Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian


2.1.1 Identifikasi Masalah
Dalam penelitian sosial, proses identifikasi masalah dapat dilakukan dengan
mendeteksi permasalahan sosial yang diamati. Dari sanalah peneliti dapat mengambil
langkah untuk mengetahui lebih lanjut, bisa dengan melakukan observasi, membaca
literatur, atau melakukan survey awal.
Identifikasi masalah adalah suatu proses yang paling penting dalam melakukan
sebuah penelitian selain dari latar belakang dan juga perumusan masalah yang ada.
Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil
pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah
adalah salah satu proses penelitian yang boleh dikatakan paling penting di antara proses
lain. Masalah penelitian (research problem) akan menentukan kualitas suatu penelitian,
bahkan itu juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak.
Masalah penelitian secara umum bisa ditemukan lewat studi literatur atau lewat
pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb).
Identifikasi masalah merupakan langkah awal yang sangat penting dalam proses
penelitian. Ketika peneliti menangkap fenomena yang berpotensi untuk diteliti, langkah
selanjutnya yang mendesak adalah mengidentifikasi masalah dari fenomena yang
diamati tersebut.
Secara umum, identifikasi masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang
dapat dipahami sebagai suatu upaya untuk mendefinisikan masalah yang ada dan
membuat permasalahan tersebut dapat diukur dan diuji. Mudahnya, identifikasi masalah
adalah proses untuk menentukan apa saja yang menjadi bagian inti dari sebuah
penelitian.
Secara umum, identifikasi masalah terdiri dari 3 langkah yaitu:
- Menemukan dan masalah yang ada (Problem)
- Mengidentifikasi sumber permasalahan (Root cause)
- Menciptakan kalimat isu/kalimat permasalahan (Problem Statement) yang
menjelaskan permasalahan yang sudah diidentifikasi.

Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah:


1. Bacaan. Sumber bacaan bisa dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan
hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan
penelitian yang baik tentu saja mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan tema penelitian bersangkutan. Selain jurnal penelitian,
bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya
buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam
suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang
berupa tulisan yang dimuat di media cetak.
2. Pertemuan Ilmiah. Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-
pertemuan ilmiah, seperti seminar, konferensi nasional dan internasional diskusi.
Lokakarya, simposium dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah seperti itu akan
muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas). Orang yang mempunyai kekuasaan
atau otoritas cenderung menjadi figur publik yang dianut oleh orang-orang yang ada
dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat
dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini dapat mencakup aspek formal
dan non formal.
4. Observasi (pengamatan). Pengamatan yang dilakukan seorang peneliti tentang
sesuatu yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas
ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, terstruktur atau tidak terstruktur, itu
dapat melahirkan suatu masalah. Contoh: Seorang pendidik menemukan masalah
dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku peserta didiknya dalam proses
belajar mengajar.
5. Wawancara dan Angket. Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu
kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi
masyarakat tertentu.
6. Pengalaman. Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi
tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang (peneliti) itu selalu positif, tetapi
kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperoleh nya sendiri
maupun dari orang (kelompok) lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat
dijawab melalui penelitian.
7. Intuisi. Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian
tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak direncanakan.

Beberapa fungsi dari identifikasi masalah:

1. Sebagai bentuk dorongan dari suatu kegiatan dari penelitian untuk menjadi
penyebab suatu kegiatan penelitian terjadi untuk dilakukan.
2. Perumusan dapat dilakukan dengan pengembangan sehingga mendapatkan
wawasan baru.
3. Tahu apa saja yang harus dibahas, apa saja yang harus diselesaikan sehingga
menjadi suatu karya, hasil ataupun wawasan baru.
4. Mempermudah untuk menentukan mana saja yang harus diprioritaskan dan mana
yang hanya akan menjadi bagian pelengkap.
2.1.2 Rumusan Masalah
Di dalam proposal penelitian, mengenal dan merumuskan masalah dengan jelas
adalah bagian terpenting dan juga termasuk yang paling menantang. Proposal
penelitian yang memiliki masalah yang tidak jelas dirumuskan akan menghasilkan
temuan penelitian yang kemungkinan tidak logis.
Dalam proposal penelitian merupakan suatu hal yang elementer bagi setiap
peneliti untuk mengkonstruksikan perumusan masalah pada bagian akhir dari Bab
Pendahuluan. Suatu rumusan masalah umumnya diungkapkan dalam bentuk kalimat
tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya
penelitian akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji atau dicari tahu oleh
peneliti.
Rumusan masalah atau research questions atau disebut juga research problem,
memiliki arti sebuah rumusan yang menanyakan suatu kejadian atau fenomena yang
ada, baik itu kedudukannya mandiri, atau pun kejadian atau fenomena yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Masalah yang dipilih haruslah
menampilkan “researchable”, dalam artian bahwa suatu masalah itu dapat diselidiki
secara ilmiah.Baik itu sebab atau akibat. Sampai pentingnya rumusan masalah ini pada
sebuah penelitian, hingga menjadikan rumusan masalah ini adalah setengah dari
penelitian itu sendiri.
Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah sebuah hal
atau kejadian yang berbentuk kalimat tanya yang sederhana, singkat, padat, dan jelas.
Rumusan masalah mempertanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan suatu
penelitian, dimana nantinya jawaban dari pertanyaan ini lah yang akan menjadi hasil
penelitian itu.
Bentuk-bentuk Rumusan Masalah Penelitian:
a. Rumusan masalah Deskriptif:
rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri)
b. Rumusan Masalah Komparatif
rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau
lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
c. Rumusan Masalah Asosiatif
suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih.
1) Hubungan Simetris : suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersama.
2) Hubungan Kausal : hubungan yang bersifat sebab akibat. Variabel independen
(variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependent (variabel yang
dipengaruhi).
3) Hubungan interaktif/reciprocal/timbal balik: hubungan yang saling
mempengaruhi.
 Ciri-ciri rumusan masalah yang efektif adalah:
Pertanyaan penelitian haruslah menarik (aktual, ada paradoks dan sejauh mungkin
diterapkan pendekatan yang berbeda);
- Pertanyaan penelitian harus relevan dengan topik penelitian yang dikaji, dan
diperkuat dengan maksud untuk mengisi potongan teka teki yang hilang atau
membuat hubungan antara fenomena sosial yang dikaji.
- Pertanyaan penelitian harus diformulasikan dengan jelas. Buat
- pertanyaan yang “membumi” dan batasan variabel yang diteliti.
- Pertanyaan yang diajukan harus membawa implikasi penelitian dapat dijalankan.
Beberapa langkah membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Tentukan fokus penelitian
2. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitan dengan focus tersebut yang
dalam hal ini dinamakan subfokus
3. Cari antara faktor – faktor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat
menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih.
4. Kaitkan secara logis faktor – faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian.
5. Tulis paragraf pengantar sebelum pembaca sampai pada rumusan masalah.
6. Tulislah dalam bentuk daftar pertanyaan agar lebih mudah membentuk konsep.
7. Gunakan kalimat tanya yang relevan, seperti “apa”, “bagaimana”, dan “mengapa”
8. Buat pertanyaan yang spesifik dan akhiri dengan tanda tanya.

Anda mungkin juga menyukai