunyai sampel yang sama.
Terdapat beberapa faktor yang terkait dengan Experimental Research,
yakni:
 Independent Variable (IV) merupakan faktor yang bisa dimanipulasi.
 Dependent Variable (DV) adalah faktor yang tidak bisa dimanipulasi
atau faktor tetap.
 Experimental Condition (grup) adalah grup atau kelompok yang
merupakan manipulasi dari eksperimen.
 Control condition (grup) yang merupakan kumpulan grup yang tidak
termanipulasi
 Confounding variable misalnya cuaca, hama, kesuburan lahan tapi tidak
diukur namun harus disebutkan inilah yang disebut dengan batasan
penelitian merupakan variabel yang diikuti dengan independen.
 An uncontrolled variable yang merupakan variabel.

Misalnya penelitian eksperimental yang dilakukan pada dua petak sawah.


Pada petakan sawah pertama tidak diberikan pupuk dan pada petak sawah
kedua diberikan pupuk. Contoh lainnya misalnya apakah ada pengaruh
peningkatan hasil belajar mahasiswa yang menggunakan e-learning dengan
yang tidak menggunakan e-learning. Bila dengan adanya e-learning hasilnya
lebih baik, maka benar adanya bahwa e-learning efektif meningkatkan proses
pembelajaran. Eksperimen merupakan salah satu prosedur di mana terdapat
satu atau lebih faktor yang bisa dimanipulasi dengan syarat semua faktor
tersebut konstan.
e) Quasi Experimental
Pada penelitian eksperimen murni, kelompok sampel penelitian ditentukan
secara acak, sehingga peneliti tidak bisa menentukan kriteria sampel yang akan
diteliti. Namun, di dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran
perguruan tinggi, sekolah menengah, atau pun sekolah dasar, pelaksanaan
penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek secara
acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh
(naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas.
Kelompok tersebut juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan
seperti ini, teori dalam penelitian eksperimen murni tidak dapat dipenuhi
secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait sampel penelitian tidak
dapat diterapkan sepenuhnya, sehingga penelitian harus dilakukan dengan
menggunakan intact group (kelompok belajar). Penelitian itu disebut sebagai
penelitian kuasi eksperimen (eksperimen semu). Jadi penelitian kuasi
eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam suatu kelompok belajar
(intact group) untuk diberi perlakuan (treatment), dan bukan menggunakan
subjek yang diambil secara acak. Kesetaraan kelompok yang berada dalam
batas-batas fluktuasi acak.
Tidak adanya pengacakan dalam menentukan subjek penelitian
memungkinkan untuk munculnya masalah-masalah yang terkait dengan
validitas eksperimen, baik validitas internal maupun eksternal. Akibatnya,
interpreting and generalizing hasil penelitian menjadi sulit untuk dilakukan.
Oleh karena itu, limitasi hasil penelitian harus diidentifikasi secara jelas dan
subjek penelitian perlu dideskripsikan. Agar Generalizability dari hasil
penelitian dapat ditingkatkan, maka representativeness dari subjek harus
diargumentasikan secara logis.
DAFTAR PUSTAKAXRinaldi, S. F., & Mujianto, B. (2017). Metodologi Penelitian dan
Statisitk (N. Fitriana & H. Junianto (eds.); Pertama). Kemenkes Publisher.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., & Wahidiyat, I. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis (S. Sastroasmoro & S. Ismael (eds.); 5th ed.). Sagung Seto.
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (Ayup (ed.); 1st ed.). Literasi
Media Publishing.
Surahman, Rachmat, M., & Supardi, S. (2016). Metodologi Penelitian. In N. L. Saputri (Ed.),
Kemenkes RI (Pertama, Vol. 1, Issue 1). Kemenkes Publisher.
http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150

Anda mungkin juga menyukai