Anda di halaman 1dari 14

Tugas

Penelitian Pendidikan 1
Tentang
“Latar Belakang, Identifikasi, Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah Penelitian ”

Oleh Kelompok 2 :

1. Yelni Afriyanti (18129334)


2. Dola Azhari fitri (18129244) 
3. Fitria Indriyani (18129259)

Seksi : 18 BB 02

Dosen Pembimbing :
Drs. Arwin, M.Pd

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
2020
A. Latar Belakang Masalah Umum Dan Masalah Penelitian
1. Latar belakang masalah umum
Latar Belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis berkenaan
dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik untuk di teliti. Masalah terjadi
saat harapan idela akan sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi. Tidak semua
masalah adalah fenomena dan menarik. Masalah yang fenomenal adalah saat menajdi
perhatian banyak orang dan di bicirakan di berbagai kalangan di masyarakat.
Secara umum Latar Belakang Masalah adalah dasar atau titik tolak untuk
memberikan pemahaman kepada pembaca atau pendengar mengenai apa yang ingin kita
sampaikan. Latar belakang masalah yang baik harus disusun dengan sejelas mungkin dan
apabila perlu disertai dengan data atau fakta yang mendukung. Beberapa hal yang
terdapat dalam latar belakang masalah adalah:
a. Kondisi ideal mencakup keadaan yang dicita-citakan, atau diharapkan terjadi.
Kondisi ideal ini biasa dituangkan dalam bentuk visi dan misi yang ingin diraih.
b. Kondisi seksual/baku cuki merupakan kondisi yang terjadi saat ini.
menceritakan situasi antara batang kepada pantat dan mulut dan mulut
c. Solusi merupakan saran singkat atau penawaran penyelesaian terhadapmasalahyang
dialami sebelum melangkah lebih lanjut ke pokok bahasan.
Selain itu, latar belakang masalah dapat pula mengandung perbandingan dan
penyempurnaan atas tulisan mengenai topik yang sama sebelumnya.Oleh karena itu latar
belakang masalah merupakan suatu bagian penting dalam penulisan suatu karya tulis.

2. Latar belakang masalah penelitian


Latar belakang masalah penelitian, biasanya dikemukakan dalam berbagai
ungkapan yaitu latar belakang penelitian atau latar belakang masalah atau latar belakang
masalah penelitian.Latar belakang masalah dititikberatkan pada alasan yang menuntut
dilakukannya penelitian, baik yang berkenaan dengan masalah akademik maupun
masalah sosial.Latar belakang masalah berfungsi sebagai pengantar munculnya masalah
penelitian yang dideduksi (penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum ke yang
khusus) dari suatu pemikiran atau berdasarkan hasil studi penjajagan (studi eksplorasi).
Latar belakang masalah bertolak dari adanya minat dan perhatian peneliti dalam
hal ini mahasiswa terhadap sesuatu masalah.Sesuatu itu berasal dari pergulatan pemikiran
dalam masyarakat ilmiah, atau informasi yang diperoleh dalam bidang keahlian yang
bersangkutan atau dari pengalaman kehidupan sehari-hari.
Dalam latar belakang masalah dikemukakan data dasar yang dapat dijadikan
acuan atau alasan munculnya masalah penelitian.Ia dirumuskan dalam bentuk
pernyataan-pernyataan yang saling berhubungan, yang didalamnya mengandung
kontradiksi.Pengungkapan pernyataan itu dilakukan secara deduktif, berawal dari yang
bersifat umum dan berakhir pada yang bersifat khusus.
Sedangkan isi Latar Belakang Masalah Penelitian harus memuat hal-hal berikut :
a. Data dasar yang dapat dijadikan acuan atau alasan munculnya masalah penelitian.
b. Dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang saling berhubungan
c. Di dalam pernyataan-pernyataan yang saling berhubungan tersebut, terkandung
kontradiksi atau kesenjangan-kesenjangan.
d. Pengungkapan pernyataan, sebaiknya dilakukan secara deduktif, berawal dari
yang bersifat umum dan berakhir pada yang bersifat khusus.
e. Dari pernyataan yang umum hingga yang khusus itu memunculkan adanya
masalah.
f. Pada bagian pernyataan-pernyataan khusus yang disusun secara konsisten dan
sistematik itu muncul masalah yang khusus, juga dirumuskan dalam masalah-
masalah khusus.
Latar belakang suatu penelitian memiliki peranan untuk (dalam Mahdiyah, 2014) :
a. Menjelaskan situasi dan kondisi yang melatar belakangi terjadinyamasalah
tersebut.
b. Menguraikankesenjangan-kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, teori
dengan praktek, rencana dengan pelaksanaan dan kesenjangan lainnya yang ada.
c. Menceritakan apa yang mendorong seorang peneliti untuk melakukan penelitian
terhadap suatu permasalahan.
d. Menjelaskan tentang alasan-alasan penting dan bagaimana menariknya masalah
untuk diteliti dalam jangkauan kemampuan akademik, biaya, tenaga, dan waktu
peneliti.
Di dalam latar belakang penelitianyang esensial dicantumkan adalah
argumentasitentang mengapa suatu topik penelitian dipilih. Argumentasi ini menurut
Nasdian (2013: 1) disusun dengan memperhatikan:
a. Mengungkapkan konteks masalahsosial dari topik yang dipilih.
b. Mengungkapkanbukti atau data, konsep-‐konsep, dan hubungan antar
variabelyang terkait dengan topik yang akan diteliti dengan merujuk pada fakta-‐
fakta yang diperoleh dari pernyataan pihak otoritas, dari observasi
selintas,dan/atau daribukti ilmiahberdasarkan literaturatau laporan penelitian
terkait.
Cara termudah untuk mengekspresikan bagian ini adalah dengan
mengkontradiksikan atau membanding antara kebijakan, teori, atau konsep-‐konsep di
satu pihak, dengan fenomena/masalah sosial yang real terjadi di lain pihak.

B. Identifikasi Masalah Penelitian


Penelitian dianggap penting dan dapat dilakukan jika terdapat permasalahan
penelitian. Masalah dalam Mahdiyah (2014, 1.3-1.4) diartikan sebagai suatu situasi dimana
suatu fakta yang terjadi sudah menyimpang dari batas-batas toleransi yang diharapkan.
Masalah penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu persoalan atau kesenjangan
yang mungkin dapat menuntun peneliti untuk mencari jawaban atau solusinya. Adanya
kesenjangan tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, yaitu mengapa kesenjangan
terjadi, dan dari pertanyaan inilah permasalahan penelitian dapat dikembangkan.
Dari uraian di atas dapat dirangkum adanya suatu kondisi problematik tertentu,
yang menandakan suatu penelitian dapat dikembangkan, yaitu:
1. Adanya kesenjangan dari yang seharusnya (teori maupun fakta empirik temuan
penelitian terdahulu) dengan kenyataan sekarang yang dihadapi.
2. Dari kesenjangan tersebut dapat dikembangkan pertanyaan, mengapa kesenjangan
itu terjadi.
3. Pertanyaan tersebut memungkinkan untuk dijawab, dan jawabannya lebih dari satu
kemungkinan.
Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah masalah/fokus yang dipilih
cukup:
1. Esensial: Pentingnya nilai penelitian menduduki urutan paling utamadiantara
masalah-masalah yang ada.
2. Urgen: Masalahtersebut dianggap mendesak(urgen) untuk dipecahkan.
3. Bermanfaat: Memiliki kegunaan atau kebermanfaatan jika masalah penelitian
dipecahkan.

C. Ruang Lingkup Masalah Penelitian


1. Pengertian Ruang Lingkup
Ruang lingkup adalah penjelasan tentang batasan sebuah subjek yang terdapat di
sebuah masalah.Bila diartikan secara luas ruang lingkup adalah batasan.Batasan yang
dimaksud dalam ruang lingkup bisa berupa faktor yang diteliti seperti materi, tempat dan
materi.Sementara makna dalam arti sempit ruang lingkup berarti adalah suatu hal atau
materi.Ketika penelitian berlangsung ruang lingkup dapat dimaknakan sebagai batasan
masalah yang dipakai, jumlah subjek yang diteliti, materi yang dibahas, luas tempat
penelitian dll.Ruang lingkup (batasan) penelitian ini sangat penting sebab bisa
berpengaruh terhadap keabsahan dari sebuah penelitian.
Sedangkan pada arti yang khusus, ruang lingkup merupakan sebuah metode untuk
pembatasan ilmu yang dikaji. Contohnya adalah ilmu filsafat mempunyai ruang lingkup
filsafat dasar, filsafat ontologi, filsafat epistemologi, filsafat aksiologi, hermeneutika,
logika, etika dan estetika. Pada tiap kategori bisa dijelaskan setiap ruang lingkupnya.
Contohnya adalah filsafat aksiologi mempunyai ruang lingkup etika deskriptif, etika
normatif dan estetika deskriptif dan estetika normatif.
Agar bisa memahami dari sebuah ruang lingkup, kita harus mencari pengertian dari
segi terminologi atau penjelasan ruang lingkup dari sebuah inti materi yang akan dikaji.
Contohnya adalah materi filsafat dasar. Pengertian filsafat adalah ilmu yang mengkaji
tentang cara berpikir secara benar dan bijaksana. Anda tahu bahwa cara berpikir itu
banyak jenisnya sehingga perlu diketahui apa saja yang batasan tentang cara berpikir itu
sendiri. Sehingga hal tersebut bisa menciptakan batasan materi yang bisa membuat
pembelajaran lebih tepat guna.
Ruang lingkup tidak hanya mengkaji tentang ilmiah, ruang lingkup juga
dimanfaatkan untuk pembahasan yang simpel. Contohnya adalah cara menciptakan
donat, pada ruang lingkup menciptakan donat tentu pembahasannya berkisar pada bahan
baku donat, jenis donat, jenis tepung dan teknik menggulungnya. Tentu saja juga dibahas
tentang parameter tentang donat, kualitas, riset & pengembangan dan kegunaannya.
2. Manfaat Membuat Ruang Lingkup
Ruang lingkup kerap kali dimanfaatkan untuk mengkaji suatu hal.Ini menjadikan
setiap pengkajian/pembahasan bisa lebih terfokus dalam pembahasan dan bisa lebih
terarah serta tidak terpecah ke pembahasan lainnya.
Berikut adalah sejumlah manfaat yang bisa ditemukan saat telah menentukan ruang
lingkup
a. Pembahasan lebih terfokus, ini bisa bermanfaat agar pembahasan tidak terpecah kepada
hal tidak berhubungan dengan subjek yang dibahas.
b. Meringankan pembahasan, ini lebih efisien dan efektif sehingga definisi dan pengertian
dari suatu bahasan bisa lebih tepat.
c. Masalah lebih cepat diselesaikan, ini karena dengan ruang lingkup setiap persoalan yang
ada dalam pembahasan bisa lekas ditemukan solusinya. Ini juga berkaitan dengan poin
nomor satu karena dengan ruang lingkup masalah bisa lebih sedikit dan metodenya bisa
mudah ditemukan.
3. Ruang Lingkup / Pembatasan Masalah Penelitian

Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruanglingkup
masalah yang terlalu luas dan lebar dalam penelitian sehingga penelitianitu lebih bisa
terfokus untuk dilakukan. Batasan masalah ini bertujuan untukmengidentifikasi faktor mana
saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak
termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian. Pemilihan batasan masalah yang hendak
diteliti haruslah didasarkan pada alasan yang tepat, baik itu alasan teoritis maupun alasan
praktis. Alasantersebut boleh saja bersifat projektif atau berorientasi ke masa depan.
Denganalasan yang tepat tersebut, tujuan penelitian dapat dirumuskan dengan tepat juga.
Seorang peneliti harus mempersempit permasalahan dalam penelitiandengancara:
a. Permasalahan diungkaan secara global sejak dari latar belakang
b. Identifikasi fenomena yang dapat dirasakan dan muncul di lapangan
c. Dilakukan pembatasan pada variabel yang diduga kuat berpengaruhterhadap tercapainya
tujuan penelitian
d. Permasalahan tersebut dirumuskan dalam bentuk pertnyaan.Berdasarkan latar belakang
dan identifikasi masalah yang telah dilakukan,dipilih sejumlah masalah (dua, tiga, atau
empat) masalah haruslah disertai penjelasan ruang lingkup masalah, baik keluasan
maupun kedalamannya.Berdasarkan sekian banyak masalah yang dimunculkan dalam
penelitian, pilihlahsatu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan
diteliti(limitation).

Dengan demikian, pemilihan satu atau dua masalah yang sudahteridentfikasi inilah
yang disebut dengan batasan masalah. Batasan masalah itudalam arti kata lain sebenarnya
menegaskan atau memperjelas apa yang menjadimasalah. Dengan kata lain, upaya
merumuskan dan menegaskan batasan dengandukungan data hasil penelitian pendahuluan
seperti apa “sosok” masalah tersebut.
Tujuan pembatasan masalah dilakukan karena keterbatasan waktu penelitianyang
diberikan sponsor atau peneliti, serta keterbatasan dari kemampuan dantenaga peneliti.
Pembatasan masalah diambil dari identifikasi masalah.Pembatasan masalah tidak boleh
muncul tiba-tiba selain dari yang adadiidentifikasi masalah.

D. Rumusan Masalah
1. Pengertian Rumusan Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan identifikasi masalah. Kalau masalah yang
sudah teridentifikasi merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi,
sementara rumusan masalah menurut Mahdiyah (2014: 1.12) merupakan suatu kalimat
pernyataan yang disusun berdasarkan adanya masalah tersebut dan akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data dalam suatu proses penelitian. Namun demikian
terdapat kaitan erat antara suatu masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan
masalah penelitian harus didasarkan pada masalah yang teridentifikasi.
Ciri-‐ciri perumusan masalah yang efektif menurut Nasdian (2013: 3) adalah:
a. Pertanyaan penelitian harus menarik (aktual, ada paradoks, dan sejauh mungkin
diterapkan pendekatan yang berbeda)
b. Pertanyaan penelitian harus relevan dengan topik penelitian yang dikaji, dan
diperkuat dengan maksud untuk mengisi potongan teka-‐teki yang hilang, atau
membuat hubungan antara fenomena sosial yang dikaji
c. Pertanyaan penelitian harus diformulasikan dengan jelas. Buat pertanyaan yang
“membumi” dan batasi variabel yang diteliti
d. Pertanyaan yang diajukan harus membawa implikasi penelitian dapat dijalankan.

2. Pentingnya Perumusan Masalah


Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian.
Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan
tidak akan membuahkan hasil apa-apa.Perumusan masalah disebut juga sebagai research
questions atau research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan
suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri,maupun dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan
yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam
kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yangmenyatakan
bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari
penelitian itu sendiri.
Penentuan perumusan masalah menurut Mahdiyah (2014: 1.12- 1.13) sangat
penting dan berfungsi dalam menetapkan:
a. Langkah awal yaitu untuk Mengembangkan Kerangka Konsep, Konseptualisasi
dan Operasionalisasi, Desain Penelitian.
b. Prediksi keberhasilan penelitian.
c. Memilih judul dan menuliskan tujuan penelitian.
d. Menilai Orisinalitas studi vs. Plagiarisme.
Bagaimana seorang peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah perlu
suatu contoh praktis.Contoh yang amat sederhana berikut, utamanya penting diketahui
oleh para peneliti pemula. Misalkan, situasi problematik yang dihadapi ialah: “Lemahnya
kemampuan meneliti para dosen di bidang ilmu Sosial”.
Ada empat langkah yang perlu dilalui, yaitu langkah-langkah: persiapan,
konfirmasi awal, konfirmasi akhir, dan formulasi akhir.
Pada langkah persiapan, hal-hal yang perlu dikerjakan adalah sebagai berikut.
a. Formulasikan situasi problematik yang dihadapi (lihat kasus).
b. Identifiksikan kesenjangan yang ada, misalnya: mereka sudah mendapat pelajaran
metodologi penelitian, tetapi kenyataannya kemampuan meneliti mereka masih
rendah.
c. Pelajari kepustakaan dan sumber informasi lain berkaitan dengan kenyataan
problematik di atas, kemudian jelaskan secara rinci dan luassituasi kajiannya,
sehingga semua hal yang mempengaruhirendahnya kemampuan meneliti
seseorang dapat teramati.
d. Pilihlah inti permasalahan apa yang paling utama atau yang mempengaruhi sub
masalah yang lain, kemudian dipertajam dan diformulasikan dalam rumusan
permasalahan penelitian.
Misalnya: “Apakah rendahnya kemampuan meneliti dosen bidang ilmu sosial
disebabkan oleh pemahaman dan penguasaan tentang ‘Metodologi Penelitian’
yang kurang memadai?” Kalimat rumusan masalah ini dapat juga dikembangkan
sesuai dengan pemilihan metode penelitian dan jenis data yang sesuai, seperti:
a. Identifikasi penguasaan metode penelitian dan kemampuan meneliti dosen.(untuk
pendekatan penelitian dengan metode deskriptif)
b. Hubungan antara penguasaanmetode penelitian dengan kemampuan meneliti
dosen.(untuk pendekatan penelitian dengan metode Asosiatif/ korelasional)
c. Perbandingan penguasaan metode penelitian terhadap kemampuan meneliti dosen.
(untuk pendekatan penelitian dengan metode Komparatif)

Merumuskan masalah penelitian dirasakan sukar menurut Mahdiyah (2014: 1.15)


karena:
a. Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang jelas.
b. Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan masalah
penelitian sesuai dengan data yang tersedia.
c. Peneliti merumuskan masalah peneliti dalam bentuk terlalu umum dan ambiugitas
sehingga menyulitkan interprestasi hasil dan pembuatan kesimpulan penelitian.
3. Bentuk Rumusan Masalah
Bentuk masalah menurut Mahdiyah (2014: 1.16- 1. 20)dapat dikelompokkan
yaitu:
a. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variable atau lebih.
Jadi dalam penelitian ini seorang peneliti tidak membuat suatu
perbandingan pada sampel yang lain, dan juga tidak mencari hubungan variabel
tersebut dengan variabel yang lain. Dalam hal ini peneliti hanya menjabarkan atau
mendeskripsikan data hasil penelitian, bisa dengan bantuan tabel dan diagram atau
grafik, sehingga hasil temuan tersebut menjadi lebih mudah dipahami oleh
pembaca.Penelitian semacam ini dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah Deskriptif:
1) Bagaimana peningkatan hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) siswa Sekolah
Dasar di Indonesia?
2) Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap rencana pemerintah
menetapkan wajib belajar 12 tahun?
3) Seberapa besar peranan orangtua dalam memotivasi anak untuk
berprestasi?
4) Bagaimana taraf tingkat kepuasan orangtua murid terhadap pelayanan
penerimaan siswa baru di sekolah?
5) Bagaimana taraf minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-
murid sekolah dasar di daerah luar Jawa?
Daribeberapa contoh di atas, terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian
berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan
masalah komparatif dan asosiatif).Namun dari contoh-contoh yang diuraikan di
atas, peneliti perlu menambahkan secara spesifik batasan penelitian yang
dilakukan.
Rumusan masalah yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa peneliti
bermaksud mengetahui:
1)Sebaran persentase dan tingkat peningkatan hasil Ujian Akhir Nasional
(UAN) siswa Sekolah Dasar di Indonesia.
2)Mengidentifikasi bagaimana tanggapan masyarakat terhadap rencana
pemerintah menetapkan wajib belajar 12 tahun (yang mungkin
digambarkan dengan persentase atau gambaran yang memberi kriteria:
tanggapansetuju dan tidak setuju).
3)Menggambarkan seberapa besarperanan orangtua dalam memotivasi anak
untuk berprestasi (misalnya dapat diuraikan dengan gambaran yang
berperan penuh, kurang berperan dan tidak peduli).
4)Menguraikan hasil identifikasitaraf kepuasan orangtua murid terhadap
pelayanan penerimaan siswa baru di sekolah (hasilnya berupa jumlah atau
persentase yang: sangat puas, agak puas dan sangat tidak puas).
5)Menjabarkan bagaimana sebaran taraf minat baca dan lama belajar rata-
rata per hari murid-murid sekolah dasar di daerah luar Jawa (dapat
digambarkan berupa tabel ataugrafik tentang sebaran taraf minat murid).
b. Rumusan masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan (komparasi) keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa dinilai dari metoda, perlakuan
lain atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalah Komparatif adalah sebagai berikut.
1) Adakah perbedaan prestasi belajarantara siswa SMP dari sekolah negeri
dan swasta? Sebagai variable penelitian adalahprestasi belajarberdasarkan
perbandingan dua sampel yaitu status sekolah yang berbeda: negeridan
swasta.
2) Adakah perbedaan motivasi kerja guru antara sekolah di pulau Jawa dan di
Luar Jawa? (satu variabeldua sampel).Sebagai variabelpenelitian adalah
motivasi kerja guru berdasarkan perbandingan di dua wilayah yang
berbeda yaitu: pulau Jawa dan diLuar Jawa.
3) Adakah perbedaan produktivitas penulisan jurnal ilmiahantara guru yang
sudah lulusSertifikasidan yang belum lulus? (satu variabeldua kelompok
sampel). Sebagai variabelpenelitian adalah produktivitas penulisan jurnal
ilmiahberdasarkan perbandingan dua kelompok dengan kriteria: lulus
Sertifikasi danBelum Lulus.
c. Rumusan masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal,
dan interaktif/timbal balik.
1) Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah merupakan hubungan antara dua
variabelatau lebih yang munculnya bersamaan atau diartikan sejajar. Pada
penelitian dengan bentuk hubungan ini,tidak dapat dikatakan variabelmana
yang mempengaruhi variabellainnya,dengan kata lain kedua
variabelmemiliki kedudukan yang sama kuat atau setara. Jadi bentuk
hubungannya bukan hubungan kausal atau interaktif.
Contoh rumusan masalah penelitian hubungan simetris Adakah
hubungan sikap toleransi dengan tingkat kemampuan bicara?
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan dapat dijelaskan
bahwa rumusan masalah penelitian hubungan simetris, selain ditandai
dengan bentuk hubungan kedua variabelyang sejajar juga dicirikan dengan
kata penghubung “dengan” diantara dua atau lebih variabel.
Hubungan simetris dari contoh tersebut jelas menunjukkan bahwa
kondisi salah satu variabel bukanlahakibat atau pengaruh variabellainnya.
2) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab
akibat.Bentuk hubungan ini menunjukkan terdapat variabelindependen
atau variabelbebas (variable yang mempengaruhi) dan variable dependen
atau variable terikat (variabelyang dipengaruhi).Namun dalam bentuk
hubungan ini hanya salah satu variable yang mempengaruhi
variabellainnya atau kondisi tersebut tidak dapat dianggap berlaku
sebaliknya.
Contoh rumusan masalah penelitian hubungan Kausal Adakah
hubungan motivasi untuk sukses terhadap prestasi belajar siswa?
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, dapat dijelaskan
bahwa rumusan masalah penelitian hubungan kausal ditandai dengan
bentuk hubungan kedua variabel bersifat sebab akibat juga dicirikan
dengan kata penghubung “terhadap” diantara dua atau lebih variabel.
Penulisan judul tersebut menggambarkan urutan penulisan bahwa variabel
independent (variable bebas) sebagai variabelyang menyebabkan terhadap
variabeldependent (variabelterikat) sebagai variabelyang disebabkan atau
dipengaruhi.
3) Hubungan Interaktif/ Timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi.Pada pola penelitian ini tidak diketahui mana
variabelindependen maupun variabeldependen.
Contoh rumusan masalah penelitian hubungan Interaktif Adakah
hubungan antara harga, promosi dengan penjualan produk ‘X’?(X1adalah
variabel harga dan X2adalah variabel promosi sedangkan Y adalah
variabel penjualan)
Rumusan masalah yang diuraikan, menjelaskan bahwa rumusan
masalah penelitian hubungan interaktif ditandai dengan bentuk hubungan
kedua variabel bersifat sebab akibat juga dicirikan dengan kata
penghubung “antara” diantara dua atau lebih variabel. Berbeda dengan
rumusan hubungan kausal yang variabelnya mempengaruhi hanya searah,
penulisan rumusan hubungan interaktif dapat saling mempengaruhi dua
arah antara dua atau lebih variabel penelitian.
Daftar Pustaka

Mahdiyah. 2014.  Seminar dan Workshop Proposal Penelitian. Jakarta. Universitas Terbuka.


Nasdian, Ferdian Tonny, dkk. 2013. Menyusun Latar Belakang dan Perumusan masalah
Penelitian. Bogor: IPB.

Anda mungkin juga menyukai