Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ramanda Agung Putra

NIM : 34.3135
No. Absen : 27

A. Pengertian Penelitian kualitatif

Penelitian yang menggunakan lingkungan sosial sebagai obyek data dan bertujuan
untuk memahami suatu fenomena dalam kontak sosial secara alami dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan
fenomena yang diteliti. (Haris Herdiansyah: 2010).

Menurut Creswell, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan


metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan. (John W. Creswell: 2019). Menurut Saryono, penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menggambarkan,
menjelaskan, menemukan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak
dapat dijelaskan, di ukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian


yang dilandasi filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah,(sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,
tekhnik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau
kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan arti dari pada generalisasi.

Menurut Judith Preissle, penelitian kualitatif adalah model penelitian yang


terkotak-kotak dimana datanya berbentuk data verbal, visual, penciuman, sentuhan dan
pencelupan yang disusun dalam bentuk narasi deskriptif.

Dari beberapa definisi diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa penelitian
kualitatif sangat bergantung pada obyek yg akan diteliti, dan teori dalam penelitian
kualitatif hanya sebagai penunjang penelitian yang sedang dilakukan.

B. Pengertian Penelitian Kuantitatif


Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula
pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, tabel,
grafik, atau tampilan lainnya.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode


penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2012: 7). Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional,
positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan
metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai
metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut
metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai
iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-
angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value
free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip
objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif
mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya
persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka
penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya
(Sudarwan Danim, 2002: 35).
C. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
1. Berdasarkan data

Metode kulitatif jenis datanya adalah data kualitatif sedangkan metode kuantitatif
jenis datanya adlah data kuantitatif. Data (yang bersifat) Kualitatif merupakan data yang
dihasilkan dari cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan ’mutu’ obyek
(subyek) yang bersangkutan. Berbeda dari data kuantitatif yang bersifat numerik, data
kualitatif bersifat non-numerik (kata-kata deskriptif), seperti cantik, tampan, gagap,
tampak kurang berpendidikan, reponsif, bagus sekali, lincah, mewakili anak muda zaman
sekarang, dan lain-lain.

2. Berdasarkan Tujuan

Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena


sosial. Metodologi penelitian yang dipakai adalah multi metodologi, sehingga sebenarnya
tidak ada metodologi yang khusus. Para periset kualitatif dapat menggunakan semiotika,
narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik. Di sisi yang lain, para
periset kualitatif juga menggunakan pendekatan, metode dan teknik-teknik
etnometodologi, fenemologi, hermeneutic, feminisme, rhizomatik, dekonstruksionisme,
etnografi, wawancara, psikoanalisis, studi budaya, penelitian survei, dan pengamatan
melibat (participant observation) (Agus Salim, 2006). Dengan demikian, tidak ada
metode atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada teknik yang serta merta
dapat disingkirkan. Kalau dibandingkan dengan metodologi penelitian yang dikemukakan
oleh Feyerabend (dalam Chalmers, 1982) mungkin akan mendekati ketepatan, karena
menurutnya metodologi apa saja boleh dipakai asal dapat mencapai tujuan yang
dikehendaki. Tujuan Penelitian Kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan
model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan denganfenomena alam.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan
suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antarvariabel,
dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau
mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.

3. Berdasarkan Obyek Penelitian


Metode kualitatif leebih berfokus pada satu obyek penelitian saja sedangkan
metode kuantitatif bisa lebih dari satu obyek penelitian.

4. Berdasarkan Instrumen yang digunakan

Pada metode kuantitatif instrument penelitian yang biasa digunakan adalah


angket, kuesioner, atau instrument yang lain. Namun pada metode kualitatif instrument
yang digunakan adalah peneliti itu sendiri artinya peneliti sendiri lah yang harus terjun
langsung kedalam penelitian agar bisa melihat dan merasakan fakta yang sebenarnya.

5. Berdasarkan orientasi

Penelitian kualitatif lebih beroreintasi pada proses penelitian sedangkan penelitian


kuantitatif lebih berorientasi pada hasil penelitian.

6. Berdasarkan Proses

Metode kuantitatif mengunakan proses deduktif-induktif. Sedangkan metode


kualitatif adalah induktif.

7. Berdasarkan Sifat Realitas

Dalam metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme, realitas


dipandang sebagai suatu yang kongkrit, dapat diamati dengan panca indera, dapat
dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, dan perilaku, tidak berubah, dapat diukur
dan diverivikasi. Dengan demikian dalam metode ini, peneliti dapat menentukan hanya
beberapa variabel saja dari objek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat instrument
untuk mengukurnya. Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme atau paradigma interpretive, suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat
secara parsial dan dipecah kedalam variabel. Penelitian ini memandang objek sebagai
sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang
diamati, serta utuh (holistic) karena stiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak
(teramati), tetapi sampai dibalik yang tampak tersebut.

8. Berdasarkan Hubungan Variabel


Pada metode kualitatif hubungan antara variabel adalah timbal balik atau
interaksi. Pada metode kauntitatif lebih kepada sebab akibat.

D. Alur Pendekatan Penelitian kualitatif dan Kuantitatif

Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti.
Masalah harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris, sehingga
peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai refrensi. Selanjutnya masalah
dirumuskan secara spesifik. Untuk menjawab masalah yang bersifat sementara (hipotesis)
maka, peneliti dapat membaca refrensi teoritis yang relevan. Kemudian untuk menguji
hipotesis peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang
sesuai. Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian. Dan hendaknya instrumen penelitian terlebih dahulu diuji validitas
dan realiabilitasnya. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dilakukan pada objek
tertentu baik populasi maupun sampel. Jika peneliti akan membuat generalisasi terhadap
temuanya, maka sampel yang diambil harus respensif (mewakili). Setelah data
terkumpul, selanjutnya dianalisi untuk menjawab rumusan masalah dan menguji
hipotesis. Dalam analisis akan ditemukan apakah hipotesis ditolak atau diterima atau
apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang dajukan atau tidak. Kesimpulanya
berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana
langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis,
pengumpulan data, analis data, serta kesimpulan dan saran.

Sedangkan proses penelitian kualitatif adalah penelitian yang belum memiliki


masalah, atau keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki lapangan/objek
penelitian. Setelah memasuki objek penelitian tahap awal peneliti kualitatif akan melihat
segala sesuatu yang ada ditempat itu, masih bersifat umum. Baru ketika pada proses
penelitian tahap ke dua yang disebut sebagai tahap reduksi/fokus, peneliti akan memilih
mana data yang menarik penting, berguna, dan baru. Selanjutnya dikelompok menjadi
berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian. Tahap selanjutnya atau tahap
ke tiga dalam penelitian kualitatif adalah tahap selection. Pada tahap ini peneliti
menguraikan fokus menjadi lebih rinci. Kemudian peneliti melakukan analis yang
mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka selanjutnya peneliti dapat
menemukan tema dengan cara mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sebuah
pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru. Hasil akhir dari penelitian kualitatif ini
bukan hanya sekedar menghasilkan data atau informasi seperti yang sulit dicari halnya
pada metode penelitian kuantitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-
informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk
membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia.

E. Peran dan Fungsi Teori dalam Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif, fungsi teori sebagai alat untuk menjelaskan suatu
fenomena melalui premis-premis atau preposisi yang menyatakan hubungan suatu
variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan, kegunaan teori dalam penelitian kuantitatif
ialah sebagai landasan dari kerangka berpikir yang membingkai kegiatan penelitian itu
sendiri agar tidak meluas dan keluar dari tujuan-tujuan yang telah dirumuskan sesuai
dengan kaidah teoritik yang telah dibangun.

Sedangkan dalam penelitian kualitatif, fungsi teori sebagai pijakan awal atau
pintu masuk untuk melihat atau memahami realitas yang terjadi di balik fakta yang
nampak dan teramati. Sedangkan, kegunaan teori dalam penelitian kualitatif adalah
sebagai prespektif yang dapat membatasi pemikiran peneliti. Meskipun penelitian
kualitatif cenderung holistik, namun tetap ada batasan-batasan prespektif yang tidak bisa
dilangkahi agar proses analisis tidak bercampur baur dari prespektif lainnya yang sudah
ada.

Contoh penggunaan teori dalam penelitian kualitatif:

a. Penelitian kuantitatif:

dalam penelitian tentang korupsi di Indonesia, peneliti menggunakan teori pertumbuhan


ekonomi klasik, teori pertumbuhan neo klasik, teori pertumbuhan Harrod-Domar, Teori
pertumbuhan ekonomi Endorgen dengan menggunakan analisis regresi panel data dan
menggunakan Eviews untuk menunjukkan hasil pengaruh korupsi, konsumsi,
pengeluaran pemerintah dan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menggunakan uji multikolinieritas, uji heterokedatisitas dan uji autokorelasi.
b. Penelitian Kualitatif:

Dalam penelitian tentang pergeseran kebijakan tata pemerintahan desa di kabupaten,


peneliti menggunakan landasan teori tentang desentralisasi dalam pemerintahan
Indonesia dan teori asas pembentukan peraturan perundang-undangan untuk
mendapatkan suatu hal yang baru dalam kebijakan pemerintahan desa dengan
menerapkan desentralisasi dengan baik.
F. Masalah dalam penelitian, Identifikasi Masalah serta Rumusan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, antara


kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya dengan yang ada. Penelitian
dimaksudkan untuk menutup kesenjangan.

Identifikasi masalah merupakan langkah awal yang penting dalam proses


penelitian. Ketika peneliti menangkap fenomena yang berpotensi untuk diteliti, langkah
selanjutnya yang mendesak adalah mengidentifikasi masalah dari fenomena yang diamati
tersebut. Identifikasi masalah sebagai bagian dari proses penelitian dapat dipahami
sebagai upaya mendefinisikan problem dan membuat definisi tersebut dapat diukur
(measurable) sebagai langkah awal penelitian.

Rumusan masalah dalam sebuah penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan
masalah akan menjadi penentu apa bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian
tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah, kemudian
akan dijawab dalam proses penelitian dan tertuang secara sistematis dalam laporan
penelitian. Semua bahasan dalam laporan penelitian, termasuk juga semua bahasan
mengenai kerangka teori dan metodologi yang digunakan, semuanya mengacu pada
perumusan masalah. Oleh karena itu, ia menjadi titik sentral. Disinilah fokus utama yang
akan menentukan arah penelitian.

Contoh dalam latar belakang konsep penelitian:

Latar Belakang Masalah

Wakaf sebagai bagian dari pranata Islam yang berdimensi kesejahteraan sosial.
Wakaf diambil dari kata “waqafa”, menurut bahasa berarti menahan atau berhenti. Dalam
hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya)
kepada seseorang atau nazhir (pengelola wakaf), baik berupa individu maupun badan
pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang
sesuai dengan syariat Islam. Kata menahan yaitu mengeluarkan properti (harta) dengan
nama Allah SWT untuk tujuan amal. Eksistensi wakaf dalam instrumen kehidupan Islam
dapat dikatakan memiliki ciri khas dan strategi yang baik dalam membangun
perekonomian jika dikelola secara maksimal.

Nilai strategis dari wakaf dapat dilihat melalui sisi pengelolaan. Jika zakat
ditunjukan untuk menjamin keberlangsungan pemenuhan kebutuhan kepada delapan
golongan (asnaf), sedangkan wakaf lebih dari itu, bisa dimanfaatkan untuk semua lapisan
masyarakat dan tanpa batasan golongan sebagai jalan untuk membangun peradaban umat.
Keutamaan wakaf terletak pada hartanya yang utuh dan manfaatnya yang terus berlipat
dan mengalir abadi.

Jika melihat kondisi pada saat ini, wakaf terus berinovasi dalam menyesuaikan
perkembangan zaman yang terus dituntut untuk modern, dalam hal ini modern yang
dimaksud ialah mudah dalam mengakses untuk berwakaf, efisiensi program yang
memiliki nilai ekonomi berkelanjutan, dan tingkat profesional manajemen pengelolaan
yang mampu menjalankan program. Jumlah umat Islam di Indonesia yang menjadi
mayoritas merupakan sebuah aset besar untuk pengelolaan dan pengembangan wakaf
sehingga mampu meningkatkan nilai investasi yang mendukung kegiatan produktif.
Namun kenyataannya, minimnya wakaf investasi disebabkan oleh minimnya kemampuan
nazhir dalam berinvestasi sehingga yang ada hanya aset wakaf yang tidak bernilai
ekonomis. Di Indonesia, nazhir wakaf belum banyak dilakukan secara profesional, karena
kebanyakan nazhir wakaf hanya sebagai pekerjaan sampingan.

Keberadaan nazhir memegang peranan penting terhadap perkembangan harta


wakaf, dimana pendayagunaan wakaf bergaris lurus dengan kemampuan nazhir. Nazhir
adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Maka dari itu, aset wakaf ini sangat erat
dengan social entrepreneur, dimana wakaf merupakan lembaga filantropi yang tidak
berorientasi mencari keuntungan akan tetapi bertujuan sosial. Untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat diperlukan strategi dalam pengelolaannya secara berkelanjutan
yang identik dengan kewirausahaan sosial sebagai proses pengembangan wakaf
produktif. Sebagai salah satu instrumen keuangan dalam Islam, inovasi wakaf dalam
bentuk wakaf uang dihimpun dalam sebuah wadah yang menghasilkan modal besar untuk
investasi sehingga memerlukan pengelolaan secara profesional dengan nazhir yang
memiliki kompetensi dan kapabilitas sehingga mampu mencapai tujuan sosial.

Islam mendorong untuk melakukan pelatihan terhadap karyawan dengan tujuan


mengembangkan kompetensi dan kemampuan teknis karyawan dalam menunaikan
tanggung jawab pekerjaannya. Sehingga, kompetensi seorang nazhir yang profesional
merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan dana wakaf,
dimana seorang nazhir juga harus memiliki jiwa kewirausahaan dalam mengelola dana
wakaf agar memiliki nilai tambah sebagai modal untuk mengembangkan aset wakaf
secara produktif dan mengurangi resiko hilang atau berkurangnya aset wakaf. Karena
seberapa luas aset wakaf atau memiliki sumber potensi yang berlimpah, jika tidak di
dukung oleh nazhir berjiwa social entrepreneurship maka wakafnya tidak produktif.

Mengapa wakaf identik dengan social entrepreneurship? karena disatu sisi wakaf
adalah institusi sektor ketiga atau non profit oriented, yang tidak berorientasi untuk
mencari keuntungan akan tetapi bertujuan sosial. Disis lain, wakaf adalah melakukan
usaha investasi atau wirausaha untuk mencapai tujuan sosialnya, sehingga wakaf dapat
identik dengan kewirausahaan sosial atau social entrepreneurship.

Menciptakan nazhir yang memiliki kompetensi social entrepreneur, merupakan


hal yang penting agar wakaf berperan sosial. Karena betapapun strategis lokasi tanah
wakaf, atau memiliki sumber dana yang banyak, akan tetapi jika tidak didukung oleh
nazhir entrepreneur maka wakafnya akan tidak produktif. Hal ini juga merupakan
dampak dari UU Wakaf yang tidak secara konkret menjelaskan syarat kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang nazhir.

Pada PP No.42 Tahun 2006 yang merupakan penjelasan dari UU No.41 Tahun
2004 tentang wakaf juga tidak menjelaskan secara signifikan mengenai kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang nazhir. Maka perlu adanya perumusan kompetensi nazhir
dalam pengelolaan aset wakaf yang berbasis social entrepreneur sebagai strategi
mengoptimalkan aset wakaf.
Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang, maka identifikasi masalah dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nazhir dituntut untuk memiliki jiwa berwirausaha sehingga mampu mengelola


aset wakaf produktif.
2. Wakif membutuhkan nazhir yang mampu untuk dipercaya dan profesional dalam
mengelola aset wakaf untuk mencapai kesejahteraan sosial.
3. Wakaf merupakan aset yang tidak berorientasi dengan keuntungan tetapi dengan
sosial, sehingga diperlukan nazhir yang mampu mengelola wakaf produktif untuk
terus mengoptimalkan aset wakaf secara berkelanjutan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengelolaan wakaf yang diterapkan oleh nazhir wakaf berbasis
social entrepreneur pada Lembaga Wakaf Al Azhar?
2. Bagaimana standar kompetensi nazhir wakaf berbasis social entrepreneur?
3. Bagaimana peran nadzir wakaf dalam peningkatan hasil pengelolaan aset wakaf
berbasis social entrepreneur?

Anda mungkin juga menyukai