Anda di halaman 1dari 16

Metodee ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut

ilmu. Jadi lmu didapatkan dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu ,

sebab pengetahuan yang disebut ilmu apabila pengetahuan tersebut bersifat rasional dan

empiris dan telah mendapatkan uji kelayakan. Yang menjadi tujuan ilmu pengetahuan tidak

lain adalah (tercapainya) kebenaran. Untuk mencapai sebuah kebenaran, maka harus melalui

cara atau jalan tertentu. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan

dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.

Ada beberapa pendapat pakar tentang langkah langkah dalam

p e n e l i t i a n . D r . S a i f u d d i n A z w a r (2012) membagi penelitian dalam 9 tahap yaitu:

1) Identifikasi Permasalahan

2) Menyusun Landasan Teori

3) Merumuskan Hipotesa

4) Menentukan Variabel Penelitian

5) Memilih Instrumen Penelitian

6) Menentukan Subjek Penelitian

7) Mengumpulkan Data

8) Mengolah Data

9) Menulis Laporan.

Langkah ke 1 sampai dengan ke 6 merupakan kegiatan pembuatan

r a n c a n g a n  penelitian. Langkah ke 7 sampai dengan ke 9 merupakan pelaksanaan penelitian

dan langkah terakhir sama dengan pembuatan laporan penelitian.

1. Identifikasi masalah

1
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah identifikasi masalah atau

mengajukan masalah. Masalah yang diajukan haruslah menarik, penting dan mampu

untuk diteliti sesuai dengan bidang orang yang hendak meneliti serta bermanfaat untuk

pengembangan teori atau bermanfaat secara praktis bagi manusia. Suatu gejala baru

dapat disebut masalah apabila gejala tersebut terdapat dalam situasi tertentu. Contoh,

sebuah mobil yang dengan tenang diparkir di sebuah garasi mungkin tidak merupakan

masalah, tetapi sekiranya kita melihat sebuah mobil tersebut mogok ditengah jalan yang

macet dan mengganggu lalu lintas, maka jelas hal ini merupakan masalah. Ternyata

identifikasi masalah memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali.

Untuk itu, maka permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya. Pembatasan masalah

merupakan upaya untuk menetapkan batas permasalahan dengan jelas, yang

memungkinkan kita untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk ke dalam

ruang lingkup permasalahan, dan faktor mana yang tidak.

Dalam prakteknya, kita sering menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi masalah.

Hal ini disebabkan karena kemiskinan material yang menyangkut apa yang akan menjadi

masalah dan kemiskinan metodologis menyangkut bagaimana memecahkan masalah.

Untuk mengatasi dua hal tersebut maka :

a. Jadilah spesialis

Sebagai spesialis di bidang tertentu membuat seseorang berkesempatan untuk meneliti

secara rinci masalah-masalah yang belum terpecahkan.

b. Bersikap kritis dalam membaca, mendengar dan berpikir.

Seorang yang bersikap kritis dalam membaca, mendengar dan berpikir menjadikan

dirinya kaya dengan masalah-masalah yang belum terpecahkan.

c. Ungkapkan kembali gagasan-gagasan dari penelitian-penelitian mutakhir.

2
Seseorang yang senang mengungkapkan gagasan-gagasan hasil penelitian mutakhir

melalui observasi kancah, diskusi-diskusi dan tulisan-tulisan membuat dirinya

mendapatkan berbagai masalah yang belum terpecahkan (Suwirman, 2004:27).

Identifikasi masalah diperlukan agar peneliti benar-benar menemukan masalah

ilmiah, bukan akibat dari permasalahan lain.Meskipun demikian, tidak semua masalah

yang ada di masyarakat bisa diangkat sebagaimasalah penelitian.Hal-hal yang dapat

menjadi sumber masalah, terutama adalah:

a. Bacaan, terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian. Karena laporan yang

baik akan mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjutdengan arah

tertentu.

b. Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.

Pada umumnya dalam pertemuan ilmiah itu para peserta melihat hal-hal yang

dipersoalkannya secara profesional. Dengan kemampuan profesional para ilmuwan

peserta pertemuan ilmiah meihat, menganalisis, menyimpulkan, dan mempersoalkan

hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan.

c. Pernyatan pemegang otoritaS

Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dalam pemerintahan maupun

pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu dapat menjadi sumber masalah

penelitian. Misalnya, pernyataan Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya

daya serap murid-murid SMA, atau pernyataan seorang Direktur Jenderal Pendidikan

Tinggi tentang kecilnya daya tampung perguruan tinggi, dapat secara

langsungmengundang berbagai penelitian.

d. Pengamatan sepintas

3
Seringkali terjadi seseorang menemukan masalah penelitiannya dalam suatu

perjalanan atau peninjauan. Ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada

rencana untuk mencari masalah penelitian, tetapi ketika menyaksikan hal-hal tertentu

di lapangan, timbullah pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya yang terkristalisasikan

dalam masalah penelitian.

e. Pengalaman pribadi

Mungkin pengalaman pribadi itu berkaitan dengan sejarah perkembangan dan

kehidupan pribadi, mungkin pula berkaitan dengan kehidupan profesional.

f. Perasaaan intuitif 

Tidak jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuwan pada pagi

hari setelah bangun tidur atau pada saat-saat habis istirahat.Permasalahan yang akan

diteliti (Kerlinger, 1986) hendaknya dapat memenuhi kriteria penting yaitu :

1. Permasalahan sebaiknya merefleksikan dua variabel atau lebih.

Masalah sebaiknya mencerminkan hubungan dua variable atau lebih, karena

padapraktiknya peneliti akan mengkaji pengaruh satu variable tertentu terhadap

variablelainnya. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui ada dan tidaknya

pengaruh “strategi mengajar guru” (variable satu) terhadap “pemahaman siswa”

(variable dua). Jika seorang peneliti hanya menggunakan satu variable dalam

merumuskan masalahnya, maka yang bersangkutan hanya melakukan studi

deskriptif, misalnya “ Strategi mengajar guru Y di sekolah X”. Peneliti dalam hal

ini hanya akan melakukan studi terhadap strategi mengaja guru yang ada tanpa

mempertimbangkan factor-faktor lain baik yang mempengaruhi atau dipengaruhi

oleh gaya kepemimpinan tersebut.

2. Sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan.

4
3. Sebaiknya dapat diuji secara empiris

Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya perumusan masalah yang dibuat

memungkinkan peneliti mencari data di lapangan sebagai sarana

pembuktiannya.Tujuan utama pengumpulan data ialah untuk membuktikan bahwa

masalah yang sedang dikaji dapat dijawab jika peneliti melakukan pencarian dan

pengumpulan data. Dengan kata lain masalah memerlukan jawaban, jawaban

didapatkan setelah penelitimengumpulkan data di lapangan dan jawaban masalah

merupakan hasil penelitian.

Tiga kriteria ini penting sebagai pertimbangan peneliti dalam mengidentifikasi

permasalahan yang ditemui, baik dalam teori maupun di lapangan.

2. Penyusunan kerangka teoritis

Penyusunan kerangka teoritis berfungsi menjelaskan permasalahan dan menegakkan

prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian,teori maupun konsep

yang membahas mengenai variabel-variabelnya, serta temuan-temuan peneliti terdahulu

yang relevan.

Seorang peneliti harus meguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi

dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran

ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.

Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuan adalah

alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang

membuahkan kesimpulan berupa hipotesis. Agar pengetahuan ilmiah bersifat konsisten

5
dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya, maka hal ini harus tercermin dalam struktur

logika berfikir ketika menarik kesimpulan, untuk itu harus memenuhi dua persyaratan

yaitu:

a. Mempergunakan premis-premis yang benar;

b. Mempergunakan cara penarikan kesimpulan yang sah.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan

pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Hipotesis dirumuskan sesuai dasar

teori dan dukungan kenyataan hasil penelitian yang relevan. Dalam metode ilmiah dan

proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang

jelas dapat membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah.

Sering kali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat

penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti

untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan

berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

4. Menentukan variabel penelitian

Rumusan hipotesis selalu merupakan kalimat deklaratif mengenai hubungan di antara

variabel-variabel yang menjadi target utama penelitian. Variabel penelitian dapat berupa

apapun juga yang variasinya perlu kita perhatikan agar kita dapat mengambil kesimpulan

mengenai fenomena yang terjadi. Misalnya, kesimpulan sebab-akibat, kesimpulan

mengenai perbedaan, kesimpulan mengenai kaitan suatu hal dengam lainnya, kesimpulan

mengenai kecenderungan, dll.

Hipotesis yang dilandasi oleh telaah teoritik tadi dapat membimbing peneliti dalam

6
mengidentifikasi variabel mna saja yang menjadi pokok permasalahan sehingga harus

diperhatikan dan variabel mana saja yang fungsinya kurang penting atau bahkan dapat

diabaikan. Bagi setiap variabel yang telah diidentifikasikan perlu dilakukan

operasionalisasi, yaitu merumuskan definisi variabel secara operasional sehingga dapat

diukur. Operasionalisasi variabel artinya menerjemahkan konsep menegnai variabel yang

bersangkutan kedalam bentuk indikator perilaku. Konsep mengenai suatu variabel

biasanya sangat abstrak. Sebagai contoh, variabel “lapar” memiliki makna yang langsung

dapat dimengerti oleh semua orang, seakan konsep mengenai lapar itu sudah jelas. Akan

tetapi bila ditanya bagaimanakah kita dapat menegetahui seseorang lapar atau tidak,

maka kita dihadapkan pada masalah definisi operasional.

5. Memilih instrumen penelitian

Instrumen pengukur variabel penelitian memegang peranan penting dalam usaha

memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya. Bahkan validitas hasil penelitian

sebagian besar sangat tergantung pada kualitas instrumen pengumpulan datanya.

Terdapat beberapa bentuk-bentuk instrumen penelitian, diantaranya :

a) Instrumen Tes

Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan

atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Macam-macam Instrumen tes:

1) Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian

seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan

khusus,dll.

2) Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat

seseorang.

7
3) Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau

perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan

berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.

4) Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap

berbagai sikap seseorang.

5) Tes minat yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.

6) Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang

setelah mempelajari sesuatu.

b) Instrumen Nontest

1. Angket atau kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dipandang dari bentuknya maka ada 4:

a. Kuesioner pilihan ganda

b. Kuesioner isian

c. Check list yaitu responden tinggal membubuhkan tanda check(√)

d. Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang

menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke

sangat setuju.

Keuntungan kuesioner :

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

c. Dapat dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden.

Kelemahan kuesioner :

a. Seringkali sukar dicari validitasnya

8
b. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja

memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

c. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang

terlalu lama sehingga terlambat.

2. Interview

Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk meneliti

keadaan seseorang misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang

murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.

Ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview dibedakan atas :

a. Interview bebas di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga

mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.

b. Interview terpimpin di mana pewawancara deng membawa sederetan

pertanyaan lengkap dan terperinci.

c. Interview bebas terpimpin yaitu antara kombinasi antara interview bebas dan

interview terpimpin.

Keunggulan teknik interview adalah:

a) Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau jawaban

yang relatif tinggi dari responden

b) Peneliti dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden

mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan pertanyaan

c) Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan

mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam

proses interview

9
d) Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan

cara kuesioner ataupun observasi.

3. Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan

pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui

penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang di katakan

ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi

dapat dilakuka dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.

Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

1) Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tiak

menggunakan instrumen pengamatan.

2) Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan

pedoman ebagai instrumen pengamatan.

Sedangkan observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a. Sign system, digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran

sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan

sub-variabel. Misalnya gur menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru

bertanya kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru

menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan dalam satu periode

tertentu misalnya5 menit, semua kejadian yang telah muncul di cek. Kejadian

yang muncul lebih ari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek

satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa kejadian yang

muncul dalam situasi pengajaran.

10
b. Category system, adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah

variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi

murid dalam proes belajar-mengajar. Dalam hal ini pengamat hanya

memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori keaktifan atau

partisipasi murid misalnya : murid bertanya, murid berdebat dengan guru,

murid membahas pertanyaan, dsb.

4. Dokumentasi

Dalam uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa sebagai

objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita

memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan

kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada

tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi, dari asal

katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan

metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.

Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :

1) Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan

dicari datanya.

2) Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.dalam hal ini

peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang

dimaksud.

Berikut ini beberapa langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian.

Langkah-langkah tersebut adalah :

11
1. Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-

jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang

diinginkan peneliti.

2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur

variabel/subvariabel/indikator-indikatornya.

3. Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup

materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan,

waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang

diharapkan dari subjek yang diteliti.misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka

abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan,

pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, evaluasi.

4. Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah

yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah

ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah

punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang

betul/diinginkan harus dibuat peneliti.

5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi

intrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan

item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba

validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut.

6. Menentukan subjek penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data

mengenai variabel-variabel yang diteliti. Dalam proses pelaksanaan penelitian, subjek

penelitian ada yang berpartisipasi secara aktif dan ada yang hanya secara pasif.

12
Subjek penelitian, pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil

penelitian. Apabila subjek penelitian terbatas dan masih dalam jangkauan sumber daya,

maka dapat dilakukan studi populasi, yaitu mempelajari seluruh subjek secara langsung.

Sebaliknya, apabila subjek penelitian sangat banyak dan berada di luar jangkauan

seumber daya peneliti, atau apabila batasan populasinya tidak mudah untuk

didefinisikan, maka dapat dilakukan studi sampel.

Masalah pembatasan populasi dan cara penentuan sampel (sampling) menjadi sangat

penting dalam penelitian survai. Penelitian survai bertujuan memperoleh deskripsi

objektif mengenai keadaan populasi. Oleh karena itu batasan dan karakteristik populasi

harus jelas dan tegas, sehingga kesimpulan penelitian jelas pula target generalisasinya.

7. Mengumpulkan data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang sedikit berbeda dari tahapan-tahapan

sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang

peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan

hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam

metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya

sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan. Dalam teknik

pengumpulan data harus dinyatakan variable yang akan dikumpulkan, sumber data dari

mana dan keterangan mengenai variabel tersebut akan didapatkan.

Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrumen pengumpulan data, observasi,

maupun lewat data dokumentasi. Data yang harus dikumpulkan mungkin berupa data

primer, data sekunder, atau keduanya. Data primer diperoleh dari sumber pertama

melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa interview, observasi,

maupun penggunaan instrumen yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya. Data

13
sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi

dan arsip-arsip resmi.

8. Mengolah data

Kegiatan pengolahan data diawali dari tabulasi data kedalam suatu tabel induk,

klasifikasi data, analisis-analisis deskriptif, pengujian hipotesis penelitian, dan diakhiri

oleh penyimpulan hasil analisis. Mutu penelitian tidak ditentukan oleh sederhana atau

rumitnya analisis kuantitatif yang dilakukan. Analisis penelitian yang baik, tidak selalu

harus kompleks dan banyak. Bahkan tidak semua bentuk penelitian harus menggunakan

analisis kuantitatif, dapat juga digunakan analisis kualitatif. Jadi, ketepatan teknik

analisis dengan tujuan penelitian dan keadaan data adalah lebih penting daripada sekedar

menyajikan angka-angka dan tabel-tabel.

9. Menulis laporan hasil penelitian

Langkah terakhir dalam setiap kegiatan penelitian adalah pelaporan hasil.

Penelitian yang tidak dipublikasikan atau disebarluaskan akan kurang bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak memiliki nilai praktis yang tinggi. Oleh

karena itu adalah kewajiban seorang peneliti untuk menyelesaikan rangkaian kegiatan

ilmiahnya menjadi suatu bentuk laporan ilmiah tertulis yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Bentuk laporan penelitian tentu berbeda bagi masing-masing audensinya. Bentuk laporan

penelitian yang ditujukan kepada sponsor akan tidak banyak diwarnai oleh istilah-istilah

teknis sebagaimana laporan yang ditujukan kepada lembaga pendidikan tinggi atau

kalangan akademisi. Laporan penelitian yang diajukan kepada para pengambil keputusan

di lapangan mungkin tidak akan serupa dengan laporan yang ditujukan kepada para pakar

dalam bidang yang diteliti. Apapun juga dan siapapun juga audiensi ini, namun

14
objektivitas dan kadar ilmiah laporan penelitian hendaknya tetap dipertahankan. Format

dapat berbeda akan tetapi isi harus tetap sesuai dengan temuan penelitian

DAFTAR PUSTAKA

15
Syukur, Kholil. Metodologi Penelitian Komunikasi. (Bandung: Citapustaka Media, 2006)

George J. Mouly, The science of Educational Research (New York: American Book
Company, 1963)

Margono,s. Metodologi penelitian pendidikan,Jakarta : PT Rineka Cipta,1997.

Dr.Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung : Remaja


Rosdakarya,2002.

Prof.Dr. Suharsini arikunto.Prosedur Penelitian,Jakarta : PT Rineka Cipta.2002.

Dr. Azwar Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012.

16

Anda mungkin juga menyukai