NIM : 2101016144
1. Apa perbedaan mendasar antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif? Sebut dan
jelaskan!
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif bisa dilihat berdasarkan tujuan, pengumpulan
data, dan tujuan. Adapun penjelasan mengenai perbedaan penelitian kualitatif dan
kuantitatif sebagai berikut:
a. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Berdasarkan Tujuan
Penelitian kualitatif memperoleh pemahaman mendalam, mengembangkan teori,
mendeskripsikan realitas, dan kompleksitas sosial. Sementara itu, kuantitatif
menjelaskan hubungan antar variabel, menguji teori, melakukan generalisasi fenomena
sosial yang diteliti.
b. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Berdasarkan Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif lebih berfokus pada sesuatu yang tidak bisa diukur oleh hitam putih
kebenaran, sehingga pada penelitian kualitatif peneliti mengorek data sedalam-
dalamnya atas hal-hal tertentu. Sehingga, kualitas penelitian kualitatif tidak terlalu
ditentukan oleh banyaknya narasumber yang terlibat, tetapi seberapa dalam peneliti
menggali informasi spesifik dari narasumber yang dipilih.
Sementara itu, penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan serangkaian
instrumen penelitian berupa tes/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian
dikonversikan menggunakan kategori/kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Kualitas penelitian kuantitatif ditentukan oleh banyaknya responden penelitian yang
terlibat.
c. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Desain Penelitian
Penelitian kualitatif bersifat umum, fleksibel, dan dinamis. Penelitian kualitatif sendiri
dapat berkembang selama proses penelitian berlangsung. Sedangkan, penelitian
kuantitatif memiliki sifat yang khusus, terperinci, dan statis. Alur dari penelitian
kuantitatif sendiri sudah direncanakan sejak awal dan tidak dapat diubah lagi.
2. Dapatkah penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif digunakan secara bersama-sama
dalam suatu penelitian? Jelaskan!
Kedua metode penelitian ini dapat digunakan secara bersama sama bahkan dapat saling
melengkapi kekurangan yang masing masing metode miliki. Sehingga menghasilkan
penelitian yang komprehensif. Metode kuantitatif unggul dalam perhitungan angka, sesuatu
data yang tidak bisa dihitung dengan metode kuantitatif dapat dihitung.
Contoh jenis menentukan pria / wanita
dapat memakai data nominal/ ordinal
pria = 1
wanita = 2
Metode kualitatif memiliki keunggulan dalam kedalaman data yang diperoleh di lapangan.
contoh sebuah penelitian psikologi
Pengaruh Meditasi terhadap Tingkat Stres
Metode kuantitatif akan menemukan ada pengaruh Meditasi terhadap Tingkat Stres
sedangkan metode kualitatif dapat mengorek lebih dalam lagi hal hal yang berkaitan dengan
responden atau metode meditasi itu sendiri.
Menurut Saya, kedua metode tersebut dapat digunakan bersama-sama atau digabungkan,
tetapi dengan catatan sebagai berikut :
a. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang
berbeda.
b. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif
digunakan untuk menguji hipotesis.
c. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan kualitataif, sehingga
ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
d. Dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan, asal kedua metode tersebut
telah difahami dengan jelas, dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan
penelitian.
5. Jelaskan yang Anda ketahui tentang sampel penelitian? Menurut Anda, apa yang menjadi
pertimbangan utama dalam memilih teknik sampling?
Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu
populasi. Pengukuran sampel dilakukan melalui statistik atau berdasar pada estimasi
penelitian guna menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan penelitian
suatu objek. Pengambilan besar sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel yang dapat menggambarkan keadaaan populasi yang sebenarnya.
Penentuan dan pengambilan sampel harus sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan
sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar sampel
yang diperoleh dapat mewakili populasi (bersifat representatif).
6. Carilah sebuah judul penelitian kualitatif, kemudian jelaskanlah :
a. Populasi dan sampel penelitian tersebut
Populasi
Menurut sugiyono (2018:130), populasi adalah “Wilayah generalisasi yang secara
umum terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti lalu dibuat kesimpulannya.” Sedangkan menurut
Indrawati (2015:164), populasi merupakan “Keseluruhan kelompok orang, kejadian,
dan benda-benda yang menarik bagi peneliti untuk ditelaah.” Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2017-2021.
Sampel
Menurut Sugiyono (2016:118), sampel adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dipunyai oleh populasi tersebut.” Sedangkan menurut Indrawati (2015:164),
sampel merupakan “Anggota populasi yang terpilih untuk dilibatkan dalam penelitian,
baik untuk diamati, diberi perlakuan, maupun diminta pendapa tentang apa yang sedang
diteliti.” Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis
adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2015:85), purposive sampling
merupakan “Teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.” Adapun
pertimbangan kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel adalah:
- Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI selama periode penelitian antara tahun
2017-2021.
- Perusahaan BUMN yang memiliki laba positif tahun 2017-2021.
- Perusahaan BUMN non perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2017-
2021.
b. Data dan sumber data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural setting). Bila dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Bila dilihat segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview
(wawancara), kuesioner (agket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya
(Sugiyono, 2015:137).
c. Teknik pengambilan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara:
- Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dan dokumen yang sudah ada serta berhubungan dengan
variabel penelitian, tujuan digunakannya teknik studi dokumenter ini adalah
untuk meneliti, mengkaji, dan menganalisa dokumen-dokumen yang sudah
terjadi (laporan keuangan dan laporan tahunan emiten) di Bursa Efek Indonesia.
Website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
- Studi kepustakaan yaitu mempelajari teori-teori yang ada atau literatur-literatur
yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti baik dari buku, karya ilmiah
berupa skripsi, tesis dan sejenisnya, artikel, jurnal, internet, atau bacaan lain yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti
d. Teknik analisa data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif menggunakan teknik
perhitungan statistik deskriptif. Untuk menganalisis data penelitian menggunakan
bantuan software SPSS. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi.
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yaitu statistik untuk menganalisis data
dengan mendeskripsikan atau menggunakan gambaran data yang sudah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa ada maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2015:254). Analisis deksriptif dalam penelitian ini akan
menggambarkan variabel profitabilitas (X1), cash holding (X2), ukuran perusahaan
(X3), dan perataan laba (Y) dengan rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, dan
standar deviasi
(adapun file penelitian yang dipilih untuk mengerjakan soal nomor 6, dapat di lampirkan
Bersama lembar jawaban UTS dan dikumpulkan berupa file)
LAMPIRAN JAWABAN NO 6
PENGARUH PROFITABILITAS, CASH HOLDING, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA
(Studi Empiris Pada BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2017-2021)
BAB I
PENDAHULUAN
1
terhadap APBN seperti pajak, pendapatan negara bukan pajak (PNBP), dan dividen.
Pada Desember 2021, total asset BUMN menembus angka Rp90 triliun, melonjak
Rp77 triliun dibanding aset pada tahun 2019 (www.cnbcindonesia.com).
Dalam lima tahun terakhir 2017-2021, laba perseroan pelat merah tercatat
mengalami kenaikan pada tahun 2017-2018. Kemudian pada tahun 2019-2020
mengalami penurunan laba dikarenakan covid melanda Indonesia dan diakhir tahun
2021 mengalami kenaikan. Selama rentang 2017-2021 pencapaian tumbuh dari
Rp173 triliun pada 2017, Rp188 triliun pada 2018, Rp152 triliun pada 2019, Rp13
triliun pada 2020, Rp90 triliun pada 2021. Didalam target laba BUMN tahun 2021
sebesar 90 triliun tersebut, 80% berasal dari laba BUMN yang listing di BEI dan
sisanya 20% berasal dari laba BUMN yang belum go public. (www.idx.co.id)
Berdasarkan perusahaan BUMN yang listing di BEI, maka BUMN dijadikan
objek dalam penelitian ini karena memiliki kontribusi yang tinggi yaitu 80% dalam
mencapai target laba BUMN ditahun 2021. Pemerintah Indonesia memiliki harapan
yang besar kepada perusahaan BUMN yang listing di BEI untuk membantu
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2
tindakan dimana usaha yang dilakukan kurang maksimal sehingga memanipulasi
elemen-elemen sistem pengendalian dengan tujuan yang dikehendaki.
Perataan laba merupakan strategi yang paling banyak digunakan oleh
perusahaan, menurut Trisnawati, Nazar, & Yudowati (2017), perataan laba
merupakan suatu tindakan yang manajemen lakukan untuk mencapai tingkatan laba
tertentu yang diinginkan dengan cara meningkatkan atau menurunkan laba yang
akan dilaporkan dengan memindahkan pendapatan tahun yang lebih
menguntungkan ke tahun yang kurang menguntungkan, dengan kata lain
mengurangi tingkat laba pada periode tertentu yang berfluktuasi.
Perataan laba merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen perusahaan
dengan cara memperkecil laba yang dilaporkan, apabila laba aktual perusahaan
lebih besar dari laba normal yang sebelumnya sudah diperhitungkan, hal ini sesuai
dengan salah satu tujuan dilakukannya praktik perataan laba yaitu mengurangi
fluktuasi laba perusahaan dari tahun ke tahun. Adanya praktik perataan laba ini akan
meyakinkan para investor bahwa perusahaan seolah-olah memiliki tingkat fluktuasi
laba yang kecil, sehingga investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan
tersebut. Hal ini sejalan dengan Agil, Nirsetyo, & Aprih (2020) yaitu saham
perusahaan yang memberikan laba stabil menggambarkan kinerja manajemen yang
baik, kelangsungan hidup perusahaan terjamin.
Sebagai usaha mengurangi fluktuasi laba yang diperoleh perusahaan, perataan
laba menjadi salah satu bentuk manajemen laba yang digunakan oleh manajemen
pada perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Menurut
Prasetyo (2020) yaitu usaha manajemen melalui perataan laba dilakukan dengan
sengaja supaya memberikan persepsi pada investor tentang kestabilan laba yang
diperoleh perusahaan. Laba menjadi suatu hal yang sangat dipertimbangkan oleh
investor dalam mengambil keputusan untuk tetap melanjutkan investasi. Sehingga
memicu manajer perusahaan untuk berusaha menyajikan laporan berupa informasi
yang dapat meningkatkan baik dari nilai perusahaan maupun dari kualitas
manajemen perusahaan itu sendiri.
Manipulasi laba secara tidak langsung juga menyebabkan rasio keuangan dalam
laporan keuangan ikut dimanipulasi yang dapat berdampak pada pengguna laporan
3
keuangan dalam menggunakan informasi untuk tujuan pengambilan keputusan.
Sehingga ada kecenderungan informasi dalam laporan keuangan dapat
dimanfaatkan investor untuk kepentingannya sendiri, maupun kerugian karena
salah dalam pengambilan keputusan.
Kasus perataan laba pernah dialami salah satu BUMN go public yaitu PT
Garuda Indonesia (GIAA). Pada laporan buku tahunan 2018, GIAA diduga
melakukan praktik manajemen laba. PT Garuda terindikasi melakukan “window
Dressing” yang mana Garuda telah melakukan praktik rekayasa dengan
menggunakan trik akuntansi untuk membuat neraca perusahaan dan laporan laba
rugi tampak lebih baik dari pada sebenarnya. Garuda membukukan laba hingga
$809,85 ribu AS (Rp11,54 miliar), jauh lebih baik dari neraca tahun 2017 yang rugi
hingga $216,58 juta AS. Kedua komisaris Garuda Indonesia menolak
menandatangani buku tahunan Garuda 2018. Mereka tidak sepakat dengan salah
satu transaksi kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi. Dari kontrak sebesar
$239,94 juta AS untuk 15 tahun, PT Mahata baru membayar $6,8 juta AS dan
seharusnya sisa tersebut dicatat sebagai piutang. Namun, manajemen Garuda tetap
menuliskan sebagai pendapatan Chairal selaku dewan komisaris menyatakan
“Catatan transaksi kontrak Mahata dengan Garuda seharusnya tidak dapat diakui
sebagai pendapatan dalam tahun 2018. Bahkan, pencatatan itu bertentangan dengan
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tahun 2010 tentang
pendapatan” (www.cnbcindonesia.com).
Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan siap memberi sanksi kepada Garuda
dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, & Rekan
selaku auditor laporan keuangan Garuda 2018. Sanksi dari otoritas bursa kepada
Garuda yang terbukti memanipulasi laporan keuangan yang diatur pada pasal 69
UU Pasar Modal tentang standar akuntansi, mulai dari peringatan tertulis, denda
hingga RP1,25 miliar, serta pencabutan izin usaha. Tindakan manipulasi laporan
keuangan tersebut berdampak pada harga saham GIAA yang semakin menurun.
Sebelum RUPS, saham Garuda berada di level Rp525 per saham. Setelah RUPS,
harga saham Garuda ditutup di Rp500 per saham dan terus menurun ke RP470 pada
29 April 2019. Sedangkan sanksi yang diterima oleh KAP peringatan tertulis
4
dengan disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap sistem
pengendalian mutu KAP dan dilakukan review oleh BDO Internasional Limited.
Dasar pengenaan sanksi yaitu UU Nomor 5 tahun 2011 dan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No.154/PMK.01/2017. Selain itu OJK turut memberikan sanksi
berupaa perintah tertulis kepada KAP untuk melakukan perbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu paling lambat 3 bulan setelah ditetapkannya surat
perintah dari OJK.
Fenomena yang terkait dengan perataan laba juga terjadi pada Kimia Farma Tbk
pada tahun 2018 melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp132.000.000.000,00 dan
laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang pada 3 Oktober 2018,
laporan keuangan Kimia Farma 2017 disajikan kembali (restated), karena telah
ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru
keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp99.560.000.000,00, atau lebih rendah
sebesar Rp32.600.000.000,00, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
Kesalahan itu timbul pada unit industri bahan baku yaiu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp2.700.000.000,00, pada unit logistik sentral berupa
overstated persediaan barang sebesar Rp23.900.000.0000,00, pada unit pedagang
besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp8.100.000.000,00 dan
overstated penjualan sebesar Rp10.700.000.000,00.
Kasus perataan laba terjadi pada PT Kimia Farma Tbk berdasarkan hasil
pemeriksaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap PT Kimia Farma ditemukan
bukti bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya
dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2018
sebesar Rp28.870.000.000,00 akibatnya penyajian terlalu tinggi (overstated)
persediaan sebesar Rp28.800.000.000,00 dan laba bersih disajikan terlalu tinggi
overstated dengan nilai yang sama (www.ojk.go.id).
Berdasarkan teori keagenan kedua perusahaan GIAA dan KAEF melakukan
praktik manajemen laba karena manajemen (agent) merasa tidak dapat memenuhi
kewajiban yang diberikan oleh pemegang saham (principal) sehingga mendorong
5
manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba atau perataan laba.
Manajemen perusahaan akan sangat mudah melakukan praktik manajemen laba
atau perataan laba karena adanya asimetri informasi. Keterbatasan informasi yang
diketahui oleh pemegang saham atau kata lain manajemen lebih memiliki banyak
informasi mengenai kondisi perusahaan membuat para manajemen lebih mudah
berbuat sewenang-wenang demi mencapai kepentingan pribadinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada penelitian sebelumnya
adalah profitabilitas, cash holding, ukuran perusahaan, return on asset (ROA),
struktur kepemilikan manajerial, net profit margin (NPM), dividend payout ratio
(DPR), nilai perusahaan, debt to equity ratio (DER). Tetapi ditemukan hasil dan
faktor-faktor yang tidak konsisten mempengaruhi income smoothing (variabel
dependen) dan yang digunakan sebagai variabel independen yaitu profitabilitas,
cash holding, dan ukuran perusahaan.
Profitabilitas menurut Surya & Muhammad (2018), profitabilitas merupakan
“kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga
memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas manajemen dalam melaksanakan
kegiatan operasinya”. Pada penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan
return on asset (ROA), dengan cara perbandingan antara laba bersih dengan total
aset. Menurut Siti & Mohamad (2020) yang menyatakan bahwa, “Perusahaan yang
memperoleh tingkat profitabilias yang rendah cenderung untuk melakukan perataan
laba, hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah akan
memberikan image yang kurang baik kepada perusahaan dan akibatnya kinerja dari
seorang manajer tampak buruk dimata investor.”
Profitabilitas sebelumnya sudah diteliti oleh peneliti terdahulu namun terdapat
perbedaan antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Siti & Mohamad, 2020), (Oktoriza & Riyadi, 2018), (Tria,
Muhammad, & Rochman 2018), (Komang, Putu, & Edy, 2018) yang menyatakan
bahwa “Profitabilitas berpengaruh positif signifikan pada perataan laba.” Namun
hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Firiani, 2018), (Budi & Pande, 2018), (Hermawati, Mohamad, & Wiwin, 2017)
yang menyatakan bahwa “Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba.”
6
Terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu, maka profitabilitas layak
untuk dijadikan variabel penelitian.
Cash holding menurut Putri & Budiasih (2018), cash holding merupakan “Aset
yang digunakan manajer sebagai alat menjalankan kegiatan usaha perusahaan yang
bersifat likuid, serta melindungi perusahaan dari cash shortfall.” Pada penelitian ini
cash holding diukur dengan cara membandingkan antara jumlah kas dan setara kas
yang dimiliki perusahaan dengan jumlah aktiva perusahaan. Adanya kas didalam
perusahaan, membuat investor dapat menilai kinerja manajer dari kemampuannya
dalam menjaga agar kenaikan kas yang ada didalam perusahaan tetap stabil. Salah
satu tindakan yang dilakukan untuk menjaga agar kas tetap stabil dengan
melakukan perataan laba. Menurut Siti & Mohamad (2020) yang menyatakan
bahwa, “Semakin tinggi cash holding maka perataan laba yang dilakukan
perusahaan juga akan semakin tinggi.”
Cash holding sebelumnya sudah diteliti oleh peneliti terdahulu namun terdapat
perbedaan peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Devianna & Herlin, 2019), (Pratama, Helliana, & Sofianty, 2018),
(Natalie & Astika, 2016), (Sintya & Yenni, 2016) yang menyatakan bahwa “Cash
holding berpengaruh positif signifikan pada perataan laba” Namun hasil penelitian
tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Riyadi, 2018), (Eni
& Suaryana, 2018) yang menyatakan bahwa “Cash holding tidak berpengaruh
terhadap perataan. laba.” Terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu,
maka cash holding layak untuk dijadikan variabel penelitian.
Ukuran perusahaan menurut Endarwati (2020), yang menyatakan bahwa,
“Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar
saham, dan lain-lain.” Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan
menghitung nilai alogaritma natural dikalikan dengan nilai total aset perusahaan.
Menurut Fatmawati & Djajanti (2015), yang menyatakan bahwa, “proksi yang
paling cocok untuk mengukur firm size adalah total aktiva.” Total aset dijadikan
proksi ukuran perusahaan karena total aset relatif lebih stabil dibandingkan jumlah
nilai kapitalisasi pasar dan penjualan.
7
Penelitian terdahulu mengenai Ukuran perusahaan yang dilakukan namun
terdapat perbedaan antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Siti & Mohamad, 2020), (Fitriani & Oktoriza ,
2018), (Ayunika & Yadnyana, 2018) yang menyatakan bahwa “Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif signifikan pada perataan laba.” Namun hasil penelitian tersebut
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Eni & Suaryana, 2018),
(Handoyo & Fathurizky, 2018), (Dewantari & Badera, 2015), (Ginantra & Putra,
2015) yang menyatakan bahwa “Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
perataan laba.” Terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu, maka
ukuran perusahaan layak untuk dijadikan variabel penelitian.
Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan serta terdapat inkonsistensi hasil
dari berbagai penelitian terdahulu mengenai variabel-variabel tersebut. Hal tersebut
menjadikan latar belakang penulis untuk memilih judul “Pengaruh Profitabilitas,
Cash holding, dan Ukuran perusahaan Terhadap Perataan Laba (Studi
Empiris Pada BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-
2021).
8
dibuktikan dengan menyertakan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba
dalam bentuk perataan laba seperti profitabilitas, cash holding, dan ukuran
perusahaan.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, maka dapat diperoleh pertanyaan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Profitabilitas, Cash Holding, Ukuran Perusahaan, dan Perataan Laba
pada BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017- 2021?
2. Apakah Profitabilitas, Cash Holding, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh
secara simultan terhadap Perataan Laba pada BUMN yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2017-2021?
3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial:
a. Profitabilitas berpengaruh terhadap Perataan Laba pada BUMN yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021?
b. Cash Holding berpengaruh secara parsial terhadap Perataan Laba pada
BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017- 2021?
c. Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap Perataan Laba pada
BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017- 2021?
9
c. Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba pada BUMN yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021.
10
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan tugas
akhir.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai landasan teori-teori profitabilitas, cash holding,
ukuran perusahaan, dan variabel perataan laba. Bab ini juga menguraikan
penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini,
kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk
menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai dugaan awal
atas masalah penelitian dan pedoman untuk melakukan pengujian data, serta
lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan
penelitian.
c. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang
digunakan, identifikasi variabel independen dan variabel dependen, dfinisi
operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan
sampel) serta teknik analisis data.
d. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi,
analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai variabel independen
terhadap variabel dependen.
e. BAB V KESIMPULAN
Bab ini membahas tentang beberapa kesimpulan dari hasil analisis yang telah
dilakukan, dan saran-saran yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengembangan penelitian selanjutnya.
11
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1.Jenis Penelitian
Penelitian adalah sebuah proses untuk mengembangkan pengetahuan dan
memberi jawaban atas masalah dengan melakukan analisis sistematis terhadap
suatu masalah menggunakan metode ilmiah, mengumpulkan informasi, dan dapat
menarik kesimpulan secara logis tanpa adanya bias (Indriantoro & Supomo,
2018:8). Berdasarkan tujuan, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang
dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik dari variabel-variabel
dalam situasi (Hermawan & Yusran, 2017:5). Dalam penelitian ini, peneliti
mengukur pengaruh profitabilitas, cash holding, dan ukuran perusahaan terhadap
perataan laba.
Metodologi yang digunakan adalah metodologi penelitian kuantitatif. Menurut
Hermawan dan Yusran (2017:6), Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
memiliki sifat objek meliputi pengumpulan dan menguji data kuantitatif serta
menggunakan metode pengujian statistik. Strategi penelitian dalam penelitian ini
adalah studi kasus. Studi kasus adalah proses mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan objek atau kegiatan yang telah dipilih sesuai dengan
ketertarikan peneliti (Sekaran & Bougie, 2017:118).
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa kelompok yaitu
BUMN yang terdaftar di BEI dan menggunakan data panel yaitu pada tahun 2017-
2021. Keterlibatan peneliti dalam penelitian adalah noncontrived setting.
Noncontrived setting merupakan penelitian dimana peneliti tidak memiliki
keterlibatan dalam alamiah subjek penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian adalah
cross sectional, artinya data terdiri dari beberapa subjek pada waktu tertentu
(Indriantoro & Supomo, 2018:93).
12
Gambar 3. 1
Jenis Penelitian
Sumber: Data yang telah diolah 2019.
13
dengan cara membandingkan antara jumlah kas dan setara kas yang dimiliki
perusahaan dengan jumlah aktiva perusahaan.” (Mambraku & Hadiprajitno, 2014).
3. Ukuran Perusahaan (X3)
Ukuran perusahaan adalah suatu indikator yang dapat menunjukkan karakteristik
suatu perusahaan. Menurut Arum (2017) dalam Andiani dan Astika (2019) total
aset mencerminkan ukuran perusahaan. Total aset juga tidak dipengaruhi dengan
permintaan atau penawaran seperti total penjualan dan jumlah saham sehingga lebih
stabil. Natural log (Ln) digunakan dengan maksud meminimalisir fluktuasi data
sehingga nilai variabel akan lebih sederhana tanpa adanya perubahan proporsi dari
nilai yang sebenarnya (Andiani & Astika, 2018:998).
3.2.1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel independen.
Tujuannya adalah untuk memaparkan atau memberi prediksi variabilitas dari
variabel independen (Hermawan & Yusran, 2017:34).
Perataan laba adalah tindakan pengurangan atau penambahan laba dengan
sengaja atau laba yang dilaporkan agar berada pada tingkat yang dianggap normal
(Hery, 2017:163). Perataan laba dapat diuji dengan menggunakan Eckel (1981).
Perusahaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok perataan laba
apabila memiliki nilai absolut indeks Eckel kurang dari satu dan kelompok yang
tidak melakukan perataan laba apabila memiliki nilai absolut indeks Eckel lebih
dari satu (Ditiya & Sunarto, 2019:57).
14
Tabel 3. 1
Operasional Variabel
Devinisi
Variabel Operasional Indikator Skala
Profitabilitas Rasio Profitabilitas
(X1) digunakan untuk mengukur 𝑅𝑂𝐴 Rasio
kemampuan perusahaan Laba bersih setelah pajak
= 𝑥100%
dalam menghasilkan laba Total aset
dari aktivitas normal
bisnisnya.
(Hery, 2015) (Sari & Ardian, 2019)
15
dan laba bersih perusahaan yang tidak melakukan Perataan Laba
agar berada pada diberi nilai 0.
tingkat yang dianggap
normal bagi perusahaan.
(Sugi hartono & Tika Hendraswari, 2020)
(Iskandar & Suardana, 2016)
16
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono,
2015:64).
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah (natural setting). Bila dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Bila dilihat segi cara
atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan interview (wawancara), kuesioner (agket), observasi (pengamatan), dan
gabungan ketiganya (Sugiyono, 2015:137).
5. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data
adala mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan (Sugiyono 2015:147).
17
Gambar 3. 2
Tahapan Penelitian
Sumber : Sugiyono (2015:32)
3.4.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016:118), sampel adalah “Bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dipunyai oleh populasi tersebut.” Sedangkan menurut Indrawati
(2015:164), sampel merupakan “Anggota populasi yang terpilih untuk dilibatkan
dalam penelitian, baik untuk diamati, diberi perlakuan, maupun diminta pendapa
tentang apa yang sedang diteliti.” Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel
yang digunakan penulis adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2015:85),
purposive sampling merupakan “Teknik pengambilan sumber data dengan
18
pertimbangan tertentu.” Adapun pertimbangan kriteria yang digunakan dalam
penentuan sampel adalah:
1. Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI selama periode penelitian antara tahun
2017-2021.
2. Perusahaan BUMN yang memiliki laba positif tahun 2017-2021.
3. Perusahaan BUMN non perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2017-
2021.
Berdasarkan karakteristik pemilihan sampel dii atas diperoleh jumlah
perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel penelitian seperti yang disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. 2
Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI selama periode 14
penelitian antara tahun 2017-2021.
2 Perusahaan BUMN yang tidak memiliki laba positif tahun (2)
2017-2021.
3 Perusahaan BUMN perbankan yang terdaftar di BEI selama (4)
periode 2017-2021.
Jumlah sampel yang dijadikan objek penelitian 8
Jumlah data observasi (5 tahun) 40
Tabel 3. 3
Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk
2 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
3 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
4 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
5 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk
19
6 PTPP PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
7 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
8 JSMR PT Jasa Marga(Persero) Tbk
20
Penelitian ini menggunakan analisis regresi logitik untuk pengolahan data.
Penggunaan teknik analisis regresi logistik karena variabel dependen (terikat)
bersifat nominal. Menurut Ghozali (2016), menjelaskan bahwa “Apabila variabel
terikat bersifat kategorikal atau nominal dan variabel bebasnya bersifat antara
metrik atau nominal maka asumsi normalitas multivariat tidak akan dapat dipenuhi.
Penyimpangan dari asumsi normalitas multivariat mempengaruhi signifikan uji
statistik dan tingkat ketetapan klasifikasi. Jika hal tersebut terjadi maka sebaiknya
menggunakan uji statistik regresi logistik.
Tujuan regresi logistik adalah untuk memprediksi besarnya variabel
dependen yang berupa variabel binary (data nominal) dengan menggunakan
variabel independen yang sudah diketahui besarannya (Ghozali, 2016). Persamaan
regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Keterangan: :
IS : Income Smoothing, (kategori 1= perusahaan yang melakukan
perataan laba, dan = perusahaan yang tidak melakukan
perataan laba)
A : Konstanta
CH :
Cash Holding
UP : Ukuran Perusahaan
𝖰𝟏𝖰𝟐𝖰𝟑 : Koefisiensi regresi masing-masing variabel
ɛ : Error term
3.6.3.Uji Hipotesis
1. Menilai Kekayaan Model Regresi
Kelayakan regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test. Model ini dapat menguji hipotesis nol bahwa data empiris
sesuai dengan model sehingga bisa dikatakan fit apabila dilihat dari hasil Hosmer
21
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test memnunjukkan nlai sama dengan atau
kurang dari ,05 maka hipotesis nol (H0) akan ditolak karena taerdapat perbedaan
signifikan antara model dan nilai observasinya. Sementara jika Hosmer and
Lemeshow Goodness of Fit Test menunjukkan nilai lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis nol (H0) akan diterima dan tidak dapat ditolak yang artinya model dapat
memprediksi nilai observasi karena telah sesuai dengan data.
22
Profitabilitas, cash holding, ukuran perusahaan
Ha,1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 ;
secara simultan tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap perataan laba.
Kriteria untuk mengambil keputusan pada uji statistik F adalah:
Jika signifikansi hasilnya lebih dari 0,05 maka H0,1 diterima sedangkan jika tingkat
signifikansi kurang dari 0,05 maka Ha,1 diterima.
4. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi berguna untuk mengetahui kemampuan variabilitas
suatu variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen. Besar dari nilai
koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke’s R2 square yang
merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan nilai
bervariasi dari 0 (nol) maka bisa dikatakan tidak goodness. Artinya, semakin besar
presentase Nagelkerke’s R2 Square maka semakin baik dimana menunjukkan
bahwa variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen (Ghozali,
2018:333).
5. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji parsial atau uji t berguna untuk mengetahui bagaimana pengaruh satu
variabel independen masing-masing dalam menerangkan variabel dependen
menggunakan pengujian logit regresi dengan wald statistic (Ghozali, 2018:235).
Hipotesis statistik pengujian parsial dalam penelitian ini adalah:
H0,1 : β1 ≤ 0 ; Profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap perataan
laba.
Ha,1 : β1 > 0 ; Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap
perataan laba
23
Ha,2 : β2 > 0 ; Cash holding berpengaruh positif signifikan terhadap
perataan laba.
H0,3 : β3 ≤ 0 ; Ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap
perataan laba.
Ha,3 : β3 > 0 ; Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
perataan laba.
Jika tingkat signifikansi hasilnya lebih dari 0,05 maka H0 dapat diterima yang
artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen,
sedangkan jika tingkat signifikansi kurang dari 0,05 maka Ha diterima yang artinya
variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
24