Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH METODELOGI PENELITIAN

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

OLEH KELOMPOK 3

SUCI TIARA NINGTIAS AS2113201032


MIRANTI APRILI A2113201027
MELISA INDAH LESTARI 2113201028
RAHAYU PERMATASARI CMR0200620
AIDALIA NAGITA JAFAR 121018320121065

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
BAB I
PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian adalah serangkaian tahapan atau prosedur yang harus
diikuti dalam rangka melakukan penelitian yang sistematis dan terstruktur. Penelitian
adalah upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu fenomena,
masalah, atau pertanyaan yang memerlukan analisis dan investigasi lebih lanjut.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil
pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah
adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting di antara proses
lain. Masalah penelitian (research problem) akan menentukan kualitas suatu penelitian,
bahkan itu juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak.
Masalah penelitian secara umum bisa ditemukan melalui studi literatur (literature review)
atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey), dan sebagainya.
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempersoalkan
suatu variabel atau hubungan antara satu atau lebih variabel pada suatu fenomena.
Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai konsep yang memuat nilai
bervariasi, pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Dalam suatu studi yang
menggunakan alur-pikir deduktif kerapkali ditampilkan definisi operasional variabel, dan
dalam penelitian kualitatif variabel itu seringkali disebut konsep, misalnya definisi
konseptual.

Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah:


1. Bacaan
Sumber bacaan bisa dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil- hasil
penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik
tentu saja mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan
dengan tema penelitian bersangkutan. Suatu penelitian sering tidak mampu
memecahkan semua masalah yang telah teridentifikasi karena ada berbagai
keterbatasan peneliti atau ruang lingkup penelitian itu. Hal ini menuntut adanya
penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum
terpecahkan. Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat
dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang
mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi
sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.
2. Pertemuan Ilmiah
Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti
seminar, konferensi nasional dan internasional diskusi. Lokakarya, simposium dan
sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah seperti itu akan muncul berbagai permasalahan
yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figure publik
yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh
pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini
dapat mencakup aspek formal dan non formal.

4. Observasi (pengamatan)
Pengamatan yang dilakukan seseorang peneliti tentang sesuatu yang direncanakan
ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu
yang cukup lama, terstruktur atau tidak terstruktur, itu dapat melahirkan suatu
masalah. Contoh: Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat
(mengamati) sikap dan perilaku peserta didiknya dalam proses belajar mengajar.
5. Wawancara dan Angket
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di lapangan
dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu.
Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat
menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan
ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang
permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk menyakinkan adanya
permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6. Pengalaman
Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua
pengalaman yang dimiliki seseorang (peneliti) itu selalu positif, tetapi kadang-kadang
sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang
(kelompok) lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui
penelitian.
7. Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian tersebut
muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.

Ketujuh faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu pokok
permasalahan penelitian, dan itu dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu
masalah. Jadi, untuk mengindentifikasi masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber
bacaan yang memungkinkan lahir masalah-masalah penelitian seperti di atas. Sumber-
sumber keilmuan yang membawa masalah-masalah tersebut dapat saling berinteraksi
dalam menentukan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja.
Setelah masalah-masalah penelitian dapat diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih
dan ditentukan peneliti masalah-masalah yang akan diangkat dalam suatu rancangan
penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti, perlu
mempertimbangkan kriteria problematika yang tertata baik.

C. PEMILIH MASALAH PENELITIAN


Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah penelitian ini adalah
bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri. Sebelum
memilih masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitian.
Untuk menentukan topik penelitian Narbuko dan Achmadi (2002) menyampaikan
bahwa sebelum menentukan topik penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu
menanyakan pada diri sendiri tentang beberapa pertanyaan berikut :
“Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya (manageble topic)?”
“Apakah bahan-bahan/ data-data tersedia dengan cukup (obtainable data)?” “Apakah
topik tersebut penting untuk diteliti (significancy of topic)?” “Apakah topik tersebut
menarik untuk diteliti dan dikaji (interested topic)?”
Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian
yang sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian
agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo
(2002), meliputi :
a. Masalah masih baru.
“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh
orang lain dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha
yang dilakukan, sebelum menentukan masalah, peneliti harus banyak membaca dari
jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang penelitian terkini.
b. Aktual
Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat.
Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan meneliti tentang masalah
gangguan konsep diri pada pasien yang telah mengalami hemodialise berulang, maka
sebelumnya peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan
masalah tersebut, meskipun tidak pada semua pasien.
c. Praktis
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil
penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau
penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.
d. Memadai
Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga
tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang
jelas dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu
sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.
e. Sesuai dengan kemampuan peneliti
Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian
dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak, hasil penelitiannya kurang
dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis.
f. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-
undang ataupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan
hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya nanti.
g. Ada yang mendukung
Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan
darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalah- masalah
penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansi-instansi
pendukung, baik pemerintah maupun swasta.

Tidak setiap masalah layak untuk diangkat sebagai topik penelitian. Untuk memilih
masalah mana yang layak untuk diteliti, ada beberapa kriteria yg. dapat dipakai, yaitu
sebagai berikut (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 91-92).
1. Apakah masalah itu sesuatu yang baru, relatif belum banyak diteliti?
Untuk itu calon peneliti perlu menelaah beberapa hal, seperti :
a. Isu-isu yang muncul kekinian.
b. Isu-isu yang unik.
c. Penelitian sejenis pada skala institusi.
d. Penelitian sejenis pada skala wilayah.
e. Penelitian sejenis pada skala nasional.
f. Penelitian sejenis pada skala internasional.
g. Penelitian sejenis menurut periode waktu.
2. Apakah masalah itu mengundang rasa ingin tahu peneliti atau pihak luar yang akan
membaca atau memanfaatkan hasil penelitian itu ?
Untuk itu peneliti perlu memperhatikan :
a. Nilai teoritis hasil penelitian bagi dirinya dan juga pihak lain seprofesi.
b. Nilai teortis hasil penelitian bagi pengembangan ilmu sebagaimana yang diteliti.
c. Nilai praktis hasil penelitian bagi dirinya dan juga bagi profesinya.

3. Apakah masalah yang diplih berada dalam lingkup keilmuan yang ditekuni oleh
peneliti selama ini ?
4. Adakah alat, bahan, dan metoda kerja yang akan dipakai memungkinkan
terlaksananya pengkajian terhadap fakus masalah yang dipilih ?
5. Beberapa hal khusus yang perlu dipertimbangkan adalah :
a. Ada atau tidaknya alat / bahan pendukung penelitian.
b. Ketersediaan biaya penelitian.
c. Fasilitas pendukung lainnya, seperti keterbukaan sumber data, masalah
perijinan dari instansi terkait.
d. Metode penelitian yang dipakai menurut situasi dan karakteristik spesifik
subjek penelitian.
6. Apakah segi-segi teknik berikut ini memungkinkan terselenggaranya penelitian
sesuai dengan fokus masalah ?
a. Ketahanan fisik peneliti.
b. Ketahanan psikologis peneliti.
c. Kesediaan peneliti menyediakan waktu untuk mengkaji fokus penelitian
secara memadai.
d. Kapasitas peneliti dalam bekerja sama dengan pihak lain.

Dengan beberapa pertimbangan dan pertanyaan tersebut, diharapkan akan dapat


dirumuskan masalah penelitian yang layak dan relevan, sehingga masalah penelitian
memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif.
Sumber masalah penelitian Menurut Turney dan Noble (1971, dalam Danim,
2003) sumber masalah penelitian empiris dapat berasal dariPengalaman pribadi,
Keterangan yang diperoleh secara kebetulan, Kerja dan kontak professional, Pengujian
dan pengembangan teori yang ada, Analisis literatur profesional dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya.

D. PERUMUSAN MASALAH
Dalam sebuah penelitian, setelah ditentukan latar belakang masalah, maka dilanjutkan
dengan menyusun rumusan masalah. Perumusan masalah merupakan upaya untuk
menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya.
Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang
lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan
dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-
variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan
subjek penelitian.
Tuckman (dalam Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 99) mengemukakan beberapa
kirteria dalam merumuskan masalah, yaitu :
1. Bersifat kausalitas atau menghubungkan dua variabel atau lebih.
2. Dapat diukur secara empiris dan objektif.
3. Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih baik dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan.
4. Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut
jawaban dengan pertimbangan moral subjektif.
Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti
memungkinkan dikumpulkan-nya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
(UM, 2000:12 & Ibnu, 2003:110). Contoh: Apakah terdapat hubungan antara
kekuatan otot tungkai dengan jauhnya tendangan pada sepakbola?

Ary, dkk. (1979) mengemukakan, perumusan masalah yang baik harus memenuhi dua
syarat:
1. menyebutkan dengan jelas apa yang akan dicari jawabannya.
2. Jelas ruang lingkupnya.

Kedua syarat ini dapat dipenuhi apabila peneliti menyebutkan dengan jelas hal-
hal sebagai berikut:
a. Variabel-variabel yang terkait
b. Hubungan di antara variabel-variabel tersebut
c. Populasi terkait atau sasaran kajian yang merupakan subjek-subjek yang paling
jelas keterkaitannya dengan permasalahan yang dikaji
d. Berbagai atribut (lokasi, waktu dsb.) berfungsi membatasi lingkup kajian yang
berkaitan dengan tempat dan waktu terjadinya permasalahan maupun identitas
khusus dari populasi/bagian populasi yang bersangkutan.

Pada umumnya masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya,


mengandung variabel-variabel penelitian yang terkait danhubungan antara variabel-
variabel tersebut. Ditinjau dari cakupan aspek yang terkait rumusan masalah penelitian
dibedakan menjadi dua tingkatan rumusan masalah umum yang menunjukkan
keseluruhan permasalahan penelitian secara utuh, dan rumusan masalah khusus yang
berfokus pada aspek-aspek tertentu dari permasalahan yang dikaji.
Berikut ini disajikan beberapa contoh rumusan masalah untuk jenis penelitian
deskriptif, korelasional, dan penelitian eksperimen.
1. Penelitian deskriptif : Bagaimanakah keterampilan mengajar mahasiswa PPL
Program Studi Pendidikan Jasmani FIK UM?
2. Penelitian korelasional : Apakah terdapat hubungan antara kekuatan otot
tungkai dengan jauhnya tendangan pada sepakbola?
3. Penelitian eksperimen : Apakah terdapat perbedaan keterampilan bermain
bolavoli antara siswa yang melakukan latihan keseluruhan dengan latihan
bagian?
E. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu melakukan aktivitas untuk
mencapai tujuan. “Seorang mahasiswa belajar secara rutin dengan tujuan agar
memperoleh nilai baik”, seorang pemain bolavoli melakukan latihan secara rutin tiga kali
seminggu agar terampil bermain bolavoli, seorang petani rajin mengurus tanaman karena
ingin memperoleh hasil yang baik. Contoh di depan menunjukkan bahwa seseorang
melakukan aktivitas karena alasan tertentu yang ingin dicapai.
Demikian juga kegiatan penelitian, seseorang melakukan aktivitas penelitian
karena ada alasan tertentu yang melatarbelakangi, mengapa penelitian tersebut dilakukan?
Latar belakang masalah berisi tentang kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik
kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang
diteliti.
Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil
penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan
pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah
yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (UM, 200:11
dan Ibnu, 2003:110). Pada prinsipnya peneliti harus mampu menjawab pertanyaan:
"Mengapa masalah ini dipilih untuk diteliti?"
Untuk menemukan latar belakang penelitian, kata kunci yang biasa digunakan
adalah “mengapa (why)” penelitian tersebut dilakukan? Mungkin ada alasan-alasan
tertentu yang melatarbelakangi, misalnya: sesuatu yang diteliti tidak sesuai dengan
harapan masyarakat, tidak selaras dengan idealisme, tidak sesuai dengan teori, dan
sebagainya. Alasan-alasan yang memerlukan jawaban, penjelasan atau pemecahan itulah
yang dapat digunakan sebagai indikator bahwa sebuah penelitian tersebut layak atau tidak
untuk dilakukan.

F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi
dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian.
Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan
dengan menggunakan
kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat
pernyataan.

Contoh: (1). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan


mengajar mahasiswa PPL Program Studi Pendidikan Jasmani FIK UM (deskriptif), (2).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kekuatan otot
tungkai dengan jauhnya tendangan pada sepakbola (korelasional), (3). Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan bermain bolavoli antara siswa yang
melakukan latihan keseluruhan dengan latihan bagian (eksperimen).
Berbeda dengan rumusan masalah yang lazim menggunakan kalimat pertanyaan,
dalam rumusan tujuan biasanya menggunakanpernyataan. Rumusan tujuan penelitian
merupakan sesuatu yang ingin dijawaban, dijelaskan atau dipecahkan melalui penelitian.
Dengan demikian tujuan penelitian merupakan sasaran yang akan diselesaikan melalui
penelitian tersebut.

G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian menjadi salah satu bentuk tulisan yang perlu disampaikan
dalam bab pendahuluan. Manfaat penelitian ini erat hubungannya dengan tujuan
penelitian. Oleh karenannya hampir setiap karya tulis, baik skripsi, makalah, karya
ilmiah, proposal penelitian, dan lain sebaginya selalu menyertakannya. Sebagai
penjelasan lebih lanjut dalam artikel ini akan menjelaskan tentang contoh-contoh
penulisan manfaat penelitian.
Manfaat penelitian adalah kelebihan dan keuntungan pembuatan karya tulis
melalui program-program yang diterapkan. Dalam tulisannya manfaat penelitian ini tidak
lebih dari 3 paragram, bahkan sebagai syarat utamanya penulisan manfaat penelitian
haruslah lebih pendek daripada pendahuluan dalam karya tulis.Jenis-Jenis Manfaat
Penelitian:
a. Teoritis
Sebutan dalam penulisan kegunaan penelitian seringkali di dasari atas
landasan teoriris. Landasan ini sendiri seiring pada keguanaan penelitian yaitu
sebagai penambah wawasan dan rujukan dalam ilmu pengetahuan berdasarkan
pada teori-teori yang ada.
b. Akademis
Tujuan yang terdapat dalam manfaat penelitian berhubungan erat dalam
akademis. Hubungan ini sendiri atas alasan dengan penelitian menjadi refrensi
penulisan bagi segenap pembaca yang berasal dari banyak kalangan, misalnya
masyarakat, mahasiswa, pelajar, ataubahkan dosen atau guru.
c. Praktis
Penulisan manfaat penelitian bertujuan secara praktis yang lebih mendekatkan
pada dampak yang ditimbulkan di dalam masyarakat. Penulisan manfaat ini
sendiri seringkali menjadi di akhiri dengan memeprluas wawasan bagi
pembaca atupun penulisanya.
d. Dari penjelasan mengenai pengertian manfaat penelitian dan jenis-jenisnya
dapat disimpulkan bahwasanya kegunaan bagian ini berhubungan erat dengan
kaitannya terhadap masalah-masalah sosial dan solusi yang ditawarkan. Jika
bahasan masalah sosial berada dalam latar belakang maka solusi berada di
dalam manfaat penelitian.

H. ASUMSI
Asumsi merupakan anggapan dasar, yang diakui kebenarannya atau dianggap benar
tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu. Keberadaan asumsi dalam sebuah penelitian
bukan merupakan suatu keharusan, namun menjadi pertimbangan untuk disajikan.
Dengan kata lain dapat dinyatakan sepanjang diperlukan asumsi dapat dicantumkan,
tetapi kalau keberadaannya tidak diperlukan, maka tidak perlu dicantumkan. Tidak
semua penelitian memerlukan asumsi, jadi peneliti tidak perlu memaksa-kan suatu
asumsi jika memang tidak secara fungsional dibutuhkan.
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya,
peneliti mengajukan asumst bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan
skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang
diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang
diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substahtif atau metodologis. Asumsi substantif
berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan
dengan metodologi penelitian. (UM, 2020:13 & Ibnu, 2020:112)
Arikunto S. (2019:58-61) mengutip pendapat Surakhmad yang menyatakan
anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat
merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan
sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran.

Contoh orang yang melakukan senam aerobik tiga kali seminggu, maka dia akan
memiliki kebugaran jasmani yang bagus. Kalimat tersebut merupakan suatu anggapan
bahwa semua aktivitas senam aerobik dengan menggunakan prinsip; frekuensi, intensitas,
time dan tempo (FITT) sesuai dengan prinsip-prinsip latihan akan meningkatkan atau
mempertahankan kebugaran jasmani seseorang. Hal itulah yang menyebabkan seseorang
memiliki kebugaran jasmani yang baik.

Di dalam penelitian anggapan-anggapan semacam ini perlu dirumuskan secara


jelas sebelum melangkah mengumpulkan data. Anggapan-anggapan semacam inilah yang
disebut anggapan dasar, postulat atau asumsi dasar.
Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar:
a. Agar ada dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti.
b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.
c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

I. RUANG LINGKUP PENELITIAN / BATASAN MASALAH


Sebuah penelitian memerlukan batasan-batasan tertentu, agar tujuan penelitian dapat
dicapai, masalah dapat dijelaskan, dijawab atau dipecahkan. Batasan-batasan tersebut
diwadahi di dalam ruang lingkup penelitian.
Ruang lingkup penelitian berisi tentang konsep, variabel, indikator dan deskriptor (jika
ada) secara rinci,dengan tujuan mengarahkan penelitian sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, sehingga memudahkan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Makin rinci
jabaran yang disajikan dalamruang lingkup penelitian, dimungkinkan akan makin
memudahkan peneliti dalam menyusun instrumen penelitian.
Untuk memudahkan penyusunan ruang lingkup penelitian dan analisis terhadap isi,
yang berupa konsep, variabel dan indikator, maka digunakan bantuan berbentuk matrik.
Berikut ini contoh ruang lingkup penelitian untuk mengukur keterampilan bermain
sepaktakraw.
DAFTAR PUSTAKA

Cholid Narbuko, dkk. 2020. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara. Hartono. 2019. Metodologi Penelitian. Pekanbaru: Zanafa

Publishing. http://dosensosiologi.com/contoh-manfaat-penelitian/

http://metodologinurelghazy.blogspot.com/2015/06/memilih-masalah-penelitian.html?m=1

http://ppisb.unsyiah.ac.id/berita/identifikasi-masalah-batasan-masalah-dan-rumusan-
masalah

M. Iqbal Hasan, 2020. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia.

Sukandarrumidi. 2020. Metodologi Penelitian. Yoghyakarta: Gadjah Mada Univercity


Press.

Anda mungkin juga menyukai