OLEH: KELOMPOK 3
Elsi 20502005
Joana Rorong 20502006
Fey Jelita Rey 20502009
Putri Daud 20502028
Jessie Uwuh 20502014
1) Data dasar yang dapat dijadikan acuan atau alasan munculnya masalah penelitian.
2) Dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang saling berhubungan.
3) Di dalam pernyataan-pernyataan yang saling berhubungan tersebut, terkandung
kontradiksi atau kesenjangan-kesenjangan.
4) Pengungkapan pernyataan, sebaiknya dilakukan secara deduktif, berawal dari yang
bersifat umum dan berakhir pada yang bersifat khusus.
5) Dari pernyataan yang umum hingga yang khusus itu memunculkan adanya masalah.
6) Pada bagian pernyataan-pernyataan khusus yang disusun secara konsisten dan
sistematik itu muncul masalah yang khusus, juga dirumuskan dalam masalah-masalah
khusus.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian skripsi dapat dikategorikan kepada masalah
akademik dan masalah sosial. Masalah akademik dapat dikatakan sebagai hubungan,
minimal antara dua unsur (variabel). Sedangkan masalah sosial dapat dimaknai
sebagai jarak antara yang diharapkan atau yang Dikehendaki dengan yang diperoleh
atau yang dirasakan. Dengan kata lain masalah sosial adalah jarak antara “yang
seharusnya” (mengacu pada norma yang dianut) dengan “yang senyatannya”
(mengacu pada realitas).Jika penelitian skripsi yang dilakukan merupakan penelitian
murni, fokus penelitian adalah masalah akademik, sedangkan untuk penelitian
kebijakan fokus penelitiannya adala masalah sosial.Masalah menurut bahasa Arab
jamaknya dari kata “masail” atau problems dalam bahasa Inggris. Sedangkan
pertanyaan menurut bahasa Arab jamaknya dari kata “asilah” atau “question” dalam
bahasa Inggris. Masalah adalah adanya kesenjangan (gap) antara kenyataan dan
harapan atau das sein dan das sollen. Dengankata lain masalah sosial adalah jarak
antara yang seharusnya (mengacu pada norma yang dianut) dengan yang senyatanya
(mengacu pada realitas yang dicapai). Jika penelitian skripsi yang dilakukan sebagai
penelitian murni maka fokus penelitian adalah masalah akademik, sedangkan untuk
penelitian kebijakan fokus penelitiannya adalah masalah sosial. Adapun pertanyaan
penelitian, merupakan ungkapan keingintahuan terhadap sesuatu yang belum jelas,
terhadap masalah itu. Meminjam pemikiran Cik Hasan Bisri (1997:22-26) “Pertanyaan
penelitian berfungsi untuk membatasi cakupan masalah penelitian dan menjadi
patokan dalam menentukan macam-macam data yang akan dikumpulkan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tersebut.” Pertanyaan penelitian yang dibuat harus
mencerminkan ke-apa-an (pribadi atau objek yang diteliti) ke-mengapa-an (alasan
sesuatu terjadi), dan ke-bagaimana-an (bagaimana suatu proses terjadi) yang ditulis
dalam bentuk kalimat pertanyaan.Perumusan masalah ini sebagai pijakan penelitian
kita dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa. Dalam membuat
perumusan masalah biasanya menggunakan kalimat pertanyaan seperti ; apa,
mengapa, bagaimana, dan seterusnya. Rumusan masalah atau identifikasi masalah
dalam masalah penelitian yang dirumuskan, baik dalam bentuk “Problem Statement”
maupun dalam bentuk “ResearchQuestion” itu masih bersifat umum, maka perlu
diidentifikasi secara jelas dan tegas serta operasional. Mengidentifikasikan masalah
berarti merinci rumusan masalah yang bersifat umum itu kepada bagian-bagiannya
(dimensi-dimensinya) sampai pada unsur-unsurnya (indikator-indikatornya), secara
lebih konkrit (jelas dan tegas) dan operasional.Berdasar hal itu si peneliti dituntut
untuk mampu menguasai bangun komponen dari fenomena-fenomena yang dijadikan
masalah penelitiannya itu. Cara menyajikan identifikasi masalah ini adalah mengurut
(merinci) butir demi butir; dimulai dari yang paling kuat (penting); kalimatnya dapat
berbentuk “problem statement”, tetapi pada umumnya dalam bentuk
“researchquestion”.Dalam mengidentifikasi masalah yang berupa eksplanasi
(penjelasan faktual), baik bagi teori maupun teknologi, dituntut kemampuan
“memilah” fenomena-fenomena kepada pilahan “determinant (faktor)” dan “result”
(konsekuensi)”. Perumusan masalah “belum mengetahui penjelasan (eksplanasi)
tentang terjadinya fenomena” atau “belum mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya fenomena”.Yang perlu diidentifikasinya itu ialah faktor-
faktor ; dengan kata lain faktor-faktor (determinant) itu yang harus dirinci secara jelas
dan tegas serta operasional.
C. Tujuan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pastikan rencana penelitian yang akan dilaksanakan, apakah jenis kualitatif ataukah
jenis kuantittaif. Atau mixedmethod, yakni gabungan antara kualitatif dan kuantitatif.
Pastikan penelitian yang akan dilaksanakan apakah studi pustaka ataukah studi
lapangan. Atau gabungan, yakni studi pustaka sekaligus studi lapangan. Studi pustaka
dilaksanakan dengan cara menelaah sumber-sumber kepustakaan, seperti buku dan
artikel jurnal. Adapun studi lapangan dilaksanakan dengan terjun ke lapangan untuk
melakukan pengamatan, dokumentasi, dan wawancara. Studi yang digunakan akan
terlihat dari tujuan penelitian.
Pastikan masa waktu penelitian apakah hitungan hari, minggu, bulan atau tahun. Ada
beberapa jenis penelitian yang tidak dapat dilaksanakan dalam waktu singkat tetapi
membutuhkan masa waktu sampai berbulan-bulan, dan bahkan tahun. Tujuan
penelitian –yang telah ditetapkan-- akan dapat memperkirakan masa waktu penelitian,
termasuk lokasi (tempat) penelitan bila menerapkan studi lapangan.
Tujuan penelitian dapat memperkirakan isi (materi) penelitian meliputi keluasan dan
kedalaman. Keluasan berkenaan dengan “topik” penelitian, dan kedalaman berkenaan
dengan “tema” penelitian. Topik lebih luas dan tema lebih spesifik. Ibarat topik
sebuah “rumah” maka “atap” adalah tema. Penelitian biasanya dilihat dari
kedalamannya bukan luasnya. Makin mendalam suatu penelitian, makin menemukan
titik terang atau jawaban atas tujuan penelitian yang direncanakan.
Tujuan penelitian lazimnya ditulis dengan kalimat “Penelitian ini bertujuan me……”.
D. Kajian Teori
Salah satu tahapan proses penelitian yang harus diperhatikan oleh peneliti
adalah menyusun kajian teori. Kajian teori dalam laporan penelitian dimaksudkan
untuk mengungkapkan kerangka acuan komperhensif mengenai konsep, prinsip, atau
teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi
atau dalam mengembangkan produk yang diharapkan (UM, 2010:50). Proses
menyusun kajian teori merupakan proses yang sangat menentukan langkah penelitian
berikutnya. Maka dari itu seorang peneliti harus memiliki perhatian yang tinggi
terhadap masalah kajian teori. Banyak peneliti yang terhenti proses penelitiannya
hanya karena tidak memahami cara mendapatkan teori yang relevan dengan topik
penelitiannya, atau peneliti tidak memiliki referensi yang cukup memadai untuk
melengkapi tahapan kajian teorinya, sehingga dasar pijakan dalam penelitianya
rapuh.
Proses kajian teori dilakukan sejak peneliti memikirkan masalah yang akan
ditelitinya, bersamaan dengan pencarian dan penemuan masalah itulah para peneliti
mencari dan menemukan referensi yang relevan dengan topik kajiannya, disamping
itu kajian teori merupakan bagian dari proposal penelitian, yang merupakan langkah
awal dari proses penelitian. Untuk membuat proposal penelitian pengembangan yang
berkualitas selain kemampuan menemukan masalah yang urgent dan pemilihan
metode penelitian yang relevan, bagian yang tidak kalah pentingnya adalah menyusun
kajian teori. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang diarahkan untuk
menghasilkan produk, desain, dan proses. Sebelum seorang peneliti menghasilkan
suatu produk diperlukan kajian teori yang mendukung pembuatan produk dan sebagai
landasan dalam menciptakan atau memperbaiki produk hasil penelitian. Menurut
Sukmadinata (2015:172) untuk mengembangkan suatu produk pedidikan diperlukan
studi literatur. Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-
landasan teoritis yang memperkuat suatu produk.
Maka dari itu seorang peneliti benar-benar harus memahami apa itu pengertian
dan fungsi kajian teori, tujuan dan isi kajian teori, sumber kepustakaan dan langkah-
langkah menyusun teori, terutama pada penelitian dan pengembangan (R & D).
Selama penelitian berlangsung, kajian pustaka juga masih perlu dilakukan untuk
tujuan-tujuan berikut:
Peneliti dalam melakukan kajian pustaka harus sejauh mungkin untuk menggunakan
sumber kepustakaan primer yang informasinya lebih otentik, tetapi tidak selamnya
mudah dalam mendapatkan bahan pustaka yang relevan dari sumber primer. Dengan
demikian peneliti bisa menggunakan bahan-bahan dari sumber kepustakaan sekunder.
Sedangkan sumber tersier dapat digunakan sebagai informasi awal dan untuk
penelusuran lebih lanjut. Sumber tersier terutama berupa indeks, abstrak, dan biografi.
5) Metode
Metode yang digunakan adalah:
a. mengumpulkan konsep-konsep mengenai kajian teori penelitian
pengembangan,
b. mengumpulkan data yang diperoleh dari laporan penelitian (tesis) Fadhil
N R tahun 2013 yang berjudul pengembangan model latihan beban untuk
meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli. Data yang diambil
adalah data mengenai kajian teori yang dibuat atau disusun oleh peneliti
untuk mengembangkan produk penelitiannya,
c. menganalisis dan membandingkan data hasil analisis laporan penelitian
dengan konsep-konsep kajian teori penelitian pengembangan.
6) Hasil
(1). Kajian teori yang disusun dalam laporan penelitiannya sebagi berikut:
(a) profil bolavoli,
(b) analisis kondisi fisik bolavoli,
(c) latihan fisik,
(d) latihan beban,
(e) model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet,
(f) penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir,
(2) beberapa teori yang di rujuk lebih dari 10 tahun terakhir,
(3) sumber teori yang digunakan semua berasalkan dari buku.
7) Pembahasan
Kajian teori yang disusun dalam laporan penelitian (tesis) Fadhil N R tahun
2013 yang berjudul pengembangan model latihan beban untuk meningkatkan
kemampuan fisik pemain bolavoli sebagi berikut: (1) profil bolavoli, (2) analisis
kondisi fisik bolavoli, (2) latihan fisik, (3) latihan beban, (4) model latihan beban
untuk pemain bolavoli tingkat intermediet, (5) penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir. Menurut Budiwanto (2005:27) kajian pustaka adalah
menghimpun dan memperoleh segala informasi dan bahan-bahan tertulis dari
sumber-sumber kepustakaan yang dimanfaatkan sebagai acuan penelitian. Kajian
teori dalam laporan penelitian dimaksudkan untuk mengungkapkan kerangka acuan
komperhensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai
landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau dalam mengembangkan
produk yang diharapkan (UM, 2010:50). Jadi dari perbandingan tersebut dapat
dikatakan bahwa kajian teori yang disusun sudah sesuai dan relevan dengan
variabel terikat dan variabel bebas sebagai acuan dalam penelitian pengembangan
model latihan beban.
Sumber teori yang digunakan bisa berasal dari mana saja sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Sumber-sumber teori yang digunakan dalam penelitian tersebut
kebanyakan menggunakan sumber yang berasal dari buku atau primer. Sedangkan
menurut Winarno (2013:36) dukungan keilmuan tersebut dapat berupa sumber
pustaka yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, yang dirujuk (diambil)
dari sumber primer, sumber sekunder, dan tersier. Bahan pustaka dari sumber
primer berasal dari karangan asli yang ditulis oleh orang yang mengalami,
mengamati atau mengerjakan sendiri. Bahan pustaka seprti itu bisa berupa buku
harian (auto biography), tesis/disertasi, laporan penelitian, dan hasil wawancara,
selain itu sumber primer dapat juga berupa laporan pandangan mata atau reportase
dan statistik sensus penduduk.
(1) Kajian teori yang disusun sudah sesuai dan relevan dengan variabel terikat dan
variabel bebas sebagai acuan dalam pengembangan model latihan beban. (2) Teori-
teori yang dikutip terbilang teori lama karena kutipannya lebih dari 10 tahun
terakhir, butuh penyegaran teori yang sifatnya kemuhtahiran ( keterbaruan). (3)
Sumber-sumber teori yang digunakan hanya berasal dari buku (primer), perlu
penambahan teori yang berasal dari sekunder atau tersier, tujuannya untuk
melengkapi atau memperkuat dari teori yang diadopsi. Contoh hasil dari
rangkuman laporan penelitian (jurnal, artikel) yang terbaru.