Di susun oleh :
Kelompok 6
NADIA VEGA
JENIFER HAMAL
PATRICIA POLI’I
SRI YULIANA PAKAYA
TIARA MOKOGINTA
Langkah ini juga sering diberi istilah telaah pustaka atau landasan teori.
Ini merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Seorang
peneliti harus menguasai teori-teori sebagai dasar bagi argumentasinyadalam
menyusun kerangka pemikiran, dari sini dapat melahirkan hipotesis, kerangka
teori yang merupakan penjelasan sementara dari gejala yang menjadi obyek
yang diteliti.
Kriteria agar suatu terori dapat meyakinkan sesama peneliti atau ilmuan
lain adalah pola pikiran logis.Kecuali tersusun dari rangkaian teori-teori yang
merupakan hasil telaah pustaka. Landasan teori juga dibangun dari hasil-hasil
penelitian atau prasaran-prasaran dari pertemuan ilmiah seperti simposium
dan seminar dilakukan penalaran melalui proses induktif dan deduktif dan
ditarik kesimpulan dari proses berpikir logis tersebut, merupakan jabawan
sementara-sementara terhadap masalah yang dirumuskan.
c. Perumusan Hipotesis
Telah disebutkan diatas tentang hipotesis, juga dalam bab 2. Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap maslah penelitian. Secara teknis hipotesis
dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai mengenai keadaan
parameter yang akan diuji. Sevara implisit, hipotesis juga menyatakan
prediksi atau dugaan.
1). Valid atau jitu atau sahih, artinya instrumen harus menunjukan sejauh
manakah ia mengukur apa yang seharusnya diukur.
2). Realibel, atau ejek, artinya instrumen memiliki daya keterandalan
apakah ia dilakukan dalam waktu yang lain yang berulang-ulang dalam
kondisi yang sama kepada subyek yang sama harus menghasilkan hal
yang hampir sama atau bahkan tetap sama.
3). Obyektif, atau terbuka artinya penggunan instrumen (alat) pengumpulan
data, tidak mempengaruhi pengumpulannya (orang) dan obyek (yang
diteliti).
Instrumen (alat) pengumpulan data tersebut ada yang dibuat oleh peneliti
ada juga yang sudah distandarkan. Instrumen yang disusun peneliti sendiri
harus diupayakan memenuhi ketiga syarat tersebut, sedang instrumen yang
terstandar sudah memiliki ketiga persyaratan tersebut.
Contoh:
Instrumen terstandar ialah perangkat tes psikologi seperti Tintum tes dan
WIC tes untuk mengambil data tentang tingkat kecerdasan seseorang.
Untuk data kuantitatif sebaiknya disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau
gambar untuk memudahkan pengolahannya. Peyajian data dalam tabel atau
grafik tersebut akan menuntun memudahkan kerja pada langkah-langkah
selanjutnya.
Pada dasarnya ada dua macam teknik analisis data yang lazim digunakan,
yaitu teknik statistik dan non statistik. Dalam tulisan ini dan selanjutnya
hanya akan dibahas teknik analisis statistik saja, berhubung bidang
pendidikan banyak menggunakan kuantitatif, yaitu daya yang dapat
diwujudkan dengan angka-angka. Analisis data non statistik cocok untuk
data deskriftif atau textular. Disamping analisis isi (content analisis), yaitu
analisis data yang mendasarkan pada isi dari data deskriftif.
Mengenai macam teknik analisis statistik akan dibahas dalam bab lain
yang merupakan seri penelitian lanjutan.
Dari hasil analisis statistik akan dibahas dalam bab lain yang merupakan
seri penelitian lanjutan.
Dari hasil analisis statistik yang berujud angka-angka tersebut di atas dan
juga dari hasil uji statistiknya akan dapat ditarik kesimpulan.
teknik uji statistik merupakan salah satu cara untuk menguji apakah hasil
analisis mampu membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam
langkah ini berarti memberi arti kepada hasil analisis datanya. Jadi hasil
analisis itu dilawankan dengan rumusan hipotesisnya.
Dari uji statistik yang telah dilakukan akan diperoleh hasil uji dalam dua
kemungkinan:
g. Menyusun Laporan
i. Halaman judul
ii. Halaman pendahuluan
iii. Halaman daftar isi
iv. Halaman daftar tabel (kalau ada)
v. Halaman daftar gambar (kalau ada)
vi. Halaman daftar lampiran (kalau ada)
A. Daftar pustaka
B. Lampiran-lampiran (kalau ada)
h. Mengemukakan Implikasi
Sekali lagi perlu di ingat bahwa 12 langkah tersebut bukan mutlak harus
dilakukan pembaca atau calon peneliti dapat menggabungkan langkah-
langkah yang dianggap perlu dan bahkan boleh meniadakan langkah apabila
tidak perlu. Misalnya perumusan hipotesis tidak harus ada penelitian
deskriptif.
Kesimpulan
a) Sikap ilmiah
b) metode ilmiah
c) dan tersusun sistematis dan runtut.
Daftar Pustaka