Anda di halaman 1dari 20

PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Dalam metode penelitian kuantitatif, masalah yang diteliti lebih umum

memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks. Penelitian kuantitatif

lebih sistematis, terencana, terstruktur, jelas dari awal hingga akhir penelitian.

Akan tetapi masalah-masalah pada metode penelitian kualitatif berwilayah pada

ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah, namun dari penelitian

tersebut nantinya dapat berkembangkan secara luas sesuai dengan keadaan di

lapangan. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman

yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia. Pada pendekatan ini, prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati

dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah

dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen

pokok. Oleh karena hal itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang

luas agar dapat melakukan wawancara secara langsung terhadap responden,

menganalisis, dan mengkontruksikan obyek yang diteliti agar lebih jelas.

Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai ( Sandu, 2015)

A. Penelitian Kuantitatif
2

Beberapa jenis penelitian kuantitatif menurut Sastroasmoro (2014) dan

notoadmotdjo (2010):

a. Penelitian Observasional

1. Deskriptif

2. Analitik (Cross Sectional, Case Control, Cohort)

b. Penelitian experiment

1. Pre experimental designs

2. True experimental designs

3. Quasi experimental designs

Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang

spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak

awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan

angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta

penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian

akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan

lainnya.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel

pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Metode


3

kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific

dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional,

karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi

sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode

positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut

sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-

kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis.

Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat

ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode

kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik.

Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang

lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena

sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan

kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable

yang di tentukan di ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang

berbeda–beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan

variable tersebut. Dengan menggunakan simbol– simbol angka tersebut, teknik

perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat

menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.

Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi

menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang


4

terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan

berlaku pada suatu populasi tertentu.

Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan

rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan

dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat

diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan

menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti

bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan

mendapatkan respon yang sama) dan plus atau minus 5 persentase poin margin

dari kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin

yang lebih kecil dari kesalahan.

Beberapa survei dengan melalui pertanyaan tertulis dan tes, kriteria yang

sesuai untuk memilih metode dan teknologi untuk mengumpulkan informasi

dari berbagai macam responden survei, survei dan administrasi statistik

analisis dan pelaporan semua layanan yang diberikan oleh pengantar

komunikasi. Namun, oleh karena sifat teknisnya metode pilihan pada survei

atau penelitian oleh karena sifat teknis, maka topik yang lain tidak tercakup

dalam cakupan ini.

Beberapa metode penelitian kuantitatif yang cukup sering digunakan

menurut sugiyono (2015):

1. Observasional
5

Desain penelitian observasional merupakan penelitian dimana

peneliti tidak melakukan intervensi atau perlakuan terhadap variabel.

Penelitian ini hanya untuk mengamati fenomena alam atau sosial yang

terjadi, dengan sampel penelitian merupakan bagian dari populasi dan

jumlah sampel yang diperlukan cukup banyak. Hasil penelitian yang

diperoleh dari sampel tersebut kemudian dapat digeneralisasikan kepada

populasi yang lebih luas. Penelitian observasional ini secara garis besar

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Desain Penelitian Deskriptif

Desain penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk melihat

gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Di

bidang kesehatan, penelitian deskriptif ini digunakan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan masalah-masalah kesehatan

yang terjadi di masyarakat atau di dalam komunitas tertentu, termasuk

di bidang rekam medis dan informasi kesehatan. Contoh penelitian di

bidang rekam medis dan informasi kesehatan dengan desain penelitian

deskriptif antara lain: gambaran pengelolaan rekam medis di bagian

filing, tinjauan pelaksanaan pelepasan informasi resume medis,

gambaran kelengkapan dokumen rekam medis, dan lain-lain. Hasil

penelitian yang diperoleh dari penelitian deskriptif antara lain berupa

distribusi frekuensi dalam bentuk persentase atau proporsi, mean,

median dan sebagainya. Desain penelitian deskriptif disebut juga

survei deskriptif.
6

Metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan

kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data.

Metode ini adalah yang paling sering dipakai di kalangan mahasiswa.

Desainnya sederhana, prosesnya cepat. Tetapi bila dilakukan dengan

sembrono, temuan survei ini cenderung superficial (dangkal)

meskipun dalam analisisnya peneliti menggunakan statistik yang

rumit. Penelitian survei dengan kuesioner ini memerlukan responden

dalam jumlah yang cukup agar validitas temuan bisa dicapai dengan

baik. Hal ini wajar, sebab apa yang digali dari kuesioner itu cenderung

informasi umum tentang fakta atau opini yang diberikan oleh

responden. Karena informasi bersifat umum dan (cenderung) dangkal

maka diperlukan responden dalam jumlah cukup agar “pola” yang

menggambarkan objek yang diteliti dapat dijelaskan dengan baik.

b. Desain Penelitian Analitik

Desain penelitian analitik merupakan suatu penelitian untuk

mengetahui bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi melalui

sebuah analisis statistik seperti korelasi antara sebab dan akibat atau

faktor risiko dengan efek serta kemudian dapat dilanjutkan untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi dari sebab atau faktor risiko

tersebut terhadap akibat atau efek. Secara garis besar penelitian

analitik dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu:

1) Rancangan atau desain Cross Sectional


7

Desain penelitian cross sectional merupakan suatu

penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan atau faktor

risiko (independen) dengan akibat atau efek (dependen), dengan

pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam

satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time

approach), artinya semua variabel baik variabel independen

maupun variabel dependen diobservasi pada waktu yang sama

2) Rancangan atau desain Case Control

Desain penelitian cross case control merupakan suatu

penelitian analitik yang mempelajari sebab – sebab kejadian atau

peristiwa secara retrospektif. Dalam bidang kesehatan suatu

kejadian penyakit diidentifikasi saat ini kemudian paparan atau

penyebabnya diidentifikasi pada waktu yang lalu.

3) Rancangan atau desain Cohort

Desain penelitian cohort merupakan suatu penelitian yang

mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek, yang

dilakukan secara propektif atau kedepan sebelum terjadinya efek.

Subyek penelitian diikuti dan diamati secara terus menerus

sampai jangka waktu tertentu. Secara alamiah, pada perjalanannya

dari subyek tersebut ada yang terpapar faktor risiko ada yang

tidak. Subyek yang terpapar oleh faktor risiko menjadi kelompok

yang diteliti dan subyek yang tidak terpapar menjadi kelompok

kontrol, karena berangkat dari populasi yang sama maka kedua


8

kelompok tersebut dikatakan sebanding. Kemudian ditentukan

apakah telah terjadi efek atau suatu kasus yang ditelit

2. Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan

untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara satu variabel

dengan lainnya (variabel X dan variabel Y). Untuk menjelaskan hubungan

kausalitas ini, peneliti harus melakukan kontrol dan pengukuran yang

sangat cermat terhadap variabel-variabel penelitiannya.

Tetapi metode eksperimen tidak hanya digunakan untuk

menjelaskan hubungan sebab akibat antara satu dan lain variabel, tetapi

juga untuk menjelaskan dan memprediksi gerak atau arah kecenderungan

suatu variabel di masa depan. Ini adalah eksperimen yang bertujuan untuk

memprediksi.

Perlu diingat, dua variabel yang berkorelasi (misalnya “tingkat

pendidikan” berkorelasi dengan “tingkat penghasilan”) tidak berarti dua

variabel tersebut mempunyai hubungan sebab-akibat. Sebaliknya, dua

variabel yang tidak berkorelasi (zero correlation) bukan berarti sudah

tertutup kemungkinan berhubungan sebabakibat. Untuk mengukur

korelasi, metode survei mungkin sudah cukup memadai. Tetapi untuk

menjawab “Apakah tingkat pendidikan menyebabkan naiknya

pendapatan?” Diperlukan suatu studi eksperimen yang sangat ketat

aturannya (Sand, 2015).


9

Kesalahan dalam Metode Eksperimen, Hal-hal yang

mempengaruhi validitas internal dan eksternal dalam penelitian

eksperimen, disebut “Extraneous Variables” adalah variabel selain

variabel-variabel utama yang diteliti, yang mempengaruhi hasil akhir

penelitian (kesimpulan) jika tidak dikontrol. menunjukkan ada 10 tipe

variabel extraneous menurut Sandu (2015) yaitu:

1) History: Pada penelitian yang membutuhkan waktu relatif lama, ada

kemungkinan terjadi hal-hal yang mempengaruhi proses penelitian itu

sehingga hasil akhir penelitian tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh

(treatment) perlakuan, tetapi oleh hal-hal lain.

Ketika terjadi kerusuhan di Indonesia pada tahun 1998 (yang menandai

jatuhnya rejim Soeharto), banyak penelitian menjadi “kacau” karena

terjadi perubahan-perubahan mendasar di segala bidang (ekonomi,

politik, budaya, dan sebagainya).

2) Maturation: Pada saat penelitian berlangsung, ada kemungkinan para

subjek yang diteliti mengalami “pendewasaan” (maturation). Mereka

mungkin bertambah cerdas, bertambah terampil, lebih percaya diri dan

sebagainya. Jadi, hasil penelitian lagi-lagi tidak hanya akibat dari

treatment, tetapi juga dipengaruhi faktor maturation ini.

3) Testing: Dalam studi eksperimen yang menggunakan pretest dan

postest, ada kemungkinan subjek menjadi lebih tahu tentang test

(terutama postest), atau menjadi test wise. Maka, kalaupun ada

kenaikan nilai test (post > pre). Hal ini mungkin lantaran subjek
10

menjadi lebih pintar alias test wise. Bisa juga terjadi kualitas pre test

tidak sama dengan kualitas post test.

Misalnya post test lebih mudah dari pada pre test, maka wajar hasil post

test lebih baik daripada hasil pre test-nya (lihat juga“instrumentation”).

4) Instrumentation: Ini berhubungan dengan kualitas instrumen penelitian.

Jika misalnya, pretest dibuat sangat sulit (tingkat kesukarannya tinggi),

sedangkan postest dibuat dengan tingkat kesukaran lebih rendah

(mungkin karena ketidaksengajaan) maka Jika pun hasil post > pre, hal

ini bukan dari hasil treatment, tetapi dari kesalahan instrumen itu.

Demikian pula bila kita telah menggunakan jenis instrumen. Misalnya,

untuk mengukur kemampuan psikomotorik diperlukan tes yang bersifat

kegiatan fisik (“melakukan suatu kegiatan”). Tetapi peneliti ternyata

hanya menggunakan tes tertulis. Misalnya, bukan kemampuan

psikomotorik yang diukur, tetapi kemampuan kognitif.

5) Statistical regression: Ini berhubungan dengan perhitungan statistik.

Bila kita membandingkan dua kelompok (misalnya kelompok

pengusaha kecil dan kelompok pengusaha menengah) dengan

memperlakukan “treatment” yang sama (misalnya pengenalan terhadap

manajemen usaha). Ternyata, setelah waktu tertentu, ada

kecenderungan kelompok yang mendapat “gain” lebih besar adalah

kelompok pengusaha kecil. Secara, “common sense” sebenarnya kita

bisa mengerti.
11

6) Differential selection: Dalam studi eksperimen yang membandingkan dua

kelompok (kelompok A dan B), peneliti harus “mengatur” sedemikian

rupa sehingga kelompok A sama dengan kelompok B sehingga

perbandingan bisa dilakukan secara baik. Tetapi kadang-kadang karena

satu dan lain hal, yang masuk ke kelompok A, misalnya, rata-rata lebih

baik daripada yang dikelompok B. Maka, ketika dua kelompok ini

dibandingkan di akhir penelitian, jelas sekali kelompok A lebih baik dari

kelompok B. Ini bukan karena treatment, tetapi karena kesalahan

pengelompokan.

7) Experimental mortality: Ini berhubungan dengan tingkat drop out

subjek penelitian. Jika satu per satu subjek mengundurkan diri dari

penelitian, lama-lama peneliti akan kekurangan subjek untuk diteliti.

Mungkin secara kuantitas jumlahnya masih cukup. Tetapi bila profile subjek

berubah drastis (kelompok tertentu masih banyak, kelompok lain sebagai

kelompok pembanding katakanlah tinggal satu orang), penelitian praktis

tidak mungkin dilanjutkan.

8) Selection-maturation interaction: Ini sama dengan nomor enam, tetapi

satu kelompok menjalani “pendewasaan” yang lebih cepat daripada

kelompok lainnya.

9) The John Henry Effect: Ini terjadi ketika kelompok kontrol (tidak diberi

treatment) berperilaku lebih giat, lebih rajin, dan sebagainya, daripada

kelompok eksperimen (kelompok yang diberi treatment). Hal ini mungkin

terjadi karena, misalnya, kelompok kontrol merasa bahwa nantinya


12

mereka akan “kalah” dibandingkan dengan kelompok eksperimen.

Perasaan “kalah” semacam ini bisa memacu kelompok kontrol belajar dan

bekerja lebih giat dari biasanya, katakanlah untuk membuktikan

bahwamereka sama baiknya dengan kelompok eksperimen.

10) Experimental Treatment Diffusion. Ini terjadi ketika kelompok kontrol

“belajar” dari kelompok eksperimen, baik sengaja maupun tidak, Jadi,

terjadi “perembesan” pembelajaran dari kelompok eksperimen ke

kelompok kontrol. Desain penelitian eksperimen menurut Notoadmotdjo

(2015):

a. Desain penelitian pra – eksperimen (pre experimental designs)

1. Posttest only design

Desain penelitian ini merupakan suatu penelitian yang dilakukan

perlakuan atau intervensi tanpa diawali dengan pretest dan tanpa

kontrol namun setelah mendapat perlakuan kemudian diberikan

posttest, sehingga tidak dapat dibandingkan antara sebelum dan

sesudah serta kelompok yang diberikan perlakuan dengan yang tanpa

perlakuan. Desain ini memiliki kelemahan karena tidak ada kontrol

dan tidak ada observasi awal atau pretest sehingga kemungkinan

kesimpulan yang diperoleh apakah betul-betul akibat perlakuan atau

karena faktor lain. Namun keuntungannya penelitian lebih cepat dan

mudah dan dapat digunakan untuk menjajagi masalah-masalah yang

diteliti atau mengembangkan gagasan atau metode alat-alat tertentu.


13

2. One group pretest posttest design

Desain ini dari awal sudah dilakukan observasi melalui pretest

terlebih dahulu, kemudian diberikan perlakuan atau intervensi,

selanjutnya diberikan posttest sehingga dapat mengetahui perubahan-

perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan atau

intervensi, namun dalam desain ini tidak ada kontrol sebagai

pembanding antarkelompok. Kelemahan dari desain ini juga tidak ada

jaminan apabila perubahan yang terjadi benar–benar karena adanya

perlakuan.

3. Static group comparison

Desain penelitian ini sama dengan desain posttest only design,

hanya bedanya, pada desain ini ditambahkan kelompok kontrol atau

pembanding. Pada kelompok eksperimen diawali dengan

dilakukannya intervensi atau perlakuan (X) kemudian dilakukan

pengukuran (O2). Hasil pengukuran pada kelompok yang mendapat

perlakuan kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran pada

kelompok kontrol, kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan

atau intervensi.

4. Desain penelitian eksperimen sungguhan (true experimental

designs)

a. Desain pretest-posttest dengan kelompok kontrol (pretest–

posttest with control group)


14

Dalam desain penelitian ini dilakukan randomisasi berupa

pengelompokan anggota-anggota kelompok eksperimen dan

kontrol secara acak atau random. Kemudian diawali dengan

pengukuran (O1) baik pada kelompok eksperimen maupun

pada kelompok kontrol, diikuti dengan intervensi atau

perlakuan (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa

waktu kemudian dilakukan pengukuran kedua (O2) pada kedua

kelompok tersebut. Hasil pengukuran pada kelompok yang

mendapat perlakuan kemudian dibandingkan dengan hasil

pengukuran pada kelompok kontrol, karena sudah dilakukan

randomisasi maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama

sebelum diberikan perlakuan, sehingga perbedaan pada hasil

posttest dari kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai

pengaruh dari intervensi atau perlakuan. Desain ini merupakan

salah satu desain terkuat dalam mengontrol ancaman–ancaman

terhadap validitas

b. Randomized Salomon Four Group

Desain ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas

pada desain yang ada pada desain pretest-posttes with control

group. Apabila pretest mungkin mempengaruhi subyek

sehingga mereka menjadi lebih sensitif terhadap perlakuan dan

mereka bereaksi secara berbeda dari subyek yang tidak

mengalami pretest, maka eksternal validitas terganggu dan kita


15

tidak dapat membuat generalisasi dari penelitian itu untuk

populasi, demikian pula kalau ada interaksi antara pretest

dengan perlakuan.

Desain Solomon ini dapat mengatasi masalah ini dengan

cara menambah kelompok ke–3 (dengan perlakuan dan tanpa

pretest) dan kelompok ke–4 (tanpa perlakuan dan tanpa

pretest). Bentuk desain ini sebagai berikut:

c. Desain penelitian eksperimen semu (quasi experimental

designs)

Desain penelitian quasi eksperimen sering digunakan pada

penelitian lapangan atau di masyarakat. Pada desain penelitian

ini tidak ada pembatasan yang ketat terhadap randomisasi dan

pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman–ancaman

validitas. Macam–macam desain penelitian eksperimen semu:

B. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan penemuan–

penemuan tanpa menggunakan prosedur statistik. Pada awalnya penelitian

kualitatif banyak dipergunakan pada penelitian–penelitian dengan keilmuan

antropologi, psikologi dan sosiologi linguistik. Saat ini penggunaannya

semakin meningkat pada disiplin ilmu lainnya seperti kesehatan masyarakat,

keperawatan, gizi, dan lain–lain. Bogdan dan Taylor dalam Martha (2016)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian


16

yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku

orang–orang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali

subjek dan merasakan apa yang meraka alami dalam kehidupan sehari–hari.

Menurut Miles (1992) dalam Martha (2016) bahwa penelitian kualitatif pada

dasarnya merupakan suatu proses penyelidikan yang mirip dengan pekerjaan

detektif. Hasil data utama yang diperoleh dalam penelitian kualitatif adalah

kata–kata dan tindakan yang didukung dengan data tambahan berupa data

tertulis, dokumentasi berupa foto dan statistik (Moleong, 2007).

Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan pemahaman yang

mendalam terhadap suatu fenomena atau gejala sosial secara lengkap sehingga

selanjutnya diharapkan akan dapat menghasilkan sebuah teori.

a. Jenis Penelitian Kualitatif

1. Etnografi

Etnografi berasal dari bahasa yunani yang berarti sebuah deskripsi

mengenai manusia. Secara lengkap pengertian Etnografi yaitu studi yang

sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami pada sebuah

budaya atau suatu kelompok sosial yang bertujuan untuk memahami

sebuah budaya tertentu dari sudut pandang pelakunya. Dengan kata lain

etnografi merupakan metodologi untuk studi deskriptif mengenai

kebudayaan dan masyarakat.

Bidang kesehatan sangat erat sekali dengan masyarakat karena

program–program kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah


17

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat.

Permasalahan yang terjadi di lapangan kadang–kadang program kesehatan

dianggap bertentangan dengan budaya yang berkembang di masyarakat

tertentu sehingga masyarakat menolak atau acuh terhadap program

tersebut. Tentunya agar suatu program dapat diterima oleh masyarakat

maka dengan mempelajari budaya dapat membantu memahami keadaaan

masyarakat (Hancock, 2007 dalam Martha, 2016).

2. Studi Kasus

Studi kasus adalah suatu penelitian intensif menggunakan berbagai

sumber bukti terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan

waktu. Dalam penelitian kasus memungkinkan peneliti untuk

mengumpulkan informasi yang rinci dan kaya yang mencakup dimensi–

dimensi sebuah kasus tertentu atau beberapa kasus kecil (Tohirin, 2012

dalam Martha, 2016). Selanjutnya karakteristik studi kasus antara lain:

a) eksplorasi mendalam dan menyempit, b) fokus pada peristiwa nyata

dalam konteks kehidupan sesungguhnya, c) dibatasi oleh ruang dan

waktu, d) bisa hanya merupakan kilasan atau penelitian longitudinal

tentang peristiwa yang sudah maupun yang sedang terjadi dari berbagai

sumber informasi dan sudut pandang, e) disajikan secara mendetail dan

deskriptif, f) pandangan menyeluruh, meneliti hubungan dan

keterpautan, g) fokus pada realitas yang diterima apa adanya maupun

realitas yang penting dan tidak biasa, h) bermanfaat untuk membangun

sekaligus menguji teori.


18

3. Grounded Theory

Penelitian grounded dilaksanakan oleh peneliti langsung ke

lapangan tanpa diawali dengan rancangan tertentu, semua dilaksanakan

di lapangan dari mulai merumuskan masalah berdasarkan temuan di

lapangan dan data yang diperoleh di lapangan merupakan sumber teori.

Bungin (2012) menyebutkan bahwa teori berdasarkan data, sehingga

teori juga lahir dan berkembang di lapangan. Pettigrew dalam Martha

(2016), menyebutkan bahwa pendekatan grounded theory

memungkinkan peneliti melakukan penelitian posesual, yaitu penelitian

yang fokus pada rangkaian peristiwa, tindakan, dan aktivitas individu

maupun kolektif yang berkembang dari waktu ke waktu dalam konteks

tertentu.

4. Phenomenology

Penelitian kualitatif dengan pendekatan phenomenology

merupakan pendekatan yang menekankan secara holistik, yaitu meneliti

suatu objek penelitian dalam suatu konstruksi ganda dan dalam konteks

“natural” bukan parsial (Martha, 2016). Van Manen (1990) dalam

Martha (2016) menyebutkan bahwa phenomenology adalah studi tentang

fenomena dan situasi, dan makna dari temuan adalah tujuan akhir dari

penelitian tersebut. Phenomenology bertujuan untuk memberikan

gambaran yang akurat dari fenomena yang dipelajari atau untuk

memahami pengalaman hidup individu dan tujuan hidup mereka

(informan) serta tidak untuk menghasilkan teori atau model atau


19

pengembangan penjelasan umum. Beberapa pendekatan kualitatif

diklasifikasikan menjadi phenomenology jika penelitian fokus pada

pengalaman.

DAFTAR PUSTAKA

Martha, E. Kresno, S. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Bidang

Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2014).Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi

revisi.Jakarta: Rineka Cipta

Sandu. (2015). Dasar dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media

Publishing

Sastroasmoro, S dan Ismael, S. (2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Edisi ke – 5. Jakarta: Binarupa Aksara

Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta
20

Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai